Professional Documents
Culture Documents
ABSTRACT
Fixed assets are the largest components of a financial entity. The value of large fixed assets has a direct
impact on risks in the entity's business finance process. The complexity of asset management, with all its
derivative issues becoming an important issue in the transparency of state financial reporting. This study raises
issues related to the findings of fixed assets, causes, and the development of follow-up. The purpose of this study
is to find the main problem in the management of fixed assets, analyze the factors that affect the findings of fixed
assets, and see the progress of the completion of the findings of fixed assets. The research was done by
qualitative method, the technique of determining the data source used was purposive sampling, the data
collecting was done by document analysis and in-depth interview with semi structured format. Data were
analyzed by content analysis method, and data validity was tested by triangulation method.
ABSTRAK
Aset tetap adalah komponen terbesar yang dimiliki suatu entitas keuangan. Nilai aset tetap yang besar
berdampak lurus terhadap resiko dalam proses bisnis keuangan entitas. Kompleksitas pengelolaan aset, dengan
segala turunan permasalahannya menjadi isu penting dalam transparansi pelaporan keuangan negara. Penelitian
ini mengangkat permasalahan terkait temuan aset tetap, penyebab, dan perkembangan tindak lanjutnya. Tujuan
penelitian ini adalah untuk menemukan masalah utama dalam pengelolaan aset tetap, menganalisis faktor-faktor
yang mempengaruhi temuan aset tetap, dan melihat perkembangan penyelesaian temuan aset tetap. Penelitian
dilakukan dengan metode kualitatif, teknik penentuan sumber data yang digunakan adalah purposive sampling,
pengumpulan data dilakukan dengan analisis dokumen dan wawancara mendalam dengan format semi
terstruktur. Data dianalisis dengan metode content analysis, dan keabsahan data diuji dengan metode triangulasi.
Halaman | 34
1. PENDAHULUAN Tresnawati dan Setiawan (2013: hal. 198-215)
1.1. Latar Belakang mengatakan “Informasi laporan ala akrual ternyata
Upaya pemerintah dalam penanggulangan dalam praktiknya bukan merupakan kebutuhan dan
inefisiensi manajemen keuangan publik dilakukan memiliki kecenderungan untuk sulit diterapkan, dan
melalui reformasi birokrasi di bidang manajemen salah satu penyebabnya adalah sumber daya manusia
keuangan negara, sehingga diharapkan Indonesia lebih yang belum cukup mumpuni untuk melakukan
sejalan dengan praktek manajemen keuangan negara pencatatan sistem akuntansi akrual”. Logikanya, ketika
modern. Upaya tersebut bertujuan untuk meningkatkan Pemerintah Daerah selaku entitas pelaporan mengalami
efisiensi, efektivitas, transparansi, dan akuntabilitas kesulitan dalam melakukan pelaporan maka kualitas
pengelolaan keuangan negara yang sumber dananya penyajian laporan keuangan juga akan berkurang.
berasal dari pajak dan penerimaan negara bukan pajak. Penelitian oleh Tresnawati dan Setiawan dilakukan
Menanggapi tuntutan akan transparansi dan tahun 2013 dimana saat itu merupakan masa transisi
akuntabilitas pengelolaan keuangan negara, Pemerintah peralihan laporan keuangan dari metode cash toward
Daerah (Pemda) telah menyusun Laporan Keuangan accrual menuju full accrual (2010 – 2014) sementara
Pemerintah Daerah (LKPD). Sebagai bentuk laporan keuangan tahun anggaran 2015 sudah
pertanggungjawaban pelaksanaan Anggaran diwajibkan menggunakan metode full accrual.
Pemerintah Belanja Daerah (APBD) Menanggapi hal tersebut penulis mengambil kurun
Gubernur/Bupati/Walikota diwajibkan menyampaikan waktu penelitian tahun 2014 – 2017, dibalik maksud
rancangan peraturan daerah tentang penulis mengambil kurun waktu tersebut adalah
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD kepada DPRD keinginan untuk melihat fluktuasi opini yang terjadi
berupa Laporan Keuangan (LK) yang telah diperiksa setelah diwajibkannya Pemerintah Daerah menerapkan
oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), selambat - metode basis akrual dalam hal pelaporan keuangan
lambatnya enam bulan setelah tahun anggaran berakhir. pemerintah daerah.
Pemeriksaan yang dimaksud berbentuk Pemeriksaan BPK RI memberikan rekomendasi atas temuan
atas Laporan Keuangan. pemeriksaan yang terjadi pada masa transisi pelaporan
Tren opini yang mengindikasikan kualitas LKPD LKPD, dengan ditentukannya kurun waktu penelitian
di lingkungan provinsi Jambi relatif mengalami setelah ditetapkannya kewajiban penerapan basis
kemajuan. Parameter peningkatan kualitas kewajaran akrual, selain yang diungkapkan di atas diharapkan
penyajian LK dalam hal ini adalah opini yang diberikan penelitian ini akan dapat memberikan gambaran umum
oleh Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia tentang upaya apa yang telah dilakukan Pemerintah
(BPK RI). Daerah untuk mengatasi permasalahan-permasalahan
Peneliti menemukan bahwa banyak catatan yang terjadi khussunya dalam bidang aset tetap, setelah
mengenai ketidakwajaran penyajian laporan keuangan terjadinya penerapan basis akrual.
khususnya dalam hal ini permasalahan mengenai aset.
Hampir seluruh pengecualiaan yang berdampak 1.2. Rumusan Masalah
terhadap materialitas kewajaran penyajian LKPD Rumusan masalah pada penelitian ini adalah
dipengaruhi oleh salah saji dalam hal aset tetap. Tahun sebagai berikut:
2016 dimana pertama kali SAP Nomor 1 tahun 2007 1) Faktor-faktor yang menjadi permasalahan utama
tentang Standar Akuntansi Pemerintah, diterapkan pada pelaporan aset tetap pada Pemda di Jambi
dalam hal pelaporan keuangan terdapat penurunan opini (Pemerintah Kabupaten Merangin, Pemerintah
pada Pemkab Tanjung Jabung Barat. Sedangkan pada Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Pemerintah
Pemkab Merangin dan Tanjabtim, opini tidak Kabupaten Tanjung Jabung Timur)
mengalami penurunan, namun dari hasil inventarisasi 2) Faktor-faktor yang mempengaruhi pelaporan aset
permasalahan aset, Pemkab Merangin dan Tanjabtim tetap pada laporan keuangan Pemda di Jambi
memiliki karakteristik khusus yang tidak dimiliki (Pemerintah Kabupten Merangin, Pemerintah
entitas lain di Jambi yaitu, BPK secara spesifik Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Pemerintah
melakukan Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu Kabupaten Tanjung Jabung Timur)
terkait pengelolaan aset tetap yang dilakukan pada 3) Perkembangan pelaporan aset tetap pada laporan
tahun 2016, dengan judul LHP “Laporan Hasil keuangan pemerintah Pemda di Jambi (Pemerintah
Pemeriksaan atas Pengelolaan Barang Milik Daerah TA Kabupaten Merangin, Pemerintah Kabupaten
2015 dan Semester I TA 2016 pada Pemerintah Tanjung Jabung Barat, Pemerintah Kabupaten
Kabupaten Tanjung Jabung Timur di Muara Sabak”, Tanjung Jabung Timur)?
nomor 30/LHP/XVIII.JMB/10/2016 dan “Laporan
Hasil Pemeriksaan atas Pengelolaan Aset Tahun 2. KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA
Anggaran 2014 dan 2015 pada Pemerintah Kabupaten PEMIKIRAN
Merangin di Bangko”, nomor 2.1. Kajian Pustaka
38/LHP/XVIII.JMB/10/2015. Penelitian ini juga 2.1.1. Opini Laporan Keuangan
merupakan salah satu respon atas diterapkannya SAP Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (2007)
akrual, khususnya pada akun-akun yang mengalami menyatakan bahwa tujuan dari pemeriksaan laporan
dampak signifikan perubahan sistem pencatatan (dalam keuangan adalah untuk memberikan opini atas laporan
hal ini diterapkannya metode depresiasi aset). keuangan. Pemberian opini atas laporan keuangan
Halaman | 35
harus didasarkan pada keyakinan yang memadai bahwa 2.2. Kerangka Pemikiran
laporan keuangan telah disajikan secara wajar dalam
Kerangka berpikir pada penelitian ini dapat
semua hal yang material sesuai dengan prinsip
dijelaskan sebagai berikut:
akuntansi yang berlaku umum. Penyajian laporan
keuangan secara wajar artinya bahwa tidak terdapat
Gambar. 1
salah saji yang material dalam pelaporan keuangan.
Kerangka Pemikiran
2.1.2. Kodering Temuan
Latar Belakang:
Masalah: Identifikasi Masalah:
Penelitian ini menggunakan metode Content Temuan terkait aset
tetap sering terjadi
Penyimpangan terhadap Temuan
asersi pada pengelolaan Penyebab
Analysis dalam pengerjaannya, sehingga dibutuhkan dan berdampak
aset tetap Perkembangan penyelesaian masalah
material
mekanisme kodefikasi untuk mengklasifikasikan data-
data yang akan dianalisis. Penulis mengadopsi metode
kodering dari BPK RI yang disahkan melalui Surat Metode:
Menginventarisir temuan Tujuan:
Keputusan BPK RI Nomor 5/K/I-XIII.2/8/2010 tentang Mengklasifikasi temuan Analisis dan klasifikasi jenis temuan
Menjelaskan upaya pemda dalam mengatasi Menjelaskan kondisi, penyebab, akibat,
Petunjuk Kodering Temuan Pemeriksaan permasalahan rekomendasi, dan tindak lanjut
Menganalis perkembangan penyelesaian masalah
BPK RI mengeluarkan Keputusan BPK RI Nomor
5/K/I-XIII.2/8/2010 tentang Petunjuk Kodering
Sumber Data:
Temuan Pemeriksaan. Untuk menjamin penyajian dan LHP
informasi yang akurat, mutakhir dan dapat dipercaya, Data Tindak Lanjut Kesimpulan Saran
Wawancara (optional)
maka pengolahan data dan inforamasi temuan
pemeriksaan dan rekomendasi hasil pemeriksaan perlu
dilaukan dengan dukungan aplikasi teknologi sistem
informasi. Apliaksi tersebut terintegrasi dengan Sistem 3. METODOLOGI PENELITIAN
Manajemen Pemeriksaan (SMP) yang dimulai dari 3.1. Objek dan Subjek Penelitian
perencenaan sampai dengan tindak lanjut. Kodering
temuan pemeriksaan adalah kegiatan pemberian kode Objek penelitian ini adalah temuan BPK-RI
temuan pemeriksaan berdasarkan atribut yang tersedia terkait aset tetap pada Laporan Hasil Pemeriksaan
dan terintegrasi dengan SMP pada saat temuan tersebut (LHP). Populasi penelitian adalah temuan pemeriksaan
diunggah ke dalam SMP. dari subjek penelitian selama kurun waktu 2014 - 2016,
yang kemudian akan diambil sampelnya dengan metode
Tujuan Kodering Temuan Pemeriksaan menurut purposive sampling.
Keputusan BPK RI Nomor 5/K/I-XIII.2/8/2010 tentang
Petunjuk Kodering Temuan Pemeriksaan adalah: Data yang digunakan adalah data sekunder dari
LHP Pemerintah Kabupaten Merangin, Pemerintah
1) Memberikan panduan bagi pemeriksa dalam Kabupaten Tanjung Jabung Barat, dan Pemerintah
menentukan area risiko (risk area) atau Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Data Laporan
kemungkinan permasalahan yang dapat diungkap Keuangan (audited) ini diperoleh dari BPK-RI, sebagai
dalam temuan pemeriksaan; lembaga pemerintah yang berfungsi sebagai eksternal
2) Memberikan pedoman dalam menentukan audit dalam bentuk Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP)
kelompok permasalahan dan rekomendasinya atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah tahun 2014
sebagai atribut yang harus disertakan saat input s.d 2016 dan telah dipublikasikan.
temuan pemeriksaan ke dalam SMP; Subjek penelitian ini adalah Pemerintah
3) Untuk memenuhi kebutuhan penyusunan Ikhtisar Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Pemerintah
Hasil Pemeriksaan Semester (IHPS) dan Kabupaten Tanjung Jabung Timur, dan Pemerintah
pemantauan tindak lanjut hasil pemeriksaan yang Kabupaten Merangin pada kurun waktu tahun anggaran
dilaksanakan dengan dukungan aplikasi teknologi 2014 – 2016.
sistem informasi yang terintegrasi dengan sistem
manajemen pemeriksaan (SMP); dan
3.2. Metode dan Pendekatan Penelitian
4) Memudahkan para pemilik kepentingan dalam
memilih informasi yang dibutuhkan dengan Metode yang digunakan dalam penelitian ini
memasukkan query berdasarkan kode yang tersedia. adalah metode kualitatif deskriptif yaitu dengan
menggambarkan mengapa fenomena itu terjadi. Data
5) Namun, dalam konteks penelitian makan kodering yang diperoleh akan dianalisis dengan metode analisis
digunakan untuk memilih informasi yang konten.
dibutuhkan dengan query berdasarkan kode yang
tersedia. Dengan kodefikasi yang sedemikian rupa Peneliti hendak memperoleh informasi yang
diharapkan penelitian ini memberikan informasi mendalam terkait suatu hal yang memiliki karakteristik
yang sederhana tentang gambaran kondisi tertenut, oleh karena itu penilitian ini menggunakna
permasalahan di suatu entitas. teknik purposive sampling / judgmental Sampling
dalam melakukan pengambilan sampel. Purposive
Halaman | 36
sampling adalah cara yang digunakan dalam situasi 2015 WDP 7 23 30%
dimana seorang ahli menggunakan penilaiannya dalam
2016 WDP 4 16 25%
memilih responden dengan tujuan tertentu di dalam
benaknya (Ibrahim, 2015). 2014 WDP 6 21 29%
Halaman | 37
pemeriksaan atau sebesar 53% dari total temuan Tabel 4.
Analisis Temuan Aset Tetap
pemeriksaan pada tahun tersebut. Kesimpulan yang
Pemkab Tanjabbar TA 2014 - 2016
dapat diambil dari kondisi di Merangin adalah sama
Kode Sub
seperti kesimpulan sebelumnya bahwa secara jumlah, No Jenis Temuan Kelompok
Jumlah
Temuan
banyaknya temuan aset tetap tidak mempengaruhi opini Temuan
yang diperoleh. Hal tersebut dapat dilihat dari opini 1 Penyimpangan terhadap 10406 3
yang diperoleh pada TA 2016, meskipun hampir peraturan per-UU bidang
pengelolaan perlengkapan atau
separuh temuan adalah terkait aset tetap, namun opini Barang Milik Negara/Daerah
yang diberikan adalah opini terbaik yaitu Wajar Tanpa 2 Kepemilikan aset tidak/belum 10414 1
Pengecualian. Dari ketiga entitas yang diuraikan di atas didukung bukti yang sah
3 Pencatatan tidak/belum 20101 5
dapat ditarik kesimpulan bahwa banyaknya temuan aset dilakukan atau tidak akurat
tetap tidak mempengaruhi kewajaran penyajian laporan 4 Proses penyusunan laporan 20102 11
tidak sesuai ketentuan
keuangan yang pada akhirnya bermuara pada opini atas 5 Perencanaan kegiatan tidak 20201 1
LKPD. Hal tersebut sejalan dengan kaidah yang memadai
dinyatakan dalam Standar Pemeriksaan Keuangan 6 Kelemahan pengelolaan fisik 20207 1
aset
Negara (SPKN) bahwa opini yang diberikan oleh BPK 7 Lain-lain Penjelasan: 20299 1
dipengaruhi oleh kewajaran penyajian laporan Kelemahan pengelolaan fisik
aset
keuangan. 8 Satuan Pengawas Intern yang 20304 3
ada tidak memadai atau tidak
berjalan optimal
Jumlah 26
4.3. Analisis Nilai Temuan Aset Tetap
Hasil analisis tabulasi data temuan aset tetap Tabel 5.
Analisis Temuan Aset Tetap
terhadap pergerakan opini, diketahui bahwa besarnya Pemkab Tanjabtim TA 2014 - 2016
nilai temuan aset tetap tidak berdampak lurus terhadap
perolehan opini. Besarnya nilai temuan aset tetap Kode Sub 2014 2015 2016
No Jenis Temuan Kelompok WTP-
seringkali hanya menunjukan, ketidaktertiban Temuan DPP
WDP WDP
administrasi dalam penyajian atau belum tentu 1 Lain-lain 10199 1 0 0
merupakan pelanggaran serius terhadap suatu Penjelasan: -
2 Penyimpangan 10406 2 2 2
ketentuan. terhadap peraturan
per-UU bidang
pengelolaan
perlengkapan atau
4.4. Klasifikasi Jenis Temuan Aset Tetap Barang Milik
Negara/Daerah
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian 3 Kepemilikan aset 10414 2 1 0
tidak/belum
ini adalah metode Content Analysis. Dalam metode didukung bukti yang
tersebut kategorisasi teks merupakan ciri paling sah
fundamental dalam memahami makna dan isi pesan 4 Pencatatan 20101 3 1 2
tidak/belum
sebuah komunikasi dalam analisis isi. Berdasarkan dilakukan atau tidak
hasil kategorisasi temuan aset tetap maka diperoleh akurat
5 Proses penyusunan 20102 4 4 2
data sebagai berikut: laporan tidak sesuai
ketentuan
Tabel 3.
6 Entitas tidak 20301 0 0 1
Rekapitulasi Jenis Temuan Terkait Aset Tetap memiliki SOP yang
Pemkab Merangin TA 2014 - 2016 formal untuk suatu
prosedur atau
Kode Sub keseluruhan
Jumlah prosedur
No Jenis Temuan Kelompok
Temuan
Temuan Jumlah 12 8 7
1 Aset Dikuasai Pihak Lain 10203 1
2 Penyimpangan terhadap peraturan 10406 1
per-UU bidang pengelolaan 4.5. Analsis Penyebab Temuan Aset Tetap
perlengkapan atau Barang Milik
Negara/Daerah Dalam konteks penelitian akademis yang bersifat
3 Pencatatan tidak/belum dilakukan 20101 13 kualitatif, subjektivitas peneliti menggali akar
atau tidak akurat
4 Proses penyusunan laporan tidak 20102 9 permasalahan dengan merekapitulasi penyebab temuan
sesuai ketentuan aset tetap tersebut muncul. Hasil dari analisis peneliti
5 Satuan Pengawas Intern yang ada 20304 7
tidak memadai atau tidak berjalan
dituangkan dalam tabulasi sebagaimana dapat dilihat
optimal pada lampiran Peneliti mencatat setidaknya terdapat 54
Jumlah 31 kata lalai yang disebutkan dalam penyebab
permasalahan, terdiri dari 17 kata lalai pada Pemkab
Tanjabbar, 13 kata lalai pada Pemkab Tanjabtim, dan
24 kata lalai dalam Pemkab Merangin. Kelalaian
tersebut menjadi penyebab utama terjadinya
permasalahan yang ada. Peneliti juga mencatat bahwa
Halaman | 38
kelalaian tersebut dilakukan oleh individu pemegang Penulis melakukan analisa temuan terkait aset
kekuasaan dalam pengelolaan aset tetap mulai dari tetap dan dampaknya terhadap opini laporan keuangan
Sekertaris Daerah selaku pengelola barang, Kepala dari beberapa prespektif, yaitu prespektif jumlah
Satuan Kerja Perangkat Daerah selaku pengguna temuan aset tetap, besaran nilai temuan aset tetap, jenis
barang, Pengurus Barang, dan Inspektur sebagai temuan aset tetap.
pengendali internal. Peneliti menarik kesimpulan dari
1) Banyaknya temuan aset tetap tidak berpengaruh
tabulasi penyebab permasalahan yang ditampilkan
pada kewajaran penyajian laporan keuangan, hal ini
tersebut adalah kelemahan sumber daya manusia baik
didasari tidak berbanding lurusnya antara jumlah
dari segi kompetensi maupun segi kedisiplinan. Hal ini
temuan terkait aset tetap dengan opini laporan
sejalan dengan wawancara yang dilakukan dengan
keuangan yang merupakan indikator kewajaran
pihak terkait bahwa penyebab utama munculnya
penyajian laporan keuangan
permasalahan terkait aset tetap adalahnya kelemahan
2) Besarnya nilai temuan aset tetap tidak berpengaruh
sumber daya manusia baik dari kompetensi dan segi
pada opini laporan keuangan hal ini didasari tidak
kuantitas.
berbanding lurusnya antara jumlah temuan terkait
aset tetap dengan opini laporan keuangan yang
merupakan indikator kewajaran penyajian laporan
4.6. Perkembangan Penyelesaian Permasalahan
keuangan
Terkait Aset Tetap
3) Jenis temuan aset tetap berpengaruh terhadap opini
Pemerintah Kabupaten Merangin belum laporan keuangan, hal ini didasari pada beberapa
melakukan upaya yang berarti dalam mengatasi temuan jenis temuan dengan karakteristik tertentu diketahui
terkait aset tetap. Tidak ada satupun dari temuan terkait menjadi pengecualian yang berdampak material
aset tetap yang ditanggapi secara serius oleh pada kewajaran penyajian laporan keuangan.
Pemerintah Kabupaten Merangin. Peneliti tidak dapat 4) Masing-masing entitas memiliki karakteristik
mengetahui secara pasti penyebab hal tersebut, permasalahan yang berbeda yang mempengaruhi
kompleksitas masalah, banyaknya pihak yang terlibat, kewajaran penyajian laporan keuangan.
dan itikad dari Pemkab terkait disinyalir menjadi 5) Lemahnya pengendalian internal mempengaruhi
penyebab. Peneliti juga menduga bahwa permasalahan munculnya temuan terkait aset tetap tersebut.
terkait sistem pengendalian internal dianggap tidak Kelemahan pengendalian internal tersebut menjadi
memiliki urgensi atas keberlangsungan dinasti politik, catatan khusus yang dinyatakan BPK RI pada
lain halnya jika temuan tersebut memiliki dampak laporan atas pengendalian internal.
hukum yang berat terhadap perorangan yang memilki 6) Kelemahan pengendalian internal tersebut terkait
kewenangan dan tanggung jawab terkait. Hal tersebut hal-hal integritas, komitmen terhadap kompetensi,
juga ditanggapi oleh pemeriksaan BPK dengan adanya gaya operasi manajemen, pendelegasian tanggung
temuan berulang. Temuan berulang adalah temuan jawab, kebijakan – praktek sumber daya manusia.
yang kondisinya sama persis dengan tahun anggaran Hasil analisis dari laporan hasil pemeriksaan dan
sebelumnya namun memiliki dampak akumulatif observasi dengan Pemda terkait menunjukkan
terhadap penyajian laporan tahun berjalan. kondisi yang identik yaitu permasalahan SDM.
7) Perkembangan penyelesaian permasalahan terkait
Dari 18 temuan aset tetap tiga buah temuan sudah aset tetap sangat rendah, hal ini ditunjukan dengan
ditindaklanjuti dan sudah menyelesaikan masalah,
munculnya temuan berulang, dan rendahnya upaya
sementara hasil konfirmasi dengan BPK, 15 temuan
tindak lanjut Pemerintah Daerah dalam
lainnya tindak lanjut hanya berupa surat teguran atau
melaksanakan rekomendasi BPK RI terkait
sanksi kepada pejabat terkait. permasalahan aset tetap. Hal tersebut linear dengan
Dari 18 temuan aset tetap Pemkab Tanjabtim hasil observasi di Pemda, dimana ditemukan kondisi
menindaklanjuti tiga buah temuan, namun secara bahwa Pemda kesulitan dalam melakukan
substansi hal tersebut belum menyelesaikan penatausahaan aset bermasalah yang diperoleh pada
masalahnya. masa yang sudah lampau (kurang lebih 10 tahun).
Halaman | 40