You are on page 1of 7

TATA KELOLA PEMERINTAHAN YANG BAIK DAN BERSIH (GOOD AND

CLEAN GOVERNANCE)

Pengertian Good Governance

Good and clean governance adalah segala hal yang berkaitan dengan tindakan yang
bersifat mengarahkan, mengendalikan, atau mempengaruhi urusan publik untuk mewujudkan
nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Pengertian good governance tidak hanya
menyangkut lembaga pemerintahan saja, tetapi menyangkut lembaga dan nonpemerintah
(lembaga swadya masyarakat) dengan istilah good corporate. Prinsip good governance juga
dapat diterapkan dalam pengelolaan lembaga sosial dan kemasyarakatan, seperti arisan,
pengajian, perkumpulan olahraga tingkat RT, organisasi kelas hingga organisasi lain yang lebih
besar. Di Indonesia, istilah good governance dipadankan dengan istilah pemerintahan yang
baik, bersih, dan berwibawa.

Pemerintahan yang baik itu berarti baik dalam proses mau pun hasilnya. Adapun tanda-
tanda pemerintahan yang baik ialah:

a. Semua unusr dalam pemerintahan dapat bekerja secara sinergis, tidak berbenturan
dan memperoleh dukungan dari rakyat
b. Pembangunan dapat dilakukan dengan biaya yang minimal, tetapi dengan hasil
yang maksimal
c. Produktivitas bersinergi dengan peningkatan indikator kemampuan ekonomi rakyat

Prinsip-prinsip Pokok Good and Clean Governance

Lembaga Administrasi Negara (LAN) merumuskan sembilan aspek fundamental (asas) dalam
good governance yang harus diperhatikan, yaitu:

1. Partisipasi (Participation)
Partisipasi adalah bentuk keikutsertaan masyarakat dalam pengambilan keputusan.
Untuk mendorong partisipasi masyarakat, regulasi birokrasi harus diminimalisasi.
2. Penegakan hukum (rule of law)
Asas penegakan hukum adalah pengelolaan pemerintahan yang didukung oleh
penegakan hukum yanf berwibawa. Tanpa penegakan hukum, partisipasi publik
menjadi tindakan publik yang anarkis. Realisasi good governance harus diimbangi
dengan penegakan hukum yang mengandung unsur-unsur sebagai berikut:
a. Supremasi hukum, yaitu setiap tindakan unsur-unsur kekuasaan negara dan peluang
partisipasi masyarakat didasarkan pada hukum dan aturan yang jelas dan tegas, dan
dijamin pelaksanaanya secara benar serta indenpenden.
b. Kepastian hukum, maksudnya ialah setiap kehidupan berbangsa dan bernegara
diatur oleh hukum yang jelas dan pasti, tidak duplikatif, dan tidak bertentangan.
c. Hukum yang responsif, yaitu aturan hukum disusun berdasarkan aspirasi
masyarakat dan mampun mengakomodasi berbagai kebutuhan publik
d. Penegakan hukum yang konsistem dan nondiskriminatif, yaitu penegakan hukum
berlaku untuk semua masyarakat.
e. Indenpedensi peradilan, yaitu peradilan yang independen bebas dari pengaruh
penguasa laiinya.
3. Transparansi (transparency)
Transparasi adalah unsur lain yang terwujudnya good and clean governance. Tanpa
prinsip tranparansi, suatu negara akan terdapat korupsi yang sangat parah. Dalam
pengelolaan negara, pelaksanaannya harus dilakukan secara transparan, yaitu saat:
a. Penetapan posisi atau jabatan
b. Kekayaan pejabat publik
c. Pemberian penghargaan
d. Penetapan kebijakan yang terkait dengan pencerahan kehidupan
e. Kesehatan
f. Moralitas para pejabat dan aparatur pelayanan publik
g. Keamanan dan ketertiban
h. Kebijakan strategis untuk pencerahan kehidupan masyarakat.
4. Responsif (responsive)
Responsif yaitu dalam pelaksanaan good and clean governance, pemeirntah
harus tanggap dalam persoalan masyarakat. Pemerintah harus proaktif dalam
memahami, mempelajari dan menganalisis kebutuhan masyarakat.
5. Konsensus
Asas konsesus yaitu bahwa setiap keputusan harus dilakukan melalui proses
musyawarah melalui konsensus. Dengan begitu seluruh atau sebagian besar pihak dapat
puas dan cara ini dapat mengikat sebian besar komponen msyawarah dan memiliki
kekuatan memaksa terhadap semua yang telibat untuk melaksanakan keputusan
tersebut. Kebijakan-kebijakan yang penting dan bersifat publik sebaiknya diputuskan
bersama dengan unsur-unsur yang terkait. kebijakan individual hanya dapat dilakukan
saat menyangkut teknis pelaksanaan kebijakan, sesuai dengan batas kewenangannya
Prinsip ini perlu dikembangkan karena urusan yang dikelola pemerintah ialah
persoalan publik yan harus dipertanggungjawabkan kepada rakyat. Aspirasi dan
kebutuhan masyarakat pun semakin banyak yang terwakili. Selain itu, semakin banyak
yang melakukan pengawasan terhadap kenijakan umum, maka semakin tinggi pula
tingkat kehati-hatiannya, dan akuntabilitas pelaksanaannya dapat semakin
dipertanggungjawabkan.
6. Kesetaraan (equity)
Kesetaraan ialah kesamaan dalam perlakuan dan pelayanan publik. Asas ini
mengharuskan pelaksanaan pemerintahan agar bersikap adil dalam pelayanan publik
tanpa mengenal perbedaan.
7. Efektivitas (effectiveness) dan efisiensi (efficiency)
Pemerintahan juga harus memenuhi kriteria efektif dan efisien, yaitu berdaya
guna dan berhasil guna. Biasanya efektivitas dapat diukur dengan parameter produk
yang dapat menjangkau kepentingan masyarakat dari berbagai kelompok. Adapun asas
efesiensi biasanya diukur dengan rasionalitas biaya pembangunan dalam memenuhi
kebutuhan masyarakat. Semakin kecil biaya yang digunakan, maka pemerintahan
tersebut efisien.
8. Akuntabilitas (accountability)
Akuntabilitas yaitu pertanggungjawaban pejabat publik terhadap masyarakat
yang memberinya kewenangan untuk mengurusi kepentingan mereka. Pejabat publik
dituntuk untuk dapat mempertanggungjawabkan semua kebijakan, perbuatan, moral,
dan netralitas sikapnya terhadap masyarakat.
9. Visi strategis (strategic vision)

Visi strategis adalah pandangan strategis dalam menghadapi masa yang akan
datang. Kebijakan yang diambil saat ini harus diperhitungkan akibatnya pada masa
yang akan datang. Seseorang yang menempati jabatan dalam suatu lembaga harus
memiliki kemampuan untuk menganalisis persoalan dan tantangan yang akan dihadapi.
Good and Clean Governance dan Kontrol Sosial

Partisipasi masyarakat merupakan salah satu tujuan dari implementasi good and clean
governance. Keterlibatan masyarakat akan melahirkan kontrol masyakat terhadap proses
pengelolaan lembaga pemerintahan. Untuk mewujudkan pemerintahan yang baik dan bersih
berdasarkan prinsip-prinsip pokok good and clean governance, dapat dilakukan melalui
pelaksanaan prioritas program, yaitu:

a. Penguatan fungsi dan peran lembaga perwakilan.


Lembaga legislatif harus melakukan check adn balances dan mampu menyerap dan
mengartikulasi aspirasi masyarakat dalam bentuk usulan pembagunan kepada
lembaga eksekutif
b. Kemandirian lembaga peradilan.
c. Profesionalitas dan integritas aparatur pemerintah
d. Penguatan partisipasi Masyarakat Madani
Partisipasi masyarakat dalam proses kebijakan publik harus dilakukan dan
difasilitasi oleh negara. Pada dasarnya, peran aktif masyarakat dijamin oleh prinsip-
prinsip HAM, sperti masyarakat memiliki hak atas informasi, menyampaikan
usulan dan hak untuk melakukan kritik terhadap kebiijakan pemerintah.
e. Peningkatan kesejahteraan rakyat dalam kerangka otonomi daerah.
Setiap daerah memiliki kewenangan untuk melakukan pengelolaan dan
memajukan masyarakat. Dengan pelaksanaan otonomi daerah, pencapaian tingkat
kesejahteraan dapat diwujudkan lebih cepat yang akan mendorong kemandiriaan
masyarakat.

Penghambat Utama Tata Kelola Pemerintahan yang Baik dan Bersih

Korupsi merupakan penghambat utama dalam tata kelola dalam mewujudkan good and
clean governance. Menurut Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP), korupsi
merupakan tindakan yang merugikan kepentingan umum dan masyarakat luas demi
keuntungan pribadi atau suatu kelompok. Di Indonesia, kasus korupsi banyak dilakukan secara
kolektif oleh para politisi saat melakukan dan menentukan anggaran pembangunan hinngga
penyelenggaraan tender proyek dan pelaksanaan proyek pembangunan.

Menurut data Indeks Persepsi Korupsi tahun 2011, Indonesia masuk di ururtan ke-100
di dunia yang melakukan korupsi. Sementara di antara negara di kawasan Asia Pasifik,
indonesia berada di urutan ke-20. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahawa Indonesia
masih membutuhkan kerja keras, khususnya pemerintah, untuk melakukan upaya pencegahan
tindakan korupsi.

Adapun penanggulangan tindakan korupsi diantaranya dapat dilakukan dengan cara:

1. Adanya political will dan political action dari pejabat negara dan pimpinan lembaga
pemerintah pada setiap satuan kerja organisasi untuk melakukan langkah proaktif
pencegahan dan pemberantasan perilaku dan tindak pidana korupsi.
2. Penegakkan hukum secara tegas dan berat.
3. Membangun lembaga-lembaga yang mendukung upaya pencegahan korupsi.
4. Membangun mekanisme penyelenggara pemerintahan yang menjamin terlaksananya
praktik good and clean governance¸ baik di sektor pemerintah, swasta, atau organisasi
kemasyarakatan.
5. Memberikan pendidikan antikorupsi, baik melalui pendidikan formal maupun
nonformal.
6. Gerakan agama antikorupsi, yaitu gerakan membangun kesadaran keagamaan dan
mengembangkan spiritualitas antikorupsi.

Tata Kelola Kepemerintahan yang Baik dan Kinerja Birokrasi Pelayanan Publik

Pelayanan publik adalah pemberian jasa kepada masyarakat untuk memenuhi


kebutuhan masyarakat.pelayanan publik dapat diberikan oleh pemerintah maupun pihak
swasta. Pelayanan publik memiliki beberapa motif. Pelayanan publik yang bermotif sosial dan
politik oleh instansi pemerintah yaitu menjalankan tugas serta mencari dukungkan suara.
Sementara pelayanan publik yang bermotif ekonomi oleh pihak swata yaitu mencari
keuntungan.

Pelayanan publik menjadi titik strategis untuk memulai pengembangan dan penerapan
good and clean governance. Hal tersebut dikarenakan, pertama, pelayanan publik menjadi
tempat dimana negara yang diwakili pemerintah berinteraksi dengan lembaga non pemerintah.
Keberhasilan pelayanan publik akan menghasilkan dukungan masyarakat terhadap kerja
birokrasi. Kedua, pelayanan publik adalah wilayah dimana berbagai aspek good and clean
governance dapat diartikulasi dengan mudah. Ketiga, pelayanan publik melibatkan
kepentingan pemerintah, masyarakat, dan mekanisme pasar. Dengan begitu, pelayanan publik
menjadi tittik pangkal efektifnya kinerja birokrasi.

Kinerja birokrasi adalah ukuran kuantitatif dan kualitif yang menggambarkan tingkat
pencapaian sasaran yang telah didtetapkan dengan memperhitungkan beberapa elemen-elemen
indikator, yaitu:

1. Indikator masukan (inputs) adalah segala sesuatu yang dibutuhkan agar birokrasi
mampu menghasilkan produknya.
2. Indikator proses (process) yaitu sesuatu yang berkaitan dengan proses pekerjaan
berkaitan dengan kesesuaian antara perencanaan dengan pelaksanaan.
3. Indikator produk (outputs), yaitu sesuatu yang diharapkan langsung dicapai dari suatu
kegiatan yang berupa fisik ataupun nonfisik.
4. Indikator hasil (outcomes) adalah segala sesuatu yang terkait dengan tujuan akhir dari
pelaksanaan kegiatan.
5. Indikator manfaat (benefit) adalah sesuatu yang terkait dengan tujuan akhir dari
pelaksanaan kegiatan.
6. Indikator dampak (impacts) adalah pengaruh yang ditimbulkan, baik positif maupun
negatif.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Birokrasi

Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja birokrasi antara lain:


1. Manajemen organisasi dalam menerjemahkan tujuan birokrasi
2. Budaya kerja dan organisasi pada birokrasi
3. Kualitas sumber daya manusia yang dimiliki
4. Kepemimpinan birokrasi yang efektif dan koordinasi kerja birokrasi
5. Struktur birokrasi sebagai hubungan internal, yang berkaitan dengan fungsi yang
menjalankan aktivitas birokasi.
6. Kebijakan pengelolaan, berupa visi, misi, tujuan, sasaran, dan tujuan dalam
perencanaan strategis pada birokrasi.
7. Sumber daya manusia, yang berkaitan dengan kualitas kerja dan kapasitas diri untuk
bekerja dan berkarya secara optimal.
8. Sistem informasi manajemen, yang berhubungan dengan pengelolaan database dalam
kerangka mempertinggi kinerja birokrasi.
9. Sarana dan prasarana yang dimiliki, yang berhubungan dengan penggunaan teknologi
bagi penyelenggaraan birokrasi pada setiap aktivitas birokrasi

You might also like