Professional Documents
Culture Documents
TINJAUAN PUSTAKA
8
2.2 Persiapan Pra Bedah
Pada umumnya persiapan pra bedah dapat kita katagorikan menjadi dua
yaitu:
2.2.1 Persiapan Pasien Jangka Panjang
Persiapan yang sebaiknya dilakukan lebih dari satu hari sebelum
dilakukan pembedahan. Persiapan yang lebih efektif dan efisien jika
dilakukan pada jauh hari sebelum dilakukan tindakan pembedahan.
Terdapat beberapa hal yang harus disiapkan baik oleh pasien maupun
oleh perawat ruangan dalam persiapan pra bedah. Persiapan ini
meliputi: persiapan administrasi, persiapan fisik, persiapan mental,
persiapan penunjang, persiapan medikal.
1. Persiapan Administrasi
a. Surat Ijin Tindakan (Informed Consent)
Pasien dan keluarga harus menyadari bahwa tindakan medis,
serta operasi sekecil apapun memiliki resiko. Untuk itu setiap
pasien yang akan menjalani tindakan medis, wajib untuk
menuliskan surat pernyataan persetujuan untuk dilakukannya
tindakan medis baik itu pembedahan maupun anastesi.
Meskipun mengandung resiko yang tinggi tetapi seringkali
tindakan operasi tidak dapat dihindari dan merupakan satu-
satunya pilihan bagi pasien. Tidak semua tindakan operasi
mengakibatkan komplikasi yang berlebihan bagi pasien,
seringkali pasien dapat pulang kembali ke rumah dalam keadaan
sehat tanpa komplikasi dan resiko apapun segera setelah
mengalami operasi.
b. Formulir Rencana Tindakan (SLIP)
Formulir rencana tindakan merupakan salah satu persyaratan
yang sangat penting untuk kelengkapan administrasi yang harus
di urus oleh pasien ataupun keluarganya karena berkaitan
dengan tindakan yang akan dilakukan dengan pihak yang akan
menjamin tindakan tersebut di setujui untuk dilaksanakan.
9
2. Persiapan Fisik
Persiapan fisik pra bedah yang di alami oleh pasien terbagi menjadi
2 tahapan, yaitu persiapan di unit perawatan dan persiapan di ruang
operasi. Berbagai persiapan fisik yang harus dilakukan terhadap
pasien sebelum operasi antara lain:
a. Status Kesehatan Fisik Secara Umum
Pemeriksaan status kesehatan pasien secara umum perlu
dilakukan sebelum dilakukan pembedahan. Pemeriksaan ini
meliputi: identitas pasien, riwayat penyakit pasien, riwayat
kesehatan keluarga, pemeriksaan fisik lengkap yang meliputi:
status hemodinamik, status kardiovaskular, fungsi ginjal dan
hepatik, status pernafasan, fungsi endokrin, fungsi imunologi
dan lain-lain.
b. Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
Keseimbangan cairan perlu diperhatikan dalam kaitannya
dengan input dan output. Selain itu, kadar elektrolit serum perlu
diperhatikan dan dipastikan berada dalam rentang normal.
Kadar elektrolit yang biasanya dilakukan pemeriksaan
diantaranya adalah kadar natrium serum (normal : 135-145
mmol/l), kadar kalium serum (normal : 3,5-5 mmol/l), kadar
kreatinin serum (normal : 0,70- 1,50 mg/dl). Keseimbangan
cairan dan elektrolit erat kaitannya dengan gambaran fungsi
ginjal yang mengatur asam basa dan ekskresi metabolit obat-
obatan anastesi. Jika fungsi ginjal baik maka operasi dapat
dilaksanakan dengan baik, namun jika ginjal mengalami
gangguan maka operasi harus ditunda menunggu perbaikan
fungsi ginjal, kecuali pada kasus kasus yang mengancam jiwa.
c. Status Nutrisi
Kebutuhan nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi badan
dan berat badan, mengukur lipat kulit trisep, lingkar lengan atas,
kadar protein darah (albumin dan globulin) dan keseimbangan
10
nitrogen. Segala bentuk defisiensi nutrisi harus dikoreksi
sebelum pembedahan untuk memberikan protein yang cukup
untuk perbaikan jaringan. Kondisi gizi buruk dapat
mengakibatkan pasien mengalami berbagai komplikasi pasca
operasi dan mengakibatkan pasien menjadi lebih lama dirawat
dirumah sakit. Komplikasi yang paling sering terjadi adalah
infeksi pasca operasi, dehisiensi (terlepasnya jahitan sehingga
luka tidak bisa menyatu), demam dan penyembuhan luka yang
lama. Pada kondisi yang serius pasien dapat mengalami sepsis
yang bisa mengakibatkan kematian.
3. Persiapan Mental
Persiapan mental merupakan hal yang tidak kalah penting dalam
persiapan operasi karena mental pasien yang tidak siap dapat
berpengaruh terhadap kondisi fisiknya. Tindakan pembedahan
merupakan ancaman potensial maupun aktual pada integritas
seseorang yang dapat membangkitkan reaksi stres fisiologi
maupun psikologi. Contoh perubahan fisiologi yang muncul
akibat kecemasan/ketakutan antara lain: pasien dengan riwayat
hipertensi jika mengalami kecemasan sebelum operasi dapat
mengakibatkan pasien sulit tidur dan tekanan darahnya akan
meningkat sehingga operasi bisa dibatalkan.
Setiap orang mempunyai pandangan yang berbeda dalam
menghadapi pengalaman operasi sehingga akan memberikan
respon yang berbeda pula, akan tetapi sesungguhnya perasaan
takut dan cemas selalu dialami oleh setiap orang dalam
menghadapi pembedahan. Berbagai alasan yang dapat
menyebabkan ketakutan atau kecemasan pasien dalam
menghadapi pembedahan antara lain:
a. Takut nyeri setelah pembedahan
b. Takut perubahan fisik, menjadi buruk rupa dan tidak berfungsi
c. Takut/cemas mengalami kondisi yang sama dengan orang lain
yang mempunyai penyakit yang sama
11
d. Takut menghadapi ruang operasi, peralatan operasi dan petugas
e. Takut meninggal saat dibius/ tidak sadar lagi
f. Takut operasi gagal
Tingkat kecemasan dapat dibagi menjadi beberapa tingkatan
adalah sebagai berikut :
a. Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan dalam
kehidupan sehari hari dan menyebabkan seseorang menjadi
waspada dan meningkatkan persepsi.
b. Kecemasan sedang memungkinkan seseorang untuk
memusatkan pada hal yang penting dan mengesampingkan yang
lain sehingga seseorang mengalami perhatian yang selektif
namun dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah.
c. Kecemasan berat, sangat mengurangi persepsi seseorang yang
cenderung memusatkan pada sesuatu yang terinci, spesifik dan
tidak dapat berpikir tentang hal lain.
d. Tingkat Panik, berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan
terror, karena mengalami kehilangan kendali, orang yang
mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun
dengan pengarahan.
Cara mengukur kecemasan menurut Hawari (2008) dapat
menggunakan alat ukur yang dikenal dengan nama Hamilton
Rating Scale For Anxiety (HRS-A). Pengukuran ini dapat
mengukur adalah dengan mengukur derajat kecemasan
seseorang (ringan, berat, atau berat sekali). Alat ukur ini terdiri
dari 14 kelompok gejala yang masing masing kelompok dirinci
lagi dengan gejala gejala yang lebih spesifik. Masing-masing
kelompok gejala diberi penilaian nilai antara 0-4, yang artinya
nilai 0 berarti tidak ada gejala, nilai 1 gejala ringan, nilai 2
gejala sedang, nilai 3 gejala berat, nilai 4 gejala berat sekali.
Masing-masing nilai dari ke 14 kelompok gejala tersebut
dijumlahkan dan dari hasil penjumlahan tersebut dapat diketahui
derajat kecemasan seseorang yaitu total nilai ≤5 tidak ada
12
kecemasan, nilai 6-1 kecemasan ringan, nilai 15-27 kecemasan
sedang, nilai ≥28 kecemasan berat
Tabel 2.1
Tabel alat ukur HRS-A (Hamilton Rating Scale For Anxiety)
13
6 Perasaan Depresi
a. Hilangnya minat
b. Sedih
c. Bangun dini hari
d. Perasaan berubah ubah
7 Gejala Somatik/ fisik ( otot )
a. Sakit dan nyeri otot otot
b. Kaku
c. Kedutan otot
d. Gigi gemerutuk
e. Suara tidak stabil
8 Gejala somatic / fisik ( sensorik )
a. Tinitus ( telinga berdenging )
b. Penglihatan kabur
c. Muka merah atau pucat
d. Merasa lemas
9 Gejala Kardiovaskular ( Jantung
dan Pembuluh Darah )
a. Takikardia
b. Berdebar debar
c. Nyeri di dada
d. Denyut nadi mengeras
e. Rasa lesu/lemas seperti mau pingsan
10 Gejala Respiratori ( Pernafasan )
a. Rasa tertekan atau sempit didada
b. Rasa tercekik
c. Sering menarik nafas
d. Nafas pendek/sesak
11 Gejala Gastrointestinal
( Pencernaan )
a. Sulit menelan
b. Perut melilit
c. Gangguan pencernaan
d. Nyeri sebelum dan sesudah makan
14
e. Rasa penuh dan kembung
f. Mual muntah
g. Buang air besar lembek atau konstipasi
12 Gejala Urogenital ( Perkemihan )
a. Sering buang air kecil
b. Tidak dapat menahan air seni
13 Gejala Autonom
a. Mulut kering
b. Muka merah
c. Mudah berkeringat
d. Kepala terasa berat
14 Tingkah Laku
a. Gelisah
b. Tidak tenang
c. Jari gemetar
d. Kerut kening
e. Muka tegang
f. Otot tegang/ mengeras
15
proses operasi, menunjukan tempat kamar operasi, dll.
Pasien yang telah mengetahui berbagai informasi
selama operasi akan menjadi lebih siap menghadapi
operasi.
b. Memberikan penjelasan terlebih dahulu sebelum setiap
tindakan persiapan operasi sesuai dengan tingkat
perkembangan, gunakan bahasa yang sederhana dan
jelas. Misalnya: jika pasien harus puasa, maka perawat
harus menjelaskan kapan harus mulai puasa dan sampai
kapan, manfaat puasa untuk apa, memberikan
penjelasan sebelum pengambilan sampel darah pasien.
Diharapkan dengan pemberian informasi yang lengkap
kecemasan yang dialami oleh pasien akan berkurang
dan mempersiapkan mental pasien dengan baik.
c. Memberi kesempatan pada pasien dan keluarganya
untuk menanyakan tentang segala prosedur yang ada.
Dan memberi kesempatan pada pasien dan keluarga
untuk berdoa bersama-sama sebelum pasien di antar ke
kamar operasi.
d. Mengoreksi pemahaman yang salah tentang tindakan
pembedahan dan hal-hal lain karena pengertian yang
salah akan menimbulkan kecemasan pada pasien.
e. Kolaborasi dengan dokter terkait dengan pemberian
obat pre medikasi, seperti valium dan diazepam tablet
sebelum pasien tidur untuk menurunkan kecemasan dan
pasien dapat tidur sehingga kebutuhan istirahatnya
terpenuhi.
f. Pada saat pasien telah berada di ruang serah terima
pasien di kamar operasi, petugas kesehatan di situ akan
memperkenalkan diri sehingga membuat pasien merasa
lebih tenang. Untuk memberikan ketenangan pada
pasien, keluarga juga diberikan kesempatn untuk
16
mengantar pasien samapi ke batas kamar operasi dan
diperkenankan untuk menunggu di ruang tunggu yang
terletak di depan kamar operasi.
4. Persiapan Penunjang
Persiapan penunjang merupakan bagian yang tidak dapat
dipisahkan dari tindakan pembedahan. Tanpa adanya hasil
pemeriksaan penunjang, maka dokter bedah tidak dapat
menentukan tindakan operasi yang harus dilakukan pada
pasien. Pemeriksaan penunjang yang dimaksud adalah
sebagai berikut :
a. Pemeriksaan Radiologi dan Diagnostik, seperti
elektrokardiogram (EKG), echocardiografi, rontgen
dada, MRI, CT-Scan.
b. Pemeriksaan Laboratorium berupa pemeriksaan darah,
Hb, Leokosit, Limfosit, LED, Trombosit, Albumin,
Globulin, Kalium, Natrium, Clorida, CT, BT, Ureum
Kreatinin, BUN, dan lain lain.
c. Pemeriksaan Kadar Gula Darah dilakukan untuk
mengetahui apakah kadar gula darah pasien dalam
rentan normal atau tidak. Uji kadar gula darah pasien
biasanya dilakukan dengan puasa 10 jam dan
pemeriksaan kadar gula darah 2 jam setelah makan dari
pemeriksan pertama.
d. Pemeriksaan Infeksi Fokal. Sebelum dilaksanakannya
tindakan pembedahan pasien diwajibkan untuk
melaksanakan pemeriksaan ke poliklinik Gigi dan
mulut, THT. Biasanya Gigi yang berlobang dan
tonsillitis yang kronis, kelainan kulit seperti dermatitis
yang akan menimbulkan infeksi pada saat pembedahan.
17
5. Pemeriksaan status Anastesi
Pemeriksaan status pembiusan atau anastesi dilakukan
untuk keselamatan selama tindakan pembedahan. Sebelum
dilakukan anastesi pasien akan menjalani pemeriksaan
status fisik yang sangat diperlukan untuk menilai sejauh
mana resiko pembiusan terhadap diri pasien. Pemeriksaan
yang biasa digunakan adalah pemeriksaan dengan
menggunakan metode ASA (American Society of
Anasthesiologist). Pemeriksaan ini dilakukan karena obat
dan teknik anastesi pada umumnya akan mengganggu
fungsi pernafasan, peredaran darah dan sistem saraf.
6. Persiapan Medikal
a. Obat obatan
- Obat anti koagulan dihentikan 1 minggu sebelum
operasi, contoh: Sintrom, Simarc, dan Aspirin.
- Obat diuretik dihentikan tiga hari sebelum operasi,
contoh: Furosemide, Spironolactone, kecuali bila
ada instruksi lain dari dokter.
- Antibiotik diberikan untuk profilaksis dan diberi
waktu untuk induksi anastesi di dalam kamar
operasi, hanya diperlukan untuk test kulit agar kita
mengetahui apakah pasien alergi atau tidak.
- Obat Calsium Bloker atau Beta Bloker di berikan
sampai hari pelaksanaan tindakan pembedahan.
b. Persiapan Darah
Permintaan darah di PMI ada 3 jenis darah yaitu: Packed
Red Cell (PRC) 1000 cc (15-20 cc/kg BB), Fresh Frozen
Plasma 1000 cc (15-20 cc/kgBB), Trombosit 5 unit.
2.2.2 Persiapan Pasien Jangka Pendek
Persiapan pasien jangka pendek merupakan persiapan yang harus
dilakukan maksimal dalam 1x24 jam sebelum tindakan pembedahan.
18
Persiapan ini bersifat akan efektif dan efisien apabila dilakukan
menjelang pembedahan (jarak waktunya tidak terlalu jauh dengan
jadwal tindakan bedah). Persiapan ini meliputi:
1. Kecukupan istirahat
Klien harus istirahat yang cukup sebelum tindakan karena dengan
istirahat dan tidur yang cukup klien tidak akan mengalami stres
yang mempengaruhi hemodinamik saat pembedahan. Tubuh yang
rileks sangat dibutuhkan bagi klien yang memiliki riwayat
hipertensi, tekanan darahnya dapat stabil dan bagi klien wanita
tidak akan memicu terjadinya haid lebih awal. Kolaborasi dengan
dokter terkait dengan pemberian obat pre medikasi, seperti valium
dan diazepam tablet sebelum tidur untuk menurunkan kecemasan
sehingga kebutuhan istirahatnya terpenuhi.
2. Kebersihan lambung dan kolon
Intervensi keperawatan yang bisa diberikan diantaranya adalah
klien dipuasakan dan dilakukan tindakan pengosongan lambung
dan kolon dengan menggunakan yal. Puasa harus dijalani pasien
berkisar antara 7 sampai 8 jam (biasanya puasa dilakukan mulai
pukul 24.00 WIB). Tujuan dari pengosongan lambung dan kolon
adalah untuk menghindari aspirasi (masuknya cairan lambung ke
paru-paru) dan menghindari kontaminasi feses ke area
pembedahan sehingga menghindarkan terjadinya infeksi pasca
pembedahan. Tindakan puasa pada klien yang memiliki riwayat
diabetes mellitus harus dipantau kadar gula darahnya untuk
mewaspadai terjadinya hipoglikemia. Khusus pada klien yang
menbutuhkan operasi CITO (segera), pengosongan lambung dapat
dilakukan dengan cara pemasangan NGT (naso gastric tube).
3. Pencukuran daerah operasi
Pencukuran pada daerah operasi ditujukan untuk menghindari
terjadinya infeksi pada daerah yang dilakukan pembedahan
karena rambut yang tidak dicukur dapat menjadi tempat
bersembunyi kuman dan juga menghambat proses penyembuhan
19
dan perawatan luka. Meskipun demikian, ada beberapa kondisi
tertentu yang tidak memerlukan pencukuran sebelum operasi,
misalnya pada klien luka insisi pada lengan. Tindakan pencukuran
harus dilakukan dengan hati-hati jangan sampai menimbulkan
luka pada daerah yang dicukur. Daerah yang dilakukan
pencukuran tergantung pada jenis operasi dan daerah yang akan
dioperasi. Biasanya daerah sekitar alat kelamin (pubis) dilakukan
pencukuran jika yang dilakukan operasi pada daerah sekitar perut
dan paha. Selain terkait daerah pembedahan, pencukuran pada
lengan juga dilakukan pada pemasangan infus sebelum
pembedahan. Tehnik pencukuran dilakukan dengan menggunakan
clipper. Pencukuran dilakukan satu jam sebelum dikirim ke kamar
bedah.
4. Personal Hygiene
Kebersihan tubuh klien sangat penting untuk persiapan operasi
karena tubuh yang kotor dapat merupakan sumber kuman dan
dapat mengakibatkan infeksi pada daerah yang dioperasi. Pada
pasien dengan kondisi fisik kuat dianjurkan untuk mandi sendiri
dan membersihkan daerah operasi dengan lebih seksama.
Sebaliknya, jika klien tidak mampu memenuhi kebutuhan
personal hygiene secara mandiri maka perawat akan memberikan
bantuan pemenuhan kebutuhan personal hygiene. Mandi
antiseptik dilakukan pada hari dilakukannya operasi, dengan cara
membasahi rambut hingga seluruh badan, kemudian rambut
dikeramas dengan sabun anti septik lalu dibilas hingga bersih dan
anggota badan yang lain dilakukan proses penyabunan sebanyak 2
kali pengulangan dan dibilas hingga bersih
5. Pengosongan kandung kemih
Pengosongan kandung kemih dilakukan dengan melakukan
pemasangan kateter. Selain untuk pengosongan isi bladder dengan
tindakan kateterisasi juga diperlukan untuk mengobservasi
balance cairan.
20
6. Latihan Pra Bedah
Berbagai latihan sangat diperlukan pada pasien sebelum operasi,
hal ini sangat penting sebagai persiapan pasien dalam menghadapi
kondisi pasca operasi, seperti: nyeri daerah operasi, batuk dan
banyak lender pada tenggorokan. Latihan yang diberikan pada
pasien sebelum operasi antara lain :
a. Latihan Nafas Dalam
Latihan nafas dalam sangat bermanfaat bagi pasien untuk
mengurangi nyeri setelah operasi dan dapat membantu pasien
relaksasi sehingga pasien lebih mampu beradaptasi dengan
nyeri dan dapat meningkatkan kualitas tidur. Selain itu teknik
dapat meningkatkan ventilasi paru dan oksigenasi darah setelah
anastesi umum. Latihan tarik nafas dalam harus segera
dipraktekkan oleh pasien secara efektif dan benar segera
setelah operasi sesuai dengan kondisi dan kebutuhan pasien.
Latihan nafas dalam dapat dilakukan dengan cara sebagai
berikut:
- Pasien tidur dengan posisi duduk atau setengah duduk
dengan lutut Ditekuk dan perut tidak boleh tegang.
- Letakkan tangan diatas perut
- Hirup udara sebanyak-banyaknya dengan hidung dalam
kondisi mulut tertutup rapat.
- Tahan nafas beberapa saat (3-5 detik) kemudian secara
perlahan lahan, udara dikeluarkan sedikit demi sedikit
melalui mulut
- Lakukan hal ini berulang kali (15 kali)
- Lakukan latihan dua kali sehari praoperatif.
b. Latihan Batuk Efektif
Latihan batuk efektif juga sangat diperlukan bagi pasien
terutama bagi pasien yang mengalami operasi dengan anastesi
general. Hal ini dikarenakan pasien akan mengalami
pemasangan alat bantu nafas selama dibawah pengaruh
21
anastesi sehingga ketika pasien sadar pasien akan mengalami
rasa tidak nyaman pada tenggorokan dan merasa banyak lender
kental di tenggorokan. Latihan batuk efektif sangat bermanfaat
bagi pasien setelah operasi untuk mengeluarkan lendir tersebut.
Ada beberapa tehnik batuk efektif yang bisa kita ajakan ke
pasien yaitu dengan cara:
- Pasien condong kedepan dari posisi semifowler, jalinkan jari
jari tangan dan letakkan melintang diatas luka insisi sebagai
bebat ketika batuk
- Pasien nafas dalam seperti cara nafas dalam (3-5 kali)
- Segera lakukan batuk spontan, pastikan rongga pernafasan
terbuka dan tidak hanya batuk dengan mengandalkan
kekuatan tenggorokan saja karena bisa terjadi luka pada
tenggorokan. Hal ini bisa menimbulkan ketidaknyamanan,
namun tidak berbahaya terhadap luka insisi.
- Ulangi lagi sesuai kebutuhan
- Jika selama batuk daerah operasi terasa nyeri, pasien dapat
menambahkan dengan menggunakan bantal kecil atau
gulungan handuk yang lembut untuk menahan daerah
operasi dengan hati-hati sehingga dapat mengurangi
guncangan tubuh saat batuk
c. Latihan Gerak Sendi
Latihan gerak sendi merupakan hal yang sangat penting bagi
pasien setelah operasi, pasien dapat segera melakukan berbagai
pergerakan yang diperlukan untuk mempercepat proses
penyembuhan. Pasien atau keluarga pasien seringkali
mempunyai pandangan yang keliru tentang pergerakan pasien
setelah operasi. Banyak pasien yang tidak berani
menggerakkan tubuh karena takut jahitan operasi sobek atau
takut luka operasinya lama sembuh. Pandangan seperti ini jelas
keliru karena jika pra bedah segera bergerak maka pasien akan
lebih cepat merangsang peristaltik usus sehingga pasien akan
22
lebih cepat flatus. Keuntungan lainnya adalah untuk
menghindarkan penumpukan lendir pada saluran pernafasan,
terhindar dari kontraktur sendi, dan mencegah terjadinya
dekubitus. Tujuan lain dari tindakan ini adalah memperlancar
sirkulasi untuk mencegah statis vena dan menunjang fungsi
pernafasan optimal. Intervensi ditujukan pada perubahan posisi
tubuh dan juga Range of Motion (ROM). Latihan perpindahan
posisi dan ROM ini pada awalnya dilakukan secara pasif
namun kemudian seiring dengan bertambahnya kekuatan tonus
otot maka pasien diminta untuk melakukan secara mandiri.
Status kesehatan fisik merupakan faktor yang sangat penting
bagi pasien yang akan mengalami pembedahan, keadaan umum
yang baik akan mendukung dan mempengaruhi proses
penyembuhan.
7. Persiapan akhir
Pasien yang telah berada di ruang serah terima klien di kamar
bedah, petugas kesehatan di ruang bedah dianjurkan untuk
memperkenalkan diri sehingga membuat klien merasa lebih
tenang. Keluarga juga diberikan kesempatan untuk mengantar
klien sampai ke batas kamar operasi dan diperkenankan untuk
menunggu di ruang tunggu yang terletak di depan kamar bedah.
23
jaringan elastis berukuran besar dan sedang, seperti aorta (yang dapat
menyebabkan penyakit penyakit aneurisma), arteri poplitea dan
femoralis (menyebabkan stroke), arteria renalis (menyebabkan
penyakit jantung iskemik atau infark miokardium.
24
Yang dapat dirubah Yang tidak dapat dirubah
Mayor Minor
- Peningkatan lipid serum - Gaya hidup yang kurang - Usia
- Hipertensi bergerak - Jenis kelamin
- Merokok - Stress psikologik - Riwayat keluarga
- Gangguan toleransi glukosa - Ras
- Diet tinggi lemak jenuh,
kelesterol dan kalori
Faktor Risiko Baru:
- Inflamasi
- Fibrinogen
- Homosistein
- Stress oksidatif
Sumber: dimodifikasi dari Carol 2006 yang dikembangkan Mutaqqin 2009 dan
Majid 2007
Gambar 2.1
Proses penyempitan arteri koroner
25
cedera (Corwin, 2009). Penyebab aterosklerosis terjadi ketika
kolesterol berlemak tertimbun di intima arteri besar (Brunner dan
Suddarth, 2010). Timbunan ini, dinamakan atheroma atau plak yang
akan mengganggu absorbsi nutrisi oleh sel-sel endotel yang menyusun
lapisan dinding dalam pembuluh darah dan menyumbat aliran darah
karena timbunan ini menonjol ke lumen pembuluh darah. Endotel
pembuluh darah yang terkena akan mengalami nekrotik dan menjadi
jaringan parut, selanjutnya lumen akan menjadi semakin sempit dan
aliran darah terhambat. Pada lumen yang menyempit cenderung terjadi
pembentukan bekuan darah.
26
Ateroskelosis atau Spasme Pembuluh Darah Coroner
Metabolisme anaerob
Sesak napas
ANSIETAS
27
2.3.5 Pemeriksaan Penunjang Coronary Artery disease (CAD)
Pemeriksaan penunjang dan dignostik Coronary Artery disease (CAD)
menurut Mutaqqin, 2009 adalah:
No. Pemeriksaan Gejala khas
Trias
Diagnostik
1. Riwayat Lokasi nyeri dada dibagian dada depan (bawah sternum)
nyeri dada dengan/tanpa penjalaran, kadang berupa nyeri dagu, leher, atau
yang khas seperti sakit gigi. Penderita tidak bisa menunjuk lokasi nyeri dengan
satu jari, tetapi ditunjukkan dengan telapak tamgan.
Kualitas nyeri: rasa berat seperti ditekan atau rasa panas seperti
terbakar.
Lama nyeri bisa lebih dari 15-30 menit
Penjalaran bisa ke dagu, leher, lengan kiri, punggung, dan
epigastrium.
Kadang disertai gejala penyerta berupa keringat dingin, berdebar,
dan sesak.
Sering didapatkan faktor pencetus berupa aktivitas fisik,
emosi/stress, atau dingin
Nyeri tidak hilang dengan istirahat atau dengan pemberian
nitrogliserin sublingual.
3. Kenaikan CKMB merupakan enzim yang spesifik untuk pennda kerusakan otot
enzim otot jantung, enzim ini meningkat 6-10 jam setelah nyeri dada dan
jantung kembali normal dalam 48-72 jam.
Walaupun kuranmg spesifik, aspartate amino trnasferase (AST)
dapat membantu bila penderita datang ke rumah sakit sesudah hari
ke-3 nhyeri dada atau lakts dehidrogenase (LDH) akan meningkat
sesudah hari ke-4 dan menjadi normal sesudah hari ke-10.
Sumber: dari Price dan Wilson, 1995 yang dikembangkan oleh WHO, 1999
dalam Mutaqqin, 2009.
Setiap pasien dengan nyeri dada perlu dilakukan anamnesa yang teliti,
penentuan faktor risisko, pemeriksaan jasmanai dan EKG. Pada pasien
dengan gejala angina pektoris ringan, cukup dilakukan pemeriksaan
non-invasif.
1. EKG
Pemeriksaan ini dapat menunjukkan lokasi terjadinya iskemik dan
infark pada otot jantung. Iskemik ditandai dengan adanya ST
depresi atau T inverted. Pada infark miokard, gambaran EKG
menunjukkan adanya ST elevasi dan Q patologis pada old infark.
2. Angografi
Jika pasien dengan keluhanan yang berat dan kemungkinan
diperlukan tindakan revaskularisasai, maka tindakan angiografi
sudah merupakan indikasi. Pemeriksaan ini dilakukan untuk
mengetahui tingkat penyempitan atau penyumbatan pada arteri
koroner yang mengalami iskemik maupun infark.
3. Treadmil test
Pada keadaan yang meragukan dapat dilakukan treadmill test lebih
sensitif dan spesifik dibandungkan EKG istirahat dan merupakan
tes pilihan untuk mendeteksi pasien dengan kemungkinan angina
pektoris dan pemeriksaan ini sarannya yang mudah dan biayanya
terjangkau.
4. Echocardiografi
Pemeriksaan alternatif lain yang dapat dilakukan adalah
ekokardiografi dan teknik non-invasif penentuan klasifikasi
koroner dan anatomi koroner. Pemeriksaan ini dilakukan untuk
mengetahui fungsi-fungsi ruang jantung akibat adanya iskemik
atau infark miokard.
5. Computed Tomography
6. Magnetic Resonannse Arteriography
Dengan sensitifitas dan spesifitas yang lebih tinggi. Disamping itu
tes ini juga coccok untuk pasien yang tidak dapat melakukan
exercise, dimana dapat dilakukan uji latih dengan menggunakan
obat dipyridamole atau dobutamine
7. Foto Thofrak
Untuk menentukan adanya pembesaran jantung dan adanya
kelainan pada paru.
8. Laboratorium
Pemeriksaan ini menununjukkan peningkatan enzim-enzim jantung
yang dilepaskan oleh sel-sel miokardium yang nekrosis yang terdiri
dari CKMB, troponin T, serta pelepasan isoenzim yang paling
spesifik.
9. Pemeriksaan Jantung
Biasanya tidak memperlihatkan kelainan, kecuali bunyi jantung
dapat terdengar redup. Bunyi jantung S4 sering terdengar pada
penderita dengan irama sinus, biasanya terdengar pada daerah apeks
dan parastenal kiri. bunyi jantung S3 dapat timbul bila terjadi
kerusakan miokard yang luas. Kelainan paru bergantung pada
beratnya AMI, yang diklasifikasikan menurut Killip I-IV:
Killip I : Penderita AMI tanpa S3 dan ronkhi basah
Killip II : Ditemukan ronkhi pada kurang dari setengah
lapang paru, dengan atau tanpa S3
Kllip III : Ronkhi pada lebih dari setengah lapang paru, biasanya
dengan oedema paru
Kllip IV: Penderita dengan syok kardiogenetik
2.3.6 Penatalaksanaan Coronary Artery disease (CAD)
Pengobatan pada Coronary Artery disease(CAD) tergantung dari
jangkauan penyakit dan gejala yang dialami oleh pasien, diantaranya
adalah sebagai berikut :
1. Terapi Farmakologi
Penatalaksanaan ini menggunakan obat-obatan yang bertujuan
untuk mengurangi kebutuhan oksigen pada otot jantung (misalnya
: Nitrogliserin, Beta blocker, digitalis, diuretic, vasodilator,
sedative, kalsium antagonis) dan meningkatkan suplai oksigen ke
otot-otot jantung (pemberian oksigen, Nitrogliserin, obat-obatan
fibrinolitik dan vasopresor)
2. Intervensi Non Bedah
Penatalaksaan ini dilakukan dengan prosedur PTCA (Angioplasti
koroner transluminal perkutan). PTCA adalah usaha untuk
memperbaiki aliran darah arteri koroner dengan memecah plak
atau ateroma yang telah tertimbun dan mengganggu aliran darah
ke jantung. Kateter dengan ujung berbentuk balon dimasukkan ke
arteri koroner yang mengalami gangguan dan diletakan diantara
daerah aterosklerosis. Balon kemudian dikembangkan dan
dikempiskan dengan cepat untuk memecah plak (Mutaqqin,
2009). Namun dengan kemajuan teknologi sekarang ini telah
dilakukan tindakan intervensi koroner perkutan primer (primary
PCI) yaitusuatu teknik untuk menghilangkan trombus dan
melebarkan pembuluh darah koroner yang meyempit dengan
memakai kateter balon dan seringkali dilakukan pemasangan
stent. Tindakan ini da;pat menghilangkan penyumbatan dengan
segera, sehingga aliran darah dapat menjadi normal kembali,
sehingga kerusakan otot janting dapat dihindari (Majid 2007)
3. Intervensi Bedah
Tindakan bedah yang dilakukan pada pasien Coronary Artery
Disease (CAD) adalah denan Coronary Artery Bypass Graft
(CABG) CABG melibatkan vena (safena) dari kaki atau arteri
(radial, mammae internal) untuk membuat jalan pintas pada arteri
koroner yang tersumbat (Terry & Weaver, 2011)
Kerusakan Endotel
Flak Aterosklorosis
Trombosis Koroner
CABG
OFF ON PUMP CPB
PUMP
PRE POST
OPERASI OPERASI
3) Vena Saphenous
Vena superfisial tungkai bawah adalah vena saphena dan parva.
Vena saphena magna mengangkut darah dari ujung medial arcus
venous dorsalis pedis dan berjalan naik tepat di depan malleo
medialis. Vena ini kemudian naik bersama-sama nerves sapheus
dalam fascia superfisialis di atas sisi medial tungkai bawah.
Vena ini berjalan di belakang lutut, melengkung ke depan
melalui sisi medial paha. Ia berjalan melalui bagian bawah
hiatus saphenus pada fasia profunda dan bergabung dengan vena
femoralis + 4 sentimeter di bawah dan lateral terhadap
tuberculum pubicum. Vena saphena magna mempunyai katub.
Vena ini berhubungan dengan vena saphena parva melalui satu
atau dua cabang yang berjalan di belakang lutut. Sejumlah vena
perforans menghubungkan vena saphena magna dengan vena
profunda sepanjang sisi medial betis. Pada hiatus sapheus di
facia profunda, vena saphena magna biasanya mendapat tiga
cabang berbagai ukuran dan susunan, yaitu vena epigastrica
superficialis, vena circumflex ilium superfisialis dan vena
pudenda interna superficialis. Sebuah vena tambahan dikenal
sebagai vena acecessoris biasanya bergabung dengan vena
utama lebih kurang pada pertengahan paha atau lebih ke atas
pada muara vena saphena magna. Diameter vena saphenous
medekati ukuran arteri koroner.
Keuntungan dari menggunakan vena safena dapat memperbaiki
patensi frekuensi jangka pendek dan panjang pada tandur vena
safena, tidak dibutuhkan anastomosis aorta, dapat
mempertahankan intervensi sistem saraf dan mempunyai
kemampuan mengadaptasi ukuran untuk memberi aliran darah
sesuai dengan kebutuhan miokard.
Gambar 5 : BIMA,LIMA,RIMA,SVG,RA
On pump CABG
Operasi ini dilakukan dengan memakai mesin pintas jantung paru atau
CPB. Dengan teknik ini jantung tidak berdenyut, dengan menggunakan
obat yang disebut cardioplegik. Sementara itu, peredaran darah dan
pertukaran gas diambil alih oleh mesin pintas jantung paru.
1. Prinsip cairan kardioplegik yang digunakan yaitu:
Konsentrasi kalium cukup tinggi sehingga cepat terjadi arrest
Dextrose sebagai sumber energi
Buffer pH untuk mencegah asidosis
Hiper osmolaritas untuk mencegah edema interstitial miokardium
Anastesi lokal untuk stabilitas membran sel
Pada teknik operasi ini, suhu diturunkan menjadi 28°- 30° C, yang
bertujuan untuk menurunkan kebutuhan jaringan akan oksigen
seminimal mungkin, heart rate di pertahankan 60 – 80 x/menit,
tekanan arteri 70 – 80 mmHg. Suhu diturunkan dengan cara
pendingina topikal, yaitu:
1) Irigasi otot jantung dengan Ringer dingin (4° C), jantung
direndam dengan cairan tersebut.
2) Memakai Ringer dingin seperti bubur (ice slush).
15) Setelah CPB terpasang, operator ditempat klem lintas aorta (aortic
cross clamp) diseluruh aorta dan mengintruksikan perfusionist
untuk memasukkan cardioplegia untuk menghentikan jantung.
16) Ujung setiap pembuluh darah grefting dijahit pada arteri
koronaria diluar daerah yang diblok dan ujung alin dihubungkan
pada aorta.
17) Jantung dihidupkan kembali; atau pada operasi “off pump” alat
stabilisator dipisahkan. Pada beberapa kasus, aorta didukung
sebagian oleh klem C-Shaped, jantung dihidupkan kembali dan
penjahitan jaringan grafting ke aorta dilakukan sembari jantung
berdenyut.
18) Protamin diberikan untuk memberikan efek heparin .
19) Sternum dijahit bersamaan dan insisi dijahit kembali.
20) Pasien akan dipindahkan ke unit perawatan intensif (ICU) untuk
penyembuhan.
21) Setelah keadaan sadar dan stabil di ICU (sekitar 1 hari), pasien
bisa dipindah ke ruang rawat samapi pasien siap untuk pulang.
Faktor keturunan, Krisis situasional, Kontrol kecemasan Anxiety Reduction (penurunan kecemasan)
ancaman kematian, perubahan Klien mampumengidentifikasi dan Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien
konsep diri, kurang pengetahuan dan mengungkapkan gejala cemas Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama
Hasil lab berat jenis urin, (BUN, dan Monitor jumlah, bunyi dan irama jantung
kreatinin plasma, AGD dalam batas Monitor frekuensi dan irama pernapasan
Tidak ada distensi vena leher Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit
Pasien mampu mengidentifikasi tanda Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi yang melebar,
Metabolisme anaerob
Kurang pengetahuan
Tekanan pada paru-paru
Intoleransi aktifitas
ANSIETAS
Sesak napas