You are on page 1of 11

JPPM Vol. 11 No.

1 (2018)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PENEMUAN


TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS
DAN SELF CONCEPT DENGAN MENGONTROL KEMAMPUAN
AWAL PESERTA DIDIK KELAS VII SMP

Widayati1), Suyono2), Wardani Rahayu3)


Pendidikan Matematika PPs Universitas Negeri Jakarta

widai65wy@gmail.com

ABSTRACT
This research aims to determine the effect of invention-based learning models on mathematical critical
thinking skill and self concept by controlling the initial ability of class VII Junior High School students on
the subject of flat building in the academic year 2016/2017. The research method used in this research is
quasi experimental method with Posttest Only Control Group Design. The sample in this study amounted
to 96 students selected by using cluster random sampling technique with three classes of samples. Methods
of data collection in this study were obtained through the provision of initial ability tests, tests of critical
thinking skills mathematically, and self concept questionnaires that have been validated and tested its
reliability. The data were processed using covariance analysis (ANCOVA) and continued with corrected t-
test. The result of the research shows that 1) There is difference of influence of invention-based learning
model on mathematical critical thinking skill and self concept by controlling the initial ability of class VII
Junior High School students, 2) Mathematical critical thinking skill of learners using guided discovery
learning model better than the ability of learners to learn using guided inquiry learning models and
conventional learning models, (3) Self Concept mathematical learners who learn by using guided discovery
learning model better than learners' ability to learn using guided inquiry model and conventional learning
model.

Keywords: Invention-Based Learning Model, Mathematical Critical Thinking Skill, Self Concept, Initial
Ability

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran berbasis penemuan terhadap
kemampuan berpikir kritis matematis dan self concept dengan mengontrol kemampuan awal peserta didik
kelas VII SMP pada materi bangun datar pada tahun pelajaran 2016/2017. Metode penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi eksperimen dengan rancangan Posttest Only Control
Group Design. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 96 orang peserta didik yang dipilih dengan
menggunakan teknik cluster random sampling dengan tiga kelas sampel. Metode pengumpulan data dalam
penelitian ini diperoleh melalui pemberian tes kemampuan awal, tes kemampuan berpikir kritis matematis,
dan angket self concept yang telah divalidasi dan diuji reliabilitasnya. Data diolah menggunakan analisis
kovarians (ANKOVA) dan dilanjutkan dengan Uji-t terkoreksi. Hasil penelitian yang diperoleh
menunjukkan bahwa 1) Ada perbedaan pengaruh model pembelajaran berbasis penemuan terhadap
kemampuan berpikir kritis matematis dan self concept dengan mengontrol kemampuan awal peserta didik
Sekolah Menengah Pertama kelas VII, 2) Kemampuan berpikir kritis matematis peserta didik yang belajar
dengan menggunakan model pembelajaran discovery terbimbing lebih baik daripada kemampuan peserta
didik yang belajar menggunakan model pembelajaran inquiry terbimbing dan model pembelajaran
konvensional, (3) Self Concept matematis peserta didik yang belajar dengan menggunakan model
pembelajaran discovery terbimbing lebih baik daripada kemampuan peserta didik yang belajar
menggunakan model pembelajaran inquiry terbimbing dan model pembelajaran konvensional.

Kata kunci: Model Pembelajaran berbasis Penemuan, Kemampuan Berpikir kritis, Self concept,
Kemampuan Awal

94
Widayati, Suyono dan Wardani Rahayu

A. PENDAHULUAN
Pembelajaran matematika di kelas kemampuan berpikir kritis dan aspek afektif
saat ini pada umumnya berpusat pada guru berupa self concept melalui model
dan kurang melibatkan peserta didik secara pembelajaran berbasis penemuan yang pada
aktif. Hal ini dapat dilihat dari cara guru saat ini kurang dapat dilakukan secara
memberikan informasi dengan cara maksimal dalam pembelajaran matematika.
penulisan rumus, pemberian contoh soal Ennis (2011) mengemukakan bahwa
yang dikerjakan bersama peserta didik berpikir kritis adalah proses berpikir refleksi
kemudian diakhiri dengan pemberian soal yang difokuskan pada apa yang diyakini dan
latihan. apa yang dilakukan. Aizikovitsh dan Cheng
Pembelajaran ini masih banyak yang (2015) mengungkapkan bahwa
menekankan pemahaman peserta didik dan permasalahan matematika tingkat tinggi
kurang melibatkan kemampuan berpikir melibatkan proses berpikir analisa dan
tingkat tinggi seperti kemampuan berpikir sintesa yang dapat membangkitkan peserta
kritis dan berpikir kreatif. Guru kurang didik untuk berpikir kritis. Peranan guru
memberikan kebebasan kepada peserta didik sangat diperlukan dalam proses
untuk mengkonstruk pendapat atau pembelajaran di kelas, khususnya
pemahamannya. Seyogyanya matematika matematika sehingga kemampuan berpikir
perlu diberikan kepada semua peserta didik kritis peserta didik dapat dikembangkan
mulai dari sekolah dasar untuk membekali melalui penerapan berpikir kritis ke dalam
peserta didik dengan kemampuan berpikir kurikulum sekolah.
logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, Pembelajaran di sekolah saat ini
serta kemampuan bekerjasama. dihimbau agar dapat mengembangkan
Untuk mengatasi hal ini, maka kemampuan berpikir tingkat tinggi, salah
pembelajaran matematika di sekolah perlu satunya kemampuan berpikir kritis yang
mengembangkan pendekatan dan model sangat diperlukan dalam menghadapi
pembelajaran yang mendukung permasalahan yang berkaitan dengan
perkembangan kemampuan berpikir tingkat kehidupan sehari-hari seiring dengan
tinggi. Model–model pembelajaran yang kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
muncul dari aktivitas matematis peserta serta masalah-masalah praktis yang sering
didik kurang dapat mendorong terjadinya dihadapi peserta didik. Santrock (2010)
interaksi di kelas, sehingga pembelajaran mengemukakan bahwa sejumlah
yang mengarah kepada level berpikir karakteristik penting perkembangan self
matematis yang lebih tinggi tidak tercapai concept pada masa remaja (SMP-SMA)
dan pembelajaran matematika menjadi yaitu Abstract dan Idealistic, Gambaran
kurang bermakna. tentang self concept yang abstrak, misalnya
Menurut TIMSS 2015, (Nizam;2016) dapat dilihat dari pernyataan remaja usia 14
peserta didik indonesia masih lemah dalam tahun mengenai dirinya. Persepsi dan
kecakapan kognitif tingkat tinggi seperti perasaan diri peserta didik menentukan hasil
menalar, menganalisa, mengevaluasi belajar, pengetahuan dan penilaian terhadap
sehingga kemampuan berpikir kritis peserta diri mempengaruhi cara peserta didik
didik masih tergolong rendah; kemampuan memahami suatu materi pelajaran yang
awal dan kesiapan peserta didik indonesia disajikan.
untuk belajar sudah cukup baik namun Dalam pembelajaran matematika,
masih berada di level rendah; persepsi peserta didik yang berpikir positif mengenai
peserta didik indonesia terhadap matematika kemampuan matematis yang dimilikinya
besar, namun pada saat diminta menjawab akan menyenangi pemecahan masalah
soal-soal, kepercayaan diri terhadap matematika, cepat dalam pembelajaran
kemampuan matematika yang dimilikinya matematika, dan mendapatkan hasil yang
masih tergolong rendah. baik (Ayodele, 2011). Guru berperanan
Beberapa permasalahan yang terkait penting dalam hal mengembangkan self
dengan proses pembelajaran matematika concept yang positif terhadap matematika
tersebut, penulis memberikan alternatif dan memberikan pengalaman pembelajaran
model pembelajaran yang mempengaruhi yang menyenangkan untuk meningkatkan
kemampuan berpikir tingkat tinggi yaitu

95
Model Pembelajaran Berbasis Penemuan

self concept yang lebih tinggi dan hasil konvensional. Penelitian mengenai
pembelajaran menjadi lebih baik. peningkatan kemampuan berpikir kritis dan
Persepsi yang baik akan berdampak self concept telah dilakukan oleh Susilawati
positif terhadap kemajuan belajar peserta dan Hidayat (2016) dengan menggunakan
didik, akan tetapi persepsi yang kurang baik model pembelajaran saintifik, alternatif
dapat menghambat proses pembelajaran model pembelajaran yang akan dilakukan
yang dilakukan, dalam hal ini peserta didik dalam penelitian ini adalah model
diharapkan dapat membentuk persepsi dan pembelajaran berbasis penemuan.
perasaan yang positif dengan cara Penelitian yang akan dilakukan tidak
mengevaluasi segala kekurangannya dan hanya pada perbedaan hasil belajar peserta
berusaha untuk mengurangi persepsi- didik tetapi melihat pengaruhnya terhadap
persepsi dan perasaan negatif terhadap diri kemampuan kognitif yaitu kemampuan
sendiri. Berdasarkan hal yang dikemukakan berpikir kritis matematis dan kemampuan
di atas, maka dapat disimpulkan bahwa self afektif yaitu self concept peserta didik.
concept adalah persepsi seseorang terhadap Penerapan model pembelajaran tidak
dirinya, lingkungan, dan kemampuan- terlepas dari kesiapan peserta didik untuk
kemampuan yang dimilikinya. menerima pembelajaran, salah satu
Model pembelajaran inovatif mulai diantaranya adalah kemampuan awal peserta
berkembang seiring kemajuan ilmu dan didik sebelum menerima konsep yang akan
teknologi, salah satu diantaranya adalah diajarkan. Kemampuan awal ini dapat
model pembelajaran berbasis penemuan. berupa penguasaan materi prasyarat yang
Inquiry terbimbing dan discovery dibutuhkan sebelum mempelajari materi
terbimbing merupakan model-model selanjutnya, sehingga memudahkan peserta
pembelajaran yang diterapkan pada didik untuk memahami materi yang akan
pelaksanaan kurikulum 2013 edisi 2016 diberikan. Pengaruh model pembelajaran
khususnya kelas VII SMP. Keduanya dapat yang diterapkan terhadap hasil belajar
diterapkan kepada peserta didik SMP, hal ini peserta didik akan terlihat setelah
dikarenakan peserta didik SMP masih mengurangi pengaruh linear (mengontrol)
memerlukan bantuan guru dalam proses kemampuan awal peserta didik.
pembelajaran. Dari fenomena yang terjadi di kelas,
Inquiry terbimbing merupakan proses hasil TIMSS 2015, dan beberapa penelitian
menemukan jawaban pertanyaan dan yang telah dikemukakan di atas, terkait
menyelesaikan masalah berdasarkan fakta dengan pembelajaran pada kurikulum 2013
dan pengamatan, pembelajaran dengan yang pada hakekatnya menuntut peserta
metode inkuiri diharapkan membuat siswa didik untuk aktif, sehingga guru berusaha
dapat membangun sendiri ilmu untuk mencari alternatif model
pengetahuannya yang diharapkan ingatan pembelajaran yang tepat untuk digunakan
dan pemahaman terhadap konsep yang dalam proses pembelajaran.
dipelajarinya tersebut dapat melekat secara Model pembelajaran berbasis
permanen pada diri siswa (Vara,2016). penemuan merupakan salah satu model
Pembelajaran discovery terbimbing adalah pembelajaran yang berpusat pada peserta
proses menemukan konsep melalui didik, maka akan dilakukan penelitian
serangkaian data atau informasi yang mengenai alternatif proses pembelajaran
diperoleh melalui pengamatan atau matematika untuk memperoleh gambaran
percobaan. Hal ini didukung oleh penelitian yang obyektif tentang pengaruh model
yang dilakukan oleh Yama dkk (2015), pembelajaran berbasis penemuan yaitu
Sondang dan Hermawan (2013), Meta dkk model pembelajaran inquiry terbimbing dan
(2014), dan Putrie,dkk ( 2014). discovery terbimbing terhadap kemampuan
Penelitian yang dilakukan oleh berpikir kritis matematis (aspek kognitif)
Hermawan dan Sondang (2013) serta Yama dan self concept (aspek afektif) dengan
dkk (2015). Keduanya hanya terbatas mengontrol kemampuan awal peserta didik
mendeskripsikan perbedaan hasil belajar SMP kelas VII pada materi bangun datar.
peserta didik setelah diberikan perlakuan
model-model pembelajaran berbasis
penemuan dan model pembelajaran

96
Widayati, Suyono dan Wardani Rahayu

Perbedaan yang cukup mendasar dari kedua (1980) mengemukakan bahwa model
model pembelajaran tersebut adalah terletak pembelajaran konvensional lazim
pada hasil akhirnya, inquiry terbimbing dipergunakan dalam pembelajaran
tidak dapat diprediksi hasil akhirnya karena tradisional, biasanya lebih bersifat
semuanya bergantung kepada hasil komunikasi satu arah dan pengajar lebih
penemuan peserta didik, peran guru dalam besar peranannya.
proses pembelajaran mengarahkan kepada Dari pendapat-pendapat tersebut,
tujuan yang akan dicapai sedangkan maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan
discovery terbimbing, hasil yang akan awal adalah kemampuan yang diharapkan
diperoleh peserta didik sudah jelas karena dapat dikuasai oleh peserta didik sebelum
petunjuknya ada dan tujuan diadakan mempelajari konsep baru yang berkaitan
penemuan ini guru yang menentukan, dengan konsep sebelumnya. Kemampuan
sehingga seolah-olah masalah yang awal yang dimiliki peserta didik sesuai
disajikan merupakan rekayasa dari guru. dengan pengetahuan yang akan diberikan
Melalui pendekatan inquiry dan dikuasai dengan baik dan mendalam
discovery ini siswa diberi kesempatan untuk sehingga peserta didik tidak mengalami
memecahkan masalah yang memenuhi kesulitan ketika mempelajari materi
proses mental untuk memenuhi konsep atau pelajaran selanjutnya.
prinsip. (Arsad dkk,2011) Dari paparan di atas, maka penulis
Model konvensional merupakan salah mengadakan penelitian mengenai “Pengaruh
satu dari model–model pembelajaran yang Model Pembelajaran Berbasis Penemuan
dimana cara penyampaiannya secara lisan terhadap kemampuan Berpikir Matematis
atau penjelasan langsung kepada dan Self Concept dengan mengontrol
sekelompok peserta didik. Gerlach dan Ely Kemampuan Awal Peserta Didik”.

B. METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam pembelajaran discovery terbimbing dan
penelitian ini adalah metode quasi model pembelajaran inquiry terbimbing
eksperimen. Penelitian ini dilaksanakan di sebagai variabel bebas, kemampuan berpikir
Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) kritis matematis dan self concept matematis
89 Jakarta dan dilaksanakan pada semester sebagai variabel terikat, serta kemampuan
genap tahun pembelajaran 2016 – 2017. awal sebagai variabel kovariat.
Desain penelitian ini menggunakan desain Pengumpulan data menggunakan tes
penelitian berbentuk Nonequivalent tertulis dalam bentuk tes uraian sebanyak 6
Posttest-Only Control Group Design. butir soal sebagai instrumen kemampuan
Populasi dalam penelitian ini adalah Seluruh berpikir kritis matematis, angket skala sikap
Sekolah yang berada di kecamatan Grogol self concept dengan skala Likert sebanyak
Petamburan Jakarta Barat, dari populasi 11 item sebagai instrumen self concept dan
tersebut maka diambil secara random soal pilihan ganda sebanyak 20 butir soal
sebanyak satu sekolah yang terdiri dari 25 sebagai instrumen kemampuan awal.
rombongan belajar, dari 25 rombongan Dalam penelitian ini digunakan
belajar tersebut dipilih 5 paralel kelas VII analisis deskriptif, analisis uji persyaratan
yang diajar oleh guru yang sama, dari 5 kelas yaitu normalitas, homogenitas dan uji
tersebut diambil sampel sebanyak 3 kelas. kesejajaran , analisis kovarians (ANKOVA)
Variabel dalam penelitian ini adalah satu jalur dengan design eksperimen
Model Pembelajaran Berbasis Penemuan factorial 3 x 1 treatment by level.
yang terdiri dari variabel aktif yaitu model

C. HASIL PENELITIAN
Pengujian hipotesis menggunakan pembelajaran inquiry terbimbing, discovery
ANKOVA diperoleh taraf signifikans A = terbimbing, dan konvensional dengan
0,009 < 0,05 dan Fo (A) = 7,159 > Ftab = mengontrol kemampuan awal. Pada
3,06, maka hal ini berarti terdapat perbedaan Corrected Model, diperoleh taraf signifikans
kemampuan berpikir kritis matematis antara M = 0,029 < 0,05 Fo = 5,920 > Ftab = 3,09.
peserta didik yang belajar dengan model Maka hal ini berarti bahwa kovariat

97
Model Pembelajaran Berbasis Penemuan

kemampuan Awal (A) dan model kritis matematis. Hal ini dapat dilihat pada
pembelajaran (M) secara simultan tabel berikut .
berpengaruh terhadap kemampuan berpikir
Tabel 1. Statistik Uji-F untuk Faktor Model Pembelajaran, Kemampuan Berpikir Kritis
Matematis dan Kemampuan Awal Peserta Didik.
Sumber
JK Df RJK F Sig. Ftabel
Varians
Corrected
972,718a 3 324,239 5,920 0,001
Model
Intercept 4047,281 1 4047,281 73,892 0,000
M 404,831 2 202,416 3,696 0,029
A 392,135 1 392,135 7,159 0,009 3,09
Error 5039,115 92 54,773
Total 118900,000 96
Corrected
6011,833 95
Total

Hasil perhitungan menentukan rata- berpikir kritis matematis masing-masing


rata kemampuan awal dan kemampuan kelompok pembelajaran sebagai berikut :
Tabel 2. Rerata Kemampuan Awal dan Berpikir Kritis Matematis
Statistik MI MD MK Jumlah
N 32 32 32 96
Rerata Kemampuan Awal 9,97 9,22 8,75 27,94
Rerata Berpikir Kritis
36,56 35,44 30,88 102,88
Matematis

Dari perhitungan rata-rata tersebut Kemampuan Berpikir Kritis Matematis atas


maka diperhitungkan rata-rata terkoreksi Kemampuan Awal di dalam kelompok
kemampuan berpikir kritis matematis dari Rata-rata terkoreksi kemampuan
masing-masing kelompok pembelajaran berpikir kritis matematis masing-masing
dengan cara mengontrol kemampuan awal. kelompok pembelajaran dapat diperhatikan
Rata-rata nilai residu adalah selisih pada tabel berikut :
antara rata - rata nilai dan koefisien regresi
Tabel 3. Rerata Terkoreksi Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Pada Setiap
Kelompok Yang Dibentuk Oleh Faktor Model Pembelajaran
Model Pembelajaran (M)
Inquiry Terbimbing Discovery Terbimbing Konvensional
(MI) (MD) (MK)
51,890 51,405 47,242

Tabel 4. Hasil Uji T- Ankova (Uji-T Dikoreksi)


95% Confidence Interval
Std.
Parameter B T Sig. Lower Upper
Error
Bound Bound
Intercept 23,408 3,082 7,594 ,000 17,286 29,529
[M=1] 4,647 1,891 2,458 ,016 ,893 8,402
[M=2] 4,162 1,856 2,242 ,027 ,476 7,849
[M=3] 0a . . . . .
A ,853 ,319 2,676 ,009 ,220 1,487

98
Widayati, Suyono dan Wardani Rahayu

Keterangan : M=2 : Model Pembelajaran Discovery


M=1 : Model Pembelajaran Inquiry Terbimbing
Terbimbing M=3 : Model Pembelajaran Konvensional

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa menggunakan masing-masing model


nilai signifikans hasil kemampuan berpikir pembelajaran dengan mengontrol
kritis matematis kelompok pembelajaran kemampuan awal peserta didik SMP pada
inquiry terbimbing dan kelompok materi bangun datar.\
pembelajaran discovery terbimbing lebih Kesimpulan yang dapat diambil dari
dari 0,05. Ini berarti ada perbedaan nilai- pengujian hipotesis yang dilakukan adalah
nilai residu kemampuan berpikir kritis sebagai berikut :
matematis peserta didik yang belajar
Tabel 5. Kesimpulan Uji Hipotesis Lanjut Kemampuan Berpikir Kritis Matematis
Dengan Statistik Uji-T-Ankova Terkoreksi
Nilai
(Se) thitung ttabel Kesimpulan
Kontras
4,65 1,891 2,458 1,69 Rata-rata terkoreksi kemampuan berpikir kritis
matematis peserta didik yang belajar
menggunakan model pembelajaran inquiry
terbimbing lebih tinggi daripada peserta didik
yang belajar menggunakan model pembelajaran
konvensional dengan mengontrol kemampuan
awal peserta didik.
4,163 1,856 2,242 1,69 Rata-rata terkoreksi kemampuan berpikir kritis
matematis peserta didik yang belajar
menggunakan model pembelajaran discovery
terbimbing lebih tinggi daripada peserta didik
yang belajar menggunakan model pembelajaran
konvensional dengan mengontrol kemampuan
awal peserta didik.
0,485 1,866 0.260 1,69 Rata-rata terkoreksi kemampuan berpikir kritis
matematis peserta didik yang belajar
menggunakan model pembelajaran inquiry
terbimbing lebih rendah daripada peserta didik
yang belajar menggunakan model pembelajaran
discovery terbimbing dengan mengontrol
kemampuan awal peserta didik.

Pengujian hipotesis menggunakan konvensional dengan mengontrol


ANKOVA diperoleh taraf signifikan A = kemampuan awal.
0,000 < 0,05 dan Fo (A) = 115,109 > Ftab = Pada Corrected Model, diperoleh Fo =
3,94, maka hal ini berarti bahwa maka hal ini 45,446 > Ftab = 3,94. Maka hal ini berarti
berarti terdapat perbedaan self concept bahwa kovariat kemampuan Awal (A) dan
matematis antara peserta didik yang belajar model pembelajaran (M) secara simultan
dengan model pembelajaran inquiry berpengaruh terhadap self concept
terbimbing, discovery terbimbing, dan matematis (S).

99
Model Pembelajaran Berbasis Penemuan

Tabel 6. Statistik Uji-F Untuk Faktor Model Pembelajaran Terhadap Self Concept
Matematis Peserta Didik Dengan Mengontrol Kemampuan Awal Peserta Didik.
Sumber
JK Df RJK F Sig. Ftabel
Varians
Corrected
658,790a 3 219,597 45,446 0,000
Model
Intercept 3005,417 1 3005,417 621,983 0,000
S 33,775 2 16,888 3,495 0,034 3,94
A 556,207 1 556,207 115,109 0,000
Error 444,543 92 4,832
Total 100434,000 96
Corrected
1103,333 95
Total

Hasil perhitungan menentukan rata- matematis masing-masing kelompok


rata kemampuan awal dan self concept pembelajaran sebagai berikut :
Tabel 7. Rata-Rata Kemampuan Awal Dan Rata-Rata Self Concept Matematis Pada
Masing-Masing Kelompok Pembelajaran.
Statistik MI MD MK Jumlah
N 32 32 32 96
Rerata Kemampuan Awal 9,97 9,22 8,75 27,94
Rerata Self Concept Matematis 33,19 32,56 30,75 96,5

Dari perhitungan rata-rata tersebut Rata-rata terkoreksi self concept


maka diperhitungkan rata-rata terkoreksi self matematis masing-masing kelompok
concept matematis dari masing-masing pembelajaran dapat diperhatikan pada tabel
kelompok pembelajaran dengan cara berikut:
mengontrol kemampuan awal sebagai
berikut :
Tabel 8. Rerata Terkoreksi Self Concept Matematis Pada Setiap Kelompok Yang
Dibentuk Oleh Faktor Model Pembelajaran
Model Pembelajaran
Inquiry Terbimbing Discovery Konvensional
(MI) Terbimbing (MD) (MK)
51,444 51,581 50,245

Tabel 9. Hasil Uji T- Ankova (Uji-T Dikoreksi)


95% Confidence Interval
Std.
Parameter B T Sig. Lower Upper
Error
Bound Bound
Intercept 21,857 ,915 23,875 ,000 20,039 23,675
[M=1] 1,199 ,562 2,135 ,035 ,084 2,314
[M=2] 1,336 ,551 2,423 ,017 ,241 2,431
[M=3] 0a . . . . .
A 1,016 ,095 10,729 ,000 ,828 1,205

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa pembelajaran discovery terbimbing dan


nilai signifikans self concept matematis konvensional.
antara kelompok pembelajaran inquiry Kesimpulan yang dapat diambil dari
terbimbing dan konvensional lebih dari 0,05 pengujian hipotesis yang dilakukan adalah
begitu juga halnya dengan kelompok sebagai berikut :

100
Widayati, Suyono dan Wardani Rahayu

Tabel 10. Kesimpulan Uji Hipotesis Lanjut Self Concept Matematis Dengan Statistik Uji-
T-Ankova Terkoreksi
Nilai
(Se) thitung ttabel Kesimpulan
Kontras
1,199 0,562 2,135 1,69 Rata-rata terkoreksi Self Concept matematis peserta
didik yang belajar menggunakan model
pembelajaran discovery terbimbing lebih tinggi
daripada peserta didik yang belajar menggunakan
model pembelajaran inquiry terbimbing dengan
mengontrol kemampuan awal peserta didik.
1,339 0,551 2,423 1,69 Rata-rata terkoreksi Self Concept matematis peserta
didik yang belajar menggunakan model
pembelajaran discovery terbimbing lebih tinggi
daripada peserta didik yang belajar menggunakan
model pembelajaran inquiry terbimbing dengan
mengontrol kemampuan awal peserta didik.
0,137 0,554 0,247 1,69 Rata-rata terkoreksi Self Concept matematis peserta
didik yang belajar menggunakan model
pembelajaran inquiry terbimbing lebih rendah
daripada peserta didik yang belajar menggunakan
model pembelajaran discovery terbimbing dengan
mengontrol kemampuan awal peserta didik.

Pembelajaran inquiry terbimbing dan terbimbing, peserta didik berusaha keras


discovery terbimbing ini pada dasarnya untuk memahami konsep yang diberikan
berbasis penemuan, keduanya bertujuan dengan mengeksplor kemampuannya
agar peserta didik berusaha menemukan sendiri, dalam hal ini guru berperanan
konsep pembelajaran dengan cara berdiskusi mengarahkan pemikiran peserta didik ke
dan mendapat bimbingan guru, sehingga arah pemahaman terhadap materi yang
guru berusaha menyediakan lembar aktivitas disajikan sedangkan pada pembelajaran
peserta didik sebagai arahan mereka untuk discovery terbimbing, peserta didik terlihat
memahami konsep yang diberikan. Proses lebih antusias karena sebelumnya konsep
pelaksanaan kedua pembelajaran ini tersebut telah diberikan sebelumnya oleh
tentunya mengalami kendala yang cukup guru tidak dalam bentuk final sehingga
banyak karena keterbatasan pengetahuan peserta didik berusaha memahami konsep
peserta didik untuk memahami materi yang lebih terarah.
disajikan sehingga mereka cenderung lebih Kenyataan di lapangan, kemampuan
banyak bertanya ketika ada yang tidak berpikir kritis peserta didik SMP khususnya
mereka pahami. Proses pembelajaran kelas VII kurang dapat berkembang dengan
dengan menggunakan model inquiry baik tanpa diiringi bimbingan dari guru dan
terbimbing memerlukan kemampuan memerlukan waktu yang cukup lama
berpikir kritis matematis yang cukup baik sehingga kemampuan berpikir kritis
untuk mengeksplor kemampuan yang matematis kelompok pembelajaran inquiry
dimilikinya untuk menguasai konsep yang terbimbing lebih rendah daripada kelompok
diajarkan. pembelajaran discovery terbimbing. Hal ini
Berdasarkan pengamatan yang tidak sesuai dengan asumsi ketiga yang
dilakukan, memang agak sulit membedakan diajukan, mengingat proses berpikir tingkat
antara kedua pembelajaran ini, karena tinggi khususnya kemampuan berpikir kritis
keduanya berbasis penemuan. Perbedaannya matematis peserta didik SMP khususnya
terlihat pada penyajian materi, respon kelas VII masih memerlukan bimbingan
peserta didik ketika menerima yang lebih banyak sehingga konsep
pembelajaran, dan hasil pembelajaran yang pembelajaran yang diberikan diisajikan
diperoleh. Pada proses pembelajaran inquiry dalam bentuk tidak final sehingga mereka

101
Model Pembelajaran Berbasis Penemuan

berusaha mencari penyelesaiannya dengan peserta didik adalah tingkat pendidikan


alur-alur yang telah diberikan sebelumnya. orang tua, sosial ekonomi keluarga, tingkat
Karakteristik peserta didik prestasi matematika, sikap matematika,
mempengaruhi proses pembelajaran, seperti motivasi, jumlah dan kualitas pembelajaran,
intelegensi, sikap, tingkat kedewasaan, serta lingkungan kelas yang mendukung
motivasi, kemampuan awal yang dimiliki proses pembelajaran. Erdogan dan Sengul
sebelumnya dan lain sebagainya. Faktor- (2014).
faktor tersebut mempengaruhi hasil Sebagian besar pembelajaran yang
penelitian walaupun dalam jumlah kecil mendukung keyakinan yang kuat dalam
sehingga tahapan-tahapan pembelajaran meningkatkan self concept peserta didik
masing-msing model pembelajaran yang akan menciptakan perubahan yang besar
dilakukan menjadi terhambat dan hasil dalam prestasi akademik yang dperoleh
pembelajaran yang diperoleh kurang baik (Ayodele, 2011 dan Wang, 2007). Peserta
karena keterbatasan pengetahuan peserta didik dengan self concept yang positif akan
didik SMP khususnya kelas VII yang masih dapat meningkatkan motivasi dalam dirinya
perlu banyak bimbingan dari guru. untuk berusaha keras dalam pembelajaran
Selain itu dapat dilihat dari hasil dengan hasil yang memuaskan.
angket self concept matematis peserta didik Pemikiran peserta didik SMP
pada kelas inquiry menunjukkan sikap khususnya kelas VII berkembang ketika
peserta didik lebih percaya dengan diberikan konsep pembelajaran tidak dalam
kemampuan yang dimilikinya dan tingkat bentuk final, sehingga mereka dapat
berpikirnya yang lebih baik daripada kelas memahaminya dengan cara melengkapi,
konvensional. Mereka cenderung memiliki mengelompokkan, dan mengeksplor
rasa ingin tau yang cukup besar ketika kemampuan dengan konsep dasar yang
diberikan permasalahan matematika yang diberikan. Kenyataan yang ada dalam
baru dan merasa dirinya sanggup melakukan penelitian ini membantah asumsi keenam
penyelesaian matematika lebih cepat karena bahwa rata-rata terkoreksi self concept
konsep pembelajaran yang mereka pelajari peserta didik yang belajar dengan model
berdasarkan hasil temuan mereka dengan pembelajaran inquiry terbimbing lebih
cara mengeksplor kemampuan matematika tinggi daripada rata-rata terkoreksi self
dengan bantuan lembar aktivitas, sehingga concept peserta didik yang belajar dengan
mereka terbiasa mencoba menyelesaikan model pembelajaran discovery terbimbing.
permasalahan matematika dengan cara Pada kelas discovery terbimbing
berdiskusi dengan teman kelompoknya. dapat terlihat bahwa peserta didik merasa
Peserta didik yang belajar dengan lebih yakin dengan kemampuan yang
model pembelajaran konvensional dimilikinya dapat menguasai konsep yang
cenderung memandang dirinya tidak mampu diberikan dan merasa yakin atas kemampuan
menyelesaikan masalah matematika yang yang dimilikinya sehingga mereka dapat
disajikan, sehingga mereka kurang aktif mengembangkan kemampuan tersebut ke
dalam pembelajaran sehingga mereka arah yang lebih tinggi jika dibandingkan
mempunyai pemikiran bahwa matematika dengan peserta didik yang belajar dengan
adalah pelajaran yang sulit dan merasa tidak model pembelajaran inquiry terbimbing.
tertarik dengan matematika. Ketika Self concept peserta didik dapat
diberikan soal yang tingkatan yang lebih dibentuk dengan cara menumbuhkan rasa
tinggi mereka kerap kali enggan untuk menghargai kemampuan diri sendiri dan
mengerjakan sendiri, sehingga guru merasa yakin akan keputusan yang akan
berusaha mengajarkan kembali. Mereka diambil melalui kegiatan diskusi di kelas.
akan mengerjakan soal yang hampir sama Dengan berdiskusi peserta didik diharapkan
dengan contoh soal yang sebelumnya telah mau berusaha mengemukakan pendapat dan
dipaparkan oleh guru, sedangkan guru hanya saling tukar pikiran sehingga materi yang
mengganti angkanya saja dan langkah disajikan dapat dipahami dengan baik.
penyelesaiannya mereka ikuti. Kendala yang diperoleh dari penelitian ini
Kajian teori yang mendukung hasil adalah peserta didik kelas VII SMP belum
peneitian adalah faktor-faktor yang cukup dewasa dan kurang mampu mencari
mempengaruhi self concept matematis jawaban atau penyelesaian soal secara detail.

102
Widayati, Suyono dan Wardani Rahayu

Hal yang paling sulit adalah ketika sebelumnya yang menunjang keberhasilan
mengonstruksi pengetahuan yang baru pembelajaran.
dengan menggunakan pengetahuan

D. KESIMPULAN DAN SARAN


Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran inquiry terbimbing dan
hasil kemampuan berpikir kritis matematis pembelajaran konvensional khususnya pada
peserta didik yang belajar dengan peserta didik SMP kelas VII.
menggunakan model pembelajaran Para guru diharapkan dapat menjadi
discovery terbimbing lebih tinggi daripada fasilitator dan bukan salah satu sumber
peserta didik yang belajar dengan model belajar agar pelaksanaan pembelajaran
pembelajaran inquiry terbimbing dan berjalan lancar sehingga hasil pembelajaran
pembelajaran konvensional khusus pada yang diharapkan dapat tercapai dengan baik
peserta didik SMP kelas VII. serta dapat mengembangkan model
Penelitian yang dilakukan pada ketiga pembelajaran matematika yang digunakan
kelompok pembelajaran memberikan hasil dengan menyesuaikan model pembelajaran
berdasarkan perolehan nilai peserta didik tersebut dengan materi yang diajarkan.
dan berdasarkan pengamatan yang Kepala sekolah diharapkan dapat
dilakukan. Pada kenyataan di lapangan memberikan kesempatan kepada guru untuk
tingkat kedewasaan berpikir kritis matematis meningkatkan kompetensinya melalui
cukup menjadi perhatian. Rerata hasil seminar, workshop dan pelatihan-pelatihan
pembelajaran yang diperoleh dapat lainnya serta menyiapkan sarana dan
disimpulkan bahwa model pembelajaran prasarana menunjang pelaksanaan
discovery terbimbing memiliki rerata pengembangan kompetensi guru. Penelitian
terkoreksi yang lebih tinggi daripada model ini tidak luput dari keterbatasan, untuk itu
pembelajaran inquiry terbimbing dan model diharapkan peneliti lain utuk mengungkap
pembelajaran konvensional. permasalahan yang terkait dengan model
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran berbasis penemuan dalam
self concept matematis peserta didik yang pengaruhnya terhadap aspek kognitif yaitu
belajar dengan model pembelajaran kemampuan berpikir kritis matematis dan
discovery terbimbing lebih tinggi daripada aspek afektif yaitu self concept matematis di
peserta didik yang belajar dengan model luar materi pelajaran bangun datar.

DAFTAR PUSTAKA

Aizikovitsh-Udi, E., & Cheng, D.(2015). Educational and Developmental


Developing Critical Thinking Skills Psychology , 1(1). 176-183\
from Dispositions to Abilities:
Mathematics Education from Early Ennis, (2011). The Nature of Critical
Childhood to High School. Creative thinking : An Outline of Critical
Education,6,455-462. Thinking Dispositions and Abilities.
http://dx.doi.org/10.4236/ce.2015.64
045. (diakses 18 Desember, 2016, Erdogan, Fatma., & Sengul, sare. (2014). A
pukul 07.47). Study on the Elementary School
Students” Mathematics Self Concept.
Arsad,dkk, (2011). Pengaruh Pendekatan Procedia social an Behavioral
Inquiry dan Discovery Terhadap Hasil Sciences 152 (2014) 596-601.
Belajar Biologi Siswa Kelas XI SMA (diakses 18 Desember 2016, pukul
Negeri 1 walenrang.Jurnal 08.15).
Pendidikan dan Pembelajaran
Matematika, 12(2):110-122. Gerlach, Vernon S. & Donald P. Ely.
Teaching & Media: A Systematic
Ayodele, O.J. (2011). Self Concept and Approach. Second edition.
Performance of Secondary School (Englewood Cliffs, New Jersey:
Students in Mathematics. Journal of Prentice Hall, Inc., 1980).

103
Model Pembelajaran Berbasis Penemuan

FKIP Universitas Lampung (diakses


Hermawan, E & Sondang s, Meini , (2013). 24 Februari 2017, pukul 16.06).
Perbedaan Hasil Belajar
Menggunakan Model Guded Santrock, (2010). A Topical Approach to
Discovery dengan model Inquiry life-span Development. The McGraw-
Pada Pelajaran Memahami sifat Dasar Hill Companies, Inc. All right
Sinyal Audio di SMK N 2 Surabaya. reserved.
Jurnal Pendidikan Teknik Elektro,
volume 1 nomor 1 (diakses 5 Januari Susilawati, Sri dan Hidayat, Rifqi. (2016).
2017, pukul 21.33). Penerapan Model Pembelajaran
Scientific untuk Meningkatkan
Maulani, D. Suyono. Noornia, Anton Kemampuan berpikir Kritis
(2017). Pengaruh penerapan model Matematis dan Self Concept Siswa
reciprocal Thinking terhadap MTs. Pythagoras, 5(1) : 59-65. ISSN
kemampuan komunikasi matematis 2301-5314. (diakses 18 Desember
ditinjau dari self concept siswa di 2016, pukul 08.22).
SMAN Kecamatan Tambun Selatan
Bekasi.Jurnal Pendidikan dan Wang, Jianjun. 2007. A Trend Study of Self
Pembelajaran Matematika,Volume Concept and Mathematics
10(2): 14-24. Tersedia pada: Achievement in a Cross-Cultural
http://jurnal.untirta.ac.id/index.php/J Context. Mathematics Education
PPM/article/view/2026/1569 Research Journal. Vol 19. No.3.33-
47.
Meta, dkk. (2014). Keefektifan Model
Giuded Discovery dan Guided Inquiry Yama dkk, 2015. Perbandingan Model
terhadap Keterampilan Proses Sains Pembelajaran Guided Inquiry dengan
dan hasil Belajar. Jurnal Pendidikan Guided Discovery terhadap Hasil
Matematika dan Sains. FMIPA Belajar Siswa. Jurnal Pendidikan
Universitas Negeri Yogyakarta. Biologi, FKIP Universitas Lampung.
(diakses 5 Januari 2017, pukul 21.42)
Yulian, Vara Nina, 2016. Meningkatkan
Nizam, (2016). Ringkasan Hasil-hasil Kemampuan Pemecahan Masalah
Asesmen : Belajar dari hasil UN, Matematis Siswa melalui metode
PISA, TIMSS, INAP. Puspendik, pembelajaran metode inkuiri
Balitbang Kemendikbud. berbantuan Software
Algebrator.Jurnal penelitian dan
Putrie,dkk, (2014). Perbandingan Model Pembelajaran Matematika, Volume
Guided Discovery Learning dengan 9(1):20-24. Tersedia pada:
Giuded Inquiry terhadap Hasil Belajar http://jurnal.untirta.ac.id/index.php/J
Siswa. Jurnal Pendidikan Biologi PPM/article/view/976/777

104

You might also like