You are on page 1of 39

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Zaman yang terus berkembang baik dari pertumbuhan penduduk suatu negara

lebih khususnya pada kota bandung. pertumbuhan penduduk dikota Bandung sangat

signifikan sehingga hal itu menjadi sesuatu yang tidak terkontrol dengan baik. Berikut

tabel jumlah populasi penduduk kota bandung dari beberapa tahun belakang ini. :

Gambar 1.1
Judul : Jumlah populasi kota bandung
Sumber : Badan Pusat statistik bandung
2016

Dari tabel tersebut didapat kesimpulan bahwa penduduk Indonesiea lebih

khususnya di Bandung mengalami kenaikan yang siginifikan, tentu hal ini dapat

berdampak baik dan buruk, semua tergantung dengan upaya apa untuk mengatasi hal

tersebut. Dengan semakin bertambahnya penduduk di bandung, hal itu dibarengi dengan

kebutuhan pekerjaan bagi penduduk itu sendiri, Lahan pekerjaan yang semakin

berkurang dan populasi yang semakin meningkat, jelas hal itu merupakan kendala yang
dialami kota bandung beberapa tahun ini dan jumlah pengangguran di kota bandung

semakin menurun, hal tersebut mempertegas bahwa lahan pekerjaan di kota bandung

sangat dibutuhkan . Berikut data pekerjaan setiap individu di kota bandung :

Gambar 1.2
Judul : Status pekerjaan penduduk
Sumber : Badan Pusat statistik bandung
2015

Dipertegas dengan data tersebut, bahwa banyak penduduk di kota bandung yang

sudah bekerja dan tentu membutuhkan lahan untuk bekerja, serta adanya penurunan

jumlah pengangguran di kota bandung.Dengan banyaknya penduduk Bandung yang

memiliki pekerjaan sehingga hal itu menandakan bahwa banyaknya pengusaha –

pengusaha yang menyediakan lahan pekerjaan bagi penduduk. Pengusaha tersebut

membuat kenaikan jumlah penduduk yang bekerja, karena lahan pekerjaan ada karena

benyaknya pengusaha.

Gambar 1.3
Judul : IPM kota bandung
Sumber : Badan Pusat statistik bandung
2017
Indeks pembangunan manusia (IPM) kota bandung sudah emncapai titik 80.31. nilai

tersebut termasuk pada kategori yang sangat baik, karena di jawabarat hanya kota

bandung yang mencapai titik nilai 8. Hal itu dibarengi dengan banyaknya pengusaha

yang terus berinovasi menciptakan lahan pekerjaan yang luas.

Lahan pekerjaan yang dimaksud bisa pabrik, kantor dan bangunan lainnya yang

bisa mewadahi para penduduk yang ingin bekerja. Namun dalam proposal ini lebih

memfokuskan pada bangunan kantor. Kantor dapat menampung banyak pekerja atau

pegawai. Dengan meningkatnya jumlah perusahaan di kota bandung maka kebutuhan

akan kantor akan meningkat. Jumlah kantor di bandung sebenarnya tidak sebanding

dengan banyaknya pekerja, hal tersebut menjadi alasan utama pemilihan bangunan

komersil kantor sebgai pilihan untuk perancangan arsitektur 6 ini.

Bangunan kantor pada umumnya memiliki tinggi lantai midrise ke highrise,

karena kantor itu sendiri bersifat sangat fungsional karena berhubungan dengan uang.

Bangunan kantor pada umumnya memiliki bentuk bangunan yang statis dan kaku serta

monton, hal ini karena untuk mendapatkan efisiensi ruang yang maksimal, namun

konsep ini tidak sepenuhnya benar, karena damapk ayng akan dihasilkan adalah masalah

sosial para pegawai. Pegawai akan mengalami penutuna tingakat ketertarikan bekerja

pada gedung tersebut karena monoton dan kaku. Dengan terganggunya kondisi soial

para pegawai maka akan berdampak dengan kinerja para pegawai itu sendiri, maka

untuk bekerja dengan baik di gedung yang monton dan kaku maka dibutuhkan mental

yang kuat dan keteguhan hati yang kuat untuk menahan rasa kaku dan monotn yang

dirasakan selam bekerja pada gedung tersebut.


I.2 Identifikasi masalah

Berdasarkan paparan latar belakang yang didalamnya terdapat beberapa poin

penting dan point tersebut menjadi masalah. Permasalahan dimulai dari semakin

pesatnya pertumbuhan penduduk di Indonesia, kuhusnya di kota Bandung. Peningkatan

populasi penduduk tidak dibarengi dengan lahan perkerjaan yang luas. Penduduk kota

bandung mengalami penurunan dari angka pengangguran, hal itu memperkuat bahwa

lahan pekerjaan sangat dibutuhkan di kota bandung. Kota bandung saat ini mencapai

nilai IPM sebesar 8.1 hal ini menandakan bahwa banyak pengusaha-pengusaah baru

yang pastinya akan menyediakan lahan pekerjaan. Lahan pekerjaan itu dapat berupa

bangunan kantor, pabrik dan hal lainnya yang dapat mewadahi para pekerja untuk

bekerja.Jumlah kantor di kota bandung tidak sebanding dengan jumlah penduduk kota

bandung yang berstatus bekerja.

I.3 Rumusan Masalah

Dari identifikasi maslaah yang sudah di teliti dan dianalisis, didapat rumusan

masalah pada kasus ini, yaitu sebagai berikut :

 Bagaimana cara mengatasi pertumbuhan penduduk yang pesat dengan

pendekatan lahan perkerjaan ?


 Bagaimana cara untuk membuat sebuah lahan pekerjaan bagi perusahaan-

perusahaan baru yang ingin melalui bisnis ?


 Bagaimana cara membuat bangunan kantor yang ramah lingkungan?
 Bagaimana membuat kantor memiliki kesan yang baik bagi pegawai dan

pekerja?
 Bagaimana cara membuat kantor yang dapat berpengaruh baik bagi lingkungan

sekitarnya.

I.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah dan rumusan masalah, tentu didapatkan tujuan

Penelitian ini, berikut tujuannya:

1. Untuk memberikan lahan pekerja bagi pegawai dan pekerja


2. Untuk memberikan tempat bagi pengusaha – pengusaha untuk memperlebar

presentasinya melalui kantor


3. Untuk mengetahui bangunan yang berpengaruh baik bagi pengguna maupun

lingkungan sekitarnya
4. Untuk mengetahui bangunan yang memiliki peranan penting dalam suatu

lingkungan
5. Untuk mengetahui bangunan kantor yang ramah lingkungan dan ‘Green’
6. Untuk mengetahui tempat bekerja yang nyaman, enjoyable dan fresh

I.5 Manfaat penelitian

Manfaat yang didapat dari penelitian jika dilihat dari latar belakang, identifikasi

masalah, rumusan masalah dan aspek lainnya, manfaatnya terdapat dari 3 sisi yaitu sisi

bangunan, sisi lingkungan dan sisi sosial. Berikut manfaatnya :

Sisi Bangunan

 Untuk membuat bangunan yang ramah lingkungan


 Untuk membuat bangunan yang sangat peka akan kehidupan sosial pada

bangunan
 Untuk membuat bangunan yang dapat memberikan kesan nyaman
 Untuk membuat sebuah ruang kerja yang nyaman seperti di rumah
 Untuk membuat bangunan menjadi view point kawasan sekitarnya
 Untuk melestarikan bangunan ramah lingkungan yang sudah mulai pudar
 Untuk membuat bangunan yang memaksimalkan potensi energi alam
 Untuk membuat bangunan yang alami dengan resource utama dari alam
Sisi Sosial
 Untuk memberikan kenyamanan maksimal bagi pegawai
 Untuk memberikan suatu persepsi baru akan kantor yang selalu monoton dan

kaku
 Memberikan sekuen ruang yang nyaman bagi setiap pekerja
 Untuk memberikan lingkungan sosial yang baik
Sisi Lingkungan
 Untuk menciptakan lingkungan yang sehat dengan konsep Greenery
 Untuk membuat bangunan kantor berfungsi sebagai RTH kota, karena terdapat

banyak penghijauan dan vegetasi di dalam lahan maupun pada bangunan


 Untuk memberikan dampak yang baik bagi lingkungannya
 Untuk membuat bangunan kantor menjadi identitas kawasan tersebut
 Untuk membuat kantor menjadi view point utama kawasan lingkungan tersebut

I.6 Batasan Perancangan

Studio Perancangan Arsitektur 6 ini mengharuskan mahasiswa memiliki jenis

bangunan sesuai dengan kemauan, kebutuhan, isu, fenomena dan aspek lainnya yang

tentu beralasan mengapa bangunan tersebut dipilih. Bangunan yang dipilih oleh penulis

adalah bangunan komersial yaitu Kantor. Kantor yang akan dirancang bukan kantor

sewa namun kantor yang diperuntukkan untuk beberapa perusahan yang sebidang, yang

artinya perusahaan tersebut masih dalam satu organisasi perusahaan agar konsep dan

tema bangunan dapat diterima dari beberapa perusahaan.

Terdapat batasan perancangan dimulai dari total luas bangunan yang

diperbolehkan adalah maksimal 3000 m2. Bangunan harus sesuai dengan peraturan

daerah seperti KDB, KLB, dan peraturan lainnya. Bangunan harus menyelesaikan
masalah beserta konsep dan tema yang dapat menanggulangi masalah dan memecahkan

masalah tersebut baik skala mikro dan makro.

I.7 Metode pencarian data

Perancang mencari data-data yang dibutuhkan dengan cara yaitu :

 Observasi
Melakukan survey dan observasi secara langsung dengan melakukan pengamatan

dan dokumentasi. Survey dilakukan di Perpustakaan Kota Bandung yang

beralamat di Jl. Caringin no.103, Bandung. Juga melakukan survey sebagai studi

banding di Gedung Perpustakaan Kota Depok yang beralamat di Jl. Margonda

Raya No. 54, Depok.


 Literatur
Mencari data literatur yang terkait dengan perancangan digunakan sebagai data

komparatif. Data literatur dapat dicari dengan media cetak ataupun media digital.

Buku yang digunakan yaitu Pedoman Tata Ruang dan Perabot Perpustakaan

Umun, Pengantar Ilmu Perpustakaan yang di cetak oleh Badan Perpustakaan

Nasional Republik Indonesia dan Pengantra Ilmu Perpustakaan yang ditulis oleh

Sulistyo Basuki.
 Wawancara
Melakukan wawancara terhadap pihak-pihak yang bersangkutan untuk mencari

data pendukung. Sumber bisa berasal dari pegawai Perpustakaan Kota Bandung

yaitu kepada Bagian Pustakawan ataupun pengunjung perpustakaan.


I.8 Kerangka Kerja

Kerang kerja adalah acuan kerja atau guide lines saat kita melakukan

perancangan suatu bangunan, tanpa arahan tentu design dan proses perancangan tidak

akan berjalan dengan lancar, berikut kerangka kerjanya


I.9 Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan dari laporan “Perancangan Interior Perpustakaan

Kota Bandung” ialah sebagai berikut:

BAB I. PENDAHULUAN

Menjabarkan latar belakang pemilihan objek perancangan dalam perancangan ini

Perpustakaan Kota Bandung. Kemudian mengidentifikasi masalah yang terjadi di

Perpustakaan Kota Bandung. Ada juga tujuan perancangan, batasan perancangan, dan

metodologi desain. Kerangka perancangan dibuat untuk memetakan langkah-langkah

perancangan.

BAB II. KAJIAN LITERATUR

Pada bagian ini, terdapat beberapa literatur umum seperti pengertian perpustakaan

umum, tujuan perpustakaan, juga terdapat literatur khusus seperti standar perancangan

dan penataan perabot perpustakaan umum. Selain itu, ada juga penjelasan tentang objek

studi meliputi data fisik dan non fisik, studi banding perpustakaan sejenis, Analisa

existing bangunan meliputi bentuk bangunan, pencahayaan, dan lain-lain.

BAB III. KONSEP DESAIN

Memaparkan konsep dari perancangan interior Perpustakaan Kota Bandung. Dimulai

dari menguraikan latar belakang pemilihan konsep, garis besar konsep dan fokus desain,

aplikasi konsep secara langsung dalam perancangan serta kriteria desain yang digunakan

dalam perancangan, kemudian mengaplikasikan desain terhadap manusia dan penataan


ruang, karakter ruang, pengisi ruang, elemen pembentuk ruang, tata kondisi ruang,

mekanikal elektrikal dan sign system.

BAB IV. APLIKASI DAN ANALISA DESAIN

Mencangkup desain terpilih dan pengembangannya serta dokumen lengkap desain

interior Perpustakaan Kota Bandung. BAB V. PENUTUP Menjawab dan menyimpulkan

secara keseluruhan, baik masalah yang telah dirumuskan serta ide desain terpilih.
BAB II

STUDI LITERATURE

II.1 Pengertian

Desain adalah gagasan awal, rancangan, perencanaan pola susunan, kerangka

bentuk suatu bangunan, motif bangunan, pola bangunan, corak bangunan (Kamus Besar

Bahasa Indonesia 2008:36). Secara etimologis kantor berasal dari Belanda: “kantoor”,

yang maknanya: ruang tempat bekerja, tempat kedudukan pimpinan, jawatan instansi

dan sebagainya. Dalam bahasa inggris “office” memiliki makna sebagai tempat

memberikan pelayanan (service), posisi, atau ruang tempat kerja.

Desain kantor menurut Bnet Business Dictionary adalah “The arrangement of

workspace so that work can be performed in the most efficient way”. Desain kantor

merupakan susunan ruangan kerja agar terdapat keefisienan dalam bekerja. Desain

bangunan kantor adalah bentuk ataupun rancangan bangunan tempat bekerja yang

memiliki bentuk/ukuran dan fungsi serta mengalami penyesuaian yang disebabkan oleh

beberapa faktor, seperti bahan bangunan, kondisi cuaca, harga, kondisi tanah dan alasan

estetik

Kantor merupakan tempat dimana orang-orang bekerja bersama-sama untuk

mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan bersama. Berbagai macam kegiatan dapat

dilakukan seseorang di dalam kantor, sebagaimana yang telah dikemukakan oleh

Sedarmayanti (2009), bahwa kantor merupakan tempat diselenggarakannya kegiatan


penanganan informasi, mulai dari menerima, mengumpulkan, mengolah, menyimpan,

sampai mendistribusikan informasi. Sedangkan menurut Nuraida (2008), kantor adalah

tempat diselenggarakannya kegiatan tata usaha dimana terdapat ketergantungan sistem

antara orang, teknologi dan prosedur untuk menangani data dan informasi mulai dari

menerima, mengumpulkan, mengolah, menyimpan, sampai menyalurkannya. Dari

beberapa pendapat mengenai pengertian kantor diatas, dapat disimpulkan bahwa kantor

merupakan tempat dilaksanakannya kegiatan penanganan informasi dan data, mulai dari

menerima, mengumpulkan, mengolah, menyimpan, sampai menyalurkannya.

II.2 Fungsi Kantor

Menurut Mills (dalam Nuraida, 2008), fungsi kantor didefinisikan sebagai

pemberi pelayanan komunikasi dan perekaman. Dari definisi tersebut, Mills memperluas

fungsi kantor menjadi sebagai berikut:

1) Menerima informasi (to receive information)


Menerima informasi dalam bentuk surat, panggilan telepon, pemesanan, faktur,

dan laporan mengenai berbagai kegiatan bisnis.


2) Merekam dan menyimpan data-data serta informasi (to record information)
Tujuan pembuatan rekaman adalah menyiapkan informasi sesegera mungkin

apabila manajemen meminta informasi tersebut. Beberapa rakap (record) diminta

untuk disimpan menurut hukum (seperti anggaran dasar dan anggaran rumah

tangga suatu perseroan terbatas), atau disimpan untuk


perusahaan seperti rincian negosiasi, transaksi, operasi, korespondensi, pesanan,

faktur, atau ringkasan rincian seperti laporan keuangan, laporan persediaan, dan

analisis penjualan.

3) Mengatur informasi (to arrange information)


Kantor bertanggung jawab memberikan infomasi dalam bentuk terbaik dalam

melayani manajemen seperti, penyiapan faktur/kuitansi, penetapan harga,

akuntansi, laporan statistik, laporan keuangan, dan laporan pada umumnya.


4) Memberi informasi (to give information)
Bila manajemen meminta sejumlah informasi yang diperlukan, kantor

memberikan informasi tersebut dari rekaman yang tersedia. Sebagian informasi

yang diberikan bersifat rutin, sebagian bersifat khusus. Informasi- informasi

tersebut diberikan baik secara lisan maupun tulisan. Contoh informasi tersebut

adalah pesanan, anggaran, faktur, laporan perkembangan, laporan keuangan dan

instruksi yang dikeluarkan atas perintah manajemen.


5) Melindungi aset ( to safeguard assets)
Fungsi kantor yang lainnya yaitu mengamati secara cermat berbagai kegiatan

dalam perusahaan seperti diperlihatkan di dalam rekaman dan mengantisipasi

segala hal yang tidak menguntungkan yang mungkin terjadi. Misalnya,

melaporkan adanya kekurangan persediaan, melaporkan adanya sejumlah utang

yang mungkin tidak dibayar saat jatuh tempo, rekaman vital seperti kontrak besar

harus dilindungi secara tepat, uang tunai harus disimpan dalam lemari besi

maupun di dalam bank. Kantor harus berhati- hati terhadap makna rekaman. Dan

memperlihatkan dengan segera hal-hal yang memerlukan tindakan manajemen.


II.3 Elemen Kantor

Amira Oribia dan Wanda Sasmita berpendapat bahwa Lingkungan kerja yang nyaman

sangat dibutuhkan oleh karyawan untuk dapat beraktivitas secara optimal dan produktif

sehingga lingkungan kerja membutuhkan desain yang baik, sehingga dapat mendukung

produktivitas staf. Kerangka teori produktivitas kantor menurut (Barry P.Haynes

2004:11) dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1
Judul : Kerangka teori produktivitas kantor
Sumber : Office productivity: a self- assessed
approach to Office Evaluation

Gambar 2.1 menjelaskan bahwa produktivitas dari kantor yang digunakan oleh

karyawan dipengaruhi oleh lingkungan fisik dan lingkungan kerja. Tata ruang kantor

berhubungan dengan sirkulasi, konsep tata ruang kantor dengan bentuk Gambar 2.1,
sedangkan kenyamanan kerja dipengaruhi oleh intensitas penerangan, suhu dan

kelembaban udara dan tingkat kebisingan.

II.3.1 Tata ruang kantor

Salah satu faktor yang mempengaruhi produktivitas pegawai dalam bekerja

adalah tata ruang kantor. Setiap pegawai menginginkan ruangan kerja yang dapat

memberikan keamanan, kemudahan, dan kenyamanan pada dirinya saat bekerja.

peralatan dan furniture kantor yang dibutuhkan sampai dengan pengaturan lingkungan

fisik ruangan tersebut.

Menurut Sedarmayanti (2009), tata ruang kantor dapat diutarakan sebagai

pengaturan dan penyusunan seluruh mesin kantor, alat perlengkapan kantor serta perabot

kantor pada tempat yang tepat, sehingga pegawai dapat bekerja dengan baik, nyaman,

leluasa dan bebas untuk bergerak, sehingga tercapai efisiensi kerja.

Sedangkan menurut Terry (dalam Sedarmayanti, 2009) tata ruang kantor adalah

penentuan mengenai kebutuhan-kebutuhan ruang dan tentang penggunaannya secara

rinci dari ruang tersebut untuk menyiapkan suatu susunan praktis dari faktor-faktor fisik

yang dianggap perlu bagi pelaksanaan kerja perkantoran dengan biaya yang layak.

Pengertian lain pula diungkapkan oleh Moekijat (2008) bahwa tata ruang kantor

menunjukkan penentuan syarat-syarat ruang dan penggunaannya secara terinci daripada

ruang ini untuk memberikan susunan perabot dan perlengkapan yang paling praktis yang

diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan kantor. Selain itu juga, Nuraida (2008)

berpendapat bahwa tata ruang kantor merupakan pengaturan ruangan kantor serta
penyusunan alat-alat dan perabotan kantor pada luas lantai dan ruangan kantor yang

tersedia untuk memberikan sarana bagi pekerja.

Dari beberapa pengertian tata ruang kantor diatas dapat disimpulkan bahwa tata

ruang kantor adalah penyusunan peralatan dan perlengkapan yang paling praktis serta

faktor-faktor fisik yang dianggap perlu pada suatu ruangan yang tersedia, agar pegawai

merasa nyaman, baik, leluasa dan bebas bergerak dalam pelaksanaan kerja kantor

dengan biaya yang layak.

Tata ruang kantor atau office layout merupakan penentuan mengenai kebutuhan-

kebutuhan ruang dan penggunaan secara terperinci dari satu ruang untuk menyiapkan

suatu susunan yang praktis dari faktor-faktor fisik yang dianggap perlu bagi pelaksanaan

kerja perkantoran dengan biaya yang layak. Pengaturan tata ruang kantor dapat

menciptakan iklim kerja yang nyaman dan berpengaruh terhadap produktivitas

karyawan.

Sirkulasi komunikasi dan aliran kerja (sirkulasi) pengaturan aliran kerja

menjadikan sistem kerja lebih efisien, kesalahan dalam pengaturannya menyebabkan

ada daerah yang terlalu sepi dan terlalu padat selain itu dapat mempengaruhi komunikasi

kerja. Tata ruang kantor menggunakan azas pokok tata ruang yang menjadi acuan

sehingga meningkatkan produktivitas staf. Azas ini dibagi menjadi empat macam (Dra.

Suparjati, 2000:78) yaitu:

 Azas jarak terpendek ialah jarak antara dua titik dalam dua garis lurus.
 Azas rangkaian kerja, ialah penempatan para pegawai dan alat-alat kantor
menurut rangkaian yang sejalan dengan urutan penyelesaian pekerjaan.
 Azas penggunaan segenap ruang adalah penggunaan setiap bagian ruangan,
tidak hanya yang berupa lantai, tapi juga vertikal ke atas maupun kebawah.

Penggunaan azas pokok tata ruang menjadikan ruangan tersebut memiliki

rangkaian kerja, sehingga komunikasi dan efektifitas kerja dapat lebih

ditingkatkan, namun hal ini tidak dapat ditemukan pada ruangan yang tidak

menggunakan sistem rangkaian kerja

Secara umum tata ruang kantor terdiri dari 2 jenis yaitu tata ruang terbuka dan

tata ruang tertutup. Tata ruang terbuka adalah ruang kerja yang luas dan ditempati oleh

karyawan secara bersamaan, sedangkan tata ruang tertutup adalah dibatasi oleh sekat

sekat dan lebih mempunyai privasi.

Tata ruang tertutup memiliki kelemahan dan kelebihan tersendiri dalam

mendukung aktivitas staf, lebih jelasnya data tersebut disajikan pada Tabel

KELEBIHAN KEKURANGAN
Terjaganya ahasia kerja pegawai karena Biaya tata ruang menjadi relatif mahal

berada di ruangan tersendiri


Tidak terganggunya aktivitas pegawai dan Ruangan yang tersedia hanya dapat

aktivitas lebih karyawan lain. dimanfaatkan untuk sedikit pegawai saja


Menimbulkan kesan positif pada relasi Hubungan pribadi antar pegawai menjadi

karena perusahaan dianggap lebih kurang erat karena dibatasi oleh ruang

menghargai pegawai sehingga menyulitkan pegawai

mengadakan komunikasi langsung


Memudahkan pemeliharaan peralatan dan Pengawasan kerja pegawai relatif lebih

perabotan kantor. sulit dilakukan. Sumber: Jurnal Pengaruh

tata ruang kantor terhadap produktivitas


tabel 2.1
Judul : Kelemahan dan kelebihan kantor tertutup
Sumber : Jurnal Pengaruh tata ruang kantor terhadap produktivitas pegawai

Tata ruang kantor terbuka juga memiliki kekurangan dan kelebihan dan disajikan

dalam bentuk Tabel:

KELEBIHAN KELEMAHAN
Memungkinkan pengawasan lebih efektif Sulitnya privasi atau menjaga hak pribadi

terhadap pelaksanaan kerja pegawai. karyawan.

Lebih memudahkan hubugan antar Seringnya timbul gangguan dari aktivitas

pegawai karena tidak adanya sekat – lebih yang dilakukan oleh salah satu

sekat yang membatasi. karyawan.

Lebih memudahkan penyebaran cahaya Sulitnya menjaga kerahasiaan pekerjaan,

dan sirkulasi udara. bila pekerjaan bersifat rahasia

Memudahkan penyesuaian bila terjadi Relatif lebih murah dari segi biaya dan

perubahan. lebih mudah didalam pembuatannya.


tabel 2.2
Judul : Kelemahan dan kelebihan kantor terbuka
Sumber : Jurnal Pengaruh tata ruang kantor terhadap produktivitas pegawai

Tabel 2.1 dan Tabel 2.2 menjelaskan bahwa tata ruang kantor terbuka dan tata

ruang kantor tertutup memiliki karakter dan kebutuhan tersendiri dalam penempatannya

pada ruangan, sehingga produktivitas staf dapat lebih ditingkatkan. Selain itu tata ruang

kantor memiliki dimensi tersendiri. Diadaptasi dari pendapat The liang Gie, adapun

dimensi dan indikator tata ruang kantor tersebut antara lain :

1) Dimensi perancangan tata ruang kantor, berupa keefektifan jenis tata ruang

kantor, kelancaran lalu lintas pegawai, ketepatan dalam penempatan

perlengkapan kantor.
2) Dimensi penempatan pegawai berupa ketepatan antara jumlah pegawai dengan

luasan kantor dan kesesuaian dengan jenis pekerjaan.


3) Dimensi lingkungan fisik kantor. Dimensi pengukuran tata ruang kantor sangat

berperan penting untuk menciptakan kondisi lingkungan kerja yang nyaman.

Kebutuhan luas bidang tempat kerja rata-rata 7-12m2 per karyawan.

II.4 Tujuan dan manfaat tata ruang kantor

Tata ruang kantor yang diatur sedemikian rupa tentunya bukan karena tanpa

alasan, tetapi suatu organisasi, instansi, maupun perusahaan memiliki satu tujuan yang

sama, yaitu untuk meningkatkan produktivitas kerja. Adapun tujuan dari adanya

penataan ruang kantor menurut Sedarmayanti (2009) adalah sebagai berikut

 Mencegah penghamburan tenaga dan waktu para pegawai karena prosedur kerja

dapat dipersingkat.
 Menjamin kelancaran proses pekerjaan yang bersangkutan.
 Memungkinkan pemakaian ruang kerja secara efisien.
 Mencegah para pegawai dibagian lain terganggu oleh publik yang akan menemui

suatu bagian tertentu, atau oleh suara bising lainnya.


 Menciptakan kenyamanan bekerja bagi para pegawai.
 Memberikan kesan yang baik terhadap para pengunjung.Mengusahakan adanya

keleluasaan bagi:

Pendapat lain diungkapkan oleh Nuraida (2008), bahwa tujuan tata ruang kantor

adalah sebagai berikut:

 Menggunakan ruangan yang ada guna dimanfaatkan untuk faedah ekonomis

yang besar. Setiap meter persegi, sudut, atau tengah ruangan seluruhnya

berfaedah. Dengan kata lain tidak ada tempat yang tidak berguna/ berfaedah.
 Memudahkan pengawasan manajer terhadap para staf yang sedang bekerja.

Bagaimanapun budaya kerja yang diterapkan pada setiap kantor, sedikit banyak

atasan harus tetap melakukan pengawasan terhadap bawahan. Hal ini perlu

didukung oleh layout kantor yang sesuai dengan kondisi yang dibutuhkan di

tempat kerja.
 Memudahkan arus komunikasi dan arus kerja.
Arus kerja yang baik akan mempengaruhi kualitas arus komunikasi. Pergerakan

informasi secara vertikal (antara tingkatan level struktur organisasi yang berbeda,

seperti antara atasan dan bawahan) dan horizontal (antarpegawai dalam

tingkatan/level struktur organisasi yang sama) sangat dipengaruhi oleh layout

yang efektif dan efisien.Layout yang baik akan memberikan kepuasan dan

kenyamanan untuk bekerja sehingga pegawai merasa betah untuk bekerja di

kantor.
 Menyediakan pelayanan yang dibutuhkan pegawai seperti komputer, telepon,

teleks, intercom, faksimile, e-mail, dan pelayanan lainnya seperti penyediaan air

minum.
 Memudahkan setiap gerakan para pegawai dalam penyimpanan arsip. Khususnya

untuk arsip aktif, penempatan lemari dan ruangan harus berdekatan dengan

pegawai yang membutuhkan arsip tersebut.


 Memberikan rasa aman dan keleluasaan pribadi.
Rasa aman di tempat kerja dan adanya keleluasaan pegawai untuk melaksanakan

tugas dapat membuat pegawai menjadi lebih betah bekerja di kantor.


 Menjauhkan pekerjaan yang menimbulkan bunyi keras, gaduh, dan mengganggu

pekerjaan yang membutuhkan konsentrasi tinggi. Hal ini diperlukan untuk

memperkecil kemungkinan adanya ‘saling mengganggu’ antar pegawai sehingga

dapat meminimalisasikan waktu penyelesaian pekerjaan.


 Menciptakan citra dan kesan yang baik bagi para pelanggan dan tamu

perusahaan.
Selain tujuan tata ruang kantor diatas, ada pula manfaat yang akan diperoleh oleh

suatu organisasi, instansi, maupun perusahaan yang benar-benar memperhatikan

penataan ruang kantor yang baik.

II.5 Macam tata ruang kantor

Tata ruang kantor yang diterapkan oleh suatu perusahaan, instansi, atau

organisasi akan beragam tergantung pada kebutuhan masing-masing bagian didalamnya.

Sebelum menetapkan jenis tata ruang seperti apa yang akan digunakan, perlu diketahui

terlebih dahulu masing-masing karakteristik, kelebihan dan kekurangan dari setiap jenis
tata ruang kantor tersebut. Menurut Sedarmayanti (2009), pada dasarnya terdapat empat

macam tata ruang kantor, yaitu:

1. Tata ruang kantor berkamar


Adalah ruangan kantor yang disekat sekat sehingga dapat dikatakan berkamar

karena ruang kantor yang tertutup dan individual


1) Keuntungan
 Menjamin konsentrasi kerja dan pekerjaan yang bersifat rahasia.
 Menambah atau menjaga status pimpinan sehingga selalu

terpelihara adanya kewibawaan pimpinan


 Menjamin keberhasilan kerja dan merasa ikut bertanggung jawab

serta rasa memiliki.

2) Kerugian
 Komunikasi langsung antar pegawai tidak lancar, sehingga

kesempatan untuk mengadakan komunikasi menjadi berkurang.


 Diperlukan biaya yang lebih besar untuk biaya pemeliharaan

ruangan, pengaturan penerangan dan biaya peralatan lainnya.


 Pemakaian ruangan kurang luwes apabila ada perubahan

perkembangan organisasi
 Mempersulit pengawasan dan memerlukan banyak luas lantai.
2. Tata Ruang Kantor Terbuka (Open Plan Offices).
Tata ruang kantor terbuka adalah ruangan kerja yang cukup luas dan

ditempati oleh beberapa pegawai untuk bekerja bersama tanpa dipisahkan oleh

penyekat yang permanen. Sedangkan menurut Brydone (dalam Sukoco, 2006),

konsep tata ruang kantor terbuka ini dapat meningkatkan kerja sama antar

pegawai dengan terciptanya lingkungan kantor yang mendukung.


1) Keuntungan
 Mudah dalam pengawasan, pengaturan cahaya, udara dan warna
 Fleksibel apabila diperlukan perubahan ruangan dan tidak

memerlukan biaya tinggi


 Mudah untuk mengadakan hubungan langsung,pengawasan,

penyeragaman kerja dan pembagian peralatan kerja


 Biaya lebih hemat untuk pemeliharaan, penggunaan kelengkapan

ruangan dan peralatan, penggunaan telepon dan lain-lain.


2) Kerugian
 Kemungkinan timbul atau terjadi kegaduhan atau kebisingan

karena pegawai bersenda gurau, ngobrol dan lain-lain


 Pegawai sulit untuk melakukan pekerjaan dengan penuh

konsentrasi
 Batas kedudukan antara pimpinan dan bawahan tidak jelas
 Pekerjaan yang bersifat rahasia sulit dilakukan
 Kemungkinan nampak adanya tumpukan berkas atau kertas dan

peralatan kerja yang berserakan, sehingga pemandangan kurang

baik.
3. Tata Ruang kantor berhias/ataman (Landscape Office)
Tata ruang kantor berhias adalah ruang kerja yang dihiasi oleh taman,

dekorasi dan lainnya. Bentuk ruang kantor ini mengupayakan agar lingkungan

ruangan terasa nyaman, menyenangkan serta ekonomis dalam pemanfaatan

ruangan dan nampak seperti pemandangan alam terbuka.


1) Keuntungan
 Pegawai akan merasa nyaman dan betah bekerja
 Ketegangan syaraf dapat berkurang atau dihindarkan
 Kebisingan dan kegaduhan dapat dihindarkan
 Pekerjaan dapat dilakukan dengan lebih efisien, produktivitas

kerja dapat meningkat, sehingga tujuan organisasi mudah dicapai

2) Kerugian
 Biaya cukup tinggi untuk mengadakan taman dan dekorasi

lainnya
 Biaya pemeliharaan tinggi
 Memerlukan tenaga ahli yang tidak mudah dan tidak murah
4. Tata Ruang kantor gabungan
Tata ruang kantor gabungan adalah ruang kantor yang merupakan

gabungan antara bentuk ruang kantor berkamar, terbuka dan bertaman hias.

Karena ketiga bentuk ruang masing-masing mempunyai kerugian, maka untuk

mencegah atau mengurangi kerugian yang ada, dapat diciptakan tata ruang

kantor gabungan.

II.6 Prinsip tata ruang kantor

Menurut Martinez dan Quible (dalam Sukoco, 2006), ada beberapa prinsip yang

harus diperhatikan guna mendesain layout kantor yang efektif, antara lain:

1. Menganalisis hubungan antara peralatan, informasi, dan pegawai dalam arus

kerja.
2. Mengondisikan arus kerja agar bergerak dalam bentuk garis lurus dan

meminimalisasi kemungkinan terjadinya crisscrossing dan backtracking.


3. Pegawai maupun tim kerja yang melakukan pekerjaan serupa harus ditempatkan

dalam area yang berdekatan.


4. Pegawai maupun divisi yang berhubungan dengan publik harus ditempatkan

berdekatan dengan pintu masuk kantor.


5. Pegawai maupun tim kerja yang membutuhkan konstentrasi harus ditempatkan

di ruang kerja yang suasananya lebih tenang.


6. Alokasi ruang harus berdasarkan posisi, pekerjaan yang dilakukan, dan peralatan

khusus yang diperlukan masing-masing individu.


7. Furniture dan peralatan harus sesuai dengan kebutuhan.
8. Lorong harus nyaman dan lebar untuk mengantisipasi pergerakan yang efisien

dari pekerja.
9. Pertimbangan keamanan harus diberikan prioritas tinggi.
10. Area terbuka yang besar lebih efisien dibandingkan ruangan kecil yang tertutup.
11. Provisi yang tepat bagi pencahayaan, dekorasi, AC, kelembaban, dan kontrol

suara.
12. Memperhatikan kebutuhan perluasan kantor di masa yang akan datang.
13. pekerjaan harus datang pada pegawai, bukan sebaliknya.

II.7 Teknik pencapaian ruang tata kantor yang baik

Menurut The (2007), terdapat beberapa teknik yang dapat dilakukan untuk

mencapai suatu tata ruang kantor yang baik, antara lain:

1. Meja-meja kerja disusun menurut garis lurus dan menghadap kejurusan sama.
2. Pada tata ruang yang terbuka, susunan meja-meja dapat terdiri atas beberapa

baris
3. Di antara baris-baris meja tersebut disediakan lorong untuk keperluan lalulintas

para pegawai. Sebaiknya di tengah ruangan terdapat sebuah lorong utama yang

lebarnya 120 cm. lorong-lorong lainnya cukup selebar 80 cm. lebar 120 cm itu

dibuat berdasarkan perhitungan bahwa lebar badan seseorang yang normal kira-

ira 60 cm sehingga lorong tersebut dapat dijalani dua orang dengan tanpa

bersinggungan waktu berpapasan, sedang perhitungan lorong yang 80 cm

didasarkan kepada tebal tubuh seseorang yang rata-rata 40 cm. dengan demikian

kalau lorong itu dipakai untuk berpapasan oleh dua orang, masing-masing dapat

lewat dengan memiringkan dirinya.


4. Jarak antara sesuatu meja dengan meja yang dimuka atau dibelakangnya (ruang

untuk duduk pegawai) selebar 80 cm. berdasarkan jarak ini dan lebar lorong

tersebut pada point 3 diatas, maka bagi setiap pegawai yang memakai meja

ukuran 70 x 120 cm hendaknya disediakan luas lantai sekitar 3,5 jadi, ruang

seluas 25 m² dapat dipakai maksimum tujuh pegawai.


5. Pejabat pimpinan bagian yang bersangkutan ditempatkan dibelakang para

pegawainya. Disatu pihak ini akan memudahkan pengawasan, di pihak lain akan

mencegah para pegawai mengangkat kepala untuk melihat siapa yang menemui

pejabat pimpinan.
6. Pada tata ruang terbuka, apabila pegawai-pegawai dikelompok- kelompokkan di

bawah pengawasan seseorang pejabat mereka ditempatkan di dekat masing-

masing pejabat yang bertanggung jawab atas kelompok itu.


7. Pegawai-pegawai yang mengerjakan pekerjaan-pekerjaan lembut, misalnya

mencatat angka-angka kecil secara cermat atau melukis gambar-gambar yang

halus, diberi tempat yang terbanyak memperoleh penerangan cahaya.


8. Pegawai-pegawai yang bertugas mengenai urusan-urusan yang mengandung

resiko besar, ditempatkan di pojok yang tidak sering dilalui lalu lintas orang-

orang.
9. Pegawai-pegawai yang sering membuat hubungan kerja dengan bagian- bagian

lainnya atau dengan publik, ditempatkan di dekat pintu.


10. Lemari dan alat-alat perlengkapan lainnya ditaruh di dekat pegawai-pegawai

yang paling sering mempergunakan benda-benda tersebut.


11. Alat-alat kantor yang menimbulkan suara rebut, misalnya mesin stensil, ditaruh

dekat jendela, sehingga gema suaranya sebagian besar dapat lagsung terbuang

keluar ruangan.
12. Meja yang memuat alat-alat yang banyak memberikan getaran, misalnya saja

mesin hitung, tidak boleh menempel tembok atau tiang.


13. Lemari yang berat atau peti besi dapat diletakkan menempel tembok atau tiang

sehingga mendapat penyangga untuk menambah kekuatannya.


14. Bagi pejabat pimpinan yang sering-sering harus menerima tamu penting

membicarakan urusan-urusan yang bersifat rahasia, dapatlah dibuatkan kamar

tamu tersendiri.
Nuraida (2008) mengungkapkan bahwa standar ruangan kantor dipengaruhi oleh

berbagai faktor antara lain sifat pekerjaan, jumlah ruangan yang dapat digunakan, luas

pekerjaan, kebutuhan atas ruangan-ruangan pribadi yang bersifat khusus, jumlah, jenis

peralatan, serta mesin-mesin, ukuran, bentuk, dan lain-lain. Menurut Quible (dalam

Nuraida, 2008) standar ruangan kantor dapat dilihat pada tabel di bawah ini

Individual rooms Space requirements

Top leverl executives 425 square feet (± 39 m2)


Middle level executives 350 square feet (± 32 m2)
Supervisors 200 square feet (± 18 m2)
Office employees 75 - 100 square feet (± 7 m2)
Modular workstation 100 square feet (± 9 m2)
Conference room 25 square feet (± 2 m2 per orang)
Reception room 35 square feet (± 3 m2 per orang)
Main corridor 6 – 8 feet wide (± 2 m lebarnya)
Secondary coridor 4 - 5 square feet (± 1,5 m lebarnya)
Cross aisles (every 25-30 feet/± 7-9 m) 3 - 4 square feet (± 1 m lebarnya)

Tabel 2.4
Judul : Minimum Space guidelines
Sumber : Nuraida (2008)

Hal di atas dapat dijadikan masukan mengenai ukuran individual rooms yang

optimal namun harus disesuaikan dengan kondisi kerja di lapangan atau ruang yang

tersedia. Dari berbagai penjelasan dapat disimpulkan bahwa dalam menyusun tata ruang

perkantoran harus disusun berdasarkan jenis pekerjaan pegawai, jika pekerjaan pegawai

membutuhkan konsentrasi yang tinggi, maka ditempatkan berjauhan dengan pegawai

yang sering berinteraksi dengan publik, agar tidak mengganggu kegiatan kerja .
II.8 Elemen perancangan kantor

Elemen perancangan kantor adalah aspek aspek yang harus ditinjau dalam

merancang kantor, jika aspek-aspek ini tidak ditelaah dan dianalisis maka bangunan

kantor tidak akan berhasil, berikut beberapa elemen pembentuk kantor :

II.8.1 Kebisingan

Accoustical performance adalah kinerja bangunan untuk menciptakan suasana

yang bebas dari kebisingan sehingga dapat melakukan percakapan dan mendengarkan

sesuatu secara jelas.

Kebisingan dipengaruhi oleh:

1) Jarak sumber suara


2) Orientasi bangunan
3) Dimensi ruang

Peraturan Menteri Kesehatan tentang kebisingan yang berhubungan dengan

kesehatan menyatakan pembagian wilayah dalam empat zona (Mashuri, 2007: 196).

1) Zona A adalah zona untuk tempat penelitian, rumah sakit, perawatan


kesehatan atau sosial. Tingkat kebisingannya berkisar 35–45 dB.
2) Zona B untuk perumahan, tempat pendidikan, dan rekreasi. Angka kebisingan

45–55 dB.
3) Zona C antara lain perkantoran, pertokoan, perdagangan, pasar, dengan

kebisingan sekitar 50–60 dB.


4) Zona D adalah lingkungan industri, pabrik, stasiun kereta api, dan terminal bus.

Tingkat kebisingan 60–70 dB.

Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi kebisingan antara lain

sebagai berikut:

1) Memperpanjang jalannya media penambatan dengan menjauhkan antara sumber

cahaya dan penerimanya.


2) Menciptakan jarak sejauh mungkin antara dinding muka bangunan dengan jalan

pada lahan yang tersedia melalui penataan layout.


3) Menempatkan elemen terbuka seperti lubang bukaan, ventilasi tidak langsung

kearah sumber bunyi.


4) Memberi penghalang antara sumber suara dan penerima, seperti memberikan

pagar/barrier berupa tanaman yang sedekat mungkin dengan sumber bunyi

dengan memperhatikan dimensi atau ketinggian pagar tersebut.


5) Memilih material bangunan yang dapat menyerap suara, dua bahan penyerap

suara yaitu:
 Penyerap suara tipe berpori contohnya karpet, gorden glass wool,
rockwool, dan material lunak lainnya yang menyerap suara.
 Penyerap suara tipe resonansi seperti panel kayu tipis, accurate fiber,

penyerap suara tipe ini cocok diletakkan pada dinding, sehingga dapat

mengurangi tingkat kebisingan pada ruangan.

II.8.2 Kualitas Pengudaraan (suhu dan kelembapan)

Kualitas pengudaraan yang baik sangat dibutuhkan oleh tubuh agar manusia

dapat beraktivitas dengan baik. Szokolay dalam buku Manual of tropical housing and

building, kenyamanan termal dipengaruhi oleh variabel iklim yaitu matahari, suhu udara,

kelembaban udara dan kecepatan angin.


Menurut penelitian Lippsmeier (1997) batas-batas kenyamanan manusia untuk

daerah khatulistiwa adalah 19oC untuk batas bawah dan 27oC untuk batas atas.

Menurut peraturan mentri kesehatan persyaratan suhu ruangan kantor adalah 1828oC

sedangkan kelembaban ruangan adalah 40%-60% (PerMenKes 1998 No 7).

Pengkondisian lingkungan dilakukan agar kualitas pengudaraan dalam ruangan tercapai,

dapat dilakukan melalui dua hal secara mekanis melalui upaya arsitektur dan

penggunaan AC (Air Conditioning). Kelemahan dari penggunaan AC adalah biaya

operasional yang tinggi sedangkan upaya secara arsitektur dapat dilakukan melalui:

1) Perletakan orientasi bangunan yang lebih luas/panjang menghadap utara selatan,

sedangkan sisi yang pendek menghadap timur-barat.


2) Menggunakan elemen arsitektur seperti cantilever.
3) Menggunakan elemen lansekap seperti:
 Elemen vegetasi digunakan sebagai pelindung terhadap radiasi

matahari, seperti pohon yang daunnya dapat menyerap efek radiasi

matahari dan bayangannya dapat mengurangi pemanasan permukaan.


 air yang dapat dihadirkan melalui pembuatan air mancur untuk

menurunkan suhu bangunan.


 Penggunaan material bangunan mempengaruhi kenyamanan termal dalam

ruangan. Radiasi matahari merupakan penyumbang panas terbesar pada

bangunan.

II.8.3 Pencahayaan

Pencahayaan kantor yang baik dapat memudahkan aktivitas kerja serta

memenuhi kebutuhan kenyamanan psikologis. Pencahayaan tersebut berupa


pencahayaan alami maupun pencahayaan buatan agar dapat melakukan aktivitas Cahaya

alami dapat membantu penerangan dalam ruang, pencahayaan alami membantu

penerangan sampai 2,5 kali tinggi bukaan. Hal tersebut dapat lebih mendukung apabila

kuat penerangan minimal yang dibutuhkan selalu ada dan menyinari seluruh ruangan.

Cahaya hendaknya sedikit mungkin memasukkan radiasi panas, tidak kontras sehingga

tidak mengurangi kenyamanan penglihatan (efek silau yang diakibatkan oleh sinar

matahari).

Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencapai pencahayaan alami yang efektif,

antara lain:

1) Pengaturan orientasi bangunan menghindarkan bukaan luas pada area panas

sehingga dapat membantu pengudaraan pada ruangan selain itu bukaan luas pada

area yang panas dapat menimbulkan silau.


2) Menggunakan sun shading seperti overstek pada bangunan sehingga dapat

mengurangi panas yang masuk ke dalam ruangan ataupun reflector seperti

vertical blind ataupun venetian blind yang dipasang pada bagian interior

bangunan sehingga dapat mengurangi panas yang masuk ke dalam

bangunan(Gambar 2.2).

Gambar 2.2 dan 2.3


Judul : Venetian blind dan vertical blind
Sumber : Interior design ides/pinterest
3) Menggunakan teknologi kaca yang dapat memantulkan panas, sebagai contoh

kaca stopsol yang bekerja dengan memberikan perlindungan dari panas matahari

dengan merefleksikan panas (Gambar 2.3).

Gambar 2.4
Judul : Stopsol glass
Sumber : Material ideas/pinterest

Pencahayaan buatan pada umumnya menggunakan energi listrik, gas dan lilin.

Pencahayaan buatan tersebut memiliki potensi cahaya berbeda dan penempatan yang

perbandingan potensi cahaya yang diberikan yang dikategorikan berdasarkan jenis

lampu, watt, indeks warna, penerapan dan umur lampu (Tabel 2.3).
Tabel 2.3
Judul : Pencahayaan ruangan
Sumber : Loe dalam Karakteristik Pencahayaan hal 13

Data Tabel 2.3 menunjukkan bahwa lampu neon merupakan jenis yang paling

efisien dan memenuhi syarat untuk kantor, karena umur jamnya yang tinggi dan kualitas

pencahayaan yang baik untuk kantor. Kantor dalam penerangannya memiliki tipe sesuai

dengan kebutuhan kerjanya, berikut tiga tipe penerangan:


1) Pencahayaan umum (general lighting), sistem pencahayaan ini pada umumnya

terletak 30-60 inchi di atas lantai.


2) Pencahayaan terarah (localized general lighting). Intensitas penerangan yang

merata tidak diperlukan, memberikan cahaya pada wilayah tertentu.


3) Pencahayaan lokal (local lighting), sistem pencahayaan lokal ini diperlukan

khususnya untuk pekerjaan yang membutuhkan ketelitian.

Ruangan memiliki standar penerangan yang berbeda-beda berdasarkan fungsinya

yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri Perburuhan No.7 Tahun 1964, standar yang

diberlakukan dijelaskan dalam Tabel 2.4.


Tabel 2.4
Judul : Standar pencahayaan ruang
Sumber : Peraturan Mentri Perburuhan tahun 1964 No.7

Syarat-syarat kesehatan, kebersihan dan penerangan tempat kerja dalam

peraturan mentri perburuhan No.7 Tahun 1964 adalah sebagai berikut:


1) Jarak antara gedung dan bangunan tidak menganggu cahaya siang ke tempat

kerja. Setiap tempat kerja harus mendapatkan penerangan yang cukup.


2) Jendela-jendela, lubang-lubang atau dinding gelas harus dibuat sedemikian rupa

sehingga mamberikan penyebaran cahaya yang merata. Apabila jendela sebagai

sumber penerangan cahaya matahari maka jarak jendela dari lantai tidak lebih

dari 1,2 m.

3) Cukup atau tidaknya cahaya matahari, harus diadakan penerangan jalan lain

sebagai pengganti matahari.


4) Kadar penerangan yang diukur dengan alat pengukur cahaya yang baik setinggi

perut (1m). Penerangan yang cukup untuk area kantor dengan kekuatan minimal

350 lux.

II.8.4 Warna

Warna adalah salah satu elemen dalam lingkungan perkantoran yang memiliki

dampak penting bagi staf karena dapat memberikan kesan yang dapat mempengaruhi

psikologi dan suasana hati yang berdampak pada produktivitas staf. Warna sebagai salah

satu aspek dalam perancangan ruang kerja dapat menimbulkan reaksi tubuh baik secara

psikologis. Setiap warna memberikan kesan yang berbeda, sehingga pemilihan warna

untuk ruangan kantor hendaknya dipilih dengan pertimbangan yang cukup cermat,

disesuaikan dengan situasi kerja dalam ruangan tersebut. Faktor yang harus

diperhatikan pada pemilihan warna adalah:

1) Kombinasi warna
2) Efek cahaya
3) Nilai pemantulan warna
4) Dampak warna

Prinsip dalam pemilihan warna perlu memperhatikan:

1) Penutup lantai (karpet)


2) Penutup dinding
3) Warna furnitur

Selain faktor-faktor prisip penentu warna, psikologi warna juga perlu

diperhatikan karena psikologi warna. Psikologi makna dari warna tersebut adalah:

1) Warna merah bersifat dominan dan dapat meningkatkan agresivitas seseorang,

secara fisik warna merah dapat meningkatkan tekanan darah.


2) Warna biru memberi efek menenangkan dan membawa perasaan damai, namun

penggunaan secara berlebihan dapat menimbulkan sedih atau depresi.


3) Warna kuning memberi efek ceria atau optimis, penggunaan secara tepat dalam

ruangan menimbulkan rasa bersahabat dan kreativitas


4) Warna hijau membawa kesan yang menyegarkan dan cocok dibawa ke dalam

ruang peristirahatan.
5) Warna oranye, hasil pencampuran warna merah dan kuning yang dapat

menimbulkan nafsu makan.


6) Warna hitam membawa kesan glamor dan elegan.
7) Warna putih memberikan kesan tinggi dan luas pada ruangan.
8) Warna merah muda menimbulkan sifat feminism.
9) Warna cokelat menimbulkan kesan yang serius, lembut dan hangat
10) Warna ungu memberikan kesan mewah.

Komposisi warna menggunakan teori munsell, yang menyelidiki warna standar

dengan memperhatikan aspek fisik dan psikis. Warna pokok pada warna munsell adalah

merah, kuning, hijau, biru dan jingga sedangkan warna sekunder adalah jingga, hijau

muda, hijau tua, biru tua dan nila.


Hue berhubungan dengan panas dinginnya warna, value berkaitan dengan terang

gelapnya warna yang direfleksikan dengan menambah warna putih atau hitam,

sedangkan choma warna berhubungan dengan cerah suramnya warna. Kombinasi warna

ruangan akan lebih baik jika dilakukan dengan pilihan warna dengan komposisi warna

harmonis yang berarti perpaduan dua warna atau lebih. Komposisi warna dilakukan

dengan mengacu pada lingkar warna dengan beberapa konsep yaitu monokromatik,

analog dan komplementer. Komposisi warna analog berhubungan dengan penerapan

warna dalam lingkaran Munsell yang seiring dan nilai kekuatannya tidak jauh berbeda

antara lain :

1. Warna komplement merupakan warna yang nilai kekuatannya tidak jauh berbeda

yang dalam lingkaran.


2. Munsell berda pada arah yang berseberangan.
3. Warna monokrom warna ini merupakan paduan warna yang paling sederhana.

II.8.5 Air

Air termasuk elemen penting dalam bangunan kantor, karena air menjadi

kebutuhan utama sebuah bangunan baik itu kantor, apartment dan bangunan lainnya,

namun yang membedakan adalah kebutuhan air setiap jenis bangunan. Setiap jenis

bangunan memiliki kebutuhan akan air yang berbeda-beda itu karena jumlah pengguna

yang berbeda, karakteristik pengguna yang berbeda. Berikut tabel kebutuhan air pada

bangunan :
Fungsi bangunan Satuan Kebutuhan
Apartemen orang 135-225
Bioskop Kursi 15
Hotel orang 185-225
Kantor orang 45-90
Restoran Kursi 70
Rumah sakit Tempat tidur 280-470
Sekolah orang 45-90
Tabel 2.5
Judul : Standar kebutuhan air
Sumber : Sistem Bangunan Tinggi, Juwana Jimmy S, Ir,
MSAE

Dilihat dari tabel kebutuhan air, kebutuhan air bangunan kantor per orangnya

dibutuhkan 45 liter sampai 90 liter. Air tentu membutuhkan sebuah wadah untuk

menampungnya, terdapat banyak media untuk menampung air. Berikut beberapa media

untuk menampung air :

1. Fiberglass water tank

You might also like