Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.1LATAR BELAKANG
Epidemiologi merupakan bagian dari ilmu kesehatan masyarakat (Public Healt)
yang menekankan perhatiannya terhadap keberadaan penyakit ataupun masalah
kesehatan lainnya dalam masyarakat. Menurut asal katanya, secara etimologis
epidemiologi berate ilmu mengenai kejadian yang menimpa penduduk .
Epidemiologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu dari kata epi atau upon
yang berarti pada atau tentang, demos= people yang berate penduduk, dan logia=
knowledge yang berarti ilmu. Jadi, epidemiologi berarti ilmu mengenai kejadian
yang menimpa penduduk . pada awal perkembangannya, epidemiologi
mempunyai pengertian yang sempit, dianggap sebagai sebatas ilmu tentang
epidemic . dalam perkembangan selanjutnya, hingga dewasa ini epidemiologi
dapat diartikan sebagai ilmu tentang distribusi (penyebaran) dan determinat
(faktor-faktor penentu) masalah kesehatan masyarakat yang bertujuan untuk
pembuatan perencanaan dan pengambilan keputusan dalam menanggulangi
masalah kesehatan. Dengan demikian, disini tampak bahwa epidemiologi tidak
hanya mempelajari penyakit dan epideminya saja, tetapi juga menyangkut
masalah kesehatan secara keseluruhan.
1.2Rumusan Masalah
1. Pengertian dan Peranan Epidemiologi
2. Sejarah Epidemiologi
3. Tokoh – tokoh Epidemiologi
4. Peranan Epidemiologi
5. Ruang Lingkup Epidemiologi
6. Pengukuran Epidemiologi
1.3Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dan peranan epidemiologi
2. Untuk mengetahui sejarah epidemiologi
3. Untuk mengetahui tokoh – tokoh epidemiologi
4. Untuk mengetahui peranan epidemiologi
5. Untuk mengetahui bagaimana ruang lingkup epidemiologi
6. Untuk mengetahui bagaimana pengukuran epidemiologi
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
keadaan sanitasi yang jelek pada saat mulai gencarnya industrialisasi.
Diungkapkan dari pengamatannya bahwa lebih dari separuh balita
golongan pekerja meninggal sebelum sempat merayakan hari ulang
tahunnya kelima. Sehubungnya dengan rintisan Edwin Chadwick, ia
kemudian justri dikenal bukan sebagai seorang epidemiologi melainkan
seorang pioner public health .
3. Prof. Winslow sebagai seorang tokoh kesehatan masyarakat yang pernah
pertama-tama merumuskan definisi publik health, menekankan daar ilmu
ini pada ilmu fisik yang ia sebut kemudian sebagai sanitation untuk
dikembanglan selanjutnya dalam ilmu yang baru terkait, yaitu preventive
medicine.
3
6. Hacmohan dan pugh (1970) epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari
penyebaran dan faktor-faktor yang menentukan terjadinya penyakit paca
masyarakat.
7. Fox, Hall, dan Elreback menyatakan bahwa epidemiologi adalah suatu
pengetahuan tentang faktor yang menentukan terjadinya suatu penyakit
dalam populasi.
8. Mausner/Bahn, epidemiologi adalah suatu pengetahuan tentang
penyebaran distribusi dan faktor penyakit serta kecelakaan dalam suatu
populasi.
9. Edwin D. Kill Bourne, epidemiologi adalah pengetahuan penyebara dari
penyakit di masyarakat dan faktor-faktor yang memengaruhi atas
penyebaran tersebut.
10. WHO (regioal committe nacting ke-42 dibandung) mendefinisikan
epidemiologi adalah “ilmu yang mempelajari distribusi dan determinan
dari peristira kesehatan dan peristiwa ainnya yang beruhubungan dengan
kesehatan yang menimpa sekelompok masyarakat serta menerapkan ilmu
tersebut untuk memecahkan masalah masalah tersebut.
11. Garry D. Friedman (1974) dalam bukuya : primer of epidemiology,
menuliskan bahwa “epidemioloy is the study of disease occurance in
human populations”. Dikatakan bahwa epidemologi adalah ilmu
pengetahuan mengenai terjadinya penyakit pada populasi manusia.
2.2Sejarah Epidemiologi
4
dan terus menerus melebihi angka prevalensi normal dalam populasi dan
menyebar merata pada semua usia dan kelompok. Holeendemi mengambarkan
suatu penyakit yang kejadiannya dalam populasi sangat banyak dan umumnya
terdepat diawal kehidupan pada sebagian besar anak dalam populasi, contohnya
malaria.
Epidermi adalah wabah atau muncul penyakit tertentu yang berasal dari
sumber tungal, dalam satu kelompok, populasi,masyarakat,atau wilayah yang
tingkatan kebiasaan yang melebihi tingkatan kebiasaan yang diperkirakan.
Kejadian luar biasa atau peningkatan secara tajam dari kasus baru yang
memengaruhi kelompok tertentu biasanya juga disebut sebagai epidemis.
Pandemik adalah epidemik yang menyebar luas melintasi batas negara, atau
populasi yang besar bahkan kemungkinan seluruh dunia.
Periode kuno
Periode ini dimulai pada saat zaman hippocrates yang kenal sebagai bapak
kedokteran yang berkembang semasa 460-375 sebelum masehi.
Masa pertengahan
Masa pertengahan dimulai sejak awal tahun 1348 yang dikenal dengan zaman
“kematian hitam”
Pada saat itu,dikenal penyakit wabah dengan korban jiwa yang tidak sedikit.
Abad ke-18
Pada abad ke-18, mulai terjadi peningkatan derajat kesehatan yang didukung
dengan berkembangnya penelitian penelitian ke arah penyakit penyakit menular.
Dengan dunia keperawatan, pada tahun 1820-1910 lahir tokoh yang dikenal
sebagai simbol keperawatan dengan memperhatikan lingkungan sekitar klien.
Florence berkeyakinan jika lingkungan diperbaiki masa masa perawatan dapat
dipersingkat.
Abad ke -19
Dalam epidemiologi modern,telat dipandang determinal penyakit secara
holistik,oleh sebab itu telah digunakan beberapa pendekatan diantaranya :
Statistik yang berhubungan dengan keadaan yang memengaruhi higiene
dan kesehatan.
Epidemiologi penyakit infeksi
Epidemiologi penyakit kronik
Eko-epidemiologi.
Pada bahasan ini akan dijelaskan mengenai sejarah dan tokoh yang
memelopori epidemiologi .(buku.keperawatan kesehatan komunikasi )ferry
efendi –makhfudli.
5
Sejarah Perkembangan Epidemiologi
6
kedokteran dan ditemukan mikroorganisme. Kuman dianggap sebagai
penyebab tunggal penyakit. Namun, ternyata taori mendapat tantangan
dari berbagai penyakit kronik, misalnya penyakit jantung dan kanker yang
menyebabnya bukan kuman.
6. Theory multi kausal, teori ini menemukan bahwa suatu penyakit terjadi
sebagai hasil dari interaksi berbagai faktor. Misalnya interaksi antara
lingkungan yang berupa faktor kimiawi,dan sosial menegang peraturan
peran peran terjadinya suatu penyakit. Misalnya infeksi tuberkolosis paru
yang disebabkan oleh invas.
7. James lind. Menemukan hubungan kekurangan vitamin c dengan scurty
(kekurangan vitamin C ). Penemuan sederhana dengan mengamati ada
kelompok tertentu dari meraka dan pelayanan dikapal yang mereka
tumpangi dalam suatu pelayanan panjang yang mengalami semacam
penyakit kudus (scurvy). Mereka menderita kekurangan vitaminC karena
mengonsumsi makanan kaleng dan dikenal sebagai bapak trial klinik.
8. Dool dan hill. Dua nama yang berkaitan dengan cerita hubungan rokok
dan kanker paru. Penelitian pertama yang mendesein penilitian yang
melahirkan bukti adanya hubunga antara rokok dan kanker paru.
Keduanya pelopor penelitian dibidang epidemiologi klinik.
2.3Tokoh – tokoh Epidemiologi
7
Selanjutnya konsep tes tuberculin dikembangkan Von Pirquet
tahun 1906.
PPD diperkenalkan oleh Siebart tahun 1931.
Saat ini tes tuberculin sebagai perangkat diagnosis.
3. Max van Patternkofer (Jerman), jasanya dalam bidang epidemiologi
adalah sebagai berikut.
Mengidentifikasi penyebab suatupenyakit.
Membuktikan penyebab suatu penyakit dengan memakai dirinya
sebagai kelinci percobaan dengan menelan 1,00 cm3 kultur vibrio
menantang teori yang sedang berkembang saat itu yang
menyatakan vibrio adalah penyebab kolera.
Dia membuktikan bahwa vibrio bukan penyebab kolera dengan
meminum segelas air berisi baksil kolera dan ternyata memang
(kebetulan) dia tak jatuh sakit.
Kemungkinan dosis yang diminum terlalu kecil, mengingat
dibutuhkan jumlah vibrio yang banyak untuk selamat dari
keasaman lambung.
4. Jhon Snow. Dalam dunia kesehatan masyarakat namanya tidak asing
dalam upaya mengatasi kolera. Dalam menganalisis penyakit kolera
mempergunakan pendekatan epidemiologi dengan menganalisis faktor
tempat, orang, dan waktu.
Dianggap sebagai the father of epidemiology.
5. Percival Pott. Seorang ahli bedah menggunakan pendekatan
epidemiologi dalam menganalisis tingginya kejadian kanker skrotum
dikalangan pekerjapembersih cerobong asap. Dalam analisisnya dia
menemukan bahwa zat tar yang terdapat pada cerobong yang
dianggap sebagai penyebab. Dia dianggap sebagai bapak
epidemiology modern.
6. James Lind. Menemukan hubungan kekurangan vitamin c dengan
scurvy (kekurangan vitamin c). Penemuannya sederhana dengan
mengamati ada kelompok tertentu dari mereka dalam pelayanan di
kapal yang mereka tumpangi dalam suatu pelayaran panjang yang
8
mengalami semacam penyakit kudis (scurvy). Mereka menderita
kekurangan vitamin c karena mengonsumsi makanan kaleng dan
dikenal sebagai bapak trial klinik.
7. Dool dan Hill. Dua nama yang berkaitan dengan cerita hubungan
rokok dan kanker paru. Peneliti pertama yang mendesain penelitian
yang melahirkan bukti adanya hubungan antara rokok dan kanker
paru. Keduanya pelopor penelitian di bidang epidemiologi klinik.
2.4PERANAN EPIDEMIOLOGI
9
Riwayat alamiah penyakit, yaitu berlangsungnya penyakit,
bisa sangat mendadak (emergency), akut, sub-akut,
dankronis.
Deskripsi status kesehatan masyarakat, yaitu
menggambarkan proporsi menurut status kesehatan,
perubahan menurut waktu, usia, dan sebagainya.
Evaluasi hasil intervensi, yaitu menilai bagaimana
keberhasilan berbagai intervensi seperti promosi kesehatan,
upaya pencegahan, dan pelayanan kesehatan.
3. 7 (tujuh) peran utama peran utama epidemiologi menurut
Vanalis B. (1999) dalam bukunya Epidemiology in Health
Care.
Menginvestigasi penyebab dari suatu penyakit.
Mengidentifikasi faktor risiko penyakit.
Identifikasi sindrom (kumpulan gejala penyakit) dan
klasifikasi penyakit.
Melakukan diagnosis banding (differential diagnosys) dan
perencanaan pengobatan.
Kepentingan surveilen status kesehatan penduduk.
Sebagai diagnosis komunitas dan perencanaan pelayanan
kesehatan.
Evaluasi pelayanan kesehatan dan intervensi kesehatan
masyarakat.
4. Dari kemampuan epidemiologi
Mengetahui distribusi, faktor – faktor penyebab masalah
kesehatan, dan mengarahkan intervensi yang diperlukan.
Epidemiologi diharapkan mempunyai peranan dalam bidang
kesehatan masyarakat diantaranya adalah sebagai berikut.
Mengidentifikasi masalah kesehatan utama yang sedang di
hadapi oleh masyarakat.
10
Mengidentifikasi faktor – faktor yang berperanan dalam
terjadinya penyakit atau masalah kesehatan utama
masyarakat.
Menyediakan data untuk keperluan perencanaan kesehatan
dan pengambilan keputusan (decision making).
Membantu melakukan evaluasi terhadap program kesehatan
yang sedang atau telah dilakukan.
Mengembangkan metodologi untuk menganalisis keadaan
suatu penyakit dalam upaya untuk mengatasi atau
menanggulanginya.
Mengarahkan intervensi yang diperlukan untuk
menanggulangi masalah yang perlu dipecahkan.
5. Epidemiologi dengan disiplin ilmu lainnya
Dunia ini pengetahuan secara garis besar terdiri atas ilmu social
(sosiologi), ilmu kesehatan (public helath), dan ilmu kedokteran
(medicine). Masing – masing ilmu berkembang dari waktu ke
waktu, sehingga lama kelamaan batas masing – masing ilmu
semakin tidak jelas dan sebaliknya hubungan antara satu ilmu
dengan ilmu lainnya semakin erat. Epidemiologi pada dasarnya
bernaung di bawah dunia kesehatan sebagai salah satu cabang
ilmu kesehatan masyarakat. Dalam epidemiologi dipelajari
distribusi penyakit dan faktor – faktor yang memengaruhinya.
Dalam hal ini, epidemiologi tidak dapat berdiri sendiri
karena timbulnya penyakit berhubungan dengan faktor – faktoe
yang ada dalam penjamu (host), agent, dan lingkungan
(environment). Sehingga dari uraian ini dapat dipahami bahwa
epidemiologi tidak dapat melepaskan diri dengan bidang ilmu
lainnya. Dalam bidang kedokteran, epidemiologi berhubungan
erat dengan mikrobiologi, parasitology, patologi, virologi, dan
ilmu laboratorium preklinik lainnya. Tidak terkecuali
hubungannya dengan ilmu – ilmu penyakit / klinik seperti ilmu
penyakit dalam, ilmu bedah, dan sebagainya.
11
Epidemiologi sebagai suatu metode ilmiah berperan dalam
penelitian, sehingga tidak dapat melepaskan diri dalam
kaitannya dengan statistik dalam matematika. Guna
menganalisis masalah – masalah yang berkaitan dengan
penerapan strategi pencegahan dan pemberantasan penyakit,
epidemiologi memerlukan masukan dari ilmu – ilmu sosial,
misalnya Antropologi Ilmu Ekonomi. Dengan demikian,
tampak bahwa sebagai ilmu yang berkembang epidemiologi
sangat terbuka untuk menerima masukan dari disiplin ilmu
lainnya. Bahkan dalam aplikasinya epidemiologi merasa lebih
sempurna bila bersama ilmu lainnya. Sebagai contoh penerapan
epidemiologi di klinik dikenal adanya epidemiologi klinik.
Dengan epidemiologi klinik, tampak epidemiologi turut
berkembang kemampuan metodologinya dengan mendapat
masukan dari berbagai ilmu klinik dalam dunia kedokteran.
Sebagai gambarannya dapat dilihat pada Tabel. 4.1.
12
Upaya untuk mencegah penyakit yang tak menular seperti: kanker; penyakit
sistemik; penyakit akibat kecelakaan lalu lintas; penyalahgunaan obat,
termasuk penyakit akibat gangguan industri.
3. Epidemiologi klinik
Bentuk yang saat ini sedang di kembangkan para klinisi yang bertujuan untuk
membekali para klinisi atau dokter/paramedis tentang cara pendekatan masalah
melalui disiplin ilmu epidemiologi.
4. Epidemiologi kependudukan
Cabang epidemiologi yang menggunakan sistem pendekatan epidemiolog
idalam menganalis berbagai permasalahan yang berkaitan dengan bidang
demografi serta faktor-faktor yang mempengaruhi berbagai perubahan
demografi yang terjadi di dalam masyarakat. Memberikan analisis tentang sifat
karakteristik penduduk secara demografi dalam hubungannya dengan masalah
kesehatan dalam masyarakat. Juga berperan dalam berbagai aspek
kependudukan dan keluarga berencana, serta di gunakan sebagai dasar dalam
mengambil kebijakan dan menyususn perencanaan yang baik.
13
kerja akibat pengaruh keterpaparan pada lingkungan kerja, baik yang bersifat
fisik, kimia, biologis, maupun sosial budaya serta kebiasaan hidup para
pekerja. Kegunaannya adalah analisis tingkat kesehatan para pekerja juga
untuk menilai keadaan dan lingkungan kerja serta penyakit akibat kerja (PAK).
8. Epidemiologi gizi
Banyak di gunakan dalam analisis masalah gizi masyarakat , dimana masalah
ini erat hubungannya dengan berbagai faktor yang menyangkut pola hidup
masyarakat. Pendekatan ini bertujuan untuk menganalisis faktor yang
berhubungan erat dengan timbulnya masalah gizi masyarakat, baik yang
bersifat biologis maupun yang berkaitan dengan masalah sosial.
3. Epidemiologi klinik
Bentuk yang saat ini sedang di kembangkan para klinisi yang bertujuan untuk
membekali para klinisi atau dokter/paramedis tentang cara pendekatan masalah
melalui disiplin ilmu epidemiologi.
14
4. Epidemiologi kependudukan
Cabang epidemiologi yang menggunakan sistem pendekatan epidemiolog
idalam menganalis berbagai permasalahan yang berkaitan dengan bidang
demografi serta faktor-faktor yang mempengaruhi berbagai perubahan
demografi yang terjadi di dalam masyarakat. Memberikan analisis tentang sifat
karakteristik penduduk secara demografi dalam hubungannya dengan masalah
kesehatan dalam masyarakat. Juga berperan dalam berbagai aspek
kependudukan dan keluarga berencana, serta di gunakan sebagai dasar dalam
mengambil kebijakan dan menyususn perencanaan yang baik.
15
8. Epidemiologi gizi
Banyak di gunakan dalam analisis masalah gizi masyarakat , dimana masalah
ini erat hubungannya dengan berbagai faktor yang menyangkut pola hidup
masyarakat. Pendekatan ini bertujuan untuk menganalisis faktor yang
berhubungan erat dengan timbulnya masalah gizi masyarakat, baik yang
bersifat biologis maupun yang berkaitan dengan masalah sosial.
Mubarok, Wahit Iqbal, dkk. 2009. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Salemba
Medika
2.6PENGUKURAN EPIDEMIOLOI
Untuk mengetahui kejadian dan pola uatu penyakit atau permasalahan yang
terjadi di masyarakat digunakan alat atau metodu yang dapat dipakai sebagai tolak
ukur atau indikator. Alat ukur yang sering dipakai adalah rasio (ratio) dan rate.
Rasio atau proporsi digunakan untuk membandingkan frekuensi suatu penyakit
atau masalah pada dua kelompok individu atau lebih, misalnya frekuensi
distribusi suatu penyakit atau suatu peristiwa yang terjadi di masyarakat, misalnya
jumlah kematian penduduk di kota surabaya karena emam berdarah adalah 20
orang per 1000 penduduk.
16
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑎𝑠𝑢𝑠
𝑟𝑎𝑡𝑒 = 𝑥 1.000
𝑝𝑜𝑝𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖 𝑑𝑖 𝑎𝑟𝑒𝑎 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑒𝑛𝑡𝑢
Pengukuran frekuensi penyakit dititik beratkan pada angka kesakitan dan angka
kematian yang terjadi pada masyarakat. Pengukuran angka kesakitan relatif lebih
sulit di bandingkan dengan angka kematian.
Incidence rate
Incidence rate dari suatu penyakit merupakan jumlah kasus baru yang terjadi di
kalangan penduduk selama periode waktu tertentu. Rumus yang digunakan:
17
𝑖𝑛𝑐𝑖𝑑𝑒𝑛𝑐𝑒 𝑟𝑎𝑒
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑎𝑠𝑢𝑠 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑝𝑒𝑛𝑦𝑎𝑘𝑖𝑡 𝑠𝑒𝑙𝑎𝑚𝑎 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑒𝑛𝑡𝑢
= 𝑥 1.000
𝑝𝑜𝑝𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑚𝑝𝑢𝑛𝑦𝑎𝑖 𝑟𝑖𝑠𝑖𝑘𝑜 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑢𝑙𝑎𝑟 𝑝𝑒𝑛𝑦𝑎𝑘𝑖𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑠𝑎𝑚𝑎
Attack rate
Bila penyakit terjadi secara mendadak dan orang yang menderita dalam jumlah
besar seperti keracunan makanan, maka formula yang dipakai untuk menghitung
adalah attack rate. Rumus yang digunakan:
Prevalence rate
Prevelance rate merupakan frekuensi penyakit lama dan baru yang terjadi pada
suatu masyarakat pada periode tertentu. Bila prevalence rate di tentukan pada
suatu periode, misalnya pada bulan juli 2006, maka disebut sebagai point
prevelance rate. Tetapi jika di tentukan dalalam periode tertentu misalnya satu
tahun (1 januari 2007 sampai 31 desember 2007) maka disebut sebagai prevalence
rate. Rumus yang digunakan:
𝑝𝑟𝑒𝑣𝑎𝑙𝑒𝑛𝑐𝑒 𝑟𝑎𝑡𝑒
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑛𝑑𝑒𝑟𝑖𝑡𝑎 𝑝𝑒𝑛𝑦𝑎𝑘𝑖𝑡 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑒𝑛𝑡𝑢
= 𝑥 1.000
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢𝑟ℎ𝑛𝑦𝑎
Guna meilai kondisi kesehatan masyarakat dibutuhkan suatu ukuran yang dapat
digunakan sebagai indikator. Indeks kesehatan yang dapat digunakan dalam
epidemiologi yaitu indeks fertilitas, indeks morbilitas, dan indeks mortallitas.
Ukuran yang banyak digunakan pada indeks kesehatan adalah angka, disamping
rasio dan proporsi.
18
Pengukuran angka kematian jauh lebih mudah jika dibandingkan dengan
pengukuran angka kesakitan, karena kejadiannya sudah pasti dan lebih mudah
untuk mendapatkan datanya dari sumber-sumber yang pasti. Angka kematian
yang sering digunakan adalah angka kematian kasar, angka kematian bayi, angka
kematian ibu, angka kasus fatal dan angka kematian neonatal.
Angka kematian kasar (AKK) merupakan jumlah seluruh kematian selama tahun
berjalan bagi jumlah penduduk pertengahan tahun. Rumus yang digunakan :
19
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑚𝑎𝑡𝑖𝑎𝑛 𝑎𝑘𝑖𝑏𝑎𝑡 𝑝𝑒𝑦𝑎𝑘𝑖𝑡
𝐴𝐾𝐹 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑘𝑎𝑠𝑢𝑠 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑠𝑎𝑚𝑎 X 1.000
Data yang terkumpul merupakan data kasar yang perlu di olah uantuk dianalisis
dan di tarika kesimpulan. Hasil pengobatan berupa nilai absolut denagn ciri sebagi
berikut: (1) berupa jumlah; (2) diperoleh dengan cepat; (3) tidak dapet di gunakan
untuk membandingkan.
Agar data morbilitas fan mortalitas dapat digunakan untuk membandingkan, maka
data absolud di uabah menjadi data relative. Dalam epidomologi, ukuran yang
bayak di gunakan dalam membentuk morbiditas dan mortalitas adalah angka
resiko dan proporsi.
Rasio. Rasio meripakan nilai relative yang di hasilkan dari perbandingan dua nilai
kuantitatif yang pembilangannya tidak merupakan bagian dari peyebut.misalnya
sebuah nilai kuantitatif A dan nilai kuanitatif B, makaresio kesua nilai tersebut
adalah A/B. contoh, pada suatu kejadian luar biasa kercunan makanan terdapat 32
20
orang penderita dan 1w di antranya adalah anak anak, rasio anak terhadap dewasa
adalah
12
= 0,6
20
12
= 0,375
(12 + 20)
Bila proposi dikalikan 100 disebut persen (%) sehigga presentase pada contoh di
atas menjadi 37,5%.
Angka Insidensi
Bataan uantuk angka insidnsi ialah proporsi kelompok individu yang terdapat
dalm penduduksuatu wilayah ataou negara yang semula tidak sakit dan menjadi
sakit dalam kurun waktu tertentu dan pembilang dalam proporsi tersebut adalah
kasus baru. Rumusnya adalah sebagi berikut:
(𝑑)
P= (𝑑) x k
P = estimasi
21
K = kostranta
Atau jumlah kejadian dalam kurun waktu tertentu di bagi penduduk yang
mempunyai resiko (population at risk) terhadap kejadian tersebut dalam kurun
waktu tertentu dikalikan dengan kostranta ‘’K’’.
Angka Insidensi dalam epidemologi merupakan ukuran yang penting dan banyak
di gunakan hingga terdapat beberapa istilah yang di gunakan oleh berbagai ahli
epidemologi. Misalnya, incidence rate atau cumulative incidence rate
(Mietenen,1976) atau attac rate (lilienfeld A.M. and D.E lilienfeld, 1980).
Beberapa Pertimbangan
22
penemjuan ini relative mudah di temukan dngan timbulnya gejala,
infkuenza, gastroentitis, infarak mioakad, atau selebral hemoragi.
3. Sepefikasi peyebut. Bila penelitian epidemiologis untuk mencari insidensi
peyakit di lakukan jnagka waktu yang lama, tidak smua subject studi dapat
mengikuti sepenuhnya sampai penelitian berhasil dan hal ini di sebabkan
sebagian ada yang meninggal karena peyakit lain, pindah atau
memundurkan diri. Dengan alsan lain dan hanya mengikuti pengamakatan
sebagian waktu, maka batasan atau rumusan angka peyebut digunakan
person time hingga incidence rete disebut person years incidence rate
(grenlan, 1975) atau incidence density (mietinen,1976a) tau hazat (grosss
&cllart,1975) atau community incidence race. Perhitungannya dapat
menggunakan rumus berikut.
𝑑
𝑑=
(𝑑 − 1⁄2 𝑑)
Angka insedensi =
𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑ℎ 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑑𝑑𝑑
nperiode 1 tahun
𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑
23
𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑ℎ 𝑑𝑑𝑑
Angka insidensi = 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑
periode 1 tahun
Angka prevenlansi
Point prevalence =
𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑ℎ 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑡𝑑𝑑 𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑
𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑ℎ 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑
Point prevelance =
𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑ℎ 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑑𝑑 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 1 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑
𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑ℎ 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑
1. Insidensi: 2,3,4,8,9
2. Prevalansi sesaat: 1 januari: kasus 1,5,7
31 desember: kasus 2,5
24
3. Prevelansi: kasus 1,2,3,4,5,7,8,dan 9
Angka prevelansi di pengaruhi oleh insedensi dan lama sakit. Lamanya sakit
ialah periode mulai di diagnosis peyakit samapi berahirnya peyakit tersebut,
yaitu: sembuh, mati, atau kronis. Hubungan antara prevelansi, insedensi, dan
lamanya sakit dapat diyatakan dalam rumus berikut.
P = prevalensi
I = insidensi
25
D = lamanya sakit
Hubungan tersebut akan tampak nyata pada peyakit kronis dan stabil. Bila
dikarenakan kemajuan tehnologi bidang pengobatan suatu peyakit hanya dapat
menghindarkan kematian tetapi tidak meyembuhkan, maka pda keadaan ini
prevelansi akan meningkatkan meskipun terjadi peningkatan insidensi.
Sebaliknya, adanya kemajuan tehnoloki kedokteran sehingga suatu penyakit
dengan cepat dapat disembuhkan atau dengan cepat menimbulkan kematian, maka
prevalensi akan tetap, bahkan mungkin menurun meskipun terjadi kenaikan
insidensi. Penurunan prevalensi dipengaruhi oleh :
1. Menurunnya insidensi
2. Lamanya sakit yang menjadi pendek; dan
3. Perbaikan pelayanan kesehatan .
Oleh karenan itu, bila kita membendingkan prevalensi suatu penyakit antara
beberapa wilayah kita harus memperhatikakn ke tiga factor diatas. Misalnya, bila
kita membandingkan prevalensi suatu penyakit antara desa dengan kota tampa
memeperhatikan ketiga factor tersebut, maka kesimpulan yang ditarik akan bias.
Hal ini disebabkan fasilitas pelayanan kesehatan yang terdapat di kota jauh lebih
baik dibandingkan di desa, lama sakit di kota lebih pendek hingga prevalensi
penyakit serupa di kota lebih rendah dari paa di desa.
Morbiditas merupakan masalah yang kompleks hingga WHO expert
Commite on Health Statistics menganjurkan untuk mencantumkan hal-hal berikut.
1. Tujuan dan batas yang digunakan.
2. Apakah insidensi, prevalensi sesat, atau prevalensi periode di gunakan.
26
hasil pengkajian di Dusun G Kecamatan H dilakukan editing pada data dengan
memilah tiap-tiap sub pokok dari masalah, data di khususkan pada masalah anak
dan balita. Dari hasil distribusi frekuensi mengenai data anak dan balita di dusun
tersebut:
Tujuan:
Sumber Bacaan:
27
Bennett, F, J, (1987). Diagnosa komunitas dan program kesehatan. YAYASAN
ESENTIA MEDICA.
Efendi, Ferry & Makhfud. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan
Praktik dalam Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Guna menilai kondisi kesehatan masyarakat dibutuhkan suatu ukuran yang dapat
digunakan sebagai indikator. Ineks kesehatan yang dapat digunakan dalam
epidemiologi yaitu indeks fertilitas, indeks morbiditas, dan indeks mortalitas.
Ukuran yang banyak digunakan pada indeks kesehatan adalah angka, disamping
rasio dan proporsi.
1. Indeks fertilitas
Ukuran-ukuran yang banyak digunakan dalam kesehatan dan epidemiologi
adalah:
a. Angka kelahiran kasar atau crude birth rate (CBR).
Angka kelahiran kasar ialah semua kelahiran hidup yang di catat dalam
satu tahun dibagi dengan jumlah penduduk pada pertengahan tahun
yang sama dan dikalikan konstanta (1000).
28
Angka kelahiran kasar = (𝑑
𝑑
)xk
B= jumlah lahir hidup yang di catat selama satu tahun.
P= jumlah penduduk pada pertengahan tahun yang sama.
K= konstanta (1000)
Angka kelahiran ini disebut “kasar” karena sebagai penyebut
digunakan jumlah penduduk yang berarti termasuk penduduk yang
tidak mempunyai peluang untkuk melahirkan mengikutsertakan,
seperti: anak-anak, laki-laki, dan wanita lanjut usia. Angka ini dapat
digunakan untuk menggambarkan tingkat fertilitas secara umum dalam
waktu singkat, tetapi kurang sensitif untuk:
Membandingkan tingkat fertilitas dua wilayah; dan
Mengukur perubahan fertilitas karena perubahan pada tingkat
kelahiran akan menimbulkan perubahan pada jumlah
penduduk.
b. Angka fertilitas menurut golongan usia atau age specific fertility rate
(ASFER)
Angka fertilitas golongan usia (ASFER) ialah jumlah kelahiran hidup
oleh ibu pada golongan usia tertentu yang dicatat selama satu tahun per
1.000 penduduk wanita pada golongan usia tertentu pada tahun yang
sama.
29
peroleh sebanyak 7 golongan usia. Dengan demikian, dapat disusun
menjadi distribusi frekuensi pada setiap golongan usia. Dari distribusi
frekuensi tersebut, dapat diketahui pada golongan usia berapa yang
mempunyai tingkat kesuburan tertinggi. Hal ini penting untuk
menentukan prioritas program keluarga berencana.
c. Angka fertilitas total atau total frtility rate (TFR).
Angka fertilitas total (AFT) merupakan jumlah angka fertilitas
menurut golongan usia yang dicatat selama satu tahun.
𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑ℎ 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑
Angka fertilitas total = 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑑𝑑
30
K= konstanta = 1000
Dari rumus tersebut, pembilang adalah angka kematian dihitung
sepanjang tahun, sedangkan untuk menyebut jumlah penduduk
dihitung pada satu saat, yaitu pertengahan tahun. Oleh karena tidak
semua orang dalam satu tahun akan meninggal pada waktu bersamaan,
maka untuk penyebut sebaiknya dihitung jumlah tahun hidup orang
(person years lived—PYL), yaitu tahun hidup yang diikitu dalam satu
tahun. Untuk menghitung populasi PYL yang terdiri atas 300 orang
dengan rincian seperti yang terlihat pada tabel 4.2 berikut ini.
Tabel 4.2 lahir, mati, dan jumlah tahun hidup selama satu tahun (1
januari-31 desember)
Jumlah lahir Mati jumlah hari Jumlah hari
penduduk hidup mati
10 11/1 19/11 30/20 8,27
1 8/4 100 0,27
1 13/9 13/11 61 0,27
288 288,00
jumlah 296,71
Cara perhitungan:
Dari 300 orang tersebut terdapat 10 orang yang di lahirkan pada tanggal 11
januari dan meninggal pada tanggal 19 november. Ini berarti setiap orang telah
menjalani hidup selama 3.020 hari dalam tahun tersebut dan untuk 10 orang
jumlahnya 3020 hari dan person years lived = 3020/365 = 8,27. Seorang yang
dilahirkan sebelum tanggal 1 januari dan meninggal pada tahun tersebut sehingga
person years lived = 100/365=0,27. Selain itu, terdapat pula seorang yang
dilahirkan pada tanggal 13 september dan meninggal pada tanggal 13 november
dengan jumlah hari hidup 61 hari seminggu tahun hidup 61/365=0,17. Sisanya
sebanyak 288 orang tetap hidup dalam tahun tersebut. Dengan demikian, jumlah
seluruh tahun hidup=296,71 dengan jumlah kematian sebanyak 12 orang,
31
sehingga perhitungan angka kematian kasarnya menjadi: (12/296,71) x (1000 =
40,44 per 1000 penduduk).
32
1. Bila di peroleh jumlah penduduk pada 1 januari dan 31 desember
pada tahun yang sama, maka jumlah penduduk dengan jumlah
penduduk pada 31 desember dibagi dua atau jumlah penduduk 1
januari di tambah dengan setengah selisi jumlah penduduk 31
desember dan 1 januari.
33
Untuk angka kematian kasar kurang dari 1 tahun, dihitung
berdasarkan annual leath rate, yaitu jumlah kematian yang
dinyatakan dalam satu bulan. Misalnya, angka kematian kasar
untuk periode 6 bulan, maka sebagai pembilang dihitung jumlah
kematian selama 6 bulan dikalikan 2. Sedangkan sebagai penyebut
digunakan jumlah penduduk pertengahan tahun yang sama.
𝑑𝑑𝑑
𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑ℎ 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑑𝑑 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 6 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑
= 𝑑2
𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑ℎ 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑ℎ𝑑𝑑 𝑑𝑑ℎ𝑑𝑑 𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑑𝑑𝑑𝑑
Tabel 4.3 distribusi penduduk menurut golongan usia, jumlah kematian dan
34
usia A B
Jumlah Jumlah Angka Jumlah Jumlah Angka
penduduk kematian penduduk kematian
0- 200.000 10.000 50,0 3.000 160 53,3
5- 300.000 200 0,7 3.700 3 0,8
15- 200.000 200 0,7 5.000 5 1,0
25-
35- 700.000 1.300 1,8 10.000 40 4,0
45-
55- 500.000 10.000 20,0 2.500 63 25,2
65- 200.000 17.500 87,5 400 30 90,0
Dari tabel 4.3 di atas, tampak bahwa secara keseluruhan angka kematian di
daerah A lebih tinggi daripda daerah B, tetapi bila kita perhatikan angkakematian
pada setiap bagian golongan usia 45 tahun ke atas di daerah A lebih rendah
dibandingkan dengan daerah B. Hal ini disebabkan karena presentase penduduk
golonhan usia 45 tahun ke atas di daerah A (31,8 %) jauh lebih tinggi jika di
bandingkan dengan daerah B (11,8%). Tingginya presentase golongan usia ini
memengaruhi angka kematian kasar dan daerah A mwmpunyai presentase
golongan usia 14-25 yang lebih rendah (27,3%) jika dibandingkan dengan daerah
B (35,4%) dan golongan usia ini juga sangat berpengaruh trhadap angka kematian
kasar. Bila kita bandingkan, angka kematian kita akan bias. Agar kesimpulan kita
tidak bias, harus dilkaukan standardisasi lebih dahulu sebelum dibandngkan.
35
Standardisasi ialah kedua populasi yang akan dibandingkan dan di
refleksikan pada populasi ketiga yang di sebut “populasi standar”. Standardisasi
dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu standardisasi langsung dan standardisaisi
tidak langsung.
Standardisasi langsung
Standardisasi langsung ialah angka kematian menurut golongan usia kedua
populasi yang akan dibandingkan dan di terapkan pada populasi standar
berdasarkan distribusi menurut golongan usia. Dengan demikian, jumlah kematian
yang diharapkan terjadi bila kedua populasi mempunyai distribusi menurut
golongan usia seperti populasi standar dan angka kematian kedua populasi dapat
dihitung dan dibandingkan.
Dengan cara demikian, kesehatan yang disebabkan adanya perbedan
distribusi menurut golongan usia dapat dihindari dan kesimpulan yang dibuat
dibuat bias. Angka kematian pada kedua populasi bukanlah angka kematian yang
nyata. Oleh karena itu, angka ini hanya berari bila digunakan untuk
membandingkan. Misalkan kita akan membandingkan 2 populasi yang telah di
bahas sebelummnya, tetapi kini di lakukan dengan meenggunakan standardisasi
langsung. Sebagai populasi standar digunakan populasi fiktif sebagaimana tabel
4.4
Tabel. 4.4 distribusi pendidikan menurut golongan usia populasi standar angka
kematian menurut golongan usia pada populasi A dan B
36
35- 20.000 1,8 4,0 36 80
45-
55- 10.000 20,0 20,0 200 252
65- 300 87,5 87,5 26 27
26 3.084
Jumlah CDR 2.811 20,52
18,7
Dari hasil perhitungan di atas, tampak setelah standardisasi angka kematian kasar
di daerah A lebih kecil daripada B, sedangkan sebelum standardisasi angka
kematian daerah A lebih besar dibandingkan dengan daerah B. Dengan demikian,
jelaslah perbandingan angka kemtian kasar antara dua daerah standardisasi akan
menimbulkan kesimpulan yang bias.
37
Misalkan kita akan membandingkan angka kematian kasar dua populasi A dan B
seperti tabel 4.3, tetapi hanya diketahui distribusi menurut golongan usia dan
angka kematian kasar.
Perbandingan ini dapat di lakukan dengan cara tidak langsung. Sebagai
populasi standar digunakan populasi hasil sensus. Data populasi standar
digunakan populasi hasil sensus. Data populasi standard an kedua populasi yang
akan dibandingkan dapat dilihat pada tabel 4.5 dibawah ini.
Tabel. 4.5 distribusii penduduk menurut golongan usia dan angka kematian
daerah A dan B kematian menurut golongaan usia populasi standar.
usia angka Distribusi menurut Jumlah kematian yang
kematian golongan usia diharapkan
populasi A B A B
standar
0- 50,0 200.000 3.000 10.000 150
5- 10,0 300.000 3.700 3.000 37
15- 5,0 300.000 5.000 1.500 25
25-
35- 20,0 700.000 10.000 14.000 200
45-
55- 60,0 500.000 2.500 30.000 150
65- 100,0 200.000 400 20.000 40
Sebelum standarisasi:
CDR daerah A = 17,8
CDR daerah B = 12,47
Indeks kematian daerah A = 20,0/33,68 =0,56
daerah B = 20,0/23,65 =0,846
setelah standardisasi: CDR daerah A = 17,80 x 0,560 = 9,97
CDR daerah B = 12,47 x 0,846 = 10,5
38
Sebelum standardisasi, CDR daerah A lebih besar daripada daerah B,
tetapi setelah standardisasi ternyata CDR daerah A lebih rendah dibandingkan
dengan CDR daerah B. hasil ini sesuai dengan hasil perhitungan dengan
standardisasi langsung.
Tabel 4.6 distribusi penduduk menurut golongan usia daerah A dan angka
kematian kasar daerah B .
Usia Distribusi Angka kematian Jumlah kematian
penduduk daerah B yang diharapkan
1 A 3 4(2x3)
2
39
0- 200.000 53,3 10,600
5- 300.000 0,8 240
15- 300.000 1,0 300
25-
35- 700.000 4,0 2.800
45-
55- 500.000 25,2 12.600
65- 200.000 90,0 18.000
BAB III
PENUTUP
3.1Kesimpulan
40
dalam perkembangan selanjutnya epidemiologi juga mempelajari penyakit-
penyakit non infeksi, sehingga epidemiologi dapat diartikan sebagai studi tentang
penyebaran penyakit pada manusia didalam konteks lingkungannya. Mencakup
juga studi tentang pola-pola penyakit serta pencaian determinan-determinan
penyakit tersebut. Dapat disimpukan bahwa epidemiologi adalah ilmu yang
mempelajari penyakit tersebut.
3.2Saran
41
Daftar Pustaka
Mubarok, Wahit Iqbal, dkk. 2009. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Salemba
Medika
42