3.

Warna tinja kehijauan akibat

bercampur dengan cairan
empedu.
Diare adalah buang air besar 4. Anusnya lecet.
yang tidak normal atau bentuk tinja 5. Gangguan gizi akibat intake
yang encer dengan frekuensi buang (asupan) makanan yang kurang.
air besar lebih banyak dari pada 6. Muntah sebelum atau sesudah
biasanya (Maryani, 2002). diare.
7. Dehidrasi/kekurangan cairan.

Penularan penyakit diare adalah kontak

dgn tinja yang terinfeksi secara
langsung, seperti :
1. Makanan dan minuman yang sudah
1) Kuman-kuman terkontaminasi atau yang sudah
2) Air minum yang kurang bersih kotor.
dan belum dimasak dengan baik 2. Bermain dengan mainan yang
3) Faktor makanan, makanan basi, terkontaminasi (kotor)
3. Penggunaan sumber air yang sudah
beracun, alergi terhadap tercemar dan tidak memasak air
makanan. dengan benar.
4) Faktor psikologis, rasa takut dan 4. Pencucian dan pemakaian botol susu
cemas yang tidak bersih.
5. Tidak mencuci tangan dengan bersih
setelah selesai buang air besar
1. Bayi atau anak menjadi cengeng,
gelisah dan suhu badan
meningkat
2. Tinja bayi encer, berlendir, atau
berdarah.
 7. Imunisasi
1. Pemberian ASI
1. Cuci tangan hingga bersih.
2. Pakailah gelas, sendok, teko,
panci, atau peralatan lain yang
bersih.
3. Gunakan air minum, baik air
minum atau air teh yang telah
dimasak.
1. pemberian cairan misalnya ASI. 4. Masukkan 1 bungkus oralit
2. pemberian makanan yang bersih ukuran kecil kedalam gelas air
2. Memperbaiki pemberian
dan bergizi (200cc). Jika menggunakan
makanan pendamping ASI.
bungkus besar gunakan 1000cc
3. Menggunakan air bersih yang
air (5 gelas).
cukup.
5. Aduk hingga larut, siap
4. Mencuci tangan sebelum dan
diminum.
sesudah makan.
6. Jika tidak memperoleh oralit atau
5.
. dalam keadaan darurat, dapat
dibuat ”oralit” buatan sendiri
dengan bahan 1 sendok teh
garam, satu sendok makan gula
3. obat-obatan pasir, dan 200cc air hangat.
Campurkan lalu diaduk. Dapat
juga ditambahkan air tajin atau
kuah sup (Widjaja, 2002).
6. Membuang tinja pada jamban
yang benar.