Professional Documents
Culture Documents
Dedy Setyawan1
Sunoto2
Karkono2
Universitas Negeri Malang, Jalan Semarang 5, 65145 Malang
E-mail: dedy.setyawan92@gmail.com
ABSTRAK: Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan (1) ajaran tata laku
manusia dengan Tuhan yang terdapat dalam Serat Wedhatama dan (2) ajaran tata
laku antar manusia dalam Serat Wedhatama. Pendekatan yang digunakan adalah
pendekatan semiotik dengan jenis penelitian kualitatif deskriptif. Hasil penelitian
ini menunjukkan bahwa Serat Wedhatama mengandung empat ajaran tata laku
antara manusia dengan Tuhan yaitu (1) Sembah Raga, (2) Sembah Cipta, (3)
Sembah Jiwa, (4) Sembah Rasa, dan tiga tata laku antar manusia yaitu (1)
memahami ilmu, (2) memahami tiga perkara, dan (3) memaafkan.
ABSTRACT: The purpose of this research are describing (1) the life teaching
between human and God in Serat Wedhatama, and (2) the life teaching between
peoples. This research use semiotic approach and the descriptive qualitative
research design. This research show that in Serat Wedhatama contains four life
teaching between Human and God (1) Sembah Raga, (2) Sembah Cipta, (3)
Sembah Jiwa, (4) Sembah Rasa, and three life teaching between peoples (1) have
knowledge, (2) paham triprakara, dan (3) forgiveness.
METODE
Penelitian ini menggunakan pendekatan semiotik dengan jenis penelitian
kualitatif deskriptif. Pendekatan dan jenis penelitian tersebut dipilih karena data
yang menjadi fokus analisis adalah data verbal. Analisis data pun difokuskan pada
kedalaman isi dalam data. Menurut Ratna (2010:47) metode kualitatif
memberikan perhatian terhadap data alamiah, data dalam hubungannya dengan
konteks keberadaannya. Metode deskriptif analitis dilakukan dengan cara
mendeskripsikan fakta-fakta yang kemudian disusul dengan analisis. Mula-mula
data dideskripsikan, dengan maksud untuk menemukan unsur-unsurnya,
kemudian dianalisis, bahkan juga diperbandingkan (Ratna, 2010:53). Data yang
telah diperoleh dianalisis dengan menghubungkan interpretasi data dengan teori
yang ada.
Sumber data primer adalah Serat Wedhatama karya Kanjeng Gusti
Pangeran Adipati Aryo Mangkunagara IV. Sumber data berupa Serat Wedhatama
yang diterbitkan oleh Java Institut di Surakarta tahun 1928 dengan judul Serat-
Serat Anggita Dalem Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Aryo Mangkunagara IV
halaman 109—131 yang terdiri atas 5 pupuh yaitu: pangkur 14 bait, sinom 18
bait, pucung 15 bait, dan gambuh 25 bait. Sumber data sekunder adalah Nginjen
Wedharing Wedhatama yang ditulis oleh Raden Mas Soenardi dan diterbitkan
oleh Dewan Pengurus Sekretarian Kerjasama Kepercayaan (SKK) Dati I Jawa
Timur pada tahun 1928. Data berupa kutipan kata, klausa, kalimat dan paragraf
3
yang diduga mengandung ajaran hidup dalam tata laku antarmanusia, dan tata
laku manusia dengan Tuhan, dalam pupuh Serat Wedhatama.
Peneliti sebagai instrumen utama pengumpulan data dan dibantu dengan
instrumen penelitian berupa indikator pengumpulan data. Data yang tidak sesuai
dengan indikator nantinya hanya dilampirkan. Tidak semua bagian dari Serat
Wedhatama akan dijadikan sebagai data dalam penelitian ini. Hal tersebut
dilakukan untuk menghindari pembahasan yang meluas dan keluar dari tujuan
penelitian.
Data dikumpulkan dengan membaca kemudian mencatat setiap bagian dari
Serat Wedhatama yang memiliki salah satu indikator yang ditentukan. Indikator-
indikator tersebut berupa dua aspek utama mengenai ajaran tata laku manusia
dengan Tuhan dan tata laku antar manusia. Aspek pertama yaitu tata laku antara
manusia dengan Tuhan berupa catur sembah yang terdiri atas empat indikator,
yaitu (1) sembah raga, (2) sembah cipta, (3) sembah jiwa, dan (4) sembah rasa.
Aspek kedua yaitu ajaran tata laku antarmanusia yang terdiri atas tiga sub
aspek yaitu (1) memahami ilmu, (2) memahami tiga perkara, dan (3) memaafkan.
Sub aspek pertama yaitu memahami ilmu, sub aspek ini terdiri atas empat
indikator berupa (1) pengendalian diri, (2) tidak asal bicara, (3) selalu berkata
baik, dan (4) suka mengalah. Sub aspek ketiga yaitu memahamu tiga perkara yang
terdiri atas tiga indikator (1) lila, (2) narima, dan (3) legawa. Sub aspek terakhir
berupa saling memaafkan, sub aspek ini terdiri atas (1) saling memaafkan dan (2)
saling menasihati. Dari indikator-indikator tersebut akan dihasilkan data yang
berupa kutipan-kutipan frasa, klausa, atau kalimat yang mengandung unsur-unsur
ajaran masyarakat Jawa.
Analisis data dilakukan dalam beberapa tahap. Tahap pertama adalah
reduksi dan kodefikasi data. Reduksi data dilakukan dengan memepertimbangkan
kesesuaian data dengan tujuan penelitian. Setelah kegiatan reduksi data kodefikasi
dilakukan. Tahap selanjutnya adalah klasifikasi data berdasarkan keseragaman
dan kesesuaian data dengan fokus penelitian. Interpretasi data dilakukan dengan
menghubungkan hasil klasifikasi dengan aspek semantik dan isi dalam Serat
Wedhatama. Pemeriksaan keabsahan temuan dilakukan dengan (1) diskusi
bersama teman sejawat, (2) diskusi dengan ahli, dan (3) dihubungkan dengan
teori-teori yang relevan. Pemeriksaan keabsahan data ini untuk memperoleh data
yang valid mengenai ajaran masyarakat Jawa dalam Serat Wedhatama.
HASIL
Dimensi ketuhanan merupakan dimensi vertikal dalam ajaran
masyarakat Jawa. Dimensi vertikal atau ketuhanan mencakup ranah hubungan
masyarakat Jawa terhadap Tuhan. Tata laku manusia dengan Tuhan, di dalam
Serat Wedhatama berupa langkah-langkah yang harus ditempuh manusia untuk
medekatkan diri dengan Tuhannya. Pada gambuh pupuh pertama, disebutkan
sêmbah catur supaya lumuntur, dhingin raga cipta jiwa rasa kaki, ing kono lamun
4
PEMBAHASAN
Bagian ini berisi pembahasan tentang (1) ajaran hidup antara manusia
dengan Tuhan dalam Serat Wedhatama dan (2) ajaran hidup antar manusia dalam
Serat Wedhatama.
keadaan. Dengan memahami suatu hubungan asal-usul dan tujuan suatu kejadian
(sangkan paraning dumadi) maka, seseorang harus mengetahui, mengerti, dan
awas akan hal yang benar dan palsu.
Seseorang harus paham dan mengerti serta waspada akan hal-hal yang
salah dan palsu. Jika sudah memahami mana yang salah, maka jangan diterjang,
sekalipun tahu akan resiko yang mungkin akan dialami. Itulah yang dimaksud
dengan ilmu dasar dalam batin. Jika tidak berbuat salah maka bersihlah hatinya.
Hanya dengan hati yang bersih maka dapat terbukalah tabir alam gaib. Dengan
terbukanya tabir maka rasa hidup itu bisa terwujud (rasaning urip) yaitu dengan
manunggal menjadi satu wujud (krana momor pamoring sawujud).
Kemanunggalan (Endraswara, 2013:78) diyakini oleh para praktisi kejawen
sebagai pembuka rahasia dan penerimaan inspirasi, kekuatan mistik yang lebih
sakti dalam kehidupan sehari-hari.
Perkara ketiga adalah legawa yang berarti lapang dada. Dalam Serat
Wedhatama, pucung, pupuh ke-11 mengatakan perkara ketiga adalah lapang dada
pasrah kepada Bathara (tri lêgawa nalôngsa srahing bathara). Lapang dada
merupakan sikap pasrah yang ditunjukan dengan nalôngsa atau berprihatin.
Dalam hubungan antar manusia, sikap lapang dada merupakan sikap yang mau
membantu sesama tanpa adanya pamrih.
Tahapan terakhir dalam laku antarmanusia adalah saling memaafkan.
Saling memaafkan merupakan hal yang sulit dilakukan oleh manusia. Maaf
memaafkan adalah hal yang harus dimiliki dalam laku antar manusia. Dalam
Hindu dikenal ajaran Tat Tvam Asi, filosofi ini berarti “aku adalah engkau, engkau
adalah aku” (Novayana, 2013). Filosofi yang termuat dari ajaran ini adalah
bagaimana kita bisa berempati, merasakan apa yang tengah dirasakan oleh orang
yang di dekat kita. Ketika kita menyakiti orang lain, maka diri kita pun tersakiti.
Jika ingin kesalahan dimaafkan, maka harus bisa memaafkan kesalahan orang
lain.
Pada gambuh, pupuh ke-27 segala tindak-tanduk, dilakukan dengan
hormat, dan memberi maaf atas kesalahan sesama, selalu menghindari perbuatan
tercela, dan keinginannya berupa kebaikan yang mendamaikan. Orang yang telah
menjalankan laku catur sembah ketika menjalankan hubungan antarmanusia
segala tindak-tanduknya tidak akan dilakukan sembarangan, tidak asal-asalan,
melainkan dengan segala hormat dan penuh dengan kebenaran, dalam
menanggapi kesalahan sesama ia akan mudah memaafkan. Segala hal yang
dilakukan oleh seseorang itu akan selalu berusaha menghindari hal-hal tercela
yang jauh dari kebaikan, karena orang yang menjalankan laku akan selalu
mengharapkan kebaikan dan kedamaian.
Simpulan
Dimensi ketuhanan merupakan dimensi vertikal dalam ajaran masyarakat
Jawa. Dimensi vertikal atau ketuhanan mencakup ranah hubungan masyarakat
Jawa terhadap Tuhan-nya. Ajaran tata laku dalam dimensi vertikal di Serat
Wedhatama ialah (1) sembah raga,(2) sembah cipta, (3) sembah jiwa, dan (4)
sembah rasa yang disebut dengan catur sembah. Keempat sembah dalam Serat
Wedhatama secara konsep merupakan ajaran tata laku dalam ilmu laku Jawa yang
bersifat universal dan dapat diaplikasikan kedalam berbagai macam agama yang
ada di Indonesia.
11
Saran
Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sevara praktis sebagai (1) sarana
refleksi diri dalam menjaga harmonisasi hubungan antarmanusia dan manusia
dengan Tuhan dalam kehidupan religi dan sosial, (2) penelitian ini juga
disarankan agar dijadikan sebagai sarana bahan ajaran dalam menjaga hubungan
antarmanusia dalam kehidupan sehari-hari, dan (3) kandungan ajaran dalam Serat
Wedhatama dapat dijadikan sebagai bahan untuk membentuk karakter bangsa.
DAFTAR RUJUKAN
Endraswara, S. 2013. Memayu Hayuning Bawana: Laku Menuju Keselamayan
dan Kebahagiaan Hidup Orang Jawa. Yogyakarta: Narasi.
Gamabali, B. C. 2015. Jnana Marga Yoga (Online), (http://cakepane.blog
spot.com/2015/03/jnana-marga-yoga.html), diakses 2 April 2015
Muljono, I. M. 2012. Serat Wedhatama: “Triprakara” Pegangan Ksatria Jawa,
(Online), (http://iwanmuljono.blogspot.com/2012/02/serat-wedhatama-tri
prakara-pegangan_18.html), diakses 7 Maret 2015
Novayana, H. 2013. Tat Twam Asi, (Online), (http://worlddehendra.blog
spot.co.id/ 2013/11/tat-twam-asi.html), diakses 12 Maret 2015
Ratna, N.K. 2010. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar
Sadnyana, I. K. 2014. Panca atau Lima, (Online), (http://www.purasegarasura
baya.org/?p=445), diakses 12 Maret 2015.
Satyadharma, G. 2013. Pengertian Atman dan Sifatnya, (Online).
(http://ajaranagamahindu.blogspot.com/2013/04/pengertian-atman-dan-
sifatnya.html), diakses 14 Maret 2015.
Soenardi, R. M. 1928. Nginjen Wedharing Wedhatama (Soekardji, Ed.). Kediri:
Dewan Pengurus Sekretarian Kerjasama Kepercayaan (SKK) Dati I Jawa
Timur.
Sunoto. 2012. Masyarakat Jawa dalam Terawangan Serat Babad Kediri.
Disertasi tidak diterbitkan. Malang: Pascasarjana Universitas Negeri
Malang.