You are on page 1of 18

PEMANFAATAN MIKROBA DALAM BIDANG

INDUSTRI

Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Mikrobiologi Lanjut


Dosen Anggita Rahmi Hafsari M.Si
MAKALAH

Disusun :

SRI HIDAYATI
NIM. 1167020075

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
BANDUNG
2016
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
anugerah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Adapun
makalah ini berjudul “Peran Bakteri Dalam Industri”. Namun demikian, kami menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, saran yang sifatnya
membangun demi kesempurnaan tugas ini, kami menerima dengan senang hati.
Penyusunan makalah ini dapat diselesaikan berkat bantuan dan dorongan dari
berbagai pihak, baik bantuan moril maupun materil yang diberikan kepada saya. Untuk itu,
dengan segala kerendahan hati yang tulus dan ikhlas, kami menghaturkan ucapan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Ibu Anggita Rahmi Hafsari M.Si. selaku dosen pengampu dalam penyusunan makalah
ini.
2. Kedua orang tua kami yang memberi bantuan baik dalam segi moril maupun materil.
3. Rekan-rekan yang terlibat dalam pembuatan makalah ini
Akhirnya, harapan kami semoga dengan adanya makalah ini dapat meningkatkan
pengetahuan kita tentang mikroorganisme khususnya bakteri dalam bidang industri.

Bandung, 06 juni 2018

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman Judul ......................................................................................................................... i


Kata Pengantar ......................................................................................................................... ii
Daftar Isi .................................................................................................................................. iii
Abstrak ..................................................................................................................................... iv
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .............................................................................................................. 1
1.2 Perumusan Masalah ...................................................................................................... 2
1.3 Tujuan ........................................................................................................................... 2
1.4 Manfaat Program .......................................................................................................... 2
BAB II. PEMBAHASAN
2.1 Bakteri dalam Dunia Industri ....................................................................................... 3
2.2 Syarat-Syarat Bakteri dalam Dunia Industri ................................................................ 8
2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Bakteri dalam Dunia Industri ................ 9
BAB III. KESIMPULAN
.................................................................................................................................................. 1
2
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. v

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bioteknologi merupakan suatu kajian yang berhubungan dengan penggunaan
organisme hidup atau produknya dalam proses industri berskala besar. Bioteknologi
mikroorganisme adalah aspek bioteknologi industri yang berhubungan dengan proses yang
melibatkan mikroorganisme. Bioteknologi mikroorganisme kadang-kadang disebut
mikrobiologi industri, suatu bidang yang lama dan sudah diperbaharui pada beberapa tahun
terakhir ini karena penambahan teknik rekayasa genetika.
Mikrobiologi industri merupakan suatu usaha memanfaatkan mikroba sebagai
komponen untuk industri atau mengikutsertakan mikroba dalam proses, yang bertujuan untuk
menghasilkan produk bernilai ekonomi dan bermanfaat. Mikrobiologi industri awalnya
dimulai dengan proses fermentasi alkohol, seperti pada pembuatan “beer” dan “wine”
(minuman dibuat dari buah anggur). Salah satu contohnya adalah bakteri yang dapat
dikembangkan untuk pembuatan makanan dan produksi antibiotik, obat-obatan, vaksin, serta
produksi enzim, dan produksi industri kimia seperti butanol dan asam sitrat.
Tidak semua bakteri yang ada dapat digunakan dalam industri. Dalam industri
makanan, bakteri asam laktat seperti Lactobacillus, Lactococcus dan Streptococcus
digunakan dalam pembuatan produk susu seperti keju, termasuk keju dan krim keju, mentega
berbudidaya, krim asam, yogurt dan kefir. Dalam industri farmasi, bakteri yang digunakan
untuk memproduksi antibiotik, vaksin dan enzim medis. Bakteri yang diisolasi dari alam
memperlihatkan pertumbuhan sel seperti komponen fisiologi utamanya, sedangkan bakteri
yang berperan dalam dunia industri merupakan organisme yang dipilih secara hati-hati
sehingga dapat membuat satu atau banyak produk khusus. Bahkan jika suatu bakteri
digunakan dalam industri yang sudah diisolasi dengan teknik tradisional, bakteri tersebut
menjadi organisme yang sangat ‘termodifikasi” sebelum memasuki industri berskala-besar
(Suriawiria, 1995). Penentuan produk industri menggunakan jasa bakteri sangat tergantung
dari sifat-sifat bakteri yang dipilih. Bakteri yang dipilih harus memenuhi kriteria-kriteria,
antara lain: memiliki sifat-sifat yang stabil, mampu tumbuh pesat, tidak patogenik, memiliki
sifat potensial menjamin proses biotransformasi berlangsung sesuai dengan tujuan yang
diharapkan. Bakteri yang terpilih ini berupa galur-galur unggul. Sedangkan penentuan media
dan bagian pengendali proses lainnya disesuaikan dengan spesifikasi sifat bakteri serta
enzim-enzimnya (Haffandi, 2011). Berdasarkan latar belakang di atas, dalam makalah ini

1
akan dibahas mengenai peran bakteri dalam bidang industri, faktor-faktor dan syarat-syarat
yang harus dipenuhi.

1.2 Perumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dikemukakan beberapa masalah yang
akan dikaji dalam makalah ini, yaitu sebagai berikut.
1. Apa saja peran bakteri dalam dunia industri?
2. Apakah syarat-syarat yang harus dipenuhi bakteri dalam dalam perannya di dunia
industri?
3. Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja bakteri dalam dunia industri?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam pembuatan makalah ini adalah sebagai
berikut:

1. Mengetahui peran bakteri dalam dunia industri.


2. Mngetahui syarat-syarat bakteri dalam dunia industri.
3. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja bakteri dalam dunia industri.

1.4 Manfaat Penulisan


1. Bagi Mahasiswa
Dapat menambah pengetahuan mengenai bakteri yang berperan dalam penghasil
produk di bidang industri, faktor-faktor yang mempengaruhi proses mikrobiologi industri
serta syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam proses mikrobiologi industri.
2. Bagi Masyarakat
Dapat memberikan pengetahuan kepada masyarakat mengenai proses-proses yang
terjadi dalam pembuatan berbagai produk olahan yang dalam pembuatannya menggunakan
bantuan bakteri
. BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Bakteri dalam Dunia Industri


2.1.1 Peran Bakteri dalam Industri (Fermentasi)
Bakteri yang digunakan dalam industri dapat dimanfaatkan dengan mengeksploitasi
kemampuan metabolisme alami mereka. Mereka digunakan dalam pembuatan makanan dan
produksi antibiotik, probiotik, obat-obatan, vaksin, kultur starter, insektisida, enzim, bahan
bakar dan pelarut. Selain itu, dengan teknologi rekayasa genetika, bakteri dapat diprogram
untuk membuat berbagai zat yang digunakan dalam ilmu makanan, pertanian dan obat-
obatan. Sistem genetik bakteri adalah dasar dari industri bioteknologi. Dalam dunia industri
proses pembuatan suatu produk seperti yang telah disebutkan sebelumnya yaitu terjadi
melalui tahapan yang disebut proses fermentasi.

Fermentasi merupakan proses konversi dari gula menjadi asam yang dilakukan dengan
bantuan bakteri. Fermentasi berlangsung dalam kondisi anaerobik atau tanpa adanya oksigen.
Proses ini awalnya menyerupai proses glikolisis. Pada langkah pertama glikolisis, glukosa
dipecah menjadi asam piruvat, ATP, dan NADH. Selanjutnya, NADH kembali teroksidasi
menghasilkan CO2 dan produk akhir yang berupa asam, tergantung pada bakteri yang
melakukan proses fermentasi.
Adapun berbagai macam bakteri yang berperan penting dalam industri khususnya
fermentasi antara lain sebagai berikut:
1. Acetobacter acetii
Bakteri ini penting dalam produksi asam asetat yang mengoksidasi alkohol sehingga
menjadi asam asetat. Banyak terdapat pada ragi tapai, yang menyebabkan tapai yang
melewati 2 hari fermentasi akan menjadi berasa asam.
2. Acetobacter xylinum
Bakteri ini digunakan dalam pembuatan nata de coco. Acetobacter xylinum mampu
mensintesis selulosa dari gula yang dikonsumsi. Nata yang dihasilkan berupa pelikel yang
mengambang di permukaan substrat. Bakteri ini juga terdapat produk kombucha yaitu
fermentasi dari teh.
3. Bacillus sp.
Bacillus sp. merupakan genus dengan kemampuan yang paling luas. Pada mulanya
hanya digunakan untuk menghasilkan enzim amilase. Namun kini berkembang untuk
bioinsektisida yang diwakili Bacillus thuringiensis maupun untuk penanganan limbah.

3
Bacillus subtilis dan Bacillus megaterium. Melalui rekayasa genetika, kini bakteri ini juga
digunakan untuk produksi bahan baku plastik ramah lingkungan.
4. Bividobacterium sp.
Bakteri ini bersifat anaerob dan digunakan sebagai mikroba probiotik. Produk probiotik
dari bakteri ini biasanya berbentuk padat.
5. Lactobacillus sp.

Bakteri ini cukup populer karena selain dapat digunakan dalam produksi asam lakat
juga berperan dalam fermentasi pangan seperti yogurt, saurkeraut dan juga produk probiotik
yang saat ini banyak diminati masyarakat. Probiotik merupakan mikrobia yang dikonsumsi
untuk mengatur flora usus. Asam laktat dari bakteri ini dapat dibuat poli asam laktat sebagai
bahan baku plastik ramah lingkungan.

2.1.2 Peran Bakteri dalam Industri Makanan


Bakteri memiliki peran dalam proses industri makanan. Beberapa peran bakteri tersebut
di antaranya:
1. Pembuatan yoghurt

Gambar 2.1 Lactobacillus bulgaricus


Yoghurt merupakan salah satu hasil olahan susu yang mengalami fermentasi akibat dari
aktivitas enzim yang dihasilkan oleh bakteri Streptococcus thermopilus dan Lactobacillus
bulgaricus. Yoghurt biasanya digunakan sebagai sajian bagi orang-orang yang ingin
melangsingkan tubuh. Sajian yang dihasilkan dari susu fermentasi ini diduga ditemukan
semenjak dihasilkannya susu domba di Mesopotamia sekitar 5000 tahun SM yang disimpan
dalam suatu ruangan yang hangat dan kemudian terbentuk gumpalan susu.
Proses pembuatan sajian yang memiliki rasa yang asam ini biasanya menggunakan
kultur campuran antara bakteri Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus
thermopilus sebagai starter. Streptococcus thermopilus merupakan bakteri yang telah ada
dalam susu sejak proses pasteurisasi terjadi.
Klasifikasi bakteri Lactobacillus bulgaricus adalah sebagai berikut :
Kingdom : Prokariotik
Divisio : Schizophyta
Kelas : Eubacteriales
Familia : Lactobacillaceae
Genus : Lactobacillus
Spesies : Lactobacillus bulgaricus
Kultur ini dapat menghasilkan enzim yang mejadikan susu memiliki tingkat keasaman
yang rendah. Kerja dari kultur tersebut saling melengkapi antara bakteri Lactobacillus
bulgaricus dengan Streptococcus thermopilus. Kultur ditambahkan setelah susu dipanaskan
pada suhu 90OC selama 15-30 menit dan kemudian didinginkan hingga suhu 43 OC.
Fermentasi dimulai ketika aktifitas dari bakteri Streptococcus thermopilus merubah laktosa
(gula susu) menjadi asam laktat dan menurunkan keasaman susu hingga 5-5,5. Pada saat itu
juga kecenderungan untuk terjadinya reaksi-reaksi kimia yang dapat merugikan pada produk
akhir mulai dihambat. Bakteri Lactobacillus bulgaricus mulai beraktifitas mensekresikan
enzimnya untuk menurunkan keasaman hingga 3,8-4,4 dan menciptakan cita rasa khas
yoghurt setelah keasaman mencapai 5-5,5.
Cita rasa khas yoghurt ditentukan dari terbentuknya asam laktat, asetaldehid, asam
asetat dan asetil. Keberadaan ke dua bakteri tersebut sangat penting. Bakteri Streptococcus
thermopilus membatu menciptakan kondisi lingkungan yang lebih baik bagi
bakteri Lactobacillus bulgaricus untuk menghasilkan enzimnya. Sementara itu
bakteri Lactobacillus bulgaricus menghasilkan asetaldehid sehingga cita rasa yang khas pada
yoghurt dapat tercapai.
Perbadingan yang baik antara ke dua bakteri ini sehingga menghasilkan yoghurt yang
baik adalah 1:1. Dapat dibayangkan apabila pembuatan yoghurt hanya menggunakan satu
jenis bakteri saja. Apabila hanya Streptococcus thermopilus saja maka keasaman dan cita rasa
yang dihasilkan tidak maksimal karena tidak dihasilkan asetaldehid serta keasaman yang
dihasilkan sekitar 5-5,5. Begitu juga apabila hanya menggunakan Lactobacillus
bulgaricus saja akibatnya enzim yang dihasilkannya untuk membentuk asetaldehid akan
terganggu karena kondisi lingkungan yang terbentuk kurang baik. Oleh karena itu hubungan
simbiotik antara kedua bakteri ini sangat penting agar dihasilkan yoghurt dengan kualitas
yang baik.

5
2. Pembuatan Nata de coco.

Substrat + mikroorganisme produk baru


Air kelapa + acetobacter xylinum nata decoco
Nata decoco merupakan selulosa bakteri yang terbentuk sebagai aktifitas bakteri
acetobacter xylinum terhadap air kelapa. Selulosa ini merupakan produk bakteri untuk
membentuk slime (menyerupai kapsul) yang pada akhirnya bakteri tersebut terperangkap di
dalam masa fibrilar selulosa tersebut.
a. Sintesis
Air kelapa + acetobacter xylinum selulosa
Acetobacter xylinum merupakan suatu model sistem untuk mempelajari enzim
dan gen yang terlibat dalam biosintesis selulosa. Selanjutnya selulosa tersebut
membentuk matrik yang dikenal sebagai nata. Ketebalan jalinan selulosa sebagai hasil
dari proses fermentasi meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah bekatul yang
ditambahkan pada medium fermentasi.
b. Nutrient (C,H,O,N)
Air kelapa + acetobacter xylinum jumlah selulosa semakin
banyak
Ketersediaan nutrien yang cukup pada medium tumbuh menyebabkan bakteri
mampu melakukan metabolisme dan reproduksi yang cukup tinggi, sehingga produk
metabolismenya pun semakin banyak. Monomer-monomer selulosa hasil
sekresi Acetobacter xylinum terus berikatan satu dengan yang lainnya membentuk
lapisan-lapisan yang terus menerus menebal seiring dengan berlangsungnya
metabolisme Acetobacter xylinum. Semakin banyak hasil sekresi Acetobacter xylinum,
maka semakin tebal pula selulosa yang dihasilkan dari proses fermentasi.
Berat selulosa yang dihasilkan semakin besar seiring dengan meningkatnya
jumlah nutrien yang ditambahkan pada medium tumbuh. Semakin banyak nutrien yang
tersedia, maka semakin banyak pula jalinan-jalinan selulosa yang dihasilkan sebagai
produk metabolit sekunder. Jalinan-jalinan selulosa tersebut terus berikatan membentuk
ikatan yang kokoh dan kompak.,berat sellulosa yang dihasilkan selain dipengaruhi oleh
tebal tipisnya selulosa, juga dipengaruhi oleh kekompakan ikatan. Semakin kompak
ikatannya akan semakin bertambah beratnya.

c. Besar konsentrasi bekatul


Jalinan-jalinan selulosa kadar seratnya semakin tinggi(selulosa
tebal)
Kadar serat selulosa hasil fermentasi menunjukkan semakin besar konsentrasi
bekatul pada medium, semakin besar pula kadar serat yang dihasilkan. Hal ini
mengindikasikan semakin besar pula kemampuan Acetobacter xylinummenghasilkan
metabolit sekunder, yang berupa jalinan serabut selulosa yang termasuk serat kasar.
Banyaknya kandungan nutrien pada medium ini berpengaruh terhadap kadar serat
yang dihasilkan. Hal ini disebabkan karena selama proses fermentasi, nutrien terus
menerus dipakai oleh Acetobacter xylinum untuk membentuk produk metabolisme.
Nutrien yang dibutuhkan oleh bakteri selama proses kehidupannya adalah makanan yang
mengandung unsur C, H, O dan N yang berguna untuk menyusun protoplasma. Nitrogen
yang diperlukan berguna untuk pembentukan protein yang penting pada pertumbuhan sel
dan pembentukan enzim. Kekurangan nitrogen menyebabkan sel kurang tumbuha dengan
baik dan menghambat pembentukan enzim yang diperlukan sehingga proses fermentasi
dapat mengalami kegagalan atau tidak sempurna. Nutrien yang berperan utama dalam
proses fermentasi oleh Acetobacter xylinumadalah karbohidrat sebagai sumber energi
dan untuk perbanyakan sel.
Pada proses metabolismenya, selaput selulosa ini terbentuk oleh
aktivitasAcetobacter xylinum terhadap glukosa. Karbohidrat pada medium dipecah
menjadi glukosa yang kemudian berikatan dengan asam lemak (Guanosin trifosfat)
membentuk prekursor penciri selulosa oleh enzim selulosa sintetase. kemudian
dikeluarkan ke lingkungan membentuk jalinan selulosa pada permukaan medium..
Selama metabolisme karbohidrat oleh Acetobacter xylinum terjadi proses
glikolisis yang dimulai dengan perubahan glukosa menjadi glukosa 6-posfat yang
kemudian diakhiri dengan terbentuknya asam piruvat. Glukosa 6-P yang terbentuk pada
proses glikolisis inilah yang digunakan oleh Acetobacter xylinumuntuk menghasilkan
selulosa.
Selain metabolit sekunder, Acetobacter xylinum juga menghasilkan metabolit
primer berupa asam asetat, air dan energi yang digunakan kembali dalam siklus
metabolismenya. Asam asetat dimanfaatkan oleh Acetobacter xylinumsebagai substrat
agar tercipta kondisi yang optimum untuk pertumbuhannya dan untuk membentuk
CO2 dan H2O.
Asam asetat + acetobacter xylinum CO2 + H2O.

7
bakteri Acetobacter xylinum bersifat “overoxidizer” yaitu dapat mengubah asam asetat
dalam medium fermentasi menjadi CO2 dan H2O, apabila gula dalam medium fermentasi
telah habis dimetabolisir.

2.1.3 Peran Bakteri dalam Produksi Antibiotik


Tabel 2.1. Beberapa Antibiotika yang Dihasilkan Secara Komersial
Antibiotika Mikrorganisme penghasil Tipe mikroorganisme
Basitrasin Bacillus subtilis Bakteri pembentuk-spora
Sefalosporin Cephalosporium sp. Fungi
Kloramfenikol Sintesis senyawa kimia (dulu Actinomycete
olehStreptomyces
venezuelae)
Sikloheksimid Streptomyces griseus Actinomycete
Sikloserin Streptomyces orchidaceus Actinomycete
Erytromisin Streptomyces erythreus Fungi
Griseofulvin Penicillium griseofulvin Actinomycete
Kanamisin Streptomyces kanamyceticus Actinomycete
Linkomisin Streptomyces lincolnensis Actinomycete
Neomisin Streptomyces fradiae Actinomycete
Nistatin Streptomyces noursei Fungi
Penisilin Penicillium chrysogenum Bakteri pembentuk-spora
Polimiksin B Bacillus polymyxa Actinomycete
Streptomisin Streptomyces griseus Actinomycete
Tetrasiklin Streptomyces rimosus Actinomycete

2.2 Syarat-Syarat Bakteri dalam Dunia Industri


Dari segi perindustrian, bakteri merupakan pabrik zat kimia yang mampu melakukan
perubahan yang dikehendaki. Bakteri dapat merombak bahan mentah dan mengubahnya
menjadi suatu produk baru. Beberapa prasyarat yang harus dipenuhi dalam proses
mikrobiologi industri, antara lain (Waluyo, 2005):
a. Jenis Bakteri
Jenis bakteri yang akan digunakan harus dapat menghasilkan produk dalam jumlah
yang cukup banyak. Karakteristik penting yang harus dimiliki bakteri ini yaitu harus tumbuh
cepat dan menghasilkan produk yang diharapkan dalam waktu yang relatif singkat, memiliki
sifat-sifat genetik yang stabil, mampu menghasilkan substansi yang menarik, serta dapat
dipelihara dalam periode waktu yang sangat panjang di laboratorium.
b. Medium
Substrat yang digunakan oleh organisme untuk membuat produk baru harus murah dan
tersedia dalam jumlah yang banyak. Misalnya, limbah yang banyak mengandung nutrisi dari
industri persusuan dan industri kertas untuk menghasilkan bahan-bahan yang bernilai tinggi.
c. Hasil
Fermentasi industri dilakukan dalam tangki-tangki yang besar kapasitasnya dapat
mencapai 200.000 liter. Produk metabolisme mikroba biasanya merupakan campuran
heterogen yang terdiri dari sel-sel mikroorganisme dalam jumlah yang sangat banyak,
komponen-komponen medium yang tidak terpakai, dan produk-produk metabolisme yang
tidak dikehendaki. Karena itu, harus dikembangkan metode-metode yang mudah
dilaksanakan dalam skala besar untuk memisahkan dan memurnikan produk akhir yang
diinginkan.
d. Tidak berbahaya bagi manusia, dan secara ekonomik penting bagi hewan dan
tumbuhan.
e. Bersifat non-patogen dan bebas toksin, atau jika menghasilkan toksin harus cepat di-
inaktifkan.
f. Mudah dipindahkan dari medium biakan. Di laboratorium, sel bakteri pertama kali
dipindahkan dengan sentrifugasi, tetapi sentrifugasi bersifat sulit dan mahal untuk
industri skala-besar.
g. Bakteri lebih disukai jika berukuran besar, karena sel lebih mudah dipindahkan dari
biakan dengan penyaringan (dengan bahan penyaring yang relatif murah). Sehingga,
berfilamen lebih disukai. Bakteri unisel, berukuran kecil sehingga sulit dipisahkan dari
biakan cair.
h. Bakteri harus dapat direkayasa secara genetik. Rekayasa genetik bakteri untuk
fermentasi, pengikat nitrogen udara, meningkatkan kesuburan tanah, mempercepat
proses kompos dan pembuatan makanan ternak, mikroba prebiotik untuk makanan
olahan), untuk menghasilkan bahan obat-obatan dan kosmetika, serta pembuatan insulin
manusia dari bakteri (Sel pankreas yang mempu mensekresi Insulin segera digunting,
potongan DNA itu disisipkan ke dalam Plasmid bakteri) DNA rekombinan yang
terbentuk menyatu dengan Plasmid diinjeksikan lagi ke vektor, jika hidup.

II.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Bakteri dalam Dunia Industri


9
Kegiatan mikroba dipengaruhi oleh faktor lingkungannya. Perubahan dilingkungan
dapat mengakibatkan terjadinya perubahan sifat morfologi dan fisiologi mikroorganisme.
Beberapa golongan mikroorganisme resisten terhadap perubahan lingkungan karena dengan
cepat melakukan adaptasi dengan lingkungan. Faktor-faktor lingkungan yang sering
mempengaruhi pertumbuhan mikroba antara lain (Anonim, 2010):
a) Suhu
Suhu merupakan salah satu faktor penting dalam kehidupan mikroba. Beberapa
mikroba mampu hidup dalam kisaran suhu yang luas. Terkait dengan suhu pertumbuhan
maka dikenal suhu minimum, maksimum dan optimum. Suhu minimum adalah suhu yang
paling rendah dimana kegiatan mikroba masih berlangsung. Suhu optimum adalah suhu yang
paling baik untuk kehidupan mikroba. Sedangkan suhu maksimum adalah suhu tertinggi yang
masih dapat menumbuhkan mikroba tetapi pada tingkat kegiatan fisisologi yang paling
rendah.
Atas dasar suhu perkembangannya mikroba dapat dibedakan menjadi 3 golongan, yaitu
psikofil, mesofil dan termofil. Mikroba psikofil/kriofil dapat tumbuh pada suhu antara 0o C-
30o C, dengan suhu optimum 15OC. Kebanyakan tumbuh ditempat-tempat dingin, baik di
daratan maupun dilautan. Mikroba mesofil mempunyai suhu optimum antara 25-37oC,
dengan suhu minimum 15oC dan suhu maksimum antara 45-55oC. Mikroba ini biasa hidup
pada tanah dan perairan. Mikroba termofil mempunyai suhu pertumbuhan antara 40-75oC,
dengan suhu optimum 55-60oC.
b) Kelembaban
Tiap jenis mikroba mempunyai kelembaban optimum tertentu. Pada umumnya khamir
dan bakteri membutuhkan kelembapan yang lebih tinggi dibandingkan jamur. Banyak
mikroba yang tahan tahan hidup dalam keadaan kering untuk waktu yang lama. Misalnya
mikroba yang membentuk spora dan mentuk-bentuk Krista.
c) pH
Berdasarkan pH yang ada, mikroba dikenal dengan asidofil, neurofil, dan alkalifil.
Asidofil adalah mikroba yang dapat tumbuh pada pH antara 2,0-5,0. Mikroba neutrofil adalah
mikroba yang mampu tumbuh pada kisaran pH 5,5-8,0 sedangkan mikroba alkalifil dapat
tumbuh pada kisaran pH 8,4-9,5. Bakteri memerlukan pH 6,5-7,5, khamir memerlukan pH
4,0-4,5, sedangkan jamur mempunyai kisaran pH yang luas.
d) Ion-ion logam
Ion-ion logam berat seperti Hg, Ag, Cu, Au dan Pb pada kadar yang sangat rendah dapat
bersifat toksik. Daya bunuh logam berat pada kadar rendah disebut oligodinamik. Ion-ion
logam dapat mengganggu sistem enzim sel. Misalnya Hg++ akan bergabung dengan gugus
sulfidril (-SH) dalam enzim sehingga aktivitas enzim dengan gugus aktif sulfidril akan
terhambat aktivitasnya. Ion-ion Li++ dan Zn++ bersifat toksik
bagi Lactobacillus danLeuconostoc, namun demikian jika Ph diturunkan maka peracunan
Li++ dan Zn++ dapat dikurangi.
e) Radiasi
Radiasi pengion dicirikan oleh energi yang sangat tinggi dan kemampuan penetrasi yang
besar. Demikian juga sifat letalnya. Penggunaan radiasi pengion terutama pada bidang
farmasi, kedokteran,proses industri, serta digunakan dalam bidang mikrobiologi, misalnya
menggunakan sinar ultraviolet dan sinar gamma.
· Sinar UV yang paling efektif dalam membunuh mikroorganisme adalah yang memiliki
panjang gelombang yang dekat dengan 260 nm, dengan energi kuantum sekitar 4,9 Ev. Sinar
dengan panjang gelombang dibawah 200 nm tidak efektif karena mudah diserap oleh oksigen
atmosfir. Sinar dengan panjang gelombang 360-450 nm umumnya disebut UV gelombang
panjang dan biasa digunakan untuk menstimulasi flourisensi, misalnya untuk menunjukkan
adanya pigmen pseudomonas pada telur.
Penggunaan lain UV pada bidang industri bahan makanan adalah pada ruang
pendingin yang dipergunakan untuk menyimpan daging. Tujuannya dalah untuk menunda
pertumbuhan mikroba permukaan. Iradiasi ultraviolet dengan internsitas 2 mW/cm2 terhadap
pseudomonas pada daging dapat mengurangi kecepatan pertumbuhannnya menjadi 85% bila
dibandingkan dengan kontrol, dan akan menjadi 75% bila intensitas pada permukaan 24
mW/cm2.
Sinar gamma, iradiasi gamma telah digunakan sebagai metode dalam pengawetan
pangan di beberapa Negara seperti Belgia, Perancis, Jepang dan Belanda. Di Indonesia
sendiri baru dilakukan dalam skala laboratorium. Proses dilakukan dengan penyinaran
pangan dengan menggunakan kobalt radioisotope (60oC). Iradiasi akan mempengaruhi fungsi
metabolisme dan fragmentasi DNA yang dapat mengakibatkan kematian sel mikroba
sehingga memperbaiki kualitas mikrobiologis pangan dengan mengurangi jumlah jasad
perusak dan pathogen.
Selain faktor di atas, mikroba juga melakukan interaksi, sebab di alam jarang dijumpai
mikroba yang hidup sebagai biakan murni, tetapi selalu berada dalam asosiasi dengan jasad
lain. Interaksi antar mikroba dapat terjadi antara dua mikroba yang sama ukuran selnya (dua
sel bakteri, dua sel protozoa) atau antara dua sel yang berbeda ukurannya (sel bakteri dengan
sel protozoa). Dua sel yang ukurannya sama memiliki kebutuhan nutrisi yang kurang lebih

11
sama, sebab susunan molekul suatu sel pada umumnya relatif sama. Berbeda halnya jika
ukuran sel berbeda, kebutuhan ruang berbeda. Protozoa membutuhkan ruang ribuan kali lebih
besar daripada bakteri. Begitu juga dengan kebutuhan nutrisinya. Contohnya interaksi
antar Pseudomonas synoyanea dengan Sterptococcus lactis yang menyebabkan terjadinya
warna biru pada susu.
. BAB III
KESIMPULAN

Berdasarkan makalah yang dibuat, didapatkan kesimpulan yaitu:

1. Peran bakteri dalam dunia industri digunakan dalam produksi makanan, antibiotik,
enzim, dan obat-obatan.
2. Syarat-syarat penentuan jenis suatu bakteri terhadap proses industri di antaranya jenis
bakteri, senyawa kimia yang terkandung, medium dan hasil.
3. Kinerja bakteri dalam membantu proses perindustrian dipengaruhi oleh beberapa faktor
yaitu suhu, kelembapan, pH, radiasi, dan ion-ion logam.

13
DAFTAR PUSTAKA

Budiyanto, Moch Agus Kresno. 2002. Mikrobiologi Terapan. Malang. Penerbit : Universitas
Muhammadiyah Malang.

Volk, Wesley A dan Wheeler, Margaret F. 1990. Basic Microbilogy fifth edition. Jakarta.
Penrbit Erlangga. (diterjemahkan oleh Soenartono Adisoemarto. 1990. Mikrobiologi
Dasar edisi kelima jilid 2).

Budiansyah, Agus. 2004. Pemanfaatan Probiotika Dalam Meningkatkan Penampilan Produksi Ternak
Unggas. Bogor: Makalah Falsafah Sains Program Pasca sarjana IPB.

Haddadin, M.S.Y., S.S. Awaisheh, and R.K. Robinson. 2004. The Production of Yoghurt with Prebiotic
Bacteria Isolated from Infants in Jordan. Pakistan Journal of Nutrition Vol. 3(5): 290-293.

Handayani, Faras. 2006. Susu Fermentasi: Aneka Kahasiat Yoghurt . (cited 2018 juni 06). Available
from: http://www.mail-archive.com/milis-nakita@news.gramediamajalah.com/.

Hariyadi, Puriwiyatno. 2005. Minum Yoghurt, Balita Sehat. (cited 2012 Mei. 8) Available from:
http://web.ipb.ac.id/~tpg/de/pubde_ntrtnhlth_yoghurt.php

Hassan, Zahirotul Hikmah. 2006. Isolasi Lactobacillus, Bakteri Asam Laktat dari Feses dan Organ
Saluran Pencernaan Ayam. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Selatan:
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner.

Sirait, Celly H. 1984. Proses Pengolahan Susu Menjadi Yoghurt. WARTAZOA Vol. 1 No. 4 Juli 1984.

Sumantri, Indro. 2004. Pemanfaatan Mangga Lewat Masak Menjadi Fruitghurt dengan
Mikroorganisma Lactobacillus bulgaricus. Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik UNDIP:
Prosiding Seminar Nasional Rekayasa Kimia dan Proses.

Widowati, Sri. 2003. Efektivitas Bakteri Asam Laktat (BAL) dalam Pembuatan Produk Fermentasi
Berbasis Protein/ Susu Nabati. Balai Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetika
Pertanian

You might also like