You are on page 1of 8

Contoh Essay pendidikan

Judul : Pribadi Guru Modal Pendidikan Karakter Siswa

Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dalam menentukan kemajuan suatu bangsa. Kualitas
pendidikan yang baik akan mampu menghasilkan sumber daya manusia yang unggul dan berkualitas,
terlebih pada era globalisasi seperti sekarang, yang mana perkembangan teknologi dan informasi sangat
pesat. Untuk menghasilkan sumber daya manusia yang unggul dan berkualitas serta memiliki daya saing
yang tinggi, maka pendidikan yang diberikan kepada warganya harus dilaksanakan secara tepat dan
maksimal. Sejalan dengan pernyataan itu, pemerintah dan semua pihak yang terlibat dalam dunia
pendidikan sebaiknya lebih peka dan tanggap terhadap perkembangan yang terjadi di masyarakat.
Pendidikan hendaknya berorientasi dan dilaksanakan demi pengembangan anak didik dalam rangka
memelihara dan meningkatkan martabat manusia dan budayanya (Suparno, dkk, 2002).

Anak didik sebaiknya dibimbing dan didampingi agar dapat berkembang dan mengembangkan diri
sendiri selama proses pembelajaran. Oleh sebab itu, peranan seorang guru sangat
menentukan output anak didik. Diperlukan keterampilan guru untuk menanamkan moral dan karakter
yang baik. Pendidikan harus memberikan perhatian kepada kemampuan masing-masing anak didik, di
mana yang menjadi perhatian penilaian sekarang tidak terbatas pada aspek pengetahuan atau kognitif
mereka saja, melainkan berkembang dan harus mencakup aspek afektif atau sikap dan psikomotor atau
keterampilan.

Dahulu, guru hanya mengajarkan apa yang harus dihapalkan. Mereka membuat anak didik menjadi beo
yang dalam setiap pelajaran hanya mengulang apa yang dikatakan guru. Anak didik jarang diberikan
kesempatan untuk mengembangkan kemampuan dan potensinya melalui berbagai aktivitas siswa dalam
pembelajaran di kelas. Di sini dapat kita ketahui bahwa kemampuan guru masih cenderung kurang
dalam menumbuhkan dan membangkitkan motivasi siswa dalam pembelajaran. Oleh sebab itu,
kompetensi dan keterampilan guru perlu mendapat perhatian. Salah satu kompetensi seorang guru yang
harus mendapat porsi yaitu kompetensi kepribadian. Aspek-aspek kepribadian guru yang dijelaskan
dalam kompetensi kepribadian yang harus dimiliki guru meliputi: bertindak sesuai dengan norma
agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional Indonesia, menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur,
berakhlak mulia, dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat, menampilkan diri sebagai pribadi yang
mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa
bangga menjadi guru, dan rasa percaya diri, serta menjunjung tinggi kode etik profesi guru.

Kepribadian ini sangat menentukan kewibawaan seorang guru dalam pandangan anak didik atau
masyarakat (Djamarah, 2000). Pencitraan sangat penting bagi keribadian guru di sekolah agar dapat
mengontrol dan mengendalikan tingkah laku anak didiknya melalui pola pembiasaan. Selama ini yang
terjadi di lapangan, guru hanya mengajarkan materi hapalan dan ingatan kepada peserta didik dan tidak
memperhatikan aspek sikap dan keterampilannya yang juga penting untuk membentuk karakter anak
didiknya. Dalam menanamkan pendidikan karakter, seorang guru harus sudah memiliki kepribadian yang
baik sebelum ia sendiri mengajarkan tentang sikap dan perilaku kepada siswanya.
Bagaimana jadinya jika kepribadian yang ditunjukan guru sehari-hari di sekolah dan di masyarakat tidak
sesuai dengan norma yang berlaku, misalkan dengan sengaja merokok di depan siswa, suka berjudi, suka
melakukan kekerasan, membuang sampah sembarangan, menggunakan pakaian yang tidak sesuai,
perilaku yang suka mengejek dan menyinggung perasaan, dan segala perilaku yang tidak baik, maka hal
tersebut dapat mempengaruhi anak didik juga karena disadari atau tidak anak akan menirukan dan
mencoba-coba hal-hal tersebut. Tidak mudah memang jika harus menjadi sosok yang “sempurna” di
hadapan anak didik, namun di hadapan mereka sebaiknya kita mampu menunjukkan kepribadian yang
baik dan mantap karena segala tindak tanduk guru adalah panutan bagi anak didiknya.

Melalui pendidikan karakter ini, guru dapat membantu dalam mengembangkan karakter siswa melalui
aktivitas-aktivitas di kelas maupun di luar kelas yang tentunya ditunjukkan dalam tingkah laku dan
perbuatan guru itu sendiri baik disadari atau tidak. Guru ibaratkan sebuah model bagi siswa yang akan
ditiru serta dijadikan contoh berperilaku dalam keseharian siswa. Ditiru oleh siswa selain dalam hal
berbusana yang sopan dan rapi juga dalam hal perkataan dan perbuatannya yang sopan dan santun,
sehingga karakter siswa dapat terbentuk sedikit demi sedikit selama proses pembelajaran.

Sekarang sudah disepakati bahwa setiap mata pelajaran harus terdapat pendidikan karakter. Tujuannya
agar siswa mampu mengambil hikmah atau nilai-nilai setelah mendapatkan pembelajaran. Selain itu,
siswa juga dapat mengimplementasikan nilai-nilai yang terkandung dalam setiap mata pelajaran di
kehidupan sehari-hari. Pendidikan karakter yang ditanamkan tersebut dapat membantu siswa dalam
membetuk kepribadian yang baik. Kepribadian yang baik itu meliputi: kedisiplinan, kejujuran, toleransi,
kesopanan, ketaqwaan, tanggung jawab, dll. Di sini siswa akan terbiasa untuk memahami nilai-nilai di
setiap kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan.

Peran guru selain memberikan materi yang di dalamnya terdapat pendidikan karakter juga memberikan
contoh kepada siswa. Terutama siswa yang masih berada di kelas rendah. Tentunya siswa belum
memainkan akal fikirannya secara abstrak. Mereka masih berfikir secara konkrit dan membutuhkan
contoh yang nyata. Nah, disinilah guru berperan untuk memberikan contoh yang baik kepada siswa
melalui karakter yang dimiliki dan ditunjukannya. Bagaimana berperilaku disiplin, sopan, jujur, penuh
tanggung jawab, dll. Siswa pada kelas rendah cenderung akan menirukan apa yang dilakukan dan
dikatakan oleh gurunya. Oleh karena itu jangan menjadi seorang guru yang tidak disiplin dan jangan
menunjukkan kepribadian yang dapat membuat siswanya masuk ke dalam didikan yang salah dan
menyimpang selama berinteraksi secara langsung maupun tidak langsung dengan anak didik.

Berbeda dengan siswa di kelas tinggi, sedikit demi sedikit mereka sudah dapat merenungi dan
mengartikan sesuatu yang abstrak. Akan tetapi, sebagai seorang guru yang berkepribadian yang baik
harus senantiasa memberikan nasihat dan pesan moral dalam setiap akhir proses pembelajaran.
Diharapkan dengan menunjukkan karakter guru yang baik dapat memberikan siswa pencerahan untuk
berperilaku baik pula.

Pendidikan karakter memang dirasakan tepat diberikan kepada pendidikan di negeri kita, terlebih
karena bangsa kita kaya akan tradisi religius dan budaya. Pendidikan karakter tepat diberikan agar nilai-
nilai religius dan budaya bangsa kita yang kental ini tetap terjaga eksistensinya bagi penerus kita nanti.
Manusia yang memiliki religiusitas kuat akan semakin termotivasi untuk menjadi agen perubahan dalam
masyarakat, bertanggung jawab atas penghargaan hidup orang lain dan mampu berbagi nilai-nilai
kerohanian bersama yang mengatasi keterbatasan natural manusia yang mudah tercabik oleh berbagai
macam konflik yang tak jarang malah mengatasnamakan religiusitas itu sendiri.
Di tengah kebangkrutan moral bangsa, dan maraknya tindak kekerasan dan tindakan tidak manusiawi
yang terjadi di masyarakat, pendidikan karakter yang juga menekankan dimensi etis-religius menjadi
relevan untuk diterapkan kepada anak didik untuk menanamkan nilai-nilai kemanusiaan. Diawali dengan
modal kepribadian yang dimiliki guru sebagai contoh bagi siswanya, melalui Pendidikan Agama dan Budi
Pekerti serta Pendidikan Kewarganegaraan diharapkan dapat mendukung pendidikan karakter itu
sendiri. Berdasarkan uraian yang telah panjang lebar dibahas di atas, kita dapat petik suatu kesimpulan
bahwa diperlukan kepribadian guru yang baik untuk membangun kepribadian anak didik sebagai modal
dalam pendidikan karakter bangsa yang ditunjukkan melalui karakter sumber daya manusianya.

E. Daftar Pustaka

Amri, Sofyan dan Iif Khoiru Ahmadi. (2010). Konstruksi Pengembangan Pembelajaran: Pengaruhnya
terhadap Mekanisme dan Praktik Kurikulum. Jakarta: Prestasi Pustaka Raya.

Anonim. (tt). Tersedia pada. http://uphilunyue.blogspot.com/2013/01/peran-guru-dalam-pendidikan-


dan.html. diakses tanggal 8 Desember 2013

Djamarah, Syaiful Bahri. (2000). Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: Rineka Cipta.

Suparno, Paul, dkk. (2002). Reformasi Pendidikan: Sebuah Rekomendasi. Yogyakarta: Kanisius.
Contoh esai 2:
Pendidikan bertujuan untuk membentuk suatu perilaku yang baik pada generasi muda muslim, yang
berdasarkan dengan aqidah Islam serta ketauhidannya kepada Allah swt., bergaul dengan teman yang
mempunyai akhlak yang baik pula, memperdalam gama dengan berbagai cara, misalnya saja mempelajari
hadits-hadits yang berkaitan dengan hukum-hukum Islam agar pengetahuannya bertambah semakin luas.

Islam mempunyai tujuan untuk menanamkan jiwa kemasyarakatan yang sangat penting dan berguna kelak
ketika sudah berkeluarga, dan sekarang seorang pemuda mempunyai tugas untuk berlatih dalam
masyasakat sedikit demi sedikit agar kelak tidak kesulitan ketika terjun langsung dalam masyarakat. Hal
itu memerlukan kesadaran yang muncul dalam diri sendiri, atau ada juga dorongan dari luar misalnya saja
keluarga atau teman di sekelilingnya sehingga dengan begitu ada perasaan yang membangkitkan
semangat untuk mau keluar dan belajar bermasyarakat demi tercapainya masa depan yang menjanjikan.

Manusia itu dilahirkan dalam keadaan tidak mengetahui apapun, kemudian Allah swt. menugaskan
manusia untuk mencari tahu apa yang ada di sekelilingnya serta mempelajari setiap perubahan-perubahan
yang terjadi melalui panca indra. Sudah seharusnya sebagai generasi muda untuk menerapkannya pada
kehidupan sehari-hari dan mencintai setiap proses yang terjadi. Sehingga sejak dini sudah tercipta suatu
karakter individu yang bisa menghadapi hambatan-hambatan yang suatu saat pasti akan terjadi.

Melalui pendidikan dan pengajaran, berdampak pada akhlak yang baik. Apabila seseorang yang pada
awalnya belum begitu mengetahui tentang ilmu agama, kemudian ia mempunyai niat untuk memperdalam
ilmu agamanya dengan cara menuntut ilmu di sekolahan yang berbasis agama, maka dengan seiring
berjalannya waktu ia akan mengerti tentang ilmu agama. Selain itu moralnya juga menjadi lebih baik lagi
dari pada sebelumnya. Kemudian ketika di dalam masyarakat ia sudah siap apabila di minta tolong untuk
melakukan suatu hal yang berhubungan dengan agama. Pendidikan juga sebagai sarana untuk
mempelajari aspek-aspek dalam kehidupan yang menjadikan para pemuda mempunyai dasar pemikiran
yang kokoh. Karena dengan dengan itu seseorang menjadi terbiasa dalam berfikir secara kritis dan dengan
dasar-dasar pendidikan agama Islam seseorang dapat berfikir secara jernih dan tidak bingung apabila
menghadapi persoalan kehidupan. Dengan terwujutnya suatu karakter pada generasi muda akan
berdampak positif baik untuk dirinya sendiri maupun untuk orang-orang di sekitarnya, dan menjadikan
perubahan dalam masyarakat, yang dulunya sangat pasif, tidak mengetahui agama secara keseluruhan,
dan berakhlak yang kurang, sekarang menjadi aktif dalam segala hal, berwawasan luas, berakhlak yang
baik. Karena jika seseorang kepribadiannya masih sangat kuno, pasti akan banyak sekali masalah-masalah
yang muncul yang mengakibatkan pertentangan antar individu atau antar kelompok. Mereka tidak bisa
berfikir positif dan menjadi semena-mena dalam menentukan keputusan.

Islam memiliki rahasia di dalamnya. Islam membawa kebahagiaan dunia akhirat yang mempunyai
dampak yang sangat baik bagi manusia. Islam menjelaskan setiap aspek-aspek dalam kehidupan. Seperti
yang dijelaskan oleh (hafidz, kastolani, 2009:11) bahwa agama islam yang hanif merupakan pedoman
dalam kehidupan, individu atau masyarakat, aspek material atau spiritual secara bersamaan. Islam
memperjelas makna ibadah dan mempertegas nilai kerja, memperhatikan segala aspek kehidupan,
mengatur urusan duniawi seluruhnya sebagai jalan satu-satunya menuju kehidupan akhirat.islam
memperhatikan seluruh aspek kehidupan dengan berbagai aturannya. Baik aspek ekonomi, politik,
pemerintahan, ilmu, kemasyarakatan dan lain sebagainya.

Hambatan-hambatan yang terjadi dalam kehidupan ini ada berbagai macam dan mungkin akan semakin
bertambah seiring berjalannya waktu, misalnya saja kesadaran yang masih sangat lemah, banyaknya
pendidikan islam yang belum mengimplikasikan visi dan misinya secara nyata, yang dalam kegiatan di
sekolah kurang menerapkan perilaku-perilaku yang telah di ajarkan pada agama islam. Banyak pula
teknologi yang semakin maju yang mengakibatkan generasi muda menjadi terlena akan hal itu dan
menjadikannya semakin malas untuk beraktifitas dan keluar melihat bagaimana keadaan sekitarnya,
bahkan kurangnya motivasi yang mana sebenarnya merupakan faktor yang sangat penting. Untuk
mengatasi hambatan-hambatan tersebut. Generasi muda harus pintar-pintar dalam melakukan suatu hal,
mereka harus berfikir secara matang serta tidak melupakan akibat-akibatnya yang akan terjadi. Karena
apabila para pemuda tersebut lalai dalam hal sekecil pun, maka akan mendatangkan suatu penyesalan
yang besar nantinya. Maka untuk itu islam mengajarkan solusi-solusinya dari setiap hambatan-hambatan
tersebut. Seperti islam mengajarkan kepada umat islam agar tidak berputus asa dalam menghadapi sesuatu
dan anjuran untuk bersungguh-sungguh untuk mendapatkan apa yang di inginkannya sehingga apabila
generasi muda mulai melemah semangatnya menjadi bangkit kembali karena telah mendapatkan ajaran
agama islam tersebut. Pendidikan islam yang masih sangat minim dalam menerapkan visi dan misinya
seharusnya meningkatkan upaya-upaya yang berhubungan dengan visi misi tersebut. Atau mungkin para
guru lebih memperhatikan peraturan-peraturan dan memberi sangsi apabila ada siswa yang melanggar.
Selain itu para guru juga menganjurkan kepada siswanya untuk berpakaian sopan selayaknya tuntunan
agama Islam yang harus menutup aurotnya khususnya bagi putri. Para siswa juga perlu untuk diajari
tentang bagaimana baca tulis Al-quran secara benar dan dijelaskan pula makna dari setiap ayat Al-Quran,
dengan tujuan supaya siswa menghiraukan kitabnya sendiri. Dalam hal ini peran generasi muda adalah
selalu memperhatikan cara-cara mendidik siswa yang benar menurut ajaran agama Islam dan dapat
diterima secara utuh oleh siswa serta ajaran tersebut dapat direalisasikan secara langsung karena telah
mendarah daging dan tertanam dalam jiwa para siswa.

Manfaat pendidikan agama Islam utuk masa depan ada banyak sekali, khususnya apabila sudah
berkeluarga, pendidikan tersebut berperan sebagai pengetahuan untuk mendidik diri sendiri dan
keluarganya kelak, dalam bermasyarakat, dan juga sebagai perisai untuk cobaan-cobaan perkembangan
zaman yang semakin beraneka ragam. Semua itu tidak akan berjalan lancar apabila tidak ada kekuatan
iman yang mendasar pada diri generasi muda. Karena dengan iman, seseorang mempunyai pendirian yang
akan mempertahankannya dari berbagai situasi dan kondisi yang akan terjadi. Seperti yang dijelaskan
oleh (hafidz, kastolani, 2009:157) bahwa sesungguhnya pendidikan Islam merupakan model pendidikan
yang telah menumbuhkan generasi beriman, siap mengorbankan dirinya, berkhidmat untuk masyarakat,
dan memberikan kesenangan dan kebahagiaan kepada umat manusia, telah menunaikan peran yang
istimewa dalam mentransfer nilai-nilai keislaman dan peradaban Islam dari generasi terdahulu kepada
generasi mendatang dan dari generasi tua kepada generasi muda. Pendidikan Islam dan peradaban
Islamharus bersama-sama sebagai satu kesatuan dalam menghadapi tantangan zaman yang semakin
kompetitif. Hendaknya kaum muslimin dapat menghadapi berbagai tantangan ini dengan sikap konsisten,
baik sebagai individu, kelompok, bangsa dan masyarakat, Negara atau pemerintah sehingga dapat
menunaikan amanah islam yang telah diamanatkan Allah swt.

Maka untuk itu pentingnya pendidikan agama Islam pada generasi muda ialah untuk mewujudkan cita-
cita masyarakat Islam yang sesuai dengan perintah Allah swt. dan menanamkan Akhlakul Karimah
sebagai bekal menuju jalan yang telah disiapkan oleh allah swt. untuk hamba-hambanya yang mau
dengan ikhlas belajar sesuai dengan ajaran Islam.

Contoh 3 :
[ESAI] PENDIDIKAN ISLAM DI ERA GLOBAL

Oleh:

Budiman Pohan

Era globalisasi telah memasuki puncaknya ditandai dengan masifnya perkembangan ilmu pengetahuan

dan teknologi. Perkembangan ini juga turut merasuki tatanan nilai sosial dan moral dikalangan

masyarakat. Segala sendi fundamental pun turut mengalami perubahan, baik di sektor ekonomi, sosial,

budaya, politik, hukum, dan pendidikan. Adapun pendidikan menjadi salah satu segmentasi yang sangat

berpengaruh di masa sekarang.

Pendidikan sebagai upaya mentransfer ilmu kepada peserta didik tidak lagi dipandang sebatas kapasitas

ilmu semata, melainkan juga kreativitas dalam mentransfernya. Pendidikan pun tidak hanya berkutat pada

peningkatan kapasitas fungsi otak dalam mengolah informasi, tapi juga memengaruhi akhlak peserta

didik. Di sinilah Islam berada pada garda terdepan dalam memajukan pendidikan.

Akan tetapi, efek globalisasi tidak hanya membawa perubahan pada ilmu pengetahuan dan teknologi

semata, melainkan juga metode dan doktrin-doktrin elite global yang kontradiktif dengan ciri khas

pendidikan Islam di seluruh dunia khususnya di Indonesia. Pendidikan sekarang tidak mampu

mengakomodasi peserta didik dalam membendung informasi-informasi yang bernuansa radikal, vulgar,

dan penuh konflik. Peserta didik pun juga dihadapkan pada teknologi yang sulit mereka atasi. Tidak

heran, banyak dari mereka ditemukan yang “melek” teknologi namun minim pengawasan dan intilegensi

dalam memanfaatkan teknologi. Mereka sibuk menghabiskan waktu dengan bersosial media dan bermain

game. Peserta didik pun sudah banyak terpengaruh mengikuti life style bangsa barat yang jauh dari

koridor Islam.

Para peserta didik sulit mengidentifikasi mana informasi yang hoax dan mana yang bermutu. Karena

mereka tidak dididik untuk meningkatkan fungsi intelektual, emosional, dan religiusitas. Tapi cenderung

sekedar mampu menghapal dan menguasai materi demi menghadapi ujian dan olimpiade. Bahkan, sering
kita temukan maraknya sekolah-sekolah sudah tidak lagi mengedepankan dakwah sebagai pembentukan

karakter peserta didik, jarang pula kita temukan adanya guru-guru yang berinisiatif memberikan kajian

Islam seputar urgensi Al-Qur’an dan As-Sunnah dalam setiap pengajarannya, serta tidak berfungsinya

lembaga intra sekolah dalam mengajak peserta didik mempelajari ilmu agama.

Alhasil, peserta didik hanya dipersiapkan untuk menghadapi dunia kerja yang dikelola oleh pemilik

modal dan perusahaan multinasional. Mereka akan terus dieksploitasi sebagai human machine bagi

hegemoni elite global untuk memproduksi kekayaan demi segelintir manusia. Peserta didik akhirnya

terlena dengan urusan duniawi dan melupakan jati dirinya sebagai hamba Allah ‘Azza wa Jalla yang

bertugas mendakwahi umat dan mendorong terciptanya ukhuwah Islamiyyah. Jika kompleksitas

permasalahan ini tidak segera di atasi, maka tunggulah kehancuran generasi milenial.

Oleh karena itu, hadirnya Islam sebagai konsepsi unik yang mempertegas makna pendidikan menuju

penciptaan tatanan nilai sosial dan moral positif sangatlah dibutuhkan oleh peserta didik dalam

menghadapi era globalisasi. Upaya pembinaan kreatif dapat dilakukan lembaga pendidikan dalam

mengimplementasikan nilai-nilai Islam di dalam pendidikan dengan cara:

Pertama, melakukan kajian reflektif terhadap format pendidikan Islam.

Pendidikan Islam yang diimplementasikan selama ini mulai kehilangan orisinalitasnya dikarenakan

terjadinya difusi doktrin globalisasi dalam materi pelajaran. Kita lupa bahwa unsur-unsur eksternal materi

pelajaran dapat diaplikasikan apabila pondasi awal pendidikan Islam telah mengakar kuat di dalam

metode pembelajaran. Kiranya perlu dilakukan review atas materi pembelajaran keagamaan yang telah

disampaikan secara rutin demi meningkatkan memori peserta didik, kendatipun pada hari tersebut bukan

mata pelajaran agama.

Kedua, perlunya integrasi mata pelajaran umum dengan ilmu-ilmu keagamaan. Hal ini dilakukan untuk

meningkatkan inteligensi peserta didik dalam mengidentifikasi unsur-unsur globalisasi yang relevan

maupun tidak. Oleh sebab itu, penguatan ilmu agama menjadi penting agar peserta didik tidak salah

kaprah dalam memandang kedudukan ilmu agama dengan ilmu-ilmu lainnya. Dengan kata lain, selama
ilmu pengetahuan masih relevan dan tidak menimbulkan kontradiksi dengan ilmu agama, selama itu pula

peserta didik mampu mempelajarinya lebih jauh.

Ketiga, praktik keagamaan di lingkungan lembaga pendidikan. Kendati konsepsi pendidikan Islam telah

diinternalisasikan dengan baik oleh peserta didik di dalam kelas, maka tidak ada salahnya apabila

penguatan kapasitas ilmu agama disempurnakan melalui praktik-praktik peribadatan sehari-hari yang bisa

dilakukan oleh segenap civitas lembaga pendidikan. Seperti diselenggarakannya pembinaan religi di

sekitar masyarakat, perlombaan yang memacu semangat peserta didik dalam mempelajari ilmu agama,

dan kegiatan ekstrakurikuler keagamaan.

Keempat, dibutuhkannya sumber daya pendidik yang kompeten. Pendidik dalam hal ini bukan hanya

memiliki kapasitas di bidang ilmu pengetahuan umum semata, melainkan juga kualitas ilmu agama dan

akhlak yang mumpuni. Pendidik yang seperti ini diharapkan mampu merealisasikan pendidikan Islam

yang memotivasi peserta didik menjadi pribadi yang berintelektual dan religius.

Pendidikan Islam adalah unsur penting dalam menghadapi era globalisasi. Oleh karena itu, pendidikan

Islam merupakan upaya revolusioner dalam membentuk kepribadian melalui pembinaan moral dan

intelektual yang koheren dengan tuntutan zaman. Hal ini hanya akan terwujud apabila segenap elemen

pendidikan mampu mereformasi sistem yang sudah ada ke dalam teori dan profetik yang lebih mutakhir

sesuai dengan ajaran Islam.

You might also like