You are on page 1of 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit tropis merupakan salah satu bentuk penyakit yang sering terjadi di daerah
beriklim tropis dan subtropis. Tidak hanya di Indonesia, tapi hampir di semua negara miskin
dan berkembang, penyakit tropis ini dapat mewabah dengan cepat dan menjadi salah satu
faktor peningkat angka kematian.

Peristiwa bertambahnya penderita atau kematian yang disebabkan oleh suatu penyakit
di wilayah tertentu, kadang-kadang dapat merupakan kejadian yang mengejutkan dan
membuat panik masyarakat di wilayah itu. Secara umum kejadian ini kita sebut sebagai
Kejadian Luar Biasa (KLB), sedangkan yang dimaksud dengan penyakit adalah semua
penyakit menular yang dapat menimbulkan KLB, penyakit yang disebabkan oleh keracunan
makanan dan keracunan lainnya. Penderita atau yang beresiko penyakit dapat menimbulkan
KLB dapat diketahui jika dilakukan pengamatan yang merupakan semua kegiatan yang
dilakukan secara teratur, teliti dan terus-menerus, meliputi pengumpulan, pengolahan,
analisa/interpretasi, penyajian data dan pelaporan. Apabila hasil pengamatan menunjukkan
adanya tersangka KLB, maka perlu dilakukan penyelidikan epidemiologis yaitu semua
kegiatan yang dilakukan untuk mengenal sifat-sifat penyebab dan faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi terjadinya dan penyebarluasan KLB tersebut di samping tindakan
penanggulangan seperlunya. Hasil penyelidikan epidemiologis mengarahkan langkah-
langkah yang harus dilakukan dalam upaya penanggulangan.

Adanya penanggulangan guna menekan penyebarluasan penyakit yang ternyata


semakin lama semakin mewabah. Masyarakat pun mengharapkan adanya organisasi-
organisasi khususnya instansi pemerintah yang memberikan perhatian dengan melakukan
penelitian-penelitian dalam pemberantasan penyakit-penyakit tropis dan mengadakan
pelayanan kesehatan yang layak untuk masyarakat.

1
Banyak faktor yang mempengaruhi penyebaran penyakit tropis ini. Sebagai contohnya
adalah sanitasi yang buruk di lingkungan kumuh dan kotor. Dari hal tersebut, tidak hanya
instansi-instansi pemerintah saja yang diharapkan dapat melakukan pencegahan penyebaran
penyakit tropis, tapi masyarakat juga harus ikut serta mendukung hal ini dengan
menumbuhkan kesadaran dan kepedulian diri sendiri terhadap lingkungan. Kehidupan
merupakan anugerah dari Allah Yang Maha Kuasa dan kesehatan merupakan hal yang sangat
penting dalam kesejahteraan masyarakat.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari Penyakit Tropis?
2. Bagaimana Epidemiologi Tropis?
3. Apa saja Penyebab Penyakit Tropis?
4. Bagaimana Metode Penyakit Tropis?
5. Bagaimana pencegahan dan penanggulangan penyakit menular?
6. Apa saja penyakit-penyakit yang berpotensi menjadi wabah atau Kejadian Luar Biasa
(KLB)?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Penyakit Tropis.
2. Untuk mengetahui bagaimana Epidemiologi Tropis.
3. Untuk mengetahui penyebab Penyakit Tropis.
4. Untuk mengetahui bagaimana Metode Penyakit Tropis.
5. Untuk mengetahui bagaimana pencegahan dan penanggulangan peyakit menular.
6. Untuk mengetahui apa saja penyakit-penyakit yang berpotensi wabah atau Kejadian Luar
Biasa (KLB).

2
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Definisi Penyakit Tropis


Penyakit tropis merupakan penyakit yang sering terjadi pada wilayah tropis dan
subtropis yang umumnya berupa infeksi tetapi juga bisa berupa non infeksi.
Menurut WHO penyakit tropis mencakup semua penyakit yang terjadi semata-mata,
atau terutama, di daerah tropis. Dalam prakteknya, istilah ini sering diambil untuk mengacu
pada penyakit menular yang berkembang dalam panas, kondisi lembab, seperti malaria,
leishmaniasis, schistosomiasis, onchocerciasis, filariasis limfatik, penyakit Chagas,
trypanosomiasis Afrika, dan demam berdarah.
Istilah “penyakit tropis” meliputi semua penyakit menular dan non menular, serta
berbagai gangguan dan penyakit akibat kekurangan gizi atau kondisi lingkungan (seperti
panas, kelembaban, dan ketinggian), dimana hal ini dapat ditemui di daerah-daerah geografis
yang terletak di sekitar garis tropis (Boucher, 2012).
Penyakit tropik ini kurang lazim di daerah beriklim sedang, sebagian karena terjadinya
musim dingin, yang mengontrol populasi serangga dengan memaksa hibernasi. Serangga
seperti nyamuk dan lalat yang jauh pembawa penyakit yang paling umum, atau vektor.
Serangga ini dapat membawa parasit, bakteri atau virus yang menular kepada manusia dan
hewan. Paling sering penyakit ditularkan oleh serangga dengan menggigit, yang
menyebabkan transmisi agen menular melalui pertukaran darah subkutan. Vaksin tidak
tersedia untuk salah satu penyakit yang tercantum di atas. Manusia bereksplorasi di hutan
hujan tropis, deforestasi, imigrasi meningkat dan perjalanan udara internasional meningkat
dan wisata lainnya ke daerah tropis telah menyebabkan peningkatan insiden penyakit tropik
ini.

2.2 Epidemiologi Penyakit Tropis


Dalam ilmu kesehatan istilah penyakit tropis (tropical medicine) dinisbatkan pada
wilayah-wilayah beriklim panas seputar garis khatulistiwa. Istilah ini diperkenalkan para
peneliti kesehatan dari Barat (Eropa dan Amerika) yang keadaan wilayahnya jauh berbeda

3
dengan Indonesia. Penyakit tropis sebenarnya memiliki konotasi yang negatif yang
berhubungan dengan cara hidup yang tidak sehat, hygiene yang buruk, dan penyakit yang
menular.
Selama penjajahan Belanda, Bataviaasch Genootschap van Kunsten en weten schappen,
organisasi ilmiah Belanda dalam bidang kesehatan melakukan riset selama seratus enam
puluh empat tahun tentang penyakit tropis untuk kepentingan pemerintah kolonial Belanda
dalam melancarkan sistem politik sosial-ekonominya dalam penguasaan sumber-sumber
kekayaan negara jajahannya.
Dalam perkembangan penelitian kesehatan, didapatkan fakta bahwa penyakit tropis
bukanlah penyakit yang aneh dan mengerikan seperti yang disangka oleh kebanyakan orang
sebelumnya. Bahkan beberapa jenis penyakit tropis mungkin saja terjadi di daerah yang
beriklim sedang, hanya berbeda pada frekuensi penderitanya saja. Perbedaan ini dipengaruhi
oleh beberapa faktor seperti iklim, demografi, sosial-ekonomi dan faktor genetik.
Menurut Dr dr Umar Zein, ada beberapa macam penyakit tropis yang sudah dikenal
sejak masa penjajahan Belanda, ratusan tahun lalu seperti penyakit cacar, polio, frambusia
(puru), malaria, kolera, tuberkulosis, kusta dan elefantiasis (kaki gajah). Kategori penyakit
tropis lainnya adalah malaria, demam berdarah, tifus, sepsis, hepatitis, dan TBC. Namun,
meski telah diteliti selama ratusan tahun, penyakit-penyakit tropis ini masih saja ditemui dan
berkembang di kelompok masyarakat tertentu seperti, di Indonesia. Berbagai penelitian yang
mengeluarkan dana yang tergolong besar yang dilakukan untuk mencari cara
penanggulangan dan pemberantasan penyakit tropis ini masih belum juga menunjukkan hasil
yang memuaskan karena penyakit-penyakit ini berhubungan erat dengan pola hidup
masyarakat itu sendiri.

2.3 Penyebab Penyakit Tropis


Kemajuan penguasaan bioteknologi dan biologi molekuler telah memberikan harapan
untuk mengatasi masalah penyakit-penyakit tropis. Demikian dikemukakan pakar kesehatan
dari UGM, Prof Dr Supargiyono di Yogyakarta, seperti dilansir dari Antara. Supargiyono
mengingatkan, beberapa penyakit tropis seperti demam berdarah, hepatitis, malaria dan TBC
masih menjadi masalah kesehatan yang utama.

4
Penyebabnya adalah lingkungan fisik, kondisi sosial, ekonomi, budaya, dan perubahan
biologis dari vektor penyakit. Penyakit tropis erat kaitannya dengan kesehatan lingkungan
yang sering tidak diperhitungkan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat.

2.4 Metode Penularan Penyakit Tropis


Penyakit-penyakit yang dapat menular itu terjadi sebagai akibat dari adanya interaksi
antara agent, proses transmisi, host (penjamu) dan lingkungan.
a) Agent Infeksius
Sejumlah mikroorganisme menyebabkan terjadinya penyakit pada manusia. Infeksi
itu adalah masuk dan berkembangnya atau ber-multiplikasinya sebuah agent yang
infeksius di dalam host (pejamu).
b) Transmisi
Ini adalah merupakan penghubung kedua yang terdapat di dalam rantai infeksi,
yang merupakan penyebaran dari sebuah agent infeksius melalui lingkungan atau
manusia yang lainnya. Transmisi dapat terjadi secara langsung atau tidak langsung .
Transmisi secara langsung merupakan pemindahan dari agent infeksius yang
berasal dari host yang terinfeksi atau reservoir ke suatu tempat masuk yang tepat, yang
mengakibatkan terjadinya infeksi pada manusia. Pemindahan ini dapat berupa kontak
langsung, seperti sentuhan, ciuman, atau hubungan kelamin, atau dengan penyebaran
secara langsung dari droplet, yaitu melalui bersin atau batuk-batuk. Transfusi darah dan
infeksi transplasental dari ibu kepada fetus mungkin merupakan transmisi penting yang
lain .
Transmisi secara tidak langsung mungkin adalah penularan melalui vehikel,
penularan melalui vektor atau penularan melalui udara. Penularan melalui vehikel itu
terjadi melalui material-material, misalkan saja adalah makan, pakaian, perlengkapan
tidur, dan alat –alat untuk memasak. Penularan melalui vektor terjadi bila agent dibawa
oleh seekor serangga atau binatang (vektor) lainnya kepada seorang host yang rentan;
agent tersebut melakukan multiplikasi atau tidak dalam vektor.Transmisi melalui udara
dalam jarak yang amat jauh sekali terjadi bila diseminasi dari doplet yang amat sedikit itu
mengenai sebuah titik masuk yang tepat, biasanya adalah saluran pernapasan. Partikel-

5
partikel debu juga dapat berperan dalam penularan melalui udara, sebagai contoh adalah
spora-spora jamur.
c) Host (Pejamu)
Host adalah hubungan ketiga yang terdapat di dalam rantai infeksi dan didefinisikan
sebagai orang atau binatang yang memberikan tempat yang cocok bagi suatu agent yang
infeksius untuk tumbuh dan memperbanyak diri dalam kondisi yang alamiah.
d) Lingkungan
Lingkungan memegang peranan yang amat penting dalam penyebaran penyakit-
penyakit menular.Sanitasi umum, temperatur, kondisi udara, dan kualitas air adalah
faktor-faktor yang mempengaruhi seluruh tahap-tahap yang ada di dalam rantai infeksi.
Sebagai tambahan, faktor-faktor sosial-ekonomi, sebagai contoh adalah kepadatan
penduduk, kepadatan hunian, dan kemiskinan merupakan sesuatu yang amat penting.

2.5 Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular


Berikut ini merupakan upaya yang dapat dilakukan dalam penanggulangan wabah,
antara lain :
a) Penyelidikan epidemiologis, yaitu melakukan penyelidikan untuk mengenal sifat-sifat
penyebabnya serta faktor yang dapat menimbulkan wabah.
b) Pemeriksaan, pengobatan, perawatan dan isolasi penderita termasuk karantina.
c) Pencegahan dan pengebalan, yaitu tindakan yang dilakukan untuk memberikan
perlindungan kepada mereka yang belum sakit tetapi memiliki resiko terkena penyakit.
d) Pemusnahan penyebab penyakit, yaitu bibit penyakit yang dapat berupa bakteri, virus,
dan lain-lain.
e) Penanganan jenazah akibat wabah.
f) Penyuluhan kepada masyarakat.

Beberapa strategi untuk mengendalikan penyakit tropis meliputi :


a) Pengeringan lahan basah untuk mengurangi populasi serangga dan vektor lainnya.
b) Aplikasi insektisida dan / atau penolak serangga) pada permukaan strategis seperti:
pakaian, kulit, bangunan, habitat serangga, dan kelambu.

6
c) Penggunaan kelambu tempat tidur atas (juga dikenal sebagai "kelambu") untuk
mengurangi penularan malam hari, karena spesies tertentu dari nyamuk tropis pakan
terutama di malam hari.
d) Penggunaan air sumur, dan / atau penyaringan air, filter air, atau air pengobatan dengan
tablet air untuk menghasilkan air minum bebas dari parasit.
e) Pengembangan dan penggunaan vaksin untuk mempromosikan kekebalan penyakit.
f) Farmakologis pra-pajanan (untuk mencegah penyakit sebelum pajanan terhadap
lingkungan dan / atau vektor).
g) Farmakologis profilaksis pasca pajanan (untuk mencegah penyakit setelah terpapar
lingkungan dan / atau vektor).
h) Terapi farmakologis (untuk mengobati penyakit setelah infeksi atau infestasi).
i) Membantu dengan pembangunan ekonomi di daerah endemik. Misalnya dengan
memberikan kredit mikro untuk memungkinkan investasi di bidang pertanian lebih
efisien dan produktif. Hal ini pada gilirannya dapat membantu subsisten pertanian
menjadi lebih menguntungkan, dan ini keuntungan dapat digunakan oleh penduduk
setempat untuk pencegahan penyakit dan pengobatan, dengan manfaat tambahan
mengurangi angka kemiskinan.

2.6 Kriteria Kejadian Luar Biasa (KLB)


Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah salah satu status yang diterapkan di Indonesia untuk
mengklasifikasikan peristiwa merebaknya suatu wabah penyakit. Untuk penyakit-penyakit
endemis (penyakit yang selalu ada pada keadaan biasa), maka KLB didefinisikan sebagai
suatu peningkatan jumlah kasus yang melebihi keadaan biasa, pada waktu dan daerah
tertentu.
Menurut Departemen Kesehatan tahun 2000 Kejadian Luar Biasa adalah timbulnya
atau meningkatnya kejadian kesakitan atau kematian yang bermakna secara epidemiologis
dalam kurun waktu dan daerah tertentu.
Status Kejadian Luar Biasa diatur oleh Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
949/MENKES/SK/VII/2004. Kejadian Luar Biasa dijelaskan sebagai timbulnya atau
meningkatnya kejadian kesakitan atau kematian yang bermakna secara epidemiologis pada
suatu daerah dalam kurun waktu tertentu.

7
Adapun 7 (tujuh) Kriteria Kejadian Luar Biasa (KLB) Menurut Permenkes 1501 Tahun 2010
adalah :
a) Timbulnya suatu penyakit menular tertentu yang sebelumnya tidak ada atau tidak dikenal
pada suatu daerah.
b) Peningkatan kejadian kesakitan terus-menerus selama 3 (tiga) kurun waktu dalam
jam,hari atau minggu berturut-turut menurut jenis penyakitnya.
c) Peningkatan kejadian kesakitan dua kali atau lebih dibandingkan dengan periode
sebelumnya dalam kurun waktu jam, hari, atau minggu menurut jenis penyakitnya.
d) Jumlah penderita baru dalam periode waktu 1 (satu) bulan menunjukkan kenaikan dua
kali atau lebih dibandingkan dengan angka rata-rata jumlah per-bulan dalam tahun
sebelumnya.
e) Rata-rata jumlah kejadian kesakitan per bulan selama 1 (satu) tahun menunjukkan
kenaikan dua kali atau lebih dibandingkan dengan rata-rata jumlah kejadian kesakitan
perbulan pada tahun sebelumnya.
f) Angka kematian kasus suatu penyakit (Case Fatality Rate) dalam 1 (satu) kurun waktu
tertentu menunjukkan kenaikan 50% (lima puluh persen) atau lebih dibandingkan dengan
angka kematian kasus suatu penyakit periode sebelumnya dalam kurun waktu yang
sama.
g) Angka proporsi penyakit (Proportional Rate) penderita baru pada satu periode
menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih dibanding satu periode sebelumnya dalam
kurun waktu yang sama.

2.7 Penyakit yang Berpotensi Wabah atau Kejadian Luar Biasa (KLB)
a) Penyakit potensi wabah atau KLB yang menjalar dalam waktu cepat atau mempunyai
mortalitas tinggi & penyakit yang masuk program eradikasi atau eliminasi dan
memerlukan tindakan segera: DHF, Campak, Rabies, Tetanus neonatorum, Diare,
Pertusis, Poliomyelitis.
b) Penyakit potensial wabah atau KLB lainnya dan beberapa penyakit penting : Malaria,
Frambosia, Influenza, Anthrax, Hepatitis, Typhus abdominalis, Meningitis, Keracunan,
Encephalitis, Tetanus.

8
c) Tidak berpotensi wabah dan / atau KLB, tetapi Penyakit-penyakit menular yang masuk
program : Kecacingan, Kusta, Tuberkulosa, Syphilis, Gonorrhoe, Filariasis, dll.

Ada pendapat lain, penyakit yang berpotensi wabah sesuai dengan klasifikasi nya sebagai
berikut :

a) Penyakit Infeksi oleh bakteri


1) Tuberculosis
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang
penyakit parenkim paru (Brunner & Suddarth, 2002).
Tuberkulosis adalah suatu penyakit infeksius yang menyerang paru-paru yang
secara khas ditandai oleh pembentukan granuloma dan menimbulkan nekrosis
jaringan. Penyakit ini bersifat menahun dan dapat menular dari penderita kepada
orang lain (Santa, dkk, 2009).
Menurut Depkes tahun 2007, tuberkulosis adalah penyakit menular langsung
yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar
kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya.
2) Difteri
Penyakit difteri adalah penyakit infeksi akut pada saluran pernafasan bagian
atas. Penyakit ini disebabkan jenis bakteri yang diberi nama Cornyebacterium
diphteriae. Penyakit ini dominan menyerang anak-anak, biasanya bagian tubuh yang
diserang adalah tonsil, faring hingga laring yang merupakan saluran pernafasan
bagian atas.
Ciri khusus pada difteri ialah terbentuknya lapisan yang khas selaput lendir pada
saluran nafas, serta adanya kerusakan otot jantung dan saraf.
3) Pertusis atau batuk rejan / batuk seratus hari
Pertusis adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh bakteri Bordetella
pertussis. Ledakan kasus pertusis pertama kali Universitas Sumatera Utara terjadi
pada abad ke 16, di Paris. Sebelum vaksin ditemukan penyakit ini tersering
menyerang anak–anak dan merupakan penyebab utama kematian (diperkirakan
sekitar 300.000 kematian setiap tahun). Bordetella pertussis adalah bakteri batang
yang bersifat gram negatif dan membutuhkan media khusus untuk isolasinya. Pertusis

9
juga merupakan penyakit yang bersifat toxin – mediated, toxin yang dihasilkan
kuman melekat pada bulu getar saluran nafas akan melumpuhkan bulu getar tersebut
sehingga menyebabkan gangguan aliran sekret saluran pernafasan, dan berpotensi
menyebabkaan pneumonia (IDAI, 2008 ).
4) Demam Tifoid
Penyakit demam tifoid (Typhoid fever) yang biasa disebut tifus merupakan
penyakit yang disebabkan oleh bakteri Salmonella, khususnya turunannya yaitu
Salmonella typhi yang menyerang bagian saluran pencernaan (Algerina, 2008).
Darmowandono (2006) menyebutkan demam tifoid adalah penyakit infeksi akut
disebabkan oleh kuman gram negatif Salmonella typhi. Selama terjadi infeksi, kuman
tersebut bermultiplikasi dalam sel fagositik mononuklear dan secara berkelanjutan
dilepaskan ke aliran darah. Demam tifoid termasuk penyakit menular yang tercantum
dalam undang-undang nomor 6 Tahun 1962 tentang wabah. Kelompok penyakit
menular ini merupakan penyakit yang mudah menular dan dapat menyerang banyak
orang sehingga dapat menimbulkan wabah (Sudoyo et al, 2007).
Penularan Salmonella typhi sebagian besar melalui minuman atau makanan
yang tercemar oleh kuman yang berasal dari penderita atau pembawa kuman dan
biasanya keluar bersama-sama dengan tinja. Transmisi juga dapat terjadi secara
transplasenta dari seorang ibu hamil yang berada dalam bakterimia kepada bayinya
(Sudarno et al, 2008).
5) Kusta
Istilah kusta berasal dari bahasa Sansekerta, yakni Kustha berarti kumpulan
gejala-gejala kulit secara umum. Penyakit kusta atau lepra disebut juga Morbus
Hansen, sesuai dengan nama yang menemukan kuman. Kusta adalah penyakit yang
disebabkan oleh infeksi Mycobacterium leprae. Kusta menyerang berbagai bagian
tubuh diantaranta saraf dan kulit.
Penyakit ini adalah tipe penyakit granulomatosa pada saraf tepi dan mukosa dari
saluran ppernafasan atas dan lesi pada kulit adalah tanda yang bisa diamati dari luar.
Bila tidak ditangani, kusta dapat sangat progresif menyebabkan kerusakan pada kulit,
saraf-saraf, angora gerak dan mata. Tidak seperti mitos yan beredar di masyarakat,

10
kusta tidak menyebabkan pelepasan anggota tubuh yang begitu mudah seperti pada
penyakit tzaraath yang digambarkan dan sering disamakan dengan kusta.
6) Antrax
Anthrax disebut juga radang limpa. Radang limpa merupakan penyakit akut
disertai demam yang ditandai dengan bakteriemia yang bersifat terminal pada
kebanyakan spesies hewan (Subronto, 2003).
Penyakit ini bersifat zoonosis sehingga dapat menular kepada manusia dan
menimbulkan kematian. Penyebab penyakit Anthrax adalah Bacillus anthracis dan
hanya merupakan penyakit hewan menyusui. Kuman tersebut bersifat gram positif,
berukuran besar dan tidak dapat bergerak. Kuman yang sedang menghasilkan spora
memiliki garis tengah 1 mikron atau lebih dan panjang 3 mikron atau lebih (Subronto,
2003).
Bacillus anthracis merupakan bakteri berbentuk batang, ujung-ujungnya persegi
dengan sudut-sudut yang tampak jelas, tersusun berderet sehingga tampak seperti
ruasruas bambu. Pada kondisi yang kurang menguntungkan, bakteri ini akan
membentuk spora untuk melindungi dirinya,sehingga mampu bertahan hidup dalam
segala cuaca dalam waktu bertahun-tahun. Bakteri ini juga bisa hidup pada suasana
anaerob, sehingga apabila mereka terbenam di dalam lapisan tanah pun tetap bisa
bertahan hidup (Sugeng, 2003).
7) Leptospirosis
Leptospirosis adalah penyakit infeksi yang dapat menyerang manusia dan
binatang. Penyakit menular ini adalah penyakit hewan yang dapat menjangkiti
manusia. Termasuk penyakit zoonosis yang paling sering terjadi di dunia.
Leptospirosis juga dikenal dengan nama flood fever atau demam banjir karena
memang muncul dikarenakan banjir.
Dibeberapa negara leptospirosis dikenal dengan nama demam
icterohemorrhagic, demam lumpur, penyakit swinherd, demam rawa, penyakit weil,
demam canicola (PDPERSI Jakarta, 2007).
Leptospirosis adalah penyakit infeksi yang disebabkan kuman leptospira
patogen (Saroso, 2003).

11
Leptospirosis atau penyakit kuning adalah penyakit penting pada manusia, tikus,
anjing, babi dan sapi. Penyakit ini disebabkan oleh spirochaeta leptospira
icterohaemorrhagiae yang hidup pada ginjal dan urine tikus (Swastiko, 2009).
8) PES
Pes merupakan penyakit zoonosa terutama pada tikus dan rodent lainnya dan
dapat ditularkan kepada manusia. Pes pada manusia yang pernah dikenalsebagai
black death pada perang dunia kedua dan mengakibatkan kematian sangat tinggi.
Penyakit yang juga dikenal dengan Sampar ini adalah penyakit yang sangat fatal
dengan gejala bakteriaemia, demam yang tinggi shock, penuruna tekanan darah, nadi
cepat dan tidak teratur, gangguan mental, kelemahan, kegelisahan dan koma.
(Yudhastuti, 2011).
Pes merupakan penyakit zoonosa terutama pada tikus dan rodent lain yang dapat
ditularkan kepada manusia. Dengan gejala demam tanpa sebab yang jelas (fever of
unknown origin) dan demam bisa tinggi dengan gejala penyakit dapat didominasi
oleh sesak nafas dan batuk. Penyakit yang dikenal dengan nama plague, sampar, La
peste ini bersifat akut disebabkan oleh bakteri Yersinia pestis (Pasteurella pestis)
(Widoyono, 2011).
9) Tetanus Neonatum
Neonatus adalah bayi baru lahir yang berusia di bawah 28 hari (Stoll, 2007).
Tetanus adalah suatu penyakit toksemik akut yang disebabkan oleh Clostridium
tetani, dengan tanda utama kekakuan otot (spasme), tanpa disertai gangguan
kesadaran (Ismoedijanto, 2006)
Tetanus neonatorum adalah penyakit tetanus yang terjadi pada neonatus yang
disebabkan oleh Clostridium tetani yaitu bakteria yang mengeluarkan toksin (racun)
yang menyerang sistem saraf pusat (Saifuddin, 2001).
Serta dapat menghasilkan eksotoksin yang bersifat neurotoksik. Toksin ini
(tetanospasmin) dapat menyebabkan kekejangan pada otot (Suraatmaja, 2000).

12
b) Penyakit Infeksi oleh Virus
1) Demam Berdarah Dengue
Penyakit demam berdarah dengue (DBD) merupakan salah satu masalah
kesehatan masyarakat di indonesia yang jumlah penderitanya cenderung meningkat
dan penyebarannya semakin luas. Penyakit DBD merupakan penyakit menular yang
terutama menyerang anak-anak.
Penyakit DBD disebabkan oleh virus dengue dari kelompok Arbovirus B, yaitu
anthropod-borne virus atau virus yang disebarkan oleh anthropoda. Virus ini
termasuk genus Flavivirus dari Flaviviridae. Vektor utama penyakit DBD adalah
nyamuk Aedes aegypty (di daerah perkotaan) dan Aedes albopictus (di daerah
pedesaan).
Patogenesis dari penyakit DBD ini adalah infeksi virus terjadi melalui gigitan
nyamuk, virus memasuki aliran darah manusia untuk kemudian bereplikasi
(memperbanyak diri). Sebagai perlawanan, tubuh akan membentuk antibodi,
selanjutnya akan berbentuk kompleks virus - antibodi dengan virus yang berfungsi
sebagai antigen. Kompleks antigen-antibodi tersebut melepaskan zat-zat yang
merusak sel-sel pembuluh darah, antara lain trombosit dan eritrosit. Akibatnya, tubuh
akan mengalami perdarahan mulai dari bercak sampai perdarahan hebat pada kulit,
saluran pencernaan (muntah darah, berak darah), saluran pernapasan (mimisan, batuk
darah, dan organ vital (jantung, hati, ginjal) yang sering mengakibatkan kematian
(Widoyono ,2008).
2) Chikungunya
Demam Chikungunya adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus
Chikungunya (CHIKV) yang ditularkan melalui gigitan nyamuk (Arthropod –borne
virus/ mosquito-borne virus). Virus Chikungunya termasuk genus Alphavirus, famili
Togaviridae. Diagnosis kasus Demam Chikungunya ditegakkan berdasarkan kriteria
sebagai berikut: (Modifikasi Klasifikasi WHO SEARO,2009).
a. Kriteria Klinis: Demam mendadak > 38,5ºC dan nyeri persendian hebat (severe
athralgia) dan atau dapat disertai ruam (rash).
b. Kriteria Epidemiologis: Bertempat tinggal atau pernah berkunjung ke wilayah
yang sedang terjangkit Chikungunya dengan sekurang-kurangnya 1 kasus positif

13
RDT/ pemeriksaan serologi lainnya, dalam kurun waktu 15 hari sebelum
timbulnya gejala (onset of symptoms)
c. Kriteria Laboratoris: sekurang-kurangnya salah satu diantara pemeriksaan
berikut:
1) Isolasi virus
2) Terdeteksinya RNA virus dengan RT-PCR
3) Terdeteksinya antibodi IgM spesifik virus Chik pada sampel serum
4) Peningkatan 4 kali lipat (four-fold) titer IgG pada pasangan sampel yang
diambil pada fase akut dan fase konvalesen (interval sekurang-kurangnya 2-3
minggu) (Kemenkes, 2012)
3) Campak
Campak adalah infeksi akut yang disebabkan oleh virus rubeoia (campak) dan
merupakan penyakit yang sangat menular yang biasanya menyerang anak - anak.
Penyakit ini ditandai dengan batuk, korisa, demam dan ruam makulopapular yang
timbui beberapa hari sesudah gejala awal.
Virus campak berasal dari genus Morbilivirus dan famili Paramyxoviridae.
Virus campak liar hanya patogen untuk primata. Kera dapat pula terinfeksi campak
lewat darah atau sekret nasofaring dari manusia. Hopkins, Koplan dan Hinman
menyatakan bahwa campak tidak mempunyai reservoir pada hewan dan tidak
menyebabkan karier pada manusia.
Virus campak menginfeksi dengan invasi pada epitel traktus respiratorius dari
hidung sampai traktus respiratorius bagian bawah. Multiplikasi lokal pada mukosa
respiratorius segera disusul dengan viremia pertama dimana virus menyebar dalam
leukosit paoa sistern retikukoendotelial. Setelah terjadi nekrosis pada sel
retikuloendotelial sejumtah virus terlepas kembali dan terjadilah viremia kedua. Sel
yang paling banyak terinfeksi adalah monosit. Setelah terjadi viremia kedua seluruh
mukosa respiratorius terlibat dalam perjalanan penyakit sehingga menyebabkan
timbulnya gejala batuk dan korisa. Campak dapat secara langsung menyebabkan
croup, bronchiolitis dan pneumonia, selain itu adanya kerusakan respiratorius seperti
edema dan hilangnya silia menyebabkan timbulnya komplikasi otitis media dan
pneumonia. Setelah beberapa hari sesudah seluruh mukosa respiratorius terlibat,

14
maka timbullah bercak koplik dan kemudian timbul ruam pada kulit. Kedua
manifestasi ini pada pemeriksaan mikroskopik menunjukkan multinucleated giant
cells, edema inter dan intraseluler, parakeratosis dan dyskeratosis.
Timbulnya ruam pada campak bersamaan dengan timbulnya antibodi serum dan
penyakit menjadi tidak infeksius. Oleh sebab itu dikatakan bahwa timbulnya ruam
akibat reaksi hipersensitivitas host pada virus campak. Hal ini berarti bahwa
timbulnya ruam ini lebih ke arah imunitas seluler. Pernyataaan ini didukung data
bahwa pasien dengan defisiensi imunitas seluler yang terkena campak tidak
didapatkan adanya ruam makulopapuler, sedangkan pasien dengan
agamaglobulinemia bila terkena campak masih didapatkan ruam makulopapuler.
(Tommy, 2000)
4) Hepatitis
Hepatitis adalah penyakit radang hati yang disebabkan oleh virus hepatitis.
Sebelumnya hepatitis dibedakan menjadi tiga, yaitu hepatitis A, hepatitis B, dan
hepatitis non-A non-B. Saat ini sudah ditemukan virus hepatitis C,D,E,F,G, dan
lainnya. Virus hepatitis G ditemukan pada tahun 1996.
Penyakit hepatitis ditularkan secara fecal-oral dari makanan dan minuman yang
terinfeksi. Dapat juga ditularkan melalui hubungan seksual. Penyakit ini terutama
menyerang golongan sosial ekonomi rendah yang sanitasi dan hiegenenya kurang
baik. Masa inkubasi penyakit ini adalah 14-50 hari, dengan rata-rata 2-28 hari.
Penularan berlangsung cepat. (Widoyono ,2008)
5) Rabies
Rabies adalah suatu penyakit yang menyerang susunan syaraf pusat. Karena
gejalanya yang khas, yaitu penderita menjadi takut air, penyakit rabies sering kali
disebut hidrofobia. Rabies sebenarnya merupakan penyakit hewan berdarah panas
yang ditularkan kepada manusia. Meskipun angka kesakitannya relatif rendah,
penyakit ini menjadi perhatian dunia karena kefatalannya yang sangat tinggi (hampir
100%). Hal ini menyebabkan kejadian rabies merupakan teror bagi penderita dan
dokter.
Penyebab rabies adalah virus rabies yang termasuk famili Rhabdovirus. Sumber
penularannya 90% dari anjing, 6% dari kucing, dan 4% dari monyet dan hewan lain.

15
setelah menyerang mengakibatkan radang otak, virus akan menyebar ke air liur
penderita rabies (Widoyono ,2008).
6) HIV-AIDS
Acquired immune defeciency syndrome (AIDS) adalah suatu kumpulan gejala
penyakit kerusakan sistem kekebalan tubuh; bukan penyakit bawaan tetapi didapat
dari hasil penularan. Penyakit ini disebabkan oleh human immunodefeciency virus
(HIV).
Penyakit ini menular melalui berbagai cara, antara lain melalui cairan tubuh
seperti darah, cairan genetalia, dan ASI. Virus terdapat juga dalam saliva, air mata
dan urin (sangat rendah). HIV tidak dilaporkan terdapat dalam air mata dan keringat.
Pria yang sudah disunat memiliki risiko HIV yang lebih kecil dibandingkan dengan
pria yang tidak disunat (Widoyono ,2008).
7) Varisela
Varisela adalah infeksi virus akut yang ditandai dengan adanya vesikel pada
kulit yang sangat menular. Penyakit ini disebut juga dengan chicken pox, cacar air,
atau varisela zoster. Herpes zoster mempunyai manifestasi klinis yang berbeda
dengan varisela, meskipun penyebabnya sama.
Varisela disebabkan oleh Herpesvirus varicellae atau Human (alpha) herpes
virus-3 (HHV3), Varicella-zoster-virus (VZV) yang merupakan anggota dari
kelompok virus herpes. Struktur virus, antibodi ditimbulkan, dan gambaran lesi kulit
varisela sulit dibedakan dengan Herpesvirus hominis (Herpes Simplex). Varisela
ditularkan melalui kontak langsung (cairan vesikel) dan droplet. Penularan lainnya
adalah pada saat pasien mengalami viremia, penyakit bisa ditularkan melalui
plasenta dan transfusi darah (Widoyono ,2008).
8) Flu Burung
Avian influenza (AI) atau flu burung (bird flu) atau sampar unggas (fowl
plague) pertama kali ditemukan menyerang di Italia sekitar 100 tahun yang lalu.
Pada mulanya penyakit ini hanya menyerang unggas mulai dari ayam, merpati
sampai burung-burung liar. Akan tetapi, laporan terakhir menyebutkan serangan
pada babi dan manusia.

16
Penyebab flu burung adalah virus AI dari famili Orthomyxoviridae. Virus
strain A ini dibedakan menurut tipe hemaglutinin (H) dan neuraminidase (N) nya,
sehingga virus ini dapat diklasifikasikan menurut subtipenya seperti H1N1, H2N1,
dan seterusnya (Widoyono ,2008).
9) SARS
Severe acute respitory syndrome (SARS) atau sindrom pernapasan akut berat
adalah sindrom akibat infeksi virus pada paru yang bersifat mendadak dan
menunjukkan gejala gangguan pernapasan pada pasien yang mempunyai riwayat
kontak dengan pasien SARS. Penularan terjadi melalui droplet (batuk, bersin, atau
bicara) dari pasien yang telah terinfeksi virus. Selain itu, kontak erat dengan pasien
juga dapat menularkan penyakit dengan mekanisme yang belum diketahui secara
pasti (Widoyono ,2008).
10) Polio
Poliomyelitis bersal dari bahasa Yunani, polio berarti abu-abu, dan myelon
yang berarti saraf perifer, sering juga disebut paralisis infantil. Poliomielitis atau
sering disebut polio adalah penyakit akut yang menyerang sistem syaraf perifer yang
disebabkan oleh virus polio. Gejala utama penyakit ini adalah kelumpuhan.
Kelumpuhan biasanya berkurang sampai hilang, akan tetapi dapat menetap setelah
60 hari yang akan menyebabkan kecacatan (Widoyono ,2008).

c) Penyakit Infeksi Oleh Parasit


1) Malaria
Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit Plasmodium
yang hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah manusia. Penyakit ini
secara alami ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles betina. Spesies
plasmodium pada manusia adalah, Plasmodium falciparum, P. vivax, P. ovale dan
P. malariae. Gejala penyakit malaria:
a. Demam
b. Menggigil
c. Berkeringat
d. Sakit kepala

17
e. Mual
f. Muntah
g. Diare
h. Nyeri otot atau pegal-pegal
Pengobatan malaria saat ini terdapat 2 regimen ACT yang digunakan oleh
program malaria :
a. Artesunate – Amodiaquin
b. Dihydroartemisinin – piperaquin (pada saat ini khusus digunakan di Papua dan
wilayah khusus lainnya)
2) Penyakit yang disebabkan oleh Cacing
Cacing dibagi menjadi :
a. Cacing bulat (Nematoda). Adapun jenis cacing nematoda:
 Ascaris lumbricoides: menyebabkan Ascariasis
 Trichuris trichiura: menyebabkan Trichuriasis
 Enterobius vermicularis: menyababkan enterobiasis
b. Cacing daun/pipih (Trematoda). Adapun jenis cacing trematoda:
 Paragonimus wertermani.
 Fasciola hepatica.
 Fasciolosis buski (intestinal)
c. Cacing pita (Cestoda). Adapun jenis cacing cestoda:
 Taenia solius (babi)
 Taenia saginata (sapi)
 Cysticercus celulose(babi)
3) Filariasis
Filariasis (penyakit kaki gajah) adalah penyakit menular yang mengenai
saluran dan kelenjar limfe disebabkan oleh cacing filarial dan ditularkan oleh
nyamuk. Penyakit ini besifat menahun (kronis) dan bila tidak mendapatkan
pengobatan dapat menimbulkan cacat menetap berupa pembesaran kaki, lengan dan
alat kelamin baik pada perempuan maupun laki-laki. Filariasis disebabkan oleh 3
spesies cacing filaria: Wuchereria bancrofti, Brugia malayi, Brugia timori.
Seseorang dapat tertular atau terinfeksi filariasis apabila orang tersebut digigit

18
nyamuk yang infektif yaitu nyamuk yang mengandung larva infektif atau larva
stadium III (L3). Gejala dari flariasis adalah :
a. Demam berulang-ulang selama 3-5 hari. Demam dapat hilang bila istirahat dan
timbul lagi setelah bekerja berat
b. Pembengkakan kelenjar getah bening (tanpa ada luka) di daerah lipatan paha
ketiak (limfadenitis) yang tampak kemerahan, panas dan sakit.
c. Radang saluran kelenjar getah bening yang terasapanas dan sakit yang menjalar
dari pangkal kea rah ujung kaki atau lengan.
d. Abses filarial teradi akibat seringnya pembengkakan kelenjar getah bening
dapat pecah dan mengeluarkan nanah serta darah.
e. Pembesaran tngkai, lengan, uah dada, kantong buah zakar yang terlihat agak
kemerahan dan terasa panas (limfedema dini)
Pengobatan massal dilakukan di daerah endemis (Mf rate >1 %) dengan
menggunakan obat Diethyl Carbamazine Citrate (DEC) dikombinasikan dengan
Albendazole sekali setahun selama 5 tahun berturut-turut.

19
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Penyakit tropis merupakan penyakit yang sering terjadi di daerah tropis dan
subtropis.Penyebaran penyakit ini sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan, perubahan
iklim, dan cuaca.Meski sering terjadi di daerah tropis dan subtropis, namun tidak menutup
kemungkinan penyakit tropis ini terjadi di daerah beriklim sedang.Yang membedakan hanya
frekuensi penderitanya saja. Penyakit tropis yang umum terjadi contohnya malaria, TBC dan
demam berdarah.

3.2 Saran

Sebagaimana yang telah penulis sebutkan di dalam makalah ini, penyebaran penyakit
tropis sangat berhubungan erat dengan keadaan lingkungan kita. Oleh karena itu, sudah
semestinya kita berusaha untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan di sekitar kita.

20
DAFTAR PUSTAKA

Andaerto, Obi. 2015. Penyakit Menular di Sekitar Anda (Begitu Mudah Menular dan
Berbahaya, Kenali, Hindari, dan Jauhi Jangan Sampai Tertular. Jakarta:
PUSTAKA ILMU SEMESTA.

Darmowandowo, W. 2006. Demam Tifoid : Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak : Infeksi &
Penyakit Tropis, edisi 1. Jakarta : BP FKUI, 2002:367-75.

_________.2011. Penyakit Tropis (Epidemiologi, Penularan, Pencegahan &


Pemberantasannya). Jakarta: Erlangga.

Yatim,Faisal. 2007. Macam – Macam Penyakit Menular dan Cara Pencegahannya.


Jakarta: Pustaka Obor Populer.

21

You might also like