Professional Documents
Culture Documents
KONSEP DASAR
A. Pengertian
kelenjar ini yang mengakibatkan obstruksi urine (Mary Buradero dkk, 2000).
pada pria lebih tua dari 50 tahun) menyebabkan berbagai derajat obstruksi
prostat hyperplasia adalah pembesaran dari prostat yang biasanya terjadi pada
6
B. Anatomi dan Fisiologi
1. Anatomi
panjang 3,4 cm, lebar 4,4 cm, tebal 2,6 cm. Secara embriologis terdiri dari
5 lobus yaitu lobus medius 1 buah, lobus anterior 1 buah, lobus posterior 1
anterior dan lobus posterior akan menjadi satu disebut lobus medius. Pada
dan lobus ini tampak homogen berwarna abu-abu, dengan kista kecil berisi
cairan seperti susu, kista ini disebut kelenjar prostat. Pada potongan
a. Kapsul anatomis.
2) Bagian tengah disebut kelenjar sub mukosal, lapisan ini disebut juga
sebagaiadenomatus zone.
7
Menurut Mc Neal, prostat dibagi atas : zona perifer, zona
GAMBAR ANATOMI
8
Gambar 2. Pembesaran Prostat
2. Fisiologi
sedangkan pada orang dewasa sedikit teraba dan pada orang tua biasanya
yang terdesak berwarna putih ke abu-abuan dan padat. Apabila tonjolan itu
cairan sehingga batas tidak jelas. Tonjolan ini dapat menekan uretra dari
9
penonjolan ini dapat menutupi lumen uretra, tetapi fibrosis jaringan
C. Etiologi/Predisposisi
pasti. Prostat merupakan alat tubuh yang bergantung kepada endokrin dan
dapat pula dianggap undangan (counter part). Oleh karena itu yang dianggap
Syamsu Hidayat dan Wim De Jong tahun2004 etiologi dari Benigna Prostat
stroma.
2. Ketidakseimbangan endokrin.
10
D. Patofisiologi
Karena terdapat sisi urin, maka terdapat peningkatan infeksi dan batu
kandung kemih.
progresif bagi air, natrium, dan urea dapat menimbulkan edema hebat. Edema
ini berespon cepat dengan drainage kateter. Diuresis paska operasi dapat
terjadi pada pasien dengan edema hebat dan hidronefrosis setelah dihilangkan
obstruksinya. Pada awalnya air, elekrolit, urin dan beban solut lainya
11
dan natrium akibat kehilangan cairan dan elekrolit yang berlebihan bisa
menyebabkan hipovelemia.
perlahan-lahan.
buli-buli dan daerah prostat meningkat, serta otot detrusor menebal dan
menjadi lelah dan akhirnya mengalami dekompensasi dan tidak mampu lagi
sampai akhir miksi. Terminal dribbling dan rasa belum puas sehabis miksi
12
5. Frekuensi terutama terjadi pada malam hari (nokturia) karena hambatan
selama tidur.
E. Manifestasi Klinis
a. Obstruksi :
5) Distensi abdomen
13
3. Gejala di luar saluran kemih :
Benigna Prostat Hipertropi selalu terjadi pada orang tua, tetapi tak selalu disertai
Adapun gejala dan tanda yang tampak pada pasien dengan Benigna Prostat
Hipertrofi:
a. Retensi urin (urine tertahan di kandung kemih, sehingga urin tidak bisa keluar).
14
l. Berat badan turun.
n. Pasien sama sekali tidak dapat berkemih sehingga harus dikeluarkan dengan
kateter.
Karena urin selalu terisi dalam kandung kemih, maka mudah sekali terjadi
mual dan muntah, dan rasa tidak nyaman pada epigastrik (Brunner & Suddarth,
2001).
F. Klasifikasi
Derajat 2 : Ditemukan tanda dan gejala seperti pada derajat 1, prostat lebih
menonjol, batas atas masih teraba dan sisa urine lebih dari 50 ml
Derajat 3 : Seperti derajat 2, hanya batas atas prostat tidak teraba lagi dan sisa
15
G. Komplikasi
prostat adalah:
2. Proses kerusakan ginjal dipercepat bila terjadi infeksi pada waktu miksi.
4. Hematuria.
5. Disfungsi seksual.
pudendal yang tidak dapat dihindari). Pada kebanyakan kasus, aktivitas seksual
dapat dilakukan kembali dalam 6 sampai 8 Minggu, karena saat ini fossa prostatik
telah sembuh. Setelah ejakulasi, maka cairan seminal mengalir ke dalam kandung
3. Obstruksi kateter
4. Disfungsi seksual
16
H. Penatalaksanaan
ringan, sedang, sedang dan berat tanpa disertai penyulit. Obat yang
1) Klien yang mengalami retensi urin akut atau pernah retensi urin
melalui uretra.
17
b. Prostatektomi Suprapubis
kemih.
c. Prostatektomi Neuropubis
d. Prostatektomi Perineal
dapat meliputi:
18
I. Pengkajian Fokus
Dari data yang telah dikumpulkan pada pasien dengan BPH : Post
1. Data subyektif :
berwarna merah.
2. Data Obyektif:
c. Gelisah.
f. Terpasang kateter.
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
19
darah merupakan informasi dasar dan fungsi ginjal dan status
keganasan. Bila nilai SPA < 4mg / ml tidak perlu biopsy. Sedangkan
bila nilai SPA 4–10 mg / ml, hitunglah Prostat Spesific Antigen Density
(PSAD) yaitu PSA serum dibagi dengan volume prostat. Bila PSAD >
0,15 maka sebaiknya dilakukan biopsi prostat, demikian pula bila nilai
b. Pemeriksaan Radiologis
dan volume residu urine, mencari kelainan patologi lain, baik yang
1) Dari foto polos dapat dilihat adanya batu pada batu traktus
20
c. Pemeriksaan Diagnostik.
pseudomonas, e.coli.
kemih.
kemih.
lokal.
mengukur sisa urine dan keadaan patologi seperti tumor atau batu
(R.Sjamsuhidayat, 2004).
21
J. Pathways Keperawatan
BPH
TURP/INSISI
Perubahan pola
peregangan
Resiko infeksi
spasmus otot VU
gg.rs nyaman:nyeri
&Suddart)
22
K. Fokus Intervensi dan Rasional
otot spincter.
b. Kriteria hasil:
c. Intervensi:
1) Monitor dan catat adanya rasa nyeri, lokasi, durasi dan faktor
keefektifan intervensi.
bawah.
23
5) Atur posisi pasien senyaman mungkin, ajarkan teknik
relaksasif.
sebagian kelenjar.
sekunder.
b. Kriteria hasil :
Pasien dapat buang air kecil teratur bebas dari distensi kandung
c. Intervensi :
kandung kemih.
24
2) Atur posisi selang kateter dan urin bag sesuai gravitasi dalam
keadaan tertutup.
kemih.
infeksi nosokomial.
pasien.
pascaoperasi.
25
7) Beri tindakan asupan/pemasukan oral 2000-3000 ml/hari, jika
sendiri.
b. Kriteria hasil :
c. Intervensi :
26
3) Beri kesempatan pada pasien untuk mendiskusikan perasaannya
fungsi seksual.
radikal
pascaoperasi.
27
b. Kriteria hasil:
c. Intervensi:
sumbatan, kebocoran).
spasme.
meningkat, dingin).
28
Rasional : Deteksi awal terhadap komplikasi dengan intervensi
b. Kriteria hasil:
c. Intervensi:
aktivitas.
2) Monitor TTV
aktivitas.
mempengaruhi pasien.
operasi.
29
5) Tingkatkan aktivitas secara bertahap, contoh bangun dari tempat
30