You are on page 1of 25

LAPORAN PENDAHULUAN

ANEMIA

I. KONSEP TEORI
a. Anatomi & Fisiologi

Gambar 1.1 Struktur pembentuk sel darah

Gambar 1.2 Komponen darah

1
Darah adalah jaringan cair yang terdiri atas dua bagian. Bahan
interseluler adalah cairan yang disebut plasma dan di dalamnya terdapat unsur-
unsur padat, yaitu sel darah. Volume darah secara keseluruhan kira-kira
merupakan 1/12 berat badan atau kira-kira 5 liter. Sekitar 55 persennya adalah
cairan, sedangkan 45% sisanya terdiri atas sel darah. Angka ini dinyatakan
dalam nilai hematokrit atau volume sel darah yang dipadatkan yang berkisar
anatara 40-47. Diwaktu sehat volume darah adalah konstan dan sampai batas
tertentu diatur oleh tekanan osmotik dalam pembuluh darah dan dalam
jaringan.
Kandungan yang ada di dalam darah :
- Air : 91%
- Protein : 3% (albumin, globulin, protombin, dan fibrinigen)
- Mineral : 0,9% (natrium klorida, natrium bikarbonat, garam
fosfat, magnesium, kalsium dan zat besi.
- Bahan Organik : 0.1% (glukosa, lemakasam urat, keratinin, kolesterol,
dan asam amino)
Fungsi Darah :
a. Sebagai alat pengangkut, yaitu :
- Mengambil oksigen / zat pembakaran dari paru-paru untuk diedarkan
keseluruh jaringan tubuh.
- Mengangkut karbon dioksida dari jaringan untuk dikeluarkan melalui
paru-paru.
- Mengambil zat-zat makanan dari usus halus untuk diedarkan dan
dibagikan keseluruh jaringan / alat tubuh.
- Mengangkat / mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna bagi tubuh
untuk dikeluarkan melalui ginjal dan kulit.
- Mengedarkan hormon yaitu hormon untuk membantu proses fisiologis.
b. Sebagai pertahanan tubuh terhadap serangan penyakit dan racun dalam
tubuh dengan perantaraan leukosit dan antibodi / zat-zat anti racun.
c. Menyebarkan panas keseluruh tubuh.
d. Menjaga kesetimbangan asam basa jaringan tubuh untuk menghindari
kerusakan.

2
Karakteristik Darah :
- Volume darah : 7% - 10% BB (5 Lt pada dewasa normal)
- Komponen darah : Eritrosit, Leukosit, trombosit →40% - 45% volume
darah tersuspensi dalam plasma darah
- PH darah : 7,37 – 7,45
- Temp : 38°C
- Viskositas lebih kental dari air dengan BJ 1,041 – 1,067

Bagian-Bagian Darah
Sel-Sel Darah
- Eritrosit (Sel darah merah)
Anatomi : Merupakan cakram bikonkaf yang tidak berinti, ukurannya 0.007
mm, tidak bergerak, banyaknya kira-kira 4,5-5 juta/mm³, warnanya kuning
kemerah-merahan karena didalamnya mengandung hemoglobin (hemoglobin
adalah protein pigmen yang meberi warnamerah pada darah. Hemoglobin
terdiri atas protein yang di sebut globin dan pigmen non-protein yang disebut
heme.), setiap eritrosi mengandung sekitar 300 juta molekul hemoglobin,
sifatnya kenyal sehingga dapat berubah bentuk sesuai dengan pembuluh darah
yang dilalui.
Sel darah merah memerlukan protein karena strukturnya terbentuk dari
asam amino. Mereka juga memerlukan zat besi wnita memerlukan lebih
banyak zat besi karena beberapa diantaranya dibuang sewaktu menstruasi.
Sewaktu hsmil diperlukan zat besi dalam jumlah yang lebih banyak lagi untuk
perkembangan janin dan pembuatan susu.
Sel darah merah dibentuk didalam sumsum tulang, terutama dari tulang
pendek, pipih, dan tak beraturan dari jaringan konselus pada ujung tulang pipa
dan dari sumsum dalam batang iga-iga dan dari sternum.
Perkembangan sel darah dalam sumsum tulang melalui berbagai tahap
mula-mula besar dan berisi nukleus tetapi tidak ada hemoglobin; kemudian
dimuati hemoglobin dan akhirnya kehilangan nukleusnya dan baru diedarkan
ke dalam sirkulasi darah.
Rata-rata panjang hidup sel darah merah kira-kira 115 hari. Sel
menjadi usang dan dihancurkan dalam sistema retikulo-endotelial, terutama
dalam limpa dan hati. Globin dan hemoglobin dipecah menjadi asam amino

3
untuk digunakan sebagai protein dalam jaringan-jaringan dan zat besi dalam
hem dari hemoglobin dikeluarkan untuk digunakan dalam pembentukan sel
darah merah lagi. Sisa hem dari hemoglobin diubah lagi menjadi bilirubin
(pigmen kuning) dan biliverdin yaitu yang berwarna kehijau-hijauan yang
dapat dilihat pada perubahan warna hemoglobin yang rusak pada luka memar.
Bila terjadi perdarahan maka sel merah dengan hemoglobinnya sebagai
pembawa oksigen, hilang. Pada perdarahan sedang, sel-sel itu diganti dalam
waktu beberapa minggu berikutnya. Tetapi bila kadar hemoglobin turun
sampai 40% atau dibawahnya, maka diperlukan tranfusi darah.
Fungsi : Mengikat oksigen dari paru-paru untuk diedarkan keseluruh jaringan
tubuh dan mengikat karbon dioksida dari jaringan tubuh untuk dikeluarkan
melalui paru-paru / melalui jalan pernafasan.
Produksi Eritrosit (Eritropoesis):
- Terjadi di sumsum tulang dan memerlukan besi, Vit B12, asam folat,
piridoksin (B6)
- Di pengaruhi oleh O₂ dalam jaringan
- Masa hidup : 120 hari
- Eritrosit tua dihancurkan di sistem retikuloendotelial (hati dan limpa)
- Pemecahan Hb menghasilkan bilirubin dan besi. Besi berkaitan dengan
protein (transferin) dan diolah kembali menjadi Hb baru.

- Leukosit (Sel darah putih)


Anatomi: Berbentuk bening, tidak bewarna, memiliki inti, lebih besar
dari sel drah merah (eritrosit), dapat berubah dan bergerak dengan perantaraan
kaki palsu (psedoupodia),dalam keadaan normalnya terkandung 4x109 hingga
11x109 sel darah putih di dalam seliter darah manusia dewasa yang sehat,
sekitar 7000-25000 sel per tetes. Dalam setiap milimeter kubil darah terdapat
6000 sampai 10000 (rata-rata 8000) sel darah putih.
Leukosit selain berada di dalam pembuluh darah juga terdapat di
seluruh jaringan tubuh manusia. Pada kebanyakan penyakit di sebabkan oleh
masuknya kuman / infeksi maka jumlah leukosit yang ada di dalam darah akan
lebih banyak dari biasanya. Hal ini disebabkan sel leukosit yang biasanya
tinggal di dalam kelenjar limfe, sekarang beredar dalam darah untuk
mempertahankan tubuh dari serangan penyakit tersebut.
4
Rentang kehidupan leukosit setelah di produksi di sumsum tulang,
leukosit bertahan kurang lebih satu hari di dalam sirkulasi sebelum masuk ke
jaringan. Sel ini tetap dalam jaringan selama beberapa hari, beberapa minggu,
atau beberapa bulan, tergantung jenis leukositnya.
Fungsi : sebagai pertahan tubuh yaitu membunuh dan memakan bibit penyakit
/ bakteri yang masuk kedalam jaringan RES (sistem retikuloendotel), tempat
pembikannya didalam limpa dan kelenjar limfe, sebagai pengangkut yaitu
mengangkut membawa zat lemak dari dinding usus melalui limpa terus ke
pembuluh darah.

Macam-Macam Sel Darah Putih (Leukosit), meliputi :


A. Agranulosit
Sel leukosit yang tidak mempunyai granula di dalamnya, yang terdiri dari :
o Limfosit yaitu macam leukosit yang dihasilkan dari jaringan RES dan
kelenjar limfe, bentuknya ada yang besar dan kecil, didalam sitoplasmanya
tidak terdapat glandula dan intinya besar, banyaknya kira-kira 15%-20%.
rentang hidupnya dapat mencapai beberapa tahun.
- Striktur : Limfosit mengandung nukleus bulat berwarna biru gelap yang
dikelilingi lapisan tipis sitoplasma. Ukurannya bervariasi ukuran kecil 5 µm –
8 µm, ukuran terbesar 15 µm
- Fungsi : membunuh dan memakan bakteri yang masuk kedalam jaringan
tubuh dan berfungsi juga dalam reaksi imunologis.
o Monosit terbanyak dibuat di sumsum merah, lebih besar dari limfosit,
mencapai 3%-8% jumlah total.
- Struktur : merupakan sel darah terbesar. Memilik protoplasma yang lebar,
berwarna biru abu-abu mempunyai bintik-bintik sedikit kemerahan, inti selnya
bulat dan panjang, warnanya lembayung muda.
- Fungsi : sangat fagositik dan sangat aktif. Sel ini siap bermigrasi melalui
pembuluh darah. Jika monosit telah meninggalkan aliran darah, maka sel ini
menjadi hitosit jaringan (makrofag tetap).

5
B. Granulosit
Disebut juga leukosit granular yang terdiri dari :
o Neutrofil atau disebut juga polimorfonuklear leukosit banyaknya mencapai
50%-60%.
- Struktur : neutrofil memiliki granula kecil berwarna merah muda dalam
sitoplasmanya dan banyak bintik-bintik halus / glandula. Nukleusnya memiliki
3-5 lobus yang terhubungkan dengan benang kromatin tipis. Diameternya
mencapai 9 µm – 12 µm
- Fungsi : pertahanan tubuh terhadap infeksi bakteri serta proses peradangan
kecil lainnya, serta biasanya juga juga yang memberikan tanggapan pertama
terhadap infeksi bakteri, aktivitas dan matinya neutrofil dalam jumlah yang
banyak menyebabkan adanya nanah.
o Eusinofil mencapai 1%-3% jumlah sel darah putih.
- Struktur : memiliki granula sitoplasma yang kasar dan besar, dengan
pewarnaan oranye kemerahan. Sel ini memiliki nukleus berlobus dua, dan
berdiameter 12 µm – 15 µm.
- Fungsi : merupakan fagosti lemah, jumlahnya akan mengikat saat terjadi
alergi atau penyakit parasit, tetapi akan berkurang selama stres
berkepanjangan. Sel ini berfungsi dalam detoksifikasi hestamin yang di
produksi sel mast dan jaringan yang cedera saat inflamasi berlangsung.
o Basofil mencapai kurang dari 1% jumlah leukosit.
- Struktur ; memiliki sejumlah granula sitoplasma besar yang bentuknya
tidak beraturan dan akan bewarna keunguan sampai hitam serta
memperlihatkan nukleus berbentuk S. Diameternya 12 µm – 15 µm.
- Fungsi : bertanggung jawab untuk memberi reaksi alergi dan antigen dengan
jalan mengeluarkan histamin kimia yang menyebabkan peradangan.

Trombosit (Sel pembeku darah)


Anatomi: trombosit merupakan benda-benda kecil yang mati yang
bentuk dan ukurannya bermacam-macam, ada yang bulat dan lonjong,
warnanya putih, normal pada orang dewasa 200.000-300.000/mm³. Bagian inti
yang merupakan fragmen sel tanpa nukleus yang berasal dari sumsum tukang.
Ukuran trombosit mencapai setengah ukuran sel darah merah. Sitoplasmanya

6
terbungkus suatu membran plasma dan mengandung berbagai jenis granula
yang berhubungan dengan proses koagulasi darah.
Trombosit lebih dari 300.000 disebut trombositosis. Trombosit yang
kurang dari 200.000 disebut trombositopenia. Trombosit memiliki masa hidup
dalam drah antara 5-9 hari. Trombosit yang tua atau mati di ambil dari sistem
perdaran darah, terutama oleh makrofag jaringan. Lebih dari separuh
trombosit diambil oleh makrofag dalam limpa, pada waktu darah melewati
organ tersebut.
Di dalam plasma darah terdapat suatu zat yang turut membantu
terjadinya peristiwa pembekuan darah yaitu Ca2+ dan fibrinogen. Fibrinogen
mulai bekerja apabila tubuh mendapat luka. Ketika kita luka maka darah akan
keluar, trombosit pecah dan akan mengeluarkan zat yang di namakan
trombokinase. Trombokinase ini akan bertemu dengan protrombin dengan
pertolongan Ca2+ akan menjadi trombin. Trombin akan bertemu dengan fibrin
yang merupakan benang-benang halus, bentuk jaringan yang tidak teratur
letaknya, yang akan menahan sel darah, dengan demikian terjadilah
pembekuan. Protrombin ini dibuat di dalam hati dan untuk membuatnya
diperlukan vitamin K, dengan demikian vitamin K penting untuk pembekuan
darah.
Fungsi : memegang peranan penting dalam pembekuan darah (hemostatis).
Jika banyaknya kurang dari normal, maka kalau ada luka darah tidak lekas
membeku sehingga timbul perdarahan yang terus-menerus.
Plasma Darah
Anatomi : merupakan komponen terbesar dalam darah dan merupakan
bagian darah yang cair, tersusun dari air 91%, protein plasma darah 7%, asam
amino, lemak, glukosa, urea, garam sebanyak 0,9%, dan hormon, antibodi
sebanyak 0,1% .
Protein Plasma : Mencapai 7% dari plasma dan merupakan satu-
satunya unsur pokok plasma yang tidak dapat menembus membran kapiler
untuk mencapai sel. Ada 3 jenis protein plasma yang utama :
a. Albumin adalah protein yang terbanyak, sekitar 55%-60% tetapi ukurannya
paling kecil. Albumin di sintesis di dalam hati dan bertanggung jawab untuk
tekanan osmotik koloid darah. Mempertahankan tekanan osmotik agar normal
(25 mmHg).

7
b. Globulin membentuk sekitar 30% protein plasma. Alfa dan beta globulin
disintesis di hati, dengan fungsi utama sebagai molekul pembawa lipid,
beberapa hormone, berbagai subtrat, dan zat penting lainnya. Gamma globulin
(immunoglobulin) fungsi utama berperan sebagai antibody.
c. Fibrinogen membentuk sekitar 4% protein plasma. Disintesis di hati dan
merupakan komponen esensial dalam mekanisme pembekuan darah.
Fungsi : mengangkut sari makanan ke sel-sel serta membawa sisa
pembakaran dari sel ke tempat pembuangan selain itu plasma darah juga
menghasilkan zat kekebalan tubuh terhadap penyakit atau zat antibodi.
Proses Pembekuan Darah
Pembekuan darah yaitu darah yang mengeras dan menjadi sel yang
bersatu. Hal ini dikarenakan di dalam darah terdapat sel-sel yang dapat
membentuk jaringan secara cepat. Inilah kenapa disebut membeku karena
darah yang cair itu dapat seolah-olah “mengeras” dengan cepat. Namun proses
ini terjadi jika terdapat jaringan tubuh yang rusak, yang mengakibatkan drah
keluar dari pembuluh darah. Bila tidak, darah hanya akan beredar menyuplai
zat-zat yang dibutuhkan oleh organ tubuh. Dalam proses pembekuan darah ada
beberapa zat yang dibutuhkan, yakni trombosit atau keping darah, fibrinogen,
protrombin, kalsium dan vitamin K.
Ketika luka terjadi yang mengakibatkan rusaknya jaringan tubuh,
merobek pembuluh darah hingga darah keluar, maka hati akan menggenjot
produksi produksi komponen yang ada di trombosit maupun plasma darah
yang bernama fibrinogen. Fibrinogen adalah sebuah glikoprotein yang ada
dalam plasma darah dalam bentuk cairan dan trombosit dalam bentuk granula
yang semuanya dihasilkan oleh hati. Fibrinogen ini yang kemudian melakukan
proses koagulasi darah dan meningkatkan viskositas darah. Proses ini akan
menghasilkan trombin dan protrombin dengan bantuan Ca2+ dan vitamin K.
Trombin yang terbentuk akan memecah fibrinogen menjadi benang fibrin.
Bersamaan dengan proses ini, terjadi pengendapan LDL yang memacu proses
terbentuknya plak dan memicu agregasi trombosit yang pecah mengeluarkan
trombokinase untuk merubah protrombin menjadi trombin dan proses kembali
ini menyebabkan semakin banyaknya benang fibrin yang terbentuk.

8
Proses Pembentukan Sel Darah
Terjadi awal masa embrional, sebagian besar pada hati dan sebagian
kecil pada limpa. Pada minggu ke-20 masa embrional mulai terjadi pada
sumsum tulang. Semakin besar janin peranan pembentukan sel darah terjadi
pada sumsum tulang.
Setelah lahir semua sel darah dibuat di sumsum tulang, kecuali
limfosit yang juga di bentuk di kelenjar limfe, thymus dan lien. Setelah usia 20
tahun sumsum tulang panjang tidak memproduksi lagi darah kecuali bagian
proximal, humerus, dan tibia

b. Definisi
Anemia adalah penurunan kadar hemoglobin (Hb), hematokrit atau
hitung eritrosit (red cell count) berakibat pada penurunan kapasitas
pengangkutan oksigen oleh darah. Tetapi harus di ingat pada keadaan tertentu
dimana ketiga parameter tersebut tidak sejalan dengan massa eritrosit, seperti
pada dehidrasi, perdarahan akut, dan kehamilan. Oleh karena itu dalam
diagnosis anemia tidak cukup hanya sampai kepada label anemia tetapi harus
dapat ditetapkan penyakit dasar yang menyebabkan anemia tersebut. (Nanda,
2015).
Kriteria anemia menurut WHO :
Kelompok Kriteria Anemia (Hb)
Laki-laki dewasa <13 g/dl
Wanita dewasa tidak hamil <12 g/dl
Wanita hamil <11 g/dl
Anemia adalah suatu kondisi dimana terjadi penurunan kadar
hemoglobin (Hb) atau sel darah merah (eritrosit) sehingga menyebabkan
penurunan kapasitas sel darah merah dalam membawa oksigen (Badan POM,
2011).
Anemia didefinisikan sebagai penurunan volume eritrosit atau kadar
Hb sampai di bawah rentang nilai yang berlaku untuk orang sehat. Anemia
adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan komponen
darah, elemen tidak adekuat atau kurang nutrisi yang dibutuhkan untuk
pembentukan sel darah, yang mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut

9
oksigen darah dan ada banyak tipe anemia dengan beragam penyebabnya
(Marilyn E, Doenges, Jakarta, 2012).
Anemia adalah keadaan dimana jumlah sel darah merah atau
konsentrasi hemoglobin turun dibawah normal (Wong, 2013).

c. Etiologi
Anemia bukanlah satu kesatuan penyakit tersendiri (disease entity), tetapi
merupakan gejala berbagai macam penyakit dasar (underlying disease). Pada
dasarnya anemia disebabkan oleh karena : 1). Gangguan pembentukan eritrosit
oleh sumsum tulang ; 2). Kehilangan darah keluar tubuh (Perdarahan); 3).
Proses penghancuran eritrosit oleh tubuh sebelum waktunya (hemolisis).
Gambaran lebih rinci tentang etiologi anemia sebagai berikut :
1. Anemia karena gangguan pembentukan eritrosit dalam sumsung tulang
a) Kekurangan bahan esensial pembentukan eritrosit
- Anemia defisiensi besi
- Anemia defisiensi asam folat
- Anemia defisiensi vitamin B12
b) Gangguan penggunaan (utilisasi) besi
- Anemia akibat penyakit kronik
- Anemia sideroblastik
c) Kerusakan sumsung tulang
- Anemia aplastik
- Anemia mieplostik
- Anemia pada keganasan hematologi
- Anemia diseritropoietik
- Anemia pada sindrom mielodisplastik
2. Anemia akibat hemoragi
a) Anemia pasca perdarahan akut
b) Anemia akibat perdarahan kronik

10
3. Anemia hemolitik
a) Anemia hemolitik intrakorpuskular
- Gangguan membran eritrosit (membranopati)
- Gangguan enzim eritrosit (enzimipati) : anemia akibat
defisiensi G6PD
- Gangguan hemoglobin (hemoglobinopati)
 Thalasemia
 Hemoglobinopati struktural : HbS, HbE, dll
b) Anemia hemolitik eskstrakorpuskular
- Anemia hemolotik autoimun
- Anemia hemolotik mikroangiopatik
4. Anemia dengan penyebab tidak diketahui atau dengan patogenesis
komplek
Klasifikasi anemia berdasarkan morfologi dan etiologi
a) Anemia hipokromik mikrositer, bila MCV <80 fl dan MCH <27 pg
- Anemia defisiensi besi
- Thalassemia major
- Anemia akibat penyakit kronik
- Anemia sideroblastik
b) Anemia normokromik normositer, bila MCV 80-95 fl dan MCH
27-34 pg
- Anemia pasca perdarahan akut
- Anemia aplastik
- Anemia akibat penyakit kronik
- Anemia pada gagal ginjal kronik
- Anemia pada sindrom mielodisplastik
- Anemia pada keganasan hematologik
c) Anemia makrositer, bila MCV >95 fl
- Bentuk megaloblastik
 Anemia defisiensi asam folat
 Anemia defisiensi B12, termasuk anemia pernisiosa

11
- Bentuk non-megaloblastik
 Anemia pada penyakit hati kronik
 Anemia pada hipotiroidisme
 Anemia pada sindrom mielodisplastik
d. Tanda dan Gejala
1. Manifestasi klinis yang sering muncul
a) Pusing
b) Mudah berkunang-kunang
c) Lesu
d) Aktivitas kurang
e) Rasa mengantuk
f) Susah konsentrasi
g) Cepat lelah
h) Prestasi kerja fisik/pikiran menurun
2. Gejala khas masing-masing anemia :
a) Perdarahan ulang/kronik pada anemia pasca perdarahan, anemia
defisiensi besi.
b) Ikterus, urin berwarna kuning tua/coklat, perut mrongkol/makin
buncit pada anemia hemolitik.
c) Mudah infeksi pada anemia aplastik dan anemia karena keganasan.
3. Pemeriksaan fisik
a) Tanda-tanda anemia umum : pucat, takhikardi, pulsus celer, suara
pembuluh darah spontan, bising karotis, bising sistolik anorganik,
perbesaran jantung.
b) Manifestasi khusus pada anemia :
- Defisiensi besi : spoon nail, glositis
- Defisiensi B12 : paresis, ulkus di tungkai
- Hemolitik : ikterus, splenomegali
- Aplastik : anemia biasanya berat, perdarahan, infeksi.

12
e. Epidemiologi
Prevalensi anemia aplastik yang tinggi terdapat di bagian tropik yang
dapat mencapai hingga 40 % di daerah tertentu. Prevalensi anemia aplastik
lebih rendah di dapat juga di daerah Mediteranian, Saudi Arabia dan beberapa
bagian di India. Anemia aplastik adalah anemia yang terjadi akibat rusaknya
sumsum tulang belakang yang paling banyak didapat. Pembawa sifat
diturunkan secara dominan. Insiden diantara orang Amerika berkulit hitam
adalah sekitar 8 % sedangkan status homozigot yang diturunkan secara resesif
berkisar antara 0,3 – 1,5 %. (Noer Sjaifullah H.M, 2013, hal 535).

f. Patofisiologi
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum tulang
atau kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan
sumsum tulang dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi
tumor, atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel darah
merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi) pada kasus
yang disebut terakhir, masalah dapat akibat efek sel darah merah yang tidak
sesuai dengan ketahanan sel darah merah normal atau akibat beberapa faktor
diluar sel darah merah yang menyebabkan destruksi sel darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sistem fagositik atau
dalam sistem retikuloendotelial terutama dalam hati dan limpa. Sebagai hasil
samping proses ini bilirubin yang sedang terbentuk dalam fagosit akan masuk
dalam aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis)
segera direpleksikan dengan meningkatkan bilirubin plasma (konsentrasi
normalnya 1 mg/dl atau kurang ; kadar 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada
sclera.
(Smeltzer & Bare. 2012 : 935 )

13
PATHWAY
Kegagalan
Defisiensi B12, produksi SDM o/ Destruksi SDM
asam folat, besi sum-sum tulang berlebih Perdarahan/hemofilia

Penurunan SDM

Hb berkurang

Anemia PK Anemia

Suplai O2 dan nutrisi ke


Pola nafas
jaringan berkurang sesak
tidak efektif
Gg.
Gastro Hipoksia SSP
perfusi
intestinal jaringan
Penurunan Mekanisme an aerob Reaksi antar
serebral
kerja GI saraf berkurang

Asam laktat
Peristaltik Kerja Pusing
menurun lambung
menurun ATP berkurang
Makanan
susah As. Lambung Nyeri
Kelelahan Energy untuk
dicerna meningkat
membentuk
antibodi berkurang
Anoreksia Intoleransi
Konstipasi aktivitas
mual Resiko infeksi

Perubahan
nutrisi kurang
dari
kebutuhan

14
g. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan anemia ditujukan untuk mencari penyebab dan mengganti
darah yang hilang. Penatalaksanaan anemia berdasarkan penyebabnya, yaitu :
1. Anemia aplastik
Dengan transplantasi sumsum tulang dan terapi immunosupresif
dengan antithimocyte globulin (ATG) yang diperlukan melalui jalur sentral
selama 7-10 hari. Prognosis buruk jika transplantasi sumsum tidak
berhasil. Bila diperlukan dapat diberikan tranfusi RBC rendah leukosit dan
platelet.
2. Anemia pada penyakit ginjal
Pada pasien dialisis harus ditangani dengan pemberian besi dan asam
folat. Kalau tersedia, dapat diberikan eritropoetin rekombian.
3. Anemia pada penyakit kronis
Kebanyakan pasien tidak menunjukan gejala dan tidak memerlukan
penanganan untuk anemianya. Dengan menangani kelainan yang
mendasarinya, maka anemia akan terobati dengan sendirinya.
4. Anemia pada defisiensi besi dan asam folat
Dengan pemberian makanan yang adekuat. Pada defisiensi besi
diberikan sulfas ferosus 3x10 mg/hari. Transfusi darah diberikan bila kadar
Hb kurang dari 5 gr %.
5. Anemia megaloblastik
a) Defisiensi vitamin B12 ditangani dengan pemberian vitamin B12,
bila defisiensi disebabkan oleh defek absorbsi atau tidak
tersedianya faktor intrinsik dapat diberikan vitamin B12 dengan
injeksi IM.
b) Untuk mencegah kekambuhan anemia, terapi vitamin B12 harus
diteruskan selama hidup pasien yang menderita anemia perinisiosa
atau mala absorbsi yang tidak dapat dikoreksi.
c) Pada anemia defisien asam folat diberikan asam folat 3x5 mg/hari.
d) Anemia defisiensi asal folat pada pasien dengan gangguan absorbsi
penanganannya dengan diet dan penambahan asam folat 1 mg/hari
secara IM.
II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
a. Pengkajian
1) Primer Assesment
a) Data subjektif
- Riwayat penyakit saat ini: pingsan secara tiba-tiba atau
penurunan kesadaran, kelemahan, keletihan berat disertai nyeri
kepala, demam, penglihatan kabur, dan vertigo.
- Riwayat sebelumnya : gagal jantung, perdarahan massif.

15
b) Data objektif
- Airway
Tidak ada sumbatan jalan napas (obstruksi)
- Breathing
Sesak sewaktu bekerja, dipsnea, takipnea, dan
orthopnea
- Circulation
CRT > 2 detik, takikardi, bunyi jantung murmur, pucat
pada kulit dan membrane mukosa (konjunctiva, mulut, faring,
bibir) dan dasar kuku. (catatan: pada pasien kulit hitam, pucat
dapat tampak sebagai keabu-abuan), kuku mudah patah,
berbentuk seperti sendok (clubbing finger), rambut kering,
mudah putus, menipis, perasaan dingin pada ekstremitas.
- Disability (status neurologi)
Sakit/nyeri kepala, pusing, vertigo, tinnitus, ketidak
mampuan berkonsentrasi, insomnia, penglihatan kabur,
kelemahan, keletihan berat, sensitif terhadap dingin.
2) Sekunder Assessment
a) Eksposure
Tidak ada jejas atau kontusio pada dada, punggung, dan
abdomen.
b) Five intervention
Hipotensi, takikardia, dispnea, ortopnea, takipnea,
demam, hemoglobin dan hemalokrit menurun, hasil lab pada
setiap jenis anemia dapat berbeda. Biasnya hasil lab
menunjukkan jumlah eritrosit menurun, jumlah retikulosit
bervariasi, misal : menurun pada anemia aplastik (AP) dan
meningkat pada respons sumsum tulang terhadap kehilangan
darah/hemolisis.
c) Give comfort
Adanya nyeri kepala hebat yang bersifat akut dan
dirasakan secara tiba-tiba, nyeri yang dialami tersebut hilang
timbul.

16
d) Head to toe
- Daerah kepala : konjunctiva pucat, sclera jaundice.
- Daerah dada : tidak ada jejas akibat trauma, bunyi jantung
murmur, bunyi napas wheezing.
- Daerah abdomen : splenomegali
- Daerah ekstremitas : penurunan kekuatan otot karena
kelemahan, clubbing finger (kuku sendok), perasaan dingin
pada ekstremitas.
e) Inspect the posterior surface
Tidak ada jejas pada daerah punggung.

b. Diagnosa keperawatan
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi ditandai
dengan dipsneu, takikardia
2. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan penurunan O2 ke
otak ditandai dengan penurunan kesadaran, nyeri kepala
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kegagalan untuk mencerna atau ketidak mampuan mencerna makanan
/absorpsi nutrient yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah
ditandai dengan mual-muntah, anoreksia, penurunan BB
4. Konstipasi berhubungan dengan perubahan proses pencernaan
5. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis (asam laktat)
6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
oksigen (pengiriman) dan kebutuhan.
7. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya
pertahanan sekunder (penurunan hemoglobin leucopenia, atau penurunan
granulosit (respons inflamasi tertekan)
8. PK Anemia

17
c. Intervensi dan Rasional
1. Pola nafas tidak efektif b.d hiperventilasi ditandai dengan dispnea,
takikardia
Tujuan : Setelah dilakukan askep selama 3x24 jam, diharapkan pola nafas
pasien kembali efektif dengan kriteria hasil :
- pasien melaporkan sesak napas berkurang
- pernafasan teratur
- takipneu atau dispneu tidak ada
- tanda vital dalam batas normal (TD 120-90/90-60 mmHg, nadi 80-
100 x/menit, RR : 18-24 x/menit, suhu 36,5 – 37,5 C)

Intervensi :

Mandiri :

1) Pantau tanda-tanda vital


Untuk mengetahui keadaan umum pasien
2) Monitor usaha pernapasan, pengembangan dada, keteraturan
pernapasan, napas bibir dan penggunaan otot bantu pernapasan
Untuk mengetahui derajat gangguan yang terjadi, dan
menentukan intervensi yang tepat
3) Berikan posisi semifowler jika tidak ada kontraindikasi
Untuk meningkatkan ekspansi dinding dada
4) Ajarkan klien napas dalam
Untuk meningkatkan kenyaman
5) Tanyakan mengenai kondisi pasien setelah diberi intervensi
Mengetahui intervensi dapat bermanfaat untuk pasien dan
mengkaji apakah keluhan sesak pasien sudah berkurang.
Kolaborasi
1) Berikan O2 sesuai indikasi
Untuk memenuhi kebutuhan O2
2) Bantu intubasi jika pernapasan semakin memburuk dan siapkan
pemasangan ventilator sesuai indikasi
Untuk membantu pernapasan adekuat

18
2. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan penurunan O2 ke
otak ditandai dengan penurunan kesadaran, nyeri kepala
Tujuan : Setelah diberikan askep selama 3 x 24 jam diharapkan terjadi
peningkatan perfusi jaringan dengan kriteria hasil:
- menunjukkan perfusi adekuat
- pasien mengatakan nyeri kepala berkurang
- TTV dalam batas normal (TD(140/90-90/60mmHg), Nadi (60-
100x/menit), RR (18-22x/menit), Suhu (36,5-37,50C))
- Membrane mukosa warna merah muda
- GCS > 13
Intervensi :
Mandiri :
1) Awasi tanda vital kaji pengisian kapiler, warna kulit/membrane
mukosa, dasar kuku.
memberikan informasi tentang derajat/keadekuatan perfusi
jaringan dan membantu menetukan kebutuhan intervensi.
2) Tinggikan kepala tempat tidur sesuai toleransi.
meningkatkan ekspansi paru dan memaksimalkan oksigenasi untuk
kebutuhan seluler. Catatan : kontraindikasi bila ada hipotensi.
3) Selidiki keluhan nyeri kepala
iskemia serebral mempengaruhi status kesadaran pasien
kolaborasi :
1) Kolaborasi pengawasan hasil pemeriksaan laboraturium. Berikan
sel darah merah lengkap/packed produk darah sesuai indikasi.
mengidentifikasi defisiensi dan kebutuhan pengobatan /respons
terhadap terapi.
2) Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi.
memaksimalkan transport oksigen ke jaringan.

19
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kegagalan untuk mencerna atau ketidak mampuan mencerna
makanan/absorpsi nutrient yang diperlukan untuk pembentukan sel darah
merah ditandai dengan mual-muntah, anoreksia, penurunan BB
Tujuan : Setelah diberikan askep selama 3 x 24 jam diharapkan intake
nutrisi pasien adekuat dengan kriteria hasil:
- mual muntah (-)
- makan habis 1 porsi
Intervensi :
Mandiri :
1) Kaji riwayat nutrisi, termasuk makan yang disukai.
mengidentifikasi defisiensi, memudahkan intervensi
2) Observasi dan catat masukkan makanan pasien.
mengawasi masukkan kalori atau kualitas kekurangan konsumsi
makanan.
3) Berikan makan sedikit dengan frekuensi sering dan atau makan
diantara waktu makan.
menurunkan kelemahan, meningkatkan pemasukkan dan
mencegah distensi gaster.
4) Observasi dan catat kejadian mual/muntah, flatus dan dan gejala
lain yang berhubungan.
gejala GI dapat menunjukkan efek anemia (hipoksia) pada organ.
5) Berikan dan Bantu hygiene mulut yang baik ; sebelum dan sesudah
makan, gunakan sikat gigi halus untuk penyikatan yang lembut.
Berikan pencuci mulut yang di encerkan bila mukosa oral luka.
meningkatkan nafsu makan dan pemasukkan oral. Menurunkan
pertumbuhan bakteri, meminimalkan kemungkinan infeksi. Teknik
perawatan mulut khusus mungkin diperlukan bila jaringan
rapuh/luka/perdarahan dan nyeri berat.

Kolaborasi :
1) Kolaborasi pada ahli gizi untuk rencana diet.
membantu dalam rencana diet untuk memenuhi kebutuhan
individual.

20
2) Pantau hasil pemeriksaan laboraturium.
meningkatakan efektivitas program pengobatan, termasuk sumber
diet nutrisi yang dibutuhkan.
3) Berikan obat sesuai indikasi.
kebutuhan penggantian tergantung pada tipe anemia dan atau
adanyan masukkan oral yang buruk dan defisiensi yang
diidentifikasi.

4. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis (asam laktat)


ditandai dengan perilaku distraksi (gelisah), pasien mengeluh nyeri kepala,
pasien Nampak meringis, dispneu/takipneu
Tujuan : Setelah diberikan askep selama 3 x24 jam diharapkan nyeri
pasien terkontrol dengan kriteria hasil:
- klien melaporkan nyeri berkurang,
- klien tidak meringis,
- RR dalam batas normal (18-22x/menit)
Intervensi :
Mandiri :
1) Kaji keluhan nyeri, catat intensitasnya (dengan skala 0-10),
karakteristiknya, lokasi, lamanya.
mempermudah melakukan intervensi dan melihat ketepatan
intervensi.
2) Observasi adanya tanda-tanda nyeri non-verbal seperti ekspresi
wajah, posisi tubuh, gelisah, menangis atau meringis, perubahan
frekuensi jantung, pernapasan, tekanan darah.
merupakan indicator/derajat nyeri yang tidaklangsung dialami.
3) Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam
mengurangi rasa nyeri yang bersifat akut
Kolaborasi :
1) Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi seperti analgetik
untuk mengurangi rasa sakit/nyeri

21
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
oksigen (pengiriman) dan kebutuhan ditandai dengan kelemahan,
kelelahan, keletihan, lesu, dan lunglai
Tujuan : Setelah diberikan askep selama 3 x 24 jam diharapkan dapat
mempertahankan/meningkatkan ambulasi/aktivitas dengan kriteria hasil:
- melaporkan peningkatan toleransi aktivitas (termasuk aktivitas sehari-
hari)
- TTV dalam batas normal (TD 120-100/70-80 mmHg), nadi (60-100
x
/menit), napas (18-22 x/menit), suhu (36,5-37,50 C))

Intervensi :
Mandiri :
1) Kaji kemampuan ADL pasien.
mempengaruhi pilihan intervensi/bantuan.
2) Kaji kehilangan atau gangguan keseimbangan, gaya jalan dan
kelemahan otot.
menunjukkan perubahan neurology karena defisiensi vitamin B12
mempengaruhi keamanan pasien/risiko cedera.
3) Observasi tanda-tanda vital sebelum dan sesudah aktivitas.
manifestasi kardiopulmonal dari upaya jantung dan paru untuk
membawajumlah oksigen adekuat ke jaringan.
4) Berikan lingkungan tenang, batasi pengunjung, dan kurangi suara
bising, pertahankan tirah baring bila di indikasikan.
meningkatkan istirahat untuk menurunkan kebutuhan oksigen
tubuh dan menurunkan regangan jantung dan paru.
5) Gunakan teknik menghemat energi, anjurkan pasien istirahat bila
terjadi kelelahan dan kelemahan, anjurkan pasien melakukan
aktivitas semampunya (tanpa memaksakan diri).
meningkatkan aktivitas secara bertahap sampai normal dan
memperbaiki tonus otot/stamina tanpa kelemahan. Meingkatkan
harga diri dan rasa terkontrol.

22
6. PK Anemia
Tujuan : Setelah dilakukan askep selama 3x24 jam, diharapkan perawat
dapat menangani dan meminimalisir komplikasi dari anemia dengan
kriteria hasil:
- Hb 12-16 g%
- Konjungtiva tidak pucat
- Pasien melaporkan kelelahan berkurang
- Perdarahan tidak terjadi
Intervensi :
Mandiri :
1) Kaji konjungtiva pasien dan keluhan letih. Laporkan jika kondisi
yang letih berlebihan dan sangat pucat pada konjungtiva.
Untuk menentukan intervensi yang tepat. Mencegah terjadinya
komplikasi lebih lanjut dengan mengetahui tanda dan gejala awal.
2) Observasi ketat tanda perdarahan ; ptekie, purpura, perdarahan
gusi, epistaksis, hematemesis, melena
Mencegah terjadinya perdarahan lanjut untuk menentukan
intervensi yang sesuai.
3) Pertahankan tirah baring
4) Tirah baring untuk mempercepat pemulihan kondisi dan
mendukung pengobatan sesuai indikasi
Kolaborasi :
1) Berikan transfusi sesuai indikasi
Untuk meningkatkan jumlah sel darah merah
2) Periksa lab darah
Untuk mengetahui jumlah sel darah merah sehingga
memungkinkan intervensi sesuai indikasi
3) Ahli gizi menetapkan diet sesuai indikasi
Diet yang sesuai dapat mempercepat pemulihan dan membantu
proses penyembuhan

23
d. Evaluasi
Setelah dilakukan implementasi sesuai dengan batas waktu yang
ditetapkan dan situasi kondisi klien, maka diharapkan klien:
1. Pola nafas pasien kembali efektif dengan kriteria hasil :
a. pasien melaporkan sesak napas berkurang
b. pernafasan teratur
c. takipneu atau dispneu tidak ada
d. tanda vital dalam batas normal (TD 120-90/90-60 mmHg, nadi 80-100
x/menit, RR : 18-24 x/menit, suhu 36,5 – 37,5 C)
2. Perubahan perfusi jaringan cerebral teratasi dengan kriteria hasil:
a. menunjukkan perfusi adekuat
b. pasien mengatakan nyeri kepala berkurang
c. TTV dalam batas normal (TD(140/90-90/60mmHg), Nadi (60-
100x/menit), RR (18-22x/menit), Suhu (36,5-37,50C))
d. Membrane mukosa warna merah muda
e. GCS > 13
3. Intake nutrisi pasien adekuat dengan kriteria hasil:
a. mual muntah (-)
b. makan habis 1 porsi
4. Nyeri pasien terkontrol dengan kriteria hasil:
a. klien melaporkan nyeri berkurang,
b. klien tidak meringis,
c. RR dalam batas normal (18-22x/menit)
5. Intoleransi aktivitas teratasi dengan kriteria hasil:
a. melaporkan peningkatan toleransi aktivitas (termasuk aktivitas sehari-
hari)
120-100/
b. TTV dalam batas normal (TD 70-80 mmHg), nadi (60-100
x
/menit), napas (18-22 x/menit), suhu (36,5-37,50 C))
6. Dapat menangani dan meminimalisir komplikasi dari anemia dengan
kriteria hasil:
a. Hb 12-16 g%
b. Konjungtiva tidak pucat
c. Pasien melaporkan kelelahan berkurang
d. Perdarahan tidak terjadi
24
DAFTAR PUSTAKA

Bakta, I Made.2013.Hematologi Klinik Dasar.Jakarta:EGC

Doenges, Marylinn E. 2010. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk Perencanaan


dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Ed. 3, EGC: Jakarta.

Nurarif Amin dan Hardhi, 2015, Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis
dan Nanda Nic-Noc. Jogjakarta: Mediaction.

Price, S.A, 2010, Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Jakarta : EGC

Smeltzer, C.S.2011. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth. Edisi 8.
Jakarta : EGC

25

You might also like