You are on page 1of 9

LAPORAN PENDAHULUAN

OPEN FRAKTUR DIGITI PEDIS 2,3 SINISTRA

BAB I
KONSEP MEDIS
A. Definisi
Fraktur / patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau tulang
rawan yang umumnya disebabkan oleh ruda paksa. Selain itu Price and Wilson, 2006
Fraktur meyatakan bahwa Patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik.
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang terjadi karena adanya tekanan
pada tulang yang melebihi absorpsi tulang,(Black, 1997). jadi Fraktur pedis sinistra adalah
terputusnya kontinuitas jaringan tulang pedis bagian sinistra.
B. Etiologi
1. Trauma langsung
Benturan pada lengan bawah yang menyebabkan patah tulang radius dan ulna,
patah tulang pada tempat benturan.
2. Trauma tidak langsung
Jatuh bertumpu pada lengan yang menyebabkan patah tulang klavikula, patah
tulang tidak pada tempat benturan melainkan oleh karena kekuatan trauma
diteruskan oleh sumbu tulang dan terjadi fraktur di tempat lain
3. Etiologi lain
a. Trauma tenaga fisik ( Tabrakan, benturan )
b. Penyakit pada tulang ( proses penuaan, kanker tulang)
c. Degenerasi spontan
C. Patofisiologi
Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekeuatan dan gaya pegas untuk
menahan tekanan (Apley, A. Graham, 1993). Tapi apabila tekanan eksternal yang
datang lebih besar dari yang dapat diserap tulang, maka terjadilah trauma pada tulang
yang mengakibatkan rusaknya atau terputusnya kontinuitas tulang (Carpnito, Lynda
Juall, 1995). Setelah terjadi fraktur, periosteum dan pembuluh darah serta saraf dalam
korteks, marrow, dan jaringan lunak yang membungkus tulang rusak.
Perdarahan terjadi karena kerusakan tersebut dan terbentuklah hematoma di rongga
medula tulang. Jaringan tulang segera berdekatan ke bagian tulang yang patah.
Jaringan yang mengalami nekrosis ini menstimulasi terjadinya respon inflamasi yang
ditandai denagn vasodilatasi, eksudasi plasma dan leukosit, dan infiltrasi sel darah
putih. ini merupakan dasar penyembuhan tulang (Black, J.M, et al, 1993).
pathway
D. Tanda dan gejala
1. Nyeri hebat ditempat fraktur.
2. Rotesi luar dari kaki lebih pendek.
3. Di ikuti tanda dan gejala fraktur secara umum :
a. Bengkak
b. Krepitasi
c. Deformitas
d. Peningkatan temperatur lokal
e. Pergerakan abnormal
f. Kehilangan fungsi
E. Komplikasi
1. Malunion : tulang patah telahsembuh dalam posisi yang tidak seharusnya.
2. Delayed union : proses penyembuhan yang terus berjlan tetapi dengan kecepatan
yang lebih lambat dari keadaan normal.
3. Non union : tulang yang tidak menyambung kembali
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Sinar X ( rontgen )
Dapat melihat gambaran fraktur, deformitas, lokasi dan Tipe.
2. Anteragram/menogram
Menggambarkan arus vaskularisasi.
3. CT SCAN, MRI, SCAN Tulang, Tomogram Untuk mendeteksi struktur fraktur yang
kompleks.
4. Pemeriksaan Lab ( DL )
Untuk pasien fraktur yang perlu diketahui antara lain : HB, HCT (sering rendah
karena perdarahan), WBC ( kadang meningkat karena proses infeksi )
5. Creatinin
Trauma otot meningkatkan beban creatinin untuk klirens ginjal
G. Penatalaksanaan
1. Reposisi / setting Tulang
a. Berarti pengambilan Fragmen tulang terhadap kesejahteraannya.
Reposisi tertutup dilakukan dengan mengembalikan fragmen tulang keposisinya
dengan memanipulasi dan traksi manual.
b. Reposisi terbuka dengan pendekatan bedah, fragmen tulang direposisi.
Pembedahan debridement dan irigrasi, Imunisasi tetanus, Terapi antibiotic,
prophylactic, (Smeltzer, 2001).
1) Imobilisasi
a) Untuk mempertahankan reposisi sampai tahap penyembuhan.
Konservatif fiksasi eksterna Alatnya : Gips, Bidai, Traksi
b) Peralatan traksi :
 Traksi kulit biasanya untuk pengobatan jangka pendek
 Traksi otot atau pembedahan
c) ORIF ( Open reduction Internal fictation )
Alatnya : Pen, flat screw
d) Rehabilitasi
Pemulihan kembali / pengembalian fungsi dan kekuatan normal
bagian yang terkena.
BAB II
KONSEP KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
Meliputi : Nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, diagnosa
medis, no register dan tanggal MRS.
2. Keluhan Utama
Biasanya px mengeluh sakit (nyeri) pada daerah luka post op apabila
digerakkan.
3. Riwayat Penyakit Dahulu.
Pada klien fraktur pernah mengalami kejadian patah tulang apa pernah
mengalami tindakan operasi apa tidak.
4. Riwayat Penyakit Sekarang.
Pada umumnya penderita mengeluh nyeri pada daerah luka operasi.
5. Riwayat Penyakit Keluarga.
Didalam anggota keluara tidak / ada yang pernah mengalami penyakit fraktur /
penyakit menular.

POLA – POLA FUNGSI

1. Pola aktivitas dan latihan


Aktifitas dan latihan mengalami perubahan / gangguan akibat adanya luka operasi
sehingga perlu dibantu baik perawat maupun klien.
2. Pola tidur dan istirahat
Kebiasaan pola tidur dan istirahat px megnalami gangguan yang disebabkan oleh
nyeri luka post op.
3. Pola persepsi dan konsep diri
Setelah px mengalami post op px akan mengalami gangguan konsep diri karena
perubahan cara berjalan akibat kecelakaan.
4. Pola sensori dan kognitif
Biasanya px mengeluh nyeri yang disebabkan oleh adanya kerusakan jaringan lunak
dan hilangnya darah serta cairan seluler ke dalam jaringan.
5. Pola tata nilai dan kepercayaan
Biasanya px pada post op akan mengalami gangguan / perubahan dalam
menjalankan ibadanya.
PEMERIKSAAN FISIK
1. Pada pasien post op terdapat adanya perubahan yang menonjol pada sistem
integumen seperti warna kulit, tekstur kasar ada / tidak, terjadi rembesan darah pada
luka post op ada / tidak.
2. Sistem Ektremitas dan Neurologis
Pada px fraktur, post op, Ekstremitas kaki kanan tidak bisa digerakkan dengan bebas
dan terdapat adanya jahitan apa tidak
3. Sistem Respirasi
Biasanya pada px post op fraktur ada / tidak perubahan yang menonjol seperti
bentuk data ada / tidaknya sesak nafas, suara tambahan, pernafasan cuping hidung.

B. DIAGNOSA
1. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan kulit.
2. Keterbatasan aktivitas berhubungan dengan imobilisasi pada kaki
3. Cemas berhubungan dengan pengetahuan tentang luka post op.

C. PERENCANAAN
Diangnosa I
Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan kulit.
Tujuan : Nyeri berkurang / terkontrol
Kriteria hasil :
• Nyeri berkurang (skala nyeri : 0)
• Klien tidak menyeringai
Rencana tindakan :
1. Kaji ulang tingkat skala nyeri
R/ : untuk mengetahui / menentukan tingkat keparahan
2. Jelaskan sebab- sebab timbulnya nyeri
R/ : menambahn pengetahuan individu terhadap penyakitnya.
3. Anjurkan klien untuk melakukan tenik relaksasi dan distraksi
R/ : . mengantisipasi lebih awal bila timbul nyeri.
4. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat anti biotik.
R/ : membantu untuk membatasi nyeri dan antibiotik untuk mencegah dan mengatasi
infeksi.
Diangnosa II
Keterbatasan aktivitas berhubungan dengan imobilisasi pada kaki.
Tujuan : Klien melaksanakan aktivitas secara berlahan
Kriteria hasil :
• Klien dapat bergerak maksimal
• Klien dapat mempertahankan fungsi tubuh secara maksimal
Rencana tindakan
1. Lakukan pendekatan pada klien
R / Klien kooperatif dengan perawat.
2. Berikan penjelasan pada klien tentang penyakitnya
R / Klien mengetahui tentang penyakit yang dialami.
3. Anjurkan pada klien untuk berlatih secara bertahap.
R / Dapat Menambah aliran darah ke otot dan tulang melakukan gerakan sendi dapat
mencegah kontruktur
4. Observasi TTV.
R / Memonitor kekurangan klien.
5. Kolaborasi dengan tim dokter dan fisioterapi.
R / Menjalankan fungsi independent dan dapat menciptakan program aktivitas dan latihan
individu
Diangnosa III
Cemas berhubungan dengan pengetahuan tentang luka post op.
Tujuan : Klien tidak merasa cemas lagi.
Kriteria hasil : Klien tampak rileks, klien tidak gelisah
Rencana tindakan :
1. Lakukan pendekatan pada klien tentang penyakitnya.
R / Klien kooperatif dengan perawatnya.
2. Berikan penjelasan pada klien tentang penyakitnya
R / Klien megerti tentang penyakitnya.
3. Berikan motivasi pada klien dan keluarga.
R / Memberi dorongan pada klien untuk sembuh
4. Observasi TTV.
R / Memonitor kekurangan / keadaan klien
5. Kolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian terapi / obat.
R / Menjalankan fungsi independent.
D. IMPLEMENTASI
Implementsi yang dimaksud adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana
perawatan, meliputi tindakan yang direncanakan oleh perawat, melaksanakan advis
dokter dan ketentuan rumah sakit.

E. EVALUASI
Perbandingan yang sistematis dari rencana tindakan masalah kesehatan
dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan
dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lain.
DAFTAR PUSTAKA

Arif Mansjoer, dkk, 2000, Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculapius, Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.

Susan Martin Tucker, dkk, 1995, Standart Keperawatan Pasien, Buku Kedokteran
EGC, Jakarta.

Nasrul Effendi, 1995, Pengatar Proses Keperawatan, Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

You might also like