You are on page 1of 48

Uji beban Fondasi Tiang

Pile Loading Test


Jenis Pile Load Test

Ada 2 jenis pile load test :


▪ Static load test : compression, tension dan
lateral
▪ Dynamic load test : Pile Driving Analysis

Pile load test biasanya dilakukan dgn 2 alternatif


▪ Test/unused Pile, failure test (dilakukan hingga tiang mengalami
keruntuhan)
▪ Test on a working pile (used pile), 200% design capacity
Jenis Pile Load Test

Tiang yang diuji dipilih dilokasi yang terdekat dengan penyelidikan


tanah. Hasil dari pengujian beban ini berupa:
➢ Indikasi dari daya dukung batas yang terjadi
➢ Indikasi dari penurunan yang terjadi
Peralatan
▪ Hydraulic jack, diletakkan tepat ditengah permukaan dari tiang uji
▪ Dial gauges, terdiri dari minimal 2 unit dengan ketelitian pembacaan paling sedikit
sampai dengan 0.01 in (0.25 mm), untuk mengukur besarnya pergerakan yang
terjadi
▪ Reference beam, sebagai datum pembacaan dial gage dan diletakkan pada posisi
melintang dengan jarak minimal 2.5 m ke kiri dan 2.5 m ke kanan dari tiang uji dan
berada diatas pendukung yang kaku. Reference beam ini tidak boleh mengalami
perubahan selama pengukuran berlangsung.
▪ Pressure gage, untuk mengukur besarnya beban yang diberikan pada tiang uji.
▪ Beban yang akan digunakan
▪ Kentledge (kubus beton)
▪ Reaction pile
▪ Crosshead/load test beam
Peralatan
Peralatan
Peralatan
Peralatan
Peralatan
Tipe Pembebanan Tiang

1. Standard Loading Test ASTM


2. Cyclic Loading Test ASTM
3. Slow Maintained Load Test Method (SM Test)
4. Quick Maintained Load Test Method (QM Test)
5. Constant Rate of Penetration Test Method (CRP Test)
6. Swedish Cyclic Test Method (SC Test).
Standard Loading Test (ASTM D1143)

▪ Beban yang diujikan adalah sebesar 200% dari beban perencanaan dan dilaksanakan
dengan pertambahan 25% dari beban perencanaan, kecuali jika terjadi keruntuhan
sebelum beban tersebut dicapai.
▪ Pertambahan beban dilakukan jika kecepatan penurunan yang terjadi tidak lebih besar
dari 0.01 in/hour atau 0.25 mm/jam tetapi tidak lebih lama dari 2 jam.
▪ Jika tidak terjadi keruntuhan maka total beban yang telah diberikan dapat diangkat kembali
(unloading) setelah 12 jam didiamkan jika penurunan yang terjadi pada 1 jam terakhir tidak
lebih besar daripada 0.01 in (0.25 mm). Jika penurunan yang terjadi masih lebih besar
daripada 0.01 in (0.25 mm) maka biarkan beban selama 24 jam.
▪ Jika waktu yang dimaksudkan pada item 3 diatas telah tercapai, maka kurangi beban
dengan tahap pengurangan sebesar 50 % dari beban perencanaan atau 25 % dari beban
total pengujian untuk setiap 1 jam.
▪ Jika tiang mengalami keruntuhan maka pemompaan hydraulic jack dilanjutkan hingga
penurunan yang terjadi adalah sama dengan 15% dari diameter tiang.
Cyclic Loading Test
▪ Secara umum increment pemberian beban pada pembebanan cyclic ini adalah
sama dengan yang telah diuraikan pada bagian sebelumnya.
▪ Setelah beban yang diberikan sama dengan 50, 100, dan 150% dari beban
desain, biarkan masing-masing beban tersebut untuk 1 jam dan angkat
kembali beban dengan pengurangan yang sama besarnya dengan pada saat
increment pemberian beban. Biarkan beban untuk selama 20 menit untuk tiap
tahap pengurangannya.
▪ Cyclic loading procedure, loading-unloading
Cycle 1: 0% 25% 50% 25% 0%
Cycle 2: 0% 50% 75% 100% 75% 50% 0%
Cycle 3: 0% 50% 100% 125% 150% 125% 100% 50% 0%
Cycle 4: 0% 50% 100% 150% 175% 200% 150% 100% 50%
Cyclic Loading Test
▪ Setelah beban yang diberikan diangkat semua untuk tiap tahapnya, berikan
kembali beban dengan increment sebesar 50% dari beban desain sampai
dengan sebesar tahap sebelum diangkat. Jarak antar increment tersebut
adalah selama 20 menit. Kemudian beban tambahan untuk tahap berikutnya
diberikan sesuai dengan prosedur yang telah diuraikan pada bagian
sebelumnya.
▪ Setelah beban total yang disyaratkan telah diberikan, tahan dan angkat beban
tersebut seperti yang telah diuraikan pada bagian sebelumnya.
Slow Maintained Load Test Method (SM Method)
▪ Beban terdiri dari 8 increment (25%, 50%, 75%, 100%, 125%, 150% 175% dan 200%) hingga
200% dari beban rencana.
▪ Beban diberikan sesuai dengan masing-masing increment hingga dicapai penurunan sebesar
0.01 in/h (0.25 mm/jam) tetapi tidak lebih dari 2 jam pada setiap incrementnya.
▪ Pada increment beban mencapai 200%, beban ditahan hingga 24 jam.
▪ Jika waktu pada item 3 telah dicapai maka dilakukan pengurangan beban sebesar 25% pada
tiap tahapnya dengan jarak masing-masing pengurangan tersebut adalah selama 1 jam.
▪ Jika beban telah diberikan dan dikurangi seluruhnya, seperti pada langkah 1 hingga 4 diatas,
berikan kembali beban sebesar 200% pada tiang dengan increment sebesar 50% dengan jarak
masing-masing beban adalah selama 20 menit.
▪ Jika beban yang diberikan telah dicapai seluruhnya (200% beban rencana) maka tambahkan
kembali beban dengan increment sebesar 10% beban rencana hingga tiang mengalami
keruntuhan. Jarak pada pertambahan beban ini adalah sebesar 20 menit.
Slow Maintained Load Test Method (SM Method)
▪ Beban terdiri dari 8 increment (25%, 50%, 75%, 100%, 125%, 150% 175% dan 200%) hingga
200% dari beban rencana.
▪ Beban diberikan sesuai dengan masing-masing increment hingga dicapai penurunan sebesar
0.01 in/h (0.25 mm/jam) tetapi tidak lebih dari 2 jam pada setiap incrementnya.
▪ Pada increment beban mencapai 200%, beban ditahan hingga 24 jam.
▪ Jika waktu pada item 3 telah dicapai maka dilakukan pengurangan beban sebesar 25% pada
tiap tahapnya dengan jarak masing-masing pengurangan tersebut adalah selama 1 jam.
▪ Jika beban telah diberikan dan dikurangi seluruhnya, seperti pada langkah 1 hingga 4 diatas,
berikan kembali beban sebesar 200% pada tiang dengan increment sebesar 50% dengan jarak
masing-masing beban adalah selama 20 menit.
▪ Jika beban yang diberikan telah dicapai seluruhnya (200% beban rencana) maka tambahkan
kembali beban dengan increment sebesar 10% beban rencana hingga tiang mengalami
keruntuhan. Jarak pada pertambahan beban ini adalah sebesar 20 menit.
Quick Maintained Load Test Method (QM Method)

▪ Beban diberikan hingga 300% beban rencana dengan increment sebanyak 20


increment (masing-masing increment sebesar 15% beban rencana).
▪ Beban ditahan pada setiap tahapnya untuk selama 5 menit dengan pembacaan
dilakukan setiap 2.5 menit.
▪ Tambahkan increment beban jika beban pada setiap tahap telah dicapai.
▪ Setelah interval 5 menit, kurangi beban secara keseluruhan dalam 4 bagian increment
yang sama besarnya dengan masing-masing pengurangan berjarak 5 menit.
▪ Metoda ini cepat dan ekonomis. Waktu yang diperlukan untuk melakukan uji ini
sekitar 3 jam hingga 5 jam. Metoda ini lebih menggambarkan kondisi undrained yang
terjadi pada tiang. Metoda ini tidak dapat digunakan untuk memperkirakan
penurunan yang terjadi.
Constant Rate of Penetration Test Method (CRP
Test)

▪ Kepala tiang diberikan beban hingga kecepatan penurunan yang terjadi


sebesar 0.05 in/min (1.25 mm/menit).
▪ Beban yang diperlukan untuk mencapai kecepatan penurunan seperti yang
disebutkan pada item 1 kemudian dicatat.
▪ Uji dilakukan hingga total penurunan mencapai 2 in hingga 3 in (50 mm
hingga 75 mm).
Swedish Cyclic Test Method (SC Test)

▪ Tiang diberikan beban sebesar sepertiga dari beban rencana.


▪ Beban dikurangi hingga seperenam beban rencana. Penambahan dan
pengurangan beban diulangi sebanyak 20 kali.
▪ Tambahkan beban hingga 50 % lebih besar dari item 1 dan ulangi seperti
pada item 2.
▪ Prosedur ini dilakukan hingga terjadi keruntuhan.
▪ Metoda ini memerlukan waktu yang cukup lama dan proses siklik merubah
perilaku tiang hingga tiang sudah tidak sama dengan kondisi aslinya.
Perbandingan pembebanan
Perbandingan Hasil
Maximum Test
Load
Hasil SLMT
Data yang direkam

Lihat bore log, lokasi testing


Properties tiang (strength, dimensi)
Driving Equipment (model hammer, total weight, ram weight, energy)
Driving record.
Code yg digunakan

Intepretasi (load vs. time, displ vs. time, load vs. displ).
Jumlah Fondasi Tiang yang di UJI
Jumlah Fondasi Tiang yang di UJI
Metode Interpretasi

Interpretation Method
1. Davisson’s Method (1972)
2. Chin’s Method (1971)
3. Mazurkiewicz’s Method (1972)
4. De Beer’s Method (1967)
5. Brinch Hansen’s 90 % Method (1963)
6. Brinch Hansen’s 80 % Method (1963)
7. Butler & Hoy’s Method (1977)
8. Vander Veen’s Method (1953)
Davisson’s Method

▪ Gambarkan kurva beban-penurunan.


▪ Tentukan penurunan elastis, Δ = (Qva)L/AE dari tiang dimana Qva adalah
beban yang digunakan, L adalah panjang tiang, A adalah luas potongan
melintang tiang, dan E adalah modulus elastisistas tiang.
▪ Gambarkan sebuah garis OA berdasarkan persamaan diatas
▪ Gambarkan sebuah garis BC yang sejajar dengan OA pada jarak sejauh
dimana x = 0.15 + D/120 in, dimana D adalah diameter tiang dalam in.
▪ Beban runtuh ditentukan dari perpotongan garis BC pada kurva beban-
penurunan
Davisson’s Method
Davisson’s Method
Chin’s Method

▪ Gambar Δ/Qva
terhadap Δ, dimana Δ
adalah penurunan dan
Qva adalah beban
yang digunakan.

▪ Beban ultimate
(Qva)ult sama dengan
1/C1.
Chin’s Method
Mazurkiewicz’s Method

▪ Plot kurva beban-penurunan.


▪ Pilih sejumlah penurunan dan gambarkan garis vertikal yang memotong
kurva. Kemudian gambar garis horizontal dari titik perpotongan ini pada kurva
sampai memotong sumbu beban.
▪ Dari perpotongan masing-masing kurva, gambar garis 450 sampai memotong
garis beban selanjutnya.
▪ Perpotongan ini jatuh kira-kira pada garis lurus. Titik yang didapat oleh
perpotongan dari perpanjangan garis ini pada sumbu vertikal (beban) adalah
beban runtuh.
▪ Metoda ini mengasumsikan bahwa kurva beban-penurunan berupa parabolic.
Nilai beban keruntuhan yang didapat dari metoda ini seharusnya mendekati
80% dari kenyataan.
Mazurkiewicz’s Method
Mazurkiewicz’s Method
De Beer’s Method
▪ Plot load and
movement on
logarithmic scales.
▪ These values then
fall on two straight
lines.
▪ The failure load is
then defined as the
load that falls at the
intersection of these
two straight lines
De Beer’s Method
Van der Veen Method
Brinch Hansen 90% Method
Brinch Hansen 80% Method
Fuller & Hay and Butter & Hay Method
10% D Rule Method
Now Try
Try
Tension Pile Load Test
Procedure
Interpretation
Interpretation
Interpretation

You might also like