You are on page 1of 9

Algortima Dasar Pertolongan Pertama pada Gawat Darurat

a. Ada pasien tidak sadar

Terkadang di jalan ada beberapa orang yang tergeletak di jalan begitu saja. Mereka
mungkin memerlukan bantuan Anda. Jika hal itu terjadi maka Anda harus menolong
mereka. Hal yang bisa Anda lakukan adalah menghubungi orang terdekat untuk juga
menolong mereka.

b. Pastikan kondisi tempat pertolongan aman bagi pasien dan penolong

Setelah Anda memberitahukan kepada lingkungan kalau Anda akan berusaha menolong,
maka pindahkan pasien ke tempat lain. Tempat yang aman bagi pasien dan bagi
penolong. Tempat yang aman bagi pasien dan penolong misalnya tempat yang tidak
membahayakan. Misalnya jika orang yang perlu kita tolong berada di jalan, maka
bawalah dia ke tempat yang lebih aman misalnya ke rumah penduduk setempat.

c. Cek kesadaran pasien.

Lakukan dengan metode AVPU, yakni :

A (Alert): Korban sadar jika tidak sadar lanjut ke poin V

V (Verbal): Cobalah memanggil-manggil korban dengan berbicara keras di telinga


korban. Pada tahap ini jangan sertakan dengan menggoyang atau menyentuh pasien,
jika tidak merespon lanjut ke P

P (Pain): Cobalah beri rangsang nyeri pada pasien, yang paling mudah adalah menekan
bagian putih dari kuku tangan di pangkal kuku. Selain itu dapat juga dengan menekan
bagian tengah tulang dada atau sternum dan juga areal di atas mata.

U (Unresponsive): Setelah diberi rangsang nyeri tapi pasien masih tidak bereaksi maka
pasien berada dalam keadaan unresponsive.

d. Call for Help.

Mintalah bantuan kepada masyarakat di sekitar untuk menelpon ambulans ( umumnya


pada nomor telepon 118 ) dengan memberitahukan :
1. Jumlah korban
2. Kesadaran korban sadar atau tidak sadar.
3. Perkiraan usia dan jenis kelamin misalnya lelaki muda atau ibu tua.
4. Tempat terjadi kegawatan meliputi alamat yang lengkap yang mudah ditunjukkan.

e. Membuat Korban Senyaman Mungkin.

Saat Anda sudah berusaha menelpon ambulan maka hal yang harus Anda lakukan
adalah membuat nyaman pasien. Hal itu dapat dilakukan dengan cara bebaskanlah
korban dari pakaian di daerah dada dengan membuka kancing baju bagian atas agar
dada terlihat. Setelah itu posisikan diri di sebelah korban, usahakan posisi kaki yang
mendekati kepala sejajar dengan bahu pasien.

f. Mengecek apa yang diderita korban.

Jika Ambulan tidak kunjung datang maka ceklah sendiri apakah ada tanda-
tanda berikut :

1.
luka-luka dari bagian bawah bahu ke atas(supra darkula)

2. pasien mengalami tumbukan di berbagai tempat, misal terjatuh dari sepeda motor.
berdasarkan saksi pasien mengalami cedera di tulang belakang bagian leher.

g. Mengartikan tanda-tanda yang diderita korban

Tanda-tanda yang diderita korban misalnya terjadi luka pada tulang belakang bagian
leher (cervical). Cedera pada bagian ini sangat berbahaya karena di sini terdapat. syaraf
yang mengatur fungsi vital manusia yakni nafas dan denyut jantung. Jika Anda bisa
menanganinya maka Anda dapat mencobanya. Namun jika tidak maka Anda tidak perlu
melakukan apapun. Anda tinggal menunggu ambulan atau Anda meminta tolong yang
lain bisakah merawat apa yang diderita korban.
Jika tidak ada tanda-tanda cedera tersebut maka lakukanlah Head Tilt and Chin Lift. Chin
lift dilakukan dengan cara menggunakan dua jari lalu mengangkat tulang dagu ke atas.
Ini disertai dengan melakukan Head tilt yaitu menahan kepala dan mempertahankan
posisi. Ini dilakukan untuk membebaskan jalan nafas korban.
JiKa ada tanda-tanda tersebut, maka beralihlah ke bagian atas pasien, jepit kepala
pasien dengan paha, usahakan agar kepalanya tidak bergerak-gerak lagi (imobilisasi)
dan lakukanlah Jaw Thrust. Gerakan ini dilakukan untuk menghindari adanya cedera
lebih lanjut pada tulang belakang bagian leher pasien.

h. Melakukan Pemeriksaan

Sambil melakukan treatment di atas, lakukanlah pemeriksaan kondisi jalan nafas dan
pernafasan pasien.
i. Metode pengecekan menggunakan metode look, listen and feel.

Look : Lihat apakah ada gerakan dada yakni gerakan bernafas, apakah gerakan tersebut
simetris atau tidak.
Listen : Dengarkan apakah ada suara nafas normal, dan apakah ada suara nafas
tambahan yang abnormal. Nafas tambahan yang abnormal bisa timbul karena ada
hambatan sebagian.

j. Periksalah jalan nafas

Periksalah jalan nafas pasien. Jika ternyata pasien masih bernafas, maka hitunglah
berapa frekuensi pernafasan pasien itu dalam 1 menit. Pernafasan normal adalah 12-20
kali permenit.

k. Periksa kembali nada karotis

Anda perlu mengecek kembali nadi karotis. Ini dilakukan dengan metode seperti di atas
selama 10 detik, jika teraba lakukan look listen and feel lagi. Jika tidak teraba ulangi
lagi.

l. Setelah berhasil mengamankan kondisi diatas periksalah tanda-tanda shock


pada pasien :

Denyut nadi > 100 kali per menit Telapak tangan basah dingin dan pucat Capilarry Refill
Time > 2 detik. CRT dapat diperiksa dengan cara menekan ujung kuku pasien dengan
kuku pemeriksaan selama 5 detik, lalu lepaskan, cek berapa lama waktu yang
dibutuhkan agar warna ujung kuku merah lagi.

m. Jika pasien shock, lakukan shock position pada pasien,yaitu dengan mengangkat kaki
pasien setinggi 45 derajat dengan harapan sirkulasi darah akan lebih banyak ke
jantung.

n. Pertahankan posisi shock sampai bantuan datang atau tanda-tanda shock


menghilang.

o. Jika ada pendarahan pada pasien, cobalah hentikan pendarahan dengan cara
menekan atau mengikat luka. Dalam mengikat jangan terlalu erat karena dapat
mengakibatkan jaringan yang diikat mati

p. Setelah kondisi pasien stabil, tetap monitor selalu kondisi pasien dengan look, listen
and feel, karena pasien sewaktu-waktu dapat memburuk secara tiba-tiba.
Pertolongan Pertama pada Gawat Darurat (PPGD)

Latar Belakang

B-GELS atau dalam bahasa Indonesia dikenal dengan Pertolongan Pertama Pada Gawat
Darurat (PPGD) adalah serangkaian usaha-usaha pertama yang dapat dilakukan pada
kondisi gawat darurat dalam rangka menyelamatkan pasien dari kematian.
Di luar negeri, PPGD ini sebenarnya sudah banyak diajarkan pada orang-orang awam
atau orang-orang awam khusus, namun sepertinya hal ini masih sangat jarang diketahui
oleh masyarakat Indonesia.
Melalui artikel ini, saya ingin sedikit memperkenalkan PPGD kepada pembaca sekalian.

Prinsip Utama

Prinsip Utama PPGD adalah menyelamatkan pasien dari kematian pada kondisi gawat
darurat. Kemudian filosofi dalam PPGD adalah “Time Saving is Life Saving”, dalam artian
bahwa seluruh tindakan yang dilakukan pada saat kondisi gawat darurat haruslah benar-
benar efektif dan efisien, karena pada kondisi tersebut pasien dapat kehilangan nyawa
dalam hitungan menit saja ( henti nafas selama 2-3 menit dapat mengakibatkan kematian)

Langkah-langkah Dasar
Langkah-langkah dasar dalam PPGD dikenal dengan singkatan A-B-C-D ( Airway -
Breathing – Circulation – Disability ). Keempat poin tersebut adalah poin-poin yang harus
sangat diperhatikan dalam penanggulangan pasien dalam kondisi gawat darurat

Algortima Dasar PPGD

1.Ada pasien tidak sadar

2.Pastikan kondisi tempat pertolongan aman bagi pasien dan penolong

3.Beritahukan kepada lingkungan kalau anda akan berusaha menolong

4.Cek kesadaran pasien


a.Lakukan dengan metode AVPU
b.A –> Alert : Korban sadar jika tidak sadar lanjut ke poin V
c. V –> Verbal : Cobalah memanggil-manggil korban dengan berbicara keras di telinga
korban ( pada tahap ini jangan sertakan dengan menggoyang atau menyentuh
pasien ), jika tidak merespon lanjut ke P
d.P –> Pain : Cobalah beri rangsang nyeri pada pasien, yang paling mudah adalah
menekan bagian putih dari kuku tangan (di pangkal kuku), selain itu dapat juga
dengan menekan bagian tengah tulang dada (sternum) dan juga areal diatas mata
(supra orbital)
e.U –> Unresponsive : Setelah diberi rangsang nyeri tapi pasien masih tidak bereaksi
maka pasien berada dalam keadaan unresponsive

5.Call for Help, mintalah bantuan kepada masyarakat di sekitar untuk menelpon ambulans
(118) dengan memberitahukan :
a.Jumlah korban
b.Kesadaran korban (sadar atau tidak sadar)
c. Perkiraan usia dan jenis kelamin ( ex: lelaki muda atau ibu tua)
d.Tempat terjadi kegawatan ( alamat yang lengkap)

6.Bebaskan lah korban dari pakaian di daerah dada ( buka kancing baju bagian atas agar
dada terlihat

7.Posisikan diri di sebelah korban, usahakan posisi kaki yang mendekati kepala sejajar
dengan bahu pasien

8.Cek apakah ada tanda-tanda berikut :


a.Luka-luka dari bagian bawah bahu ke atas (supra clavicula)
b.Pasien mengalami tumbukan di berbagai tempat (misal : terjatuh dari sepeda motor)
c. Berdasarkan saksi pasien mengalami cedera di tulang belakang bagian leher

9.Tanda-tanda tersebut adalah tanda-tanda kemungkinan terjadinya cedera pada tulang


belakang bagian leher (cervical), cedera pada bagian ini sangat berbahaya karena disini
tedapat syaraf-syaraf yg mengatur fungsi vital manusia (bernapas, denyut jantung)
a.Jika tidak ada tanda-tanda tersebut maka lakukanlah Head Tilt and Chin Lift.

http://www.toadspad.net/ems/graphics/cpr-head-tilt.jpg
Chin lift dilakukan dengan cara menggunakan dua jari lalu mengangkat tulang dagu (bagian
dagu yang keras) ke atas. Ini disertai dengan melakukan Head tilt yaitu menahan kepala dan
mempertahankan posisi seperti figure berikut. Ini dilakukan untuk membebaskan jalan napas
korban.

b.Jika ada tanda-tanda tersebut, maka beralihlah ke bagian atas pasien, jepit kepala pasien
dengan paha, usahakan agar kepalanya tidak bergerak-gerak lagi (imobilisasi) dan lakukanlah
Jaw Thrust

Gerakan ini dilakukan untuk menghindari adanya cedera lebih lanjut pada tulang
belakang bagian leher pasien.

10. Sambil melakukan a atau b di atas, lakukan lah pemeriksaan kondisi Airway (jalan napas)
dan Breathing (Pernapasan) pasien.

11. Metode pengecekan menggunakan metode Look, Listen, and Feel

Look : Lihat apakah ada gerakan dada (gerakan bernapas), apakah gerakan tersebut
simetris ?
Listen : Dengarkan apakah ada suara nafas normal, dan apakah ada suara nafas tambahan
yang abnormal (bisa timbul karena ada hambatan sebagian)

Jenis-jenis suara nafas tambahan karena hambatan sebagian jalan nafas :

a.Snoring : suara seperti ngorok, kondisi ini menandakan adanya kebuntuan jalan napas
bagian atas oleh benda padat, jika terdengar suara ini maka lakukanlah pengecekan langsung
dengan cara cross-finger untuk membuka mulut (menggunakan 2 jari, yaitu ibu jari dan jari
telunjuk tangan yang digunakan untuk chin lift tadi, ibu jari mendorong rahang atas ke atas,
telunjuk menekan rahang bawah ke bawah). Lihatlah apakah ada benda yang menyangkut di
tenggorokan korban (eg: gigi palsu dll). Pindahkan benda tersebut

b. Gargling : suara seperti berkumur, kondisi ini terjadi karena ada kebuntuan yang
disebabkan oleh cairan (eg: darah), maka lakukanlah cross-finger(seperti di atas), lalu
lakukanlah finger-sweep (sesuai namanya, menggunakan 2 jari yang sudah dibalut dengan
kain untuk “menyapu” rongga mulut dari cairan-cairan).

c.Crowing : suara dengan nada tinggi, biasanya disebakan karena pembengkakan


(edema) pada trakea, untuk pertolongan pertama tetap lakukan maneuver head tilt and chin
lift atau jaw thrust saja

Jika suara napas tidak terdengar karena ada hambatan total pada jalan napas, maka dapat
dilakukan :

a.Back Blow sebanyak 5 kali, yaitu dengan memukul menggunakan telapak tangan daerah
diantara tulang scapula di punggung

b.Heimlich Maneuver, dengan cara memposisikan diri seperti gambar, lalu menarik tangan ke
arah belakang atas.
c.Chest Thrust, dilakukan pada ibu hamil, bayi atau obesitas dengan cara memposisikan diri
seperti gambar lalu mendorong tangan kearah dalam atas.
Feel : Rasakan dengan pipi pemeriksa apakah ada hawa napas dari korban ?

12. Jika ternyata pasien masih bernafas, maka hitunglah berapa frekuensi pernapasan pasien
itu dalam 1 menit (Pernapasan normal adalah 12 -20 kali permenit)

13. Jika frekuensi nafas normal, pantau terus kondisi pasien dengan tetap melakukan Look
Listen and Feel

14. Jika frekuensi nafas < 12-20 kali permenit, berikan nafas bantuan (detail tentang nafas
bantuan dibawah)

15. Jika pasien mengalami henti nafas berikan nafas buatan (detail tentang nafas buatan
dibawah)

16. Setelah diberikan nafas buatan maka lakukanlah pengecekan nadi carotis yang terletak di
leher (ceklah dengan 2 jari, letakkan jari di tonjolan di tengah tenggorokan, lalu gerakkan lah
jari ke samping, sampai terhambat oleh otot leher (sternocleidomastoideus), rasakanlah
denyut nadi carotis selama 10 detik.
17. Jika tidak ada denyut nadi maka lakukanlah Pijat Jantung(figure D dan E , figure F
pada bayi), diikuti dengan nafas buatan(figure A,B dan C),ulang sampai 6 kali siklus pijat
jantung-napas buatan, yang diakhiri dengan pijat jantung

18. Cek lagi nadi karotis (dengan metode seperti diatas) selama 10 detik, jika teraba
lakukan Look Listen and Feel (kembali ke poin 11) lagi. jika tidak teraba ulangi poin nomer
17.

19. Pijat jantung dan nafas buatan dihentikan jika


a.Penolong kelelahan dan sudah tidak kuat lagi
b.Pasien sudah menunjukkan tanda-tanda kematian (kaku mayat)
c.Bantuan sudah datang
d.Teraba denyut nadi karotis

20. Setelah berhasil mengamankan kondisi diatas periksalah tanda-tanda shock pada pasien :
a.Denyut nadi >100 kali per menit
b.Telapak tangan basah dingin dan pucat
c.Capilarry Refill Time > 2 detik ( CRT dapat diperiksa dengan cara menekan ujung kuku
pasien dg kuku pemeriksa selama 5 detik, lalu lepaskan, cek berapa lama waktu yg
dibutuhkan agar warna ujung kuku merah lagi)

21. Jika pasien shock, lakukan Shock Position pada pasien, yaitu dengan mengangkat kaki
pasien setinggi 45 derajat dengan harapan sirkulasi darah akan lebih banyak ke jantung

22. Pertahankan posisi shock sampai bantuan datang atau tanda-tanda shock
menghilang

23. Jika ada pendarahan pada pasien, coba lah hentikan perdarahan dengan cara menekan
atau membebat luka (membebat jangan terlalu erat karena dapat mengakibatkan jaringan yg
dibebat mati)

24. Setelah kondisi pasien stabil, tetap monitor selalu kondisi pasien dengan Look Listen and
Feel, karena pasien sewaktu-waktu dapat memburuk secara tiba-tiba.

Nafas Bantuan
Nafas Bantuan adalah nafas yang diberikan kepada pasien untuk menormalkan frekuensi
nafas pasien yang di bawah normal. Misal frekuensi napas : 6 kali per menit, maka harus
diberi nafas bantuan di sela setiap nafas spontan dia sehingga total nafas permenitnya
menjadi normal (12 kali).
Prosedurnya :

1. Posisikan diri di samping pasien

2. Jangan lakukan pernapasan mouth to mouth langsung, tapi gunakan lah kain sebagai
pembatas antara mulut anda dan pasien untuk mencegah penularan penyakit2

3. Sambil tetap melakukan chin lift, gunakan tangan yg tadi digunakan untuk head tilt untuk
menutup hidung pasien (agar udara yg diberikan tidak terbuang lewat hidung).
4. Mata memperhatikan dada pasien

5. Tutupilah seluruh mulut korban dengan mulut penolong


6.Hembuskanlah nafas satu kali ( tanda jika nafas yg diberikan masuk adalah dada pasien
mengembang)

7.Lepaskan penutup hidung dan jauhkan mulut sesaat untuk membiarkan pasien
menghembuskan nafas keluar (ekspirasi)

8.Lakukan lagi pemberian nafas sesuai dengan perhitungan agar nafas kembali normal

Nafas Buatan
Cara melakukan nafas buatan sama dengan nafas bantuan, bedanya nafas buatan diberikan
pada pasien yang mengalami henti napas. Diberikan 2 kali efektif (dada mengembang )

Pijat Jantung
Pijat jantung adalah usaha untuk “memaksa” jantung memompakan darah ke seluruh tubuh,
pijat jantung dilakukan pada korban dengan nadi karotis yang tidak teraba. Pijat jantung
biasanya dipasangkan dengan nafas buatan (seperti dijelaskan pada algortima di atas)

Prosedur pijat jantung :


1. Posisikan diri di samping pasien

2. Posisikan tangan seperti gambar di center of the chest ( tepat ditengah-tengah dada)
3. Posisikan tangan tegak lurus korban seperti gambar
4.Tekanlah dada korban menggunakan tenaga yang diperoleh dari sendi panggul (hip joint)

5.Tekanlah dada kira-kira sedalam 4-5 cm (seperti gambar kiri bawah)


6. Setelah menekan, tarik sedikit tangan ke atas agar posisi dada kembali normal (seperti
gambar kanan atas)

7. Satu set pijat jantung dilakukan sejumlah 30 kali tekanan, untuk memudahkan menghitung
dapat dihitung dengan cara menghitung sebagai berikut :

Satu Dua Tiga EmpatSATU


Satu Dua Tiga Empat DUA
Satu Dua Tiga Empat TIGA
Satu Dua Tiga Empat EMPAT
Satu Dua Tiga Empat LIMA
Satu Dua Tiga Empat ENAM

8. Prinsip pijat jantung adalah :

a. Push deep
b. Push hard
c. Push fast
d. Maximum recoil (berikan waktu jantung relaksasi)
e. Minimum interruption (pada saat melakukan prosedur ini penolong tidak boleh diinterupsi)
Perlindungan Diri Penolong
Dalam melakukan pertolongan pada kondisi gawat darurat, penolong tetap harus senantiasa
memastikan keselamatan dirinya sendiri, baik dari bahaya yang disebabkan karena
lingkungan, maupun karena bahaya yang disebabkan karena pemberian pertolongan.

Poin-poin penting dalam perlindungan diri penolong :


1.Pastikan kondisi tempat memberi pertolongan tidak akan membahayakan penolong dan
pasien
2.Minimasi kontak langsung dengan pasien, itulah mengapa dalam memberikan napas
bantuan sedapat mungkin digunakan sapu tangan atau kain lainnya untuk melindungi
penolong dari penyakit yang mungkin dapat ditularkan oleh korban
3.Selalu perhatikan kesehatan diri penolong, sebab pemberian pertolongan pertama adalah
tindakan yang sangat memakan energi. Jika dilakukan dengan kondisi tidak fit, justru akan
membahayakan penolong sendiri.

Penutup
Sekian tulisan ini penulis buat, penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari
sempurna, kritik dan saran dapat di alamatkan ke email.etja@gmail.com Semoga dapat
bermanfaat bagi seluruh pembaca dan terutama untuk penulis sendiri

You might also like