You are on page 1of 4

1.

Menurut anda bagaimanakah dampak penerapan teori Trancultural Nursing – Leininger


bagi perkembangan keperawatan di Indonesia?
Indonesia adalah negara yang memiliki ragam budaya. Dimana setiap daerah
memiliki ciri khas budaya masing-masing. Selain merupakan negara yang memiliki ragam
budaya, Indonesia juga merupakan negara yang menganut ragam agama dan mayoritas
penduduknya merupakan penganut agama Islam.
Dampak penerapan teori Transcultural Nursing – Leininger bagi perkembangan
keperawatan di Indonesia adalah:
- Kehilangan klien/pasien sebagai akibat terjadinya tindakan perawatan berdasarkan
pengelompokkan budaya
Mengelompokkan budaya tertentu bersama-sama dapat terjadi saat merawat karena
meskipun perawat mungkin menghadapi banyak pasien keturunan dari luar daerah
dalam praktiknya, tetapi beberapa pasien tersebut ingin diperlakukan sesuai dengan
standar perawatan mereka sendiri dan tidak suka digeneralisasi dengan budaya daerah
lainnya. Melakukan perlakuan secara general pada pasien dapat membuat pasien tidak
sabar untuk mencari perawatan kesehatan yang lainnya karena bias menimbulkan rasa
tidak nyaman.
- Muncul kesulitan bagi perawat dalam melakukan tindakan keperawatan

Di Indonesia ada beberapa agama yang dianut oleh masyarakatnya. Dalam


beberapa agama tersebut tidak mengizinkan kontak dengan lawan jenis dan terkadang
orang lain tidak mengizinkan daerah-daerah tertentu dari tubuhnya untuk disentuh
sama sekali. Sebagai akibatnya, perawat harus mengambil langkah-langkah untuk
berkomunikasi dengan pasien mereka untuk menentukan apa yang diharapkan dan
mempertahankan tingkat tinggi profesionalisme seluruh interaksi.

- Perspektif tentang kematian dan sekarat menjadi sangat bervariasi di seluruh budaya
Perawat yang disiapkan di transculturalism akan menyadari bahwa menjelaskan
kepada keluarga pasien yang menganut agama Islam bahwa pasien akan mati dari
akibat suatu penyakit adalah tidak tepat. Karena dalam Islam dijelaskan bahwa Allah
memutuskan nasib individu, bukan proses penyakit. Sehingga jika perawat
melakukannya, maka secara tidak langsung, perawat dianggap berusaha untuk
menodai kepercayaan agama dari pasien dan keluarga, di mana seharusnya perawat
tidak campur tangan.

SUMBER: Busher Betancourt, Daniel A. (2015). “Madeleine Leininger and the


Transcultural Theory of Nursing."The Downtown Review. Vol. 2. Iss. 1. Cleveland:
Cleveland State University.

2. Ungkapkan pendapat anda apabila anda sebagai seorang perawat menemukan klien lawan
jenis yang menolak untuk dirawat oleh anda?
Sebagai perawat kita harus mencoba melakukan pendekatan untuk
mengidentifikasi alasan penolakan yang dilakukan pasien tersebut dengan cara
menentukan langkah-langkah berkomunikasi secara efektif dengan pasien untuk
menentukan apa yang diharapkan. Perawat memahami bahwa semua pasien memiliki hak
sosial dan budaya yang diperlukan untuk martabat dan pembangunan bebas mereka (Smith,
1998). Perawat berfungsi sebagai pendukung pasien dengan menyediakan atau
memfasilitasi suara untuk kebutuhan dan kekhawatiran pasien mereka. Perawat
menganjurkan pasien mereka dalam kerangka kerja kolaboratif yang menghormati
kebutuhan, keinginan, dan prioritas pasien mereka. Mereka melakukan komunikasi dengan
menjelaskan bahwa mereka melatih keamanan budaya dengan mengidentifikasi,
memahami, dan menghargai karakteristik biofisik, ekonomi, psikososial, spiritual, dan
budaya pasien, keluarga pasien, lingkungan, dan komunitas pasien (Dewan Perawat
Selandia Baru, 2009a). Hal ini terjadi dalam proses kolaborasi yang penuh hormat untuk
mencapai tujuan kesehatan yang disepakati, untuk mengindividualisasikan pendidikan
kesehatan kepada pasien secara individual maupun populasi, dan untuk memilih serta
memberikan perawatan kesehatan. Ini dilakukan agar nantinya timbul kepercayaan dari
pasien kepada perawat untuk melakukan tindakan keperawatan pada pasien tersebut.

SUMBER: Douglas, Marilyn K. dkk. (2011). Standards of Practice for Culturally


Competent Nursing Care: 2011 Update. San Francisco: University of California.
3. Kasus 1
Kabupaten Sikka dengan ibukota Maumere, disebut sebagai salah satu pintu gerbang utama
bagi arus masuk/keluarnya barang dan manusia di daratan Flores. Akses transportasi laut,
udara dan darat sangat mendukung. Hasil sensus penduduk 2010, oleh Badan Pusat
Statistik Kabupaten Sikka menunjukkan perbandingan laki-laki dan perempuan (Seks
ratio) sebesar 89,95 yang berarti penduduk perempuan lebih banyak 10,05 dari penduduk
laki-laki. Kabupaten Sikka mempunyai 21 Kecamatan, 18 pulau ( 9 pulau dihuni, 9 pulau
tidak ada penghuni), dengan 160 desa/kelurahan, temperatur udara rata-rata 27,6 derajat
celsius. Sebagian besar masyarakat Sikka beragama Katolik, disusul agama Islam dan
Protestan (merupakan agama yang dianut oleh para pendatang). Kabupaten Sikka
mempunyai sesuatu yang khas yaitu ‘moke’. ‘Moke’ nama dalam bahasa Sikka yang
diberikan untuk minuman dibuat dari pohon aren/lontar dan pohon enau. Minuman ini
biasa disajikan pada upacara adat dan mengandung alkohol.
Pertanyaan:
Berdasarkan kasus 1 bagaimana tindakan anda sebagai perawat mengenai kebiasaan
“Moke” dikaitkan dengan dampak minuman beralkohol bagi kesehatan?
Memberikan edukasi kepada masyarakat Kabupaten Sikka tanpa bermaksud untuk
melunturkan nilai budaya yang telah ada turun temurun. Memberitahukan tentang dampak
penggunaan alkohol dalam jangka panjang maupun jangka pendek. Menjelaskan bahwa
Moke mengandung etanol dan sebagai bahan psikoaktif, mengonsumsi etanol dapat
membuat seseorang mengalami penurunan kesadaran. Selain mengandung etanol,
minuman keras mengandung zat adiktif yang akan menimbulkan efek candu bagi
peminumnya. Hingga saat ini belum ada penelitian pasti mengenai dampak positif
mengonsumsi moke bagi kesehatan. Pastinya, mengonsumsi minuman keras secara
berkepanjangan akan berdampak buruk bagi organ tubuh. Efek memabukkan juga bisa
mempengaruhi aktivitas harian.
Dari segi agama pun ada beberapa ayat dalam kitab-kitab yang melarang
mengonsumsi alkohol. Seperti pada Agama Islam, di dalam Al Quran Surat Al-Maidah
ayat 90, Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya khamar berjudi, berhala, mengundi nasib
dengan panah, adalah najis termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-
perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.”. Pada Agama Kristen, di dalam kitab
Imamat 10:8-9, Tuhan berfirman kepada Harun, “Janganlah engkau minum anggur atau
minuman keras, engkau serta anak-anakmu, supaya kamu jangan mati. Itulah suatu
ketetapan untuk selamanya bagi kamu turun temurun.”. Pada Agama Buddha, aturan
Kelima (The Fifth Precept) ajaran Budha menyebutkan, “Aku berusaha untuk tidak
meminum minuman difermentasi dan disuling yang dapat menyebabkan Ketidaksadaran.”.
Pada Agama Hindu, kitab Hindu juga melarang minuman keras, “Untuk minuman keras
kotoran yang diekskresikan dari beras, dan kotoran tersebut berasal dari setan; Oleh
karena itu seorang imam, penguasa, atau orang biasa tidak boleh minum minuman keras.”.

SUMBER: Darmawan, S. 2010. Pengertian Minuman Keras dan Dampaknya. Dalam


http://www.mirasantika/1.html. diakses tanggal 2 November 2017.

You might also like