Professional Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
Tuberkulosis paru merupakan bentuk TB yang sering terjadi yaitu sekitar 80%
paru. Hal ini karena penyebarannya yang bersifat limfogen dan hematogen. Salah
diketahui bahwa tuberkulosis milier memiliki angka kejadian sekitar 3-7% dari
seluruh kasus TB dengan angka kematian yang tinggi (dapat mencapai 25% pada
spesifik).5 Tuberkulosis milier lebih sering terjadi pada bayi dan anak kecil
terutama usia <2 tahun. Hal ini dikarenakan imunitas seluler spesifik, fungsi
tubuh.5,6
edukasi terhadap pasien serta keluarga pasien, dukungan emosional dari klinisi
dan keluarga serta persiapan pasien untuk dapat melakukan kehidupan sosialnya
sangat diperlukan.7
isoniazid dan rifampisin sampai 9-12 bulan sesuai dengan perkembangan klinis.
prednison dengan dosis 2mg/kgbb/hari selama 4 minggu full dose (dibagi dalam 3
dosis) kemudian diturunkan secara perlahan (tappering off) selama 1-2 minggu
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Tuberkulosis
Definisi Tuberkulosis
disebabkan oleh bakteri yaitu Mycobacterium Tuberculosis. Basil ini, akan masuk
ke dalam tubuh melalui inhalasi lalu masuk ke paru dan menyebar ke seluruh
tubuh melalui aliran darah dan sistem limfatik atau secara langsung menyebar ke
selain paru.2
3
Etiologi Tuberkulosis
dapat menyebabkan morbiditas dan mortalitas yang cukup tinggi di dunia. Banyak
terjadi, penyalahgunaan obat dan imigrasi dari negara yang sedang berkembang,
grup yang sangat tinggi menjadi tuberkulosis pulmo. Dari beberapa faktor
Kuman ini dapat hidup pada udara kering maupun dalam keadaan dingin dapat
tahan bertahun-tahun dalam lemari es. Hal ini terjadi karena kuman bersifat
dormant. Dari sifat dormant ini, kuman dapat bangkit kembali dan menjadikan
sitoplasma makrofag. Sifat lain kuman ini adalah bersifat aerob. Hal ini
oksigennya. Dalam hal ini, tekanan oksigen pada bagian apikal, paru-paru lebih
tinggi dari pada bagian lain, sehingga bagian apikal ini merupakan tempat
4
Epidemiologi Tuberkulosis
morbiditas dan mortalitas di dunia, sekitar 9 juta kasus dan 2 juta dinyatakan
tantangan bagi para ahli kesehatan untuk mendiagnosis dan melakukan terapinya.
Tidak seperti TB pada dewasa, TB pediatrik sering disertai oleh gejala dan tanda
dengan peningkatan kasus dari 9.24 juta kasus tahun 2006, 8.3 juta kasus tahun
200 dan 6.6 juta kasus tahun 1990. Pravelensi dan tingkat mortalitas TB dari 13,7
juta kasus tahun 2007 (206 per 100.000 populasi) dan tahun 2006 yaitu 13.9 juta
kasus (210 per 100.000 populasi), menyebabkan angka mortalitas sekitar 1,3 juta
hal ini tidak cukup cepat untuk memenuhi kebutuhan target secara global.
100 kali lebih meningkat insidensi TB bahkan jika strategi stop TB berhasil
diimplementasikan.12
sejak tahun 1992 dan puncaknya tahun 2006, kasus TB mengalami penurunan
yaitu 13.770 kasus (4,6 per 100.000 populasi). Walaupun ternyata Amerika Serikat
2010.10
5
Diagram 1. Insidensi Penyakit Tuberkulosis di dunia 2009.
tuberkulosis, lebih tinggi pada negara-negara dengan yang memiliki sumber daya
manusia yang lemah, korupsi, gross domestic product (GDP) per capita dan
beberapa negara yang memiliki sumber daya manusia yang minimal suplementasi
nutrisi di negaranya. 13
6
Status ekonomi dan perkembangan sistem kesehatan diberbagai negara
Asia dan area Pasifik. Penelitian dari Wu (2012) menyarankan agar setiap negara
Klasifikasi
Tuberkulosis dibagi menjadi Primary TB, yang biasa terjadi pada anak-
anak dan Post-primary TB yang biasa terjadu pada orang dewasa. Tuberkulosis
7
meningitis atau tuberkulosis milier. Diagnosis dan penanganan yang dini, sangat
bakteriologik pada penyakit, sangat sulit untuk dilakukan. Selain itu, dalam
pengecekan uji tuberkulin pada bayi juga dapat negatif, oleh karena itu harus
digali secara teliti mengenai adanya kontak langsung dengan penderita TB dan
anak-anak, penyakit ini dapat terjadi secara akut atau subakut dengan panas tinggi
kompleks primer, yang biasanya terjadi dalam waktu 6 bulan pertama, sering
disebabkan penyebaran secara hematogen dari basil tuberkel tersebut. Hal ini
terjadi pada anak-anak muda yang mengalami infeksi primer sebelumnya. Selain
8
itu, tuberkulosis milier juga merupakan sebuah komplikasi pada lesi tuberkulosis
melaporkan bahwa sekitar 2-3 juta pasien meninggal tiap tahunnya akibat TB
Milier. Insidensi TB Milier nampak lebih tinggi di Amerika dan Afrika terutama
Amerika Serikat. Hal ini disebabkan faktor risiko sosial ekonomi, jenis kelamin
yaitu lelaki lebih banyak dibanding perempuan dan faktor kesehatan. Tidak
diketahui bahwa tuberkulosis milier ini merupakan salah satu bentuk TB berat dan
dan memiliki angka kejadian sekitar 3-7% dari seluruh kasus TB dengan angka
kematian yang tinggi (dapat mencapai 25% pada bayi). Tuberkulosis milier lebih
sering terjadi pada bayi dan anak kecil terutama usia <2 tahun. Hal ini
berkembang biak dan menyebar keseluruh tubuh. Akan tetapi, TB milier juga
dapat terjadi pada anak besar dan remaja akibat pengobatan penyakit paru primer
sebelumnya yang tidak adekuat atau pada usia dewasa akibat reaktivasi kuman
yang dorman.5,6
TB milier ini, selalu diikuti oleh infeksi primer, dengan atau tanpa periode
laten yang pendek. Infeksi yang terjadi pada TB Milier dikarakteristikan sebagai
9
jumlah yang besar dari basil TB. Walaupun dengan foto thorax, TB Milier dapat
didiagnosis, akan tetapi bila tidak ditangani dengan segera maka dapat
menyebabkan kematian pada pasien. Sekitar 25% pasien dengan TB Milier dapat
dan spesifik). Beberapa kondisi yang menurunkan sistem imun juga dapat
perkembangan penyakit ini ialah faktor lingkungan, yaitu kurangnya paparan sinar
matahari, perumahan yang padat, polusi udara, asap rokok, penggunaan alkohol,
Gambar 1. Mycobacterium
Tuberculosis
10
II.5. Patofisiologi Tuberkulosis Milier
bahwa TB milier termasuk dalam TB pulmo yang berat (Severe Pulmonary TB).
Setelah paparan dan inhalasi dari basil TB melalui droplet infection, maka
basil TB ini akan masuk ke saluran pernafasan dan ke daerah paru. Hal ini diikuti
waktu 3 bulan, apabila kondisi pasien mengalami penurunan, sanitasi buruk dan
keadaan gizi kurang, maka basil TB akan menyebar secara hematogen, setelah
terjadi infeksi primer. Akan tetapi TB milier, dapat terjadi sebagai TB primer atau
11
Pada awalnya, akibat adanya penularan terhadap basil ini, maka akan
mengaktifkan sistem imun tubuh. Pertama diatasi oleh mekanisme imunologis non
spesifik. Setelah itu, basil tersebut juga mengaktifkan makrofag alveolar yang
basil ini untuk berikatan dengan reseptor makrofag alveolar. Akibat hal tersebut
berlangsung cepat.16
menghancurkan sebagian besar kuman TB. Makrofag ini juga akan menginisiasi
12
infeksi akibat basil ini, lalu diikuti terjadinya fase latent tuberculosis atau
progressive tuberculosis. Akan tetapi, pada sebagian kecil kasus, makrofag tidak
yang terjadi setiap 25-32 jam. Akibat reaksi makrofag dan mycobacterium
menggiring antigen dari basil ini ke permukaan Tcell untuk terus bereaksi
melawan mycobakterium ini. Selain itu, kuman TB yang tidak dapat dilawan oleh
kuman TB di jaringan paru disebut Fokus Primer GOHN. Waktu yang diperlukan
disebut sebagai masa inkubasi TB. Hal ini berbeda dengan pengertian masa
inkubasi pada proses infeksi lain, yaitu waktu yang diperlukan sejak masuknya
dalam waktu 4-8 minggu dengan rentang waktu antara 2-12 minggu. Dalam masa
inkubasi tersebut, kuman tumbuh hingga mencapai jumlah 10 -10, yaitu jumlah
13
Tabel 3. Waktu Tahapan Perjalanan Infeksi Mycbacterium Tuberculosis17
kelenjar limfe regional, yaitu kelenjar limfe yang mempunyai saluran limfe ke
limfe (limfangitis) dan di kelenjar limfe (limfadenitis) yang terkena. Jika fokus
primer terletak di lobus paru bawah atau tengah, kelenjar limfe yang akan terlibat
adalah kelenjar limfe parahilus, sedangkan jika fokus primer terletak di apeks
paru, yang akan terlibat adalah kelenjar paratrakeal. Kompleks primer merupakan
tersebut akan berlanjut tumbuh sampai jumlah yang dicapai cukup untuk bereaksi
dengan sistem imun tubuh. Sehingga, terjadi perubahan pada jaringan tubuh yang
14
terhadap tuberkuloprotein, yaitu timbulnya respons positif terhadap uji tuberculin.
Selama masa inkubasi, uji tuberculin masih negatif. Setelah kompleks primer
besar individu dengan sistem imun yang berfungsi baik, begitu sistem imun
TB dapat tetap hidup dalam granuloma. Granuloma ini terbentuk akibat adanya
reaksi dengan sistem imunitas. Selain itu, lesi yang terbentuk merupakan tipe
nodular yang terbentuk akibat adanya akumulasi dari pengaktifan T-limfosit dan
makrofag yang terbentuk akibat upaya dalam mempertahankan replikasi basil TB.
Hal ini dapat berlanjut membentuk nekrosis padat di tengah dari lesi yang
protein regulation untuk tetap bertahan. Sekitar 2 sampai 3 minggu, nekrosis yang
oksigen yang rendah, pH rendah, nutrisi yang terbatas. Kondisi ini akan
akan terus berlanjut. Bila imunitas seluler telah terbentuk, kuman TB baru yang
mengalami nekrosis perkejuan dan enkapsulasi. Kelenjar limfe regional juga akan
sesempurna focus primer di jaringan paru. Kuman TB dapat tetap hidup dan
menetap selama bertahun-tahun dalam kelenjar ini. Kompleks primer dapat juga
15
mengalami komplikasi. Komplikasi yang terjadi dapat disebabkan oleh fokus paru
atau di kelenjar limfe regional. Fokus primer di paru dapat membesar dan
yang berat, bagian tengah lesi akan mencair dan keluar melalui bronkus sehingga
paratrakea yang mulanya berukuran normal saat awal infeksi, akan membesar
karena reaksi inflamasi yang berlanjut ke area bronkus. Obstruksi parsial pada
fistula. Massa keju dapat menimbulkan obstruksi komplit pada bronkus sehingga
16
Gambar 4. Perjalanan Infeksi Terinfeksi Mycobacterium Tuberculosis
kuman TB menyebar secara sporadic dan sedikit demi sedikit sehingga tidak
di seluruh tubuh. Organ yang biasanya dituju adalah organ yang mempunyai
vaskularisasi baik, misalnya otak, tulang, ginjal, dan paru sendiri, terutama apeks
paru atau lobus atas paru. Di berbagai lokasi tersebut, kuman TB akan bereplikasi
dan membentuk koloni kuman sebelum terbentuk imunitas seluler yang akan
membatasi pertumbuhannya.7,16
17
Di dalam koloni yang sempat terbentuk dan kemudian dibatasi
pertumbuhannya oleh imunitas seluler, kuman tetap hidup dalam bentuk dormant.
Fokus ini umumnya tidak langsung berlanjut menjadi penyakit, tetapi berpotensi
untuk menjadi fokus reaktivasi. Fokus potensial di apkes paru disebut sebagai
sejumlah besar kuman TB masuk dan beredar dalam darah menuju ke seluruh
secara akut, yang disebut TB diseminata atau milier. TB milier ini timbul dalam
waktu 2-6 bulan setelah terjadi infeksi. Timbulnya penyakit bergantung pada
pejamu (host) dalam mengatasi infeksi TB, misalnya pada balita. 7,16
spread dengan jumlah kuman yang besar. Semua tuberkel yang dihasilkan melalui
cara ini akan mempunyai ukuran yang lebih kurang sama. Istilah milier berasal
seed). Secara patologi anatomik, lesi ini berupa nodul kuning berukuran 1-3 mm,
18
terjadi bila suatu fokus perkejuan menyebar ke saluran vaskular di dekatnya,
sehingga sejumlah kuman TB akan masuk dan beredar di dalam darah. Secara
klinis, sakit TB akibat penyebaran tipe ini tidak dapat dibedakan dengan acute
generalized hematogenic spread. Hal ini dapat terjadi secara berulang. 7,16
tetapi ekstrapulmoner dapat terjadi sekitar 20% dari pasien yang mengalami
19
immunosupresi yang dialami pasien. Lokasi yang serius apabila terkena yakni
beberapa kasus.
ini. Hal ini dikarenakan penyebarannya secara hematogen, bentuk ini dikenal
dengan tuberkulosis milier atau diseminata. Basil dapat mengikuti aliran darah
terjadi secara cepat dan sulit didiagnosis, karena beredar secara sistemik dan tidak
memiliki tanda serta gejala spesifik pada penyakit ini. Adapun gejala dan tanda
nonspesifik yang muncul, antara lain demam, penurunan berat badan, dan
kelemahan.7
banyaknya kuman dan jenis organ yang terkena. Gejala yang sering dijumpai
adalah keluhan kronik yang tidak khas, seperti TB pada umumnya, misalnya
anoreksia dan BB turun atau gagal tumbuh pada anak (dengan demam ringan atau
tanpa demam), demam lama dengan penyebab yang tidak jelas, serta batuk dan
sesak nafas. Tuberkulosis milier, juga dapat diawali dengan serangan akut berupa
demam tinggi yang seirng hilang timbul (remittent), pasien tampak sakit berat
dalam beberapa hari, tetapi gejala dan tanda respiratorik belum ada. Sekitar 50%
yang akan terjadi dalam beberapa minggu. Demam kemudian bertambah tinggi
20
dan berlangsung terus menerus atau kontinu, tanpa diserti gejala respiratorik atau
disertai gejala minimal dan foto rontgen thorax biasanya masih normal. Beberapa
terutama diparu, limpa, hati dan sumsum tulang. Gejala klinis, biasanya timbul
akibat gangguan pada paru, yaitu gejala respiratorik seperti batuk dan sesak nafas
yang disertai ronkhi atau mengi. Pada kelainan paru yang berlanjut, dapat timbul
Pemeriksaan Fisik
badan atau keadaan gizi, pembesaran kelenjar limfe kolli, aksila, inguinal dan
21
Pemeriksaan Penunjang
Gejala lain yang dapat ditemukan ialah kelainan kulit berupa tuberkuloid,
papula nekrotik, nodul atau purpura. Tuberkuloid koroid ditemukan pada 13-87%
pasien, dan jika ditemukan dini dapat menjadi tanda yang sangat spesifik dan
Seseorang yang menerima vaksin BCG dapat memberikan hasil yang positif pada
TST. Hal ini dikarenakan efek BCG pada hasil TST kurang lebih bermakna
22
Gambaran radiologis
Gambaran radiologis yang khas, juga merupakan salah satu alat bantu
diagnostik pada tuberkulosis milier ini. Lesi milier dapat terlihat pada foto
Rontgen Thorax dalam waktu 2-3 minggu setelah penyebaran basil secara
hematogen.
atau tuberkel halus (millii) 2mm (1-5mm) di daerah paru dan nampak jika
dilakukan foto thorax. Bentukan ini terlihat sekitar 1-3% dari semua kasus TB.
Sekitar 1-2 minggu setelah timbulnya penyakit, pada foto Rontgen thorax, dapat
23
b. Ada 2 atau lebih dari hal dibawah ini,
Adanya sejarah kontak dengan penderita tuberkulosis
Batuk lebih dari atau sama dengan 2 minggu
Tuberculin test positif, yaitu ≥ 10 mm pada anak tanpa adnya vaksinasi
Adanya respon terhadap terapi anti-TB, terjadi peningkatan berat badan
24
Selain berdasarkan anamnesis, gejala klinis, pemeriksaan fisik dan
diagnosis dan penatalaksanaan pasien yang diduga TB. Oleh karena itu, saat ini
Sistem skoring
sedang berkembang, di mana sekitar 95% kasus terjadi. Biaya, kesulitan teknis,
dan kurangnya sumber daya membuat diagnosis TB pada anak sangat sulit
sistem skoring telah diusulkan. Sistem ini dibuat berdasarkan informasi yang
tersedia dari pasien dan beberapa hasil tes yang dilakukan. Meskipun membantu,
tetapi sensitivitas dan spesifitasnya rendah. Beberapa hal dari sistem skoring ini
yaitu riwayat kontak dengan pasien TB, uji tuberkulin, pemeriksaan foto thorax.
Oleh karena itu, hal ini sangat efektif dalam mendiagnosis seorang anak
mengalami tuberkulosis.
25
II.7. Penatalaksanaan Tuberkulosis Milier
peranan penting terhadap perbaikan kasus ini. Sebagai klinisi, sangat penting
dapat mengetahui lebih cepat mengenai tanda dan gejala tuberkulosis milier.
emosional dari klinisi dan keluarga serta persiapan pasien untuk dapat melakukan
kehidupan sosialnya setelah pulang dari rumah sakit merupakan hal yang sangat
penting dilakukan. Hal ini dikarenakan latar belakang timbulnya penyakit ini
pasien. Selain itu, terkadang seseorang yang mengalami tuberkulosis ini, sulit
diterima oleh masyarakat sehingga menambah bebab pikiran yang dapat berakibat
penularan pada anak adalah orangdewasa yang menderita TB aktif dan kontak erat
dengan anak tersebut, setelah itu, diharapkan sumber penularannya segera diobati
agar tidak terjadi penularan lebih lanjut. Edukasi kepada keluarga agar pasien
minum obat secara teratur (adheren) dan dihabiskan sesuai resep dokter walaupun
merasa sudahsembuh. Selain itu diberitahukan juga efek samping obat yang
mungkin terjadi. Dan minta agar pasien datang kembali tiap 2 minggu selama
2 bulan untuk mengevaluasi efek samping obat (pemeriksaan fungsi hati), dan
melawan aktifitas basil tuberkulosis sampai saat ini yaitu isoniazid (H), rifampicin
26
(R), ethambutol (E) dan pyrazinamid (P) merupakan onat lini pertama yang
amykacin).17
Pemilihan regimen obat ini didasarkan pada sifat basil sendiri, mekanisme
asam ketika basil ini berada diekstraseluler yakni saat tersebut, pertumbuhan basil
ini lambat saat diekstraseluler. Oleh karena itu, saat inilah basil tersebut dapat
dimusnahkan dengan baik oleh RMP. Berdasarkan hal tersebut, ketiga regimen
27
Tabel 7. Berbagai Regimen Obat Untuk TB Milier20
terus dilakukan seiring waktu. Adapun beberapa perkembangan dan pendapat dari
beberapa para ahli mengenai obat TB milier tersebut antara lain, menurut Kumar
dengan 2 bulan INH, RMP dan PZA (2 kali setiap minggu), 4 bulan INH dan RMP
(2 kali setiap minggu) atau 2 bulan mengkonsumsi INH, RMP dan PZA (7 kali
setiap minggu) ditambah 4 bulan INH dan RMP (2 kali setiap minggu).22
dengan total 8-9 bulan dimana 2 bulan tahap intensif dan 6-7 bulan tahap
28
kontinue. Pendapat ini juga didukung oleh Pedoman Tuberkulosis Anak tahun
pemberian 4-5 macam OAT selama 2 bulan pertama, dilanjutkan dengan isoniazid
tetapi mungkin saja belum ada perbaikan hingga beberapa bulan.4,5 Sedangkan,
dan ini merupakan program yang diberlakukan untuk kesehatan masyarakat secara
29
Untuk penderita yang telah mengalami TB ekstrapulmonar seperti TB
tuberculosis yang dipergunakan pada TB Milier ini dapat 4 atau 5 jenis obat pada
tahan initial yaitu INH, RIF, PZA dan obat selanjutnya dapat berupa EMB,
yang berlanjut sampai efusi pleura dan pericardial, penyakit abdominal, penyakit
Hal ini juga diungkapkan oleh Swaminathanand dkk (2010), bahwa prinsip
anak-anak sampai dewasa yakni terdiri atas 6 bulan dengan regimen terapi INH,
RMP, EMB, PZA. Pada pengobatan TB Milier, sebagai fase intensif inisial, yang
diikuti dengan 2 jenis obat yaitu INH dan RMP pada fase kontinu. Untuk TB
(prednison) diberikan pada TB Milier, meningitis TB, perikarditis TB, efusi plura
dan peritonitis TB. Prednison biasanya diberikan dengan dosis 1-2 mg/kgBB/hari
30
Berdasarkan konsensus tuberkulosis anak (2010), kortikosteroid
(prednison) diberikan pada TB milier, meningitis TB, perikarditis TB, efusi pleura
dan peritonitis TB. Prednison biasanya diberikan dengan dosis 1-2 mg/kgBB/hari
selama 2-4 minggu, kemudian diturunkan secara perlahan (tappering off) selama
2-4 minggu.23
ialah prednison dengan dosis 2mg/kgbb/hari selama 4 minggu full dose (dibagi
dalam 3 dosis) kemudian diturunkan secara perlahan (tappering off) selama 1-2
menjadi 4 mg/kgbb/hari maksimal 60 mg/hari pada kasus anak yang berat karena
dosisnya berlebih maka akan menyebabkan supresi imun berlebih. Oleh karena
itu, pada tahap awal sebaiknya seluruh anak-anak yang terdiagnosis TB Milier,
31
Setelah dilakukan pengobatan pada pasien TB terutama TB milier, maka
penelitian dari Indumathi dkk (2010) menyatakan bahwa sekitar 3 orang pasien
tuberkulosis anak tahun 2010, dinyatakan dalam tabel dibawah ini, tabel 9.
II.8. Komplikasi
32
yakni paru, hematogen dan limfogen. Pada paru dapat menyebabkan ARDS,
lymphodenitis TB.
komplikasi yang jarang terjadi pada TB miliaria, yang mungkin muncul bahkan
tuberkulosis milier yaitu terdapat tanda kesulitan bernafas, batuk kering dan
perubahan fungsi dan struktur anatomi jantung. Gejala-gejala ini, juga terlihat
pneumothorax akan terlihat peningkatan dispneu dan nafas pendek pada pasien.
Sehingga, dalam pemeriksaan fisik sukar untuk dibedakan antara TB milier saja
33
atau TB milier dengan pneumothorax. Jika hal ini terjadi, maka penanganan
secara emergency harus segera dilakukan, karena pada fase ini, pasien dapat jatuh
ke dalam ARDS.
secara pasti, akan tetapi diduga akibat proses caseosa atau nekrosis di subpleural
akibat nodul milier dan hal ini dapat terjadi ruptur sehingga memicu
milier akut dapat menyebabkan emphysematous lung. Hal ini dapat disebabkan
Gambar 10. (Slide kiri) Foto Thorax PA Pada Pasien Tuberkulosis Milier dengan
Pneumothorax. (Slide Kanan) Foto Thorax PA Pada Pneumothorax
Akibat TB Milier Setelah dilakukan Drainage.
34
inisial yang dapat dilakukan ialah tube thoracostomy. Pembedahan pleurectomy
pneumothorax awal. 27
tuberkulosis pulmoner, dan hal ini terjadi sekitar 15-20% dari pasien tuberkulosis
pulmoner yang aktif. Chung dkk (2006) melaporkan bahwa tuberkulosis intestinal
dapat merupakan salah satu komplikasi tuberkulosis milier yang ditandai dengan
Gambar 11. Operasi Apendix dengan Nodule Lesi Pada Permukaan Muskulus
Apendix
didiagnosis dengan konfirmasi laparotomi dan biopsi darurat. Oleh karena itu,
35
Sekitar 25% pasien dengan TB milier, dapat berlanjut sampai mengenai
perbaikan klinis yang signifikan, dan memiliki hasil negatif pada pemeriksaan
sputum basil tahan asam, dan retraksi nampak minimal. Namun, yang harus
diyakini bahwa pasien benar-benar tidak lagi menular. Tidak adanya hasil sputum
yang positif pada pasien tersebut, sehingga dapat menjamin perlindungan saat
paparan dengan orang lain. Terapi harus diawasi secara langsung, sehingga hasil
pasien.29
kolli), kemudian terdapat juga didaerah aksila dan ingunial. Tuberkulosis kelenjar
36
BAB III
PENUTUP
III.1. Kesimpulan
pasien, dukungan emosional dari klinisi dan keluarga serta persiapan pasien untuk
dapat melakukan kehidupan sosialnya setelah pulang dari rumah sakit merupakan
melawan aktifitas basil tuberkulosis sampai saat ini yaitu isoniazid (H), rifampicin
(R), ethambutol (E) dan pyrazinamid (P) merupakan onat lini pertama yang
amykacin).17 Pemilihan regimen obat ini didasarkan pada sifat basil sendiri,
37
mg/kgBB/hari selama 2-4 minggu selanjutnya diturunkan perlahan-lahan hingga
2-6 minggu.6
III.2 Saran
diketahui bahwa tuberkulosis milier memiliki angka kejadian sekitar 3-7% dari
seluruh kasus TB dengan angka kematian yang tinggi (dapat mencapai 25% pada
bayi).5,6 Berdasarkan hal tersebut, maka pencegahan lebih baik dilakukan sebelum
kehidupan lingkungan sosial yang lebih baik dan pengobatan yang adekuat untuk
38