You are on page 1of 13

INTERPRETASI ASAM BASA

DI RUANG ICU RS PKU MUHAMMADIYAH SUKOHARJO

Disusun Oleh :

WINDA LESTARI

SN172114

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA

TAHUN AKADEMIK 2017/2018


BAB I

LATAR BELAKANG

Analisa gas darah merupakan salah satu alat diagnosis dan penatalaksanaan
penting bagi pasien untuk mengetahui status oksigenasi dan keseimbangan asam
basanya. Kelainan asam basa merupakan kejadian yang sering terjadi pada pasien-
pasien kritis. Salah satu faktor utama yang mempengaruhi oksigenasi sel atau
jaringan adalah jumlah oksigen yang terkandung dalam darah.

AGD biasanya diambil dari arteri radialis, meskipun dapat juga dari arteri
lainnya seperti arteri femoralis. Pengambilan darah arteri dapat berakibat spasme,
kloting intralumen, perdarahan, dan hematoma yang pada akhirnya akan
menimbulkan obstruksi arteri bagian distal. Hal ini tidak terjadi jika arteri yang
ditusuk memiliki kolateral yang cukup. Arteri radialis lebih dipilih karena
memiliki cukup kolateral untuk menghindari terjadinya obstruksi dibandingkan
dengan arteri brakhialis atau femoralis. Selain itu, letak arteri radialis lebih
superfisial, mudah diraba dan difiksasi.

Pemeriksaan gas darah dan pH digunakan sebagai pegangan dalam


penanganan pasien-pasian penyakit berat dan menahun. Pemeriksaan analisa gas
darah dikenal juga pemeriksaan ASTRUP yaitu suatu pemeriksaan gas darah yang
dilakukan melalui darah arteri. Gas darah arteri memungkinkan untuk pengukuran
pH (dan juga keseimbagan asam basa), oksigenasi, kadar karbondioksida, kadar
biokarbonat, saturasi oksigen, dan kelebihan atau kekurangan basa. Pemeriksaan
gas darah arteri dan pH sudah secara luas digunakan sebagai pegangan dalam
penatalaksanaan pasien-pasien penyakit berat yang akut dan menahun.
Pemeriksaan gas darah juga dapat menggambarkan hasil berbagai tindakan
penunjang yang dilakukan, tetapi kita tidak dapat menegakkan suatu diagnosa
hanya dari penelitian analisa gas darah dan keseimbangan asam-basa saja, kita
harus menghubungkan dengan riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, dan data-data
laboratorium lainnya.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Definisi
Asam adalah molekul yan mengandung atom hidrogen yang dapat
melepaskan ion hidrogen dalam larutan. Basa adalah ion atau molekul yang
dapat menerima ion hidrogen. Sedangkan keseimbangan asam basa adalah
homeostatis dari kadar ion hidrogen pada cairan tubuh.

B. Keseimbangan asam basa


pH atau derajat keasaman darah tergantung pada konsentrasi ion H+. Ada
3 sistem utama yang mengatur konsentrasi ion hidrogen dalam cairan tubuh
untuk mencegah asidosis atau alkalosis, yaitu :
1. Sistem penyangga asam-basa kimiawi dalam cairan tubuh
Terdapat 4 macam buffer kimia utama dalam tubuh yaitu:
a. Sistem buffer bikarbonat-asam bikarbonat
Sistem penyangga bikarbonat terdiri dari larutan air yang
mengandung dua zat yaitu asam lemah dan garam bikarbonat. Sistem
ini merupakan jumlah terbesar yang terdapat dalam cairan ekstra
seluler. Penentuan pH berdasarkan persamaan Henderson-
Hesselbach:

pH = pK + log (HCO3 )

(pCO2)

b. Sistem buffer fosfat


Sistem ini terutama terdapat di dalam sel darah merah dan sel-sel lain,
terutama di dalam tubulus ginjal karena fosfat biasanya menjadi
sangat pekat dalam tubulus, sehingga meningkatkan tenaga penyangga
system fosfat dan cairan tubulus biasanya mempunyai pH yang lebih
rendah daripada cairan ekstraseluler, menyebabkan jangkauan kerja
penyangga lebih mendekati pH sistem. Buffer fosfat terdapat dalam
bentuk Na2HPO4 dan NaH2PO4.
c. Sistem buffer protein
Sistem ini terutama terdapat di dalam sel-sel jaringan dan juga bekerja
di dalam plasma. Dapat bekerja sebagai asam lemah dan basa lemah
ataupun garam basa yang dapat mengikat atau melepaskan ion H+.
d. Sistem buffer hemoglobin
Hb bekerja sebagai asam lemah dan membentuk sistem buffer dengan
basa kuat seperti bikarbonat dan fosfat.

2. Sistem pernafasan
PACO2 di dalam alveoli berada dalam keseimbangan dengan
PaCO2 dan H2CO3 dalam darah. Tiap perubahan pada PACO2 akan
mempengaruhi PaCO2 dan H2CO3. Bila kadar H2CO3 meningkat, maka
akan menyebabkan PaCO2 juga meningkat yang akan diikuti oleh
perangsangan pusat pernafasan, sehingga timbul hiperventilasi untuk
mengeluarkan CO2 lebih banyak.

3. Sistem keseimbangan asam-basa oleh ginjal


Pada keadaan keasaman darah yang meningkat, ginjal akan
mengeluarkan ion H+ dan menahan ion HCO3 untuk mempertahankan pH
darah dalam batas normal, sehingga akan menghasilkan urin yang
bersifat asam (pH = 5,5-6,5). Ginjal mengatur konsentrasi ion hidrogen
cairan ekstraselular melalui tiga mekanisme dasar yaitu sekresi ion-ion
hidrogen, reabsorbsi ion-ion bikarbonat yang disaring dan produksi ion-
ion bikarbonat baru.

C. Nilai normal Gas Darah Arteri


Nilai normal gas darah arteri :

Jenis Gas Darah Darah Arteri Darah Vena


pH 7,35 – 7,45 7,33 – 7,47
pO2 80 -100 mmHg 34 – 49 mmHg
Saturasi O2 95-100 % 70 – 75 %
pCO2 35 – 45 mmHg 41 – 51 mmHg
HCO3 22 – 26 mEq/L 24 – 28 mEq/L
BE -2 s.d. +2 0-+4

Keterangan:
1. pH menggambarkan konsentrasi ion H+ dalam tubuh. Ada peningkatan
atau penuruna ion H+ akan mempengaruhi stabilitas dari pH cairan tubuh.
Bila ion H+ meningkat pH akan rendah dan bila ion H+ menurun pH akan
meningkat.
2. pO2 (tekanan parsial oksigen) adalah tekanan yang ditimbulkan oleh
oksigen yang terlarut dalam darah. pO2 akan memberikan petunjuk cukup
tidaknya oksigenisasi darah arteri. pH dapat mempengaruhi daya ikat
oksigen dan Hb, dan pada pH yang rendah oksigen yang tersedia dalam
hemoglobin hanya sedikit. Kadar PaO2 juga berkurang pada penyakit
pernapasan, seperti emfisema, pneumonia, dan edema paru; juga pada
keadaan Hemoglobin abnormal (CO Hb, Meth Hb, Sulfa Hb); dan pada
polisitemia.
3. SaO2 adalah Derajat kejenuhan Hb dengan oksigen. Saturasi O2 sangat
membantu untuk menghitung kandungan oksigen yang terikat pada
hemoglobin darah. Pengukuran SaO2 dilakukan secara tidak langsung
melalui oksimetri. Gabungan antara saturasi oksigen, pO2, dan hemoglobin
menunjukkan jaringan teroksigenisasi.
4. pCO2 adalah tekanan partial yang ditimbulkan oleh CO2 yang terlarut.
pCO2 ini merupakan parameter untuk mengetahui fungsi respirasi dan
menentukan cukup tidaknya ventilasi alveolar.
a. pCO2 nomal : ventilasi normal
b. pCO2 tinggi : hipoventilasi
c. pCO2 rendah : hiperventilasi
Karena CO2 merupakan unsur respirasi, maka nilai pCO2 akan
menunjukkan jenis kelainan asam dan basa:
a. pCO2 tinggi : asidosis respiratori
b. pCO2 rendah :alkalosis repiratori
5. HCO3 (bicarbonate) adalah parameter metabolic (non respirasi) yaitu nilai
bikarbonat yang terkandung dalam arteri. Digunakan sebagai pedoman
adanya kelainan asam basa yang disebabkan unsur metabolik (bukan
karena masalah respirasi).
6. BE (base exces) Menggambarkan secara langsung kelebihan basa kuat /
kekurangan asam tetap atau kekurangan basa / kelebihan asam.
Bila nilai positif menunjukkan kelebihan basa dan bila nilai negatif
menunjukkan kelebihan asam.
a. HCO3 ↑ atau BE ↑ : alkalosis metabolic
b. HCO3 ↓ atau BE ↓ : asidosis metabolic

D. Penyebab gangguan keseimbangan asam basa


1. Asidosis metabolik
Gangguan klinis yang ditandai rendahnya pH (peningkatan konsentrasi
ion hidrogen) dan rendahnya konsentrasi bikarbonat plasma. Asidosis
Metabolik adalah kekurangan HCO3. Terjadi pada keadaan seperti
banyak penimbunan asam: DM tak terkontrol atau kelaparan,
penimbunan asam-asam inorganik: gagal ginjal, intoksikasi alcohol,
penimbunan NaCl berlebihan.
2. Alkalosis metabolik
Gangguan klinis yang ditandai oleh pH yang tinggi (penurunan
konsentrasi ion hidrogen) dan konsentrasi bikarbonat plasma yang
tinggi. Alkalosis Metabolik adalah kelebihan bikarbonat. Terjadi pada
keadaan: muntah-muntah, overkompensasi terhadap alkalosis
repiratorik, kelebihan pemberian Na-bikarbonat
3. Asidosis respiratorik
Gangguan klinis dimana pH kurang dari 7,35 dan tekanan parsial
karbondioksida arteri (PaCO2) lebih besar dari 42 mmHg. Asidosis
Respiratorik merupakan akibat penumpukan CO2 dalam darah akan
meningkatkan H2CO3. Terjadi pada keadaan: empisema, asma (PPOK),
pneumonia.
4. Alkalosis respiratorik
Kondisi klinis dimana Ph arteri lebih tinggi dari 7,35 dan PaCO2
kurang dari 38 mmHg. Alkalosis Respiratorik merupakan akibat
pengeluaran CO2 berlebihan pada hiperventilasi.Terjadi pada keadaan:
gangguan emosional, demam, kelaianan serebral, pemakaian ventilator.

E. Interpretasi hasil

Jenis Gangguan pH pCO2 HCO3

Murni ↓ ↑ N

Asidosis Respiratorik Terkompensasi Sebagian ↓ ↑ ↑

Terkompensasi Penuh N ↑ ↑

Murni ↓ N ↓

Asidosis Metabolik Terkompensasi Sebagian ↓ ↓ ↓

Terkompensasi Penuh N ↓ ↓

Asidosis Respiratorik + Metabolik ↓↓ ↑ ↓

Murni ↑ ↓ N

Alkalosis Respiratorik Terkompensasi Sebagian ↑ ↓ ↓

Terkompensasi Penuh N ↓ ↓

Murni ↑ N ↑

Alkalosis Respiratorik Terkompensasi Sebagian ↑ ↑ ↑

Terkompensasi Penuh N ↑ ↑

Alkalosis Respiratorik + Metabolik ↑↑ ↓ ↑

F. Indikasi pemeriksaan Analisa Gas Darah


Indikasi dilakukannya pemeriksaan Analisa Gas Darah (AGD) yaitu :
1. penyakit paru obstruktif kronis
yang ditandai dengan adanya hambatan aliran udara pada saluran
napas yang bersifat progresif non reversible ataupun reversible parsial.
Terdiri dari 2 macam jenis yaitu bronchitis kronis dan emfisema,
tetapi bisa juga gabungan antar keduanya.
2. Pasien dengan edema pulmo
Pulmonary edema terjadi ketika alveoli dipenuhi dengan kelebihan
cairan yang merembes keluar dari pembuluh-pembuluh darah dalam
paru sebagai gantinya udara. Ini dapat menyebabkan persoalan-
persoalan dengan pertukaran gas (oksigen dan karbon dioksida),
berakibat pada kesulitan bernapas dan pengoksigenan darah yang
buruk. Adakalanya, ini dapat dirujuk sebagai "air dalam paru-paru"
ketika menggambarkan kondisi ini pada pasien-pasien. Pulmonary
edema dapat disebabkan oleh banyak faktor-faktor yang berbeda. Ia
dapat dihubungkan pada gagal jantung, disebut cardiogenic pulmonary
edema, atau dihubungkan pada sebab-sebab lain, dirujuk sebagai non-
cardiogenic pulmonary edema.
3. Pasien akut respiratori distress sindrom (ARDS)
ARDS terjadi sebagai akibat cedera atau trauma pada membran
alveolar kapiler yang mengakibatkan kebocoran cairan kedalam ruang
interstisiel alveolar dan perubahan dalarn jaring- jaring kapiler ,
terdapat ketidakseimbangan ventilasi dan perfusi yang jelas akibat-
akibat kerusakan pertukaran gas dan pengalihan ekstansif darah dalam
paru-.paru. ARDS menyebabkan penurunan dalam pembentukan
surfaktan , yang mengarah pada kolaps alveolar . Komplians paru
menjadi sangat menurun atau paru- paru menjadi kaku akibatnya
adalah penurunan karakteristik dalam kapasitas residual fungsional,
hipoksia berat dan hipokapnia ( Brunner & Suddart 616).
5. Infark miokard
Infark miokard adalah perkembangan cepat dari nekrosis otot jantung
yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen (Fenton, 2009). Klinis sangat mencemaskan karena sering
berupa serangan mendadak umumya pada pria 35-55 tahun, tanpa
gejala pendahuluan (Santoso, 2005)
6. Pneumonia
Pneumonia merupakan penyakit dari paru-paru dan sistem dimana
alveoli(mikroskopik udara mengisi kantong dari paru yang
bertanggung jawab untuk menyerap oksigen dari atmosfer) menjadi
radang dan dengan penimbunan cairan.Pneumonia disebabkan oleh
berbagai macam sebab,meliputi infeksi karena bakteri,virus,jamur
atau parasit. Pneumonia juga dapat terjadi karena bahan kimia atau
kerusakan fisik dari paru-paru, atau secara tak langsung dari penyakit
lain seperti kanker paru atau penggunaan alkohol.
7. Pasien syok
Syok merupakan suatu sindrom klinik yang terjadi jika sirkulasi darah
arteri tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan.
Perfusi jaringan yang adekuat tergantung pada 3 faktor utama, yaitu
curah jantung, volume darah, dan pembuluh darah. Jika salah satu dari
ketiga faktor penentu ini kacau dan faktor lain tidak dapat melakukan
kompensasi maka akan terjadi syok. Pada syok juga terjadi
hipoperfusi jaringan yang menyebabkan gangguan nutrisi dan
metabolism sel sehingga seringkali menyebabkan kematian pada
pasien.
8. Post pembedahan coronary arteri baypass
Coronary Artery Bypass Graft adalah terjadinya suatu respon
inflamasi sistemik pada derajat tertentu dimana hal tersebut ditandai
dengan hipotensi yang menetap, demam yang bukan disebabkan
karena infeksi, DIC, oedem jaringan yang luas, dan kegagalan
beberapa organ tubuh. Penyebab inflamasi sistemik ini dapat
disebabkan oleh suatu respon banyak hal, antara lain oleh karena
penggunaan Cardiopulmonary Bypass (Surahman, 2010).
9. Resusitasi cardiac arrest
Penyebab utama dari cardiac arrest adalah aritmia, yang dicetuskan
oleh beberapa faktor,diantaranya penyakit jantung koroner, stress fisik
(perdarahan yang banyak, sengatan listrik,kekurangan oksigen akibat
tersedak, tenggelam ataupun serangan asma yang berat), kelainan
bawaan, perubahan struktur jantung (akibat penyakit katup atau otot
jantung) dan obat-obatan.Penyebab lain cardiac arrest adalah
tamponade jantung dan tension pneumothorax. Sebagai akibat dari
henti jantung, peredaran darah akan berhenti. Berhentinya peredaran
darahmencegah aliran oksigen untuk semua organ tubuh. Organ-organ
tubuh akan mulai berhenti berfungsi akibat tidak adanya suplai
oksigen, termasuk otak. Hypoxia cerebral atau ketiadaan oksigen ke
otak, menyebabkan korban kehilangan kesadaran dan berhenti
bernapas normal.Kerusakan otak mungkin terjadi jika cardiac arrest
tidak ditangani dalam 5 menit dan selanjutnyaakan terjadi kematian
dalam 10 menit. Jika cardiac arrest dapat dideteksi dan ditangani
dengansegera, kerusakan organ yang serius seperti kerusakan otak,
ataupun kematian mungkin bisa dicegah.
pH :

normal pH darah adalah 7. 35 – 7. 45

Apabila pH < 7. 35 maka kita sebut asidotik

Apbila pH > 7. 45 maka kita sebut alkalotik

PCO2

Kadar normal CO2 dalam darah arteri adalah 35 – 45 mmHg

Apabila kadar CO2 < 35 mmHg, maka kita sebut alkalotik

Apabila kadar CO2 > 45 mmHg, maka kita sebut asidotik

PO2

Rentang nilai normal : 80 – 100 mmHg

Hipoksemia ringan : 70 –80 mmHg

Hipoksemia sedang : 60 – 70 mmHg

Hipoksemia berat : <60 mmHg

BE

nilai normal : -2 s/d +2 mEq/L


Nilai –(negative) : asidosis
Nilai + (positif) : alkalosis

HCO3

Kadar normal HCO3- adalah 22 – 26 mEq/L

Apabila kadar HCO3- < 22 mEq/L, maka kita sebut asidotik

Apabila kadar HCO3- > 26 mEq/L, maka kita sebut alkalotik


Soal :
1. pH : 7,25 (turun) Asidosis
PCO2 : 36 (normal)
PO2 : 80 (normal)
BE : -2 (normal)
HCO2 : 20 (turun) Asidosis Metabolik

Interpretasi : Asidosis Metabolik Belum terkompensasi (AKUT)

2. pH : 7,48 (naik) Alkalosis


PCO2 : 33 (normal)
PO2 : 85 (normal)
BE : +2 (normal)
HCO2 : 23 (normal)

Interpretasi : Alkalosis
DAFTAR PUSTAKA

Analisis Gas Darah dan Manajemen Asam Basa. Diakses dari


http://hanif.web.ugm.ac.id/analisa-gas-darah-dan-managemen-asam-basa.html
Base Exess. Diakses dari wikipedia, the free encyclopedia.
Brunner dan Suddarth.2002.Buku Ajar Keperaawatan Medikal Bedah
(terjemahan).Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Djojodibroto, D.2009.Respirologi (Respiratory Medicine).Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Gangguan Keseimbangan Air-Elektrolit dan Asam-Basa.2008.Jakarta:
Balai Penerbit FKUI
Jackson, Marilynn. Seri Panduan Praktis Keperawatan Klinis. Jakarta :
Erlangga. 2011
https://www.scribd.com/archive/plans?doc=81355834&metadata=%7B%2
2context%22%3A%22archive_view_restricted%22%2C%22page%22%3A%22re
ad%22%2C%22action%22%3A%22download%22%2C%22logged_in%22%3Atr
ue%2C%22platform%22%3A%22web%22%7D

You might also like