Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh :
WINDA LESTARI
SN172114
LATAR BELAKANG
Analisa gas darah merupakan salah satu alat diagnosis dan penatalaksanaan
penting bagi pasien untuk mengetahui status oksigenasi dan keseimbangan asam
basanya. Kelainan asam basa merupakan kejadian yang sering terjadi pada pasien-
pasien kritis. Salah satu faktor utama yang mempengaruhi oksigenasi sel atau
jaringan adalah jumlah oksigen yang terkandung dalam darah.
AGD biasanya diambil dari arteri radialis, meskipun dapat juga dari arteri
lainnya seperti arteri femoralis. Pengambilan darah arteri dapat berakibat spasme,
kloting intralumen, perdarahan, dan hematoma yang pada akhirnya akan
menimbulkan obstruksi arteri bagian distal. Hal ini tidak terjadi jika arteri yang
ditusuk memiliki kolateral yang cukup. Arteri radialis lebih dipilih karena
memiliki cukup kolateral untuk menghindari terjadinya obstruksi dibandingkan
dengan arteri brakhialis atau femoralis. Selain itu, letak arteri radialis lebih
superfisial, mudah diraba dan difiksasi.
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Asam adalah molekul yan mengandung atom hidrogen yang dapat
melepaskan ion hidrogen dalam larutan. Basa adalah ion atau molekul yang
dapat menerima ion hidrogen. Sedangkan keseimbangan asam basa adalah
homeostatis dari kadar ion hidrogen pada cairan tubuh.
pH = pK + log (HCO3 )
(pCO2)
2. Sistem pernafasan
PACO2 di dalam alveoli berada dalam keseimbangan dengan
PaCO2 dan H2CO3 dalam darah. Tiap perubahan pada PACO2 akan
mempengaruhi PaCO2 dan H2CO3. Bila kadar H2CO3 meningkat, maka
akan menyebabkan PaCO2 juga meningkat yang akan diikuti oleh
perangsangan pusat pernafasan, sehingga timbul hiperventilasi untuk
mengeluarkan CO2 lebih banyak.
Keterangan:
1. pH menggambarkan konsentrasi ion H+ dalam tubuh. Ada peningkatan
atau penuruna ion H+ akan mempengaruhi stabilitas dari pH cairan tubuh.
Bila ion H+ meningkat pH akan rendah dan bila ion H+ menurun pH akan
meningkat.
2. pO2 (tekanan parsial oksigen) adalah tekanan yang ditimbulkan oleh
oksigen yang terlarut dalam darah. pO2 akan memberikan petunjuk cukup
tidaknya oksigenisasi darah arteri. pH dapat mempengaruhi daya ikat
oksigen dan Hb, dan pada pH yang rendah oksigen yang tersedia dalam
hemoglobin hanya sedikit. Kadar PaO2 juga berkurang pada penyakit
pernapasan, seperti emfisema, pneumonia, dan edema paru; juga pada
keadaan Hemoglobin abnormal (CO Hb, Meth Hb, Sulfa Hb); dan pada
polisitemia.
3. SaO2 adalah Derajat kejenuhan Hb dengan oksigen. Saturasi O2 sangat
membantu untuk menghitung kandungan oksigen yang terikat pada
hemoglobin darah. Pengukuran SaO2 dilakukan secara tidak langsung
melalui oksimetri. Gabungan antara saturasi oksigen, pO2, dan hemoglobin
menunjukkan jaringan teroksigenisasi.
4. pCO2 adalah tekanan partial yang ditimbulkan oleh CO2 yang terlarut.
pCO2 ini merupakan parameter untuk mengetahui fungsi respirasi dan
menentukan cukup tidaknya ventilasi alveolar.
a. pCO2 nomal : ventilasi normal
b. pCO2 tinggi : hipoventilasi
c. pCO2 rendah : hiperventilasi
Karena CO2 merupakan unsur respirasi, maka nilai pCO2 akan
menunjukkan jenis kelainan asam dan basa:
a. pCO2 tinggi : asidosis respiratori
b. pCO2 rendah :alkalosis repiratori
5. HCO3 (bicarbonate) adalah parameter metabolic (non respirasi) yaitu nilai
bikarbonat yang terkandung dalam arteri. Digunakan sebagai pedoman
adanya kelainan asam basa yang disebabkan unsur metabolik (bukan
karena masalah respirasi).
6. BE (base exces) Menggambarkan secara langsung kelebihan basa kuat /
kekurangan asam tetap atau kekurangan basa / kelebihan asam.
Bila nilai positif menunjukkan kelebihan basa dan bila nilai negatif
menunjukkan kelebihan asam.
a. HCO3 ↑ atau BE ↑ : alkalosis metabolic
b. HCO3 ↓ atau BE ↓ : asidosis metabolic
E. Interpretasi hasil
Murni ↓ ↑ N
Terkompensasi Penuh N ↑ ↑
Murni ↓ N ↓
Terkompensasi Penuh N ↓ ↓
Murni ↑ ↓ N
Terkompensasi Penuh N ↓ ↓
Murni ↑ N ↑
Terkompensasi Penuh N ↑ ↑
PCO2
PO2
BE
HCO3
Interpretasi : Alkalosis
DAFTAR PUSTAKA