You are on page 1of 20

MAKALAH

SOSIAL BUDAYA

KEARIFAN LOKAL DALAM PROSES KEHAMILAN MASYARAKAT


SABU RAIJUA

Dosen Mata Kuliah

Robertus Nikodemus Take Lemaking S.Pd.,M.Pd.

DISUSUN OLEH :

NAMA : HESTY SUSANA LAMMA

KELAS : KEBIDANAN B

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

CITRA HUSADA MANDIRI KUPANG

2018/2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan yang maha esa karena atas
limpahan berkat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan
judul Kearifan local adat sabu raijua yang berkaitan dengan adat persalina
masyarakat Sabu Raijua.
Tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing mata
kuliah Ilmu Sosial dan Budaya Dasar kami yang telah membimbing. Kami
menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak kekurangan dalam hal
pembuatan, penyusunan, ataupun materi yang disajikan belum lengkap, untuk itu
kami harapkan kritik dan saran yang dapat mendorong kami untuk
menyempurnakan makalah selanjutnya.
Sekian dan terima kasih.

Kupang, 08 Oktober 2018

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATAPENGANTAR.....................................................................................2
DAFTARISI..................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN................................................................................4
1.1 Latar Belakang....................................................................................4
1.2 Rumusan masalah.......................................................................................4
1.3 Tujuan.........................................................................................................4

BAB II KAJIAN TEORI......................................................................................5


2.1 pengertian kearifan lokal............................................................................6
2.2 Pengertian kehamilan dan persalian...........................................................7
2.3 Teori Kearifan lokal.................................................................................10
2.4 Teori Kehamilan.......................................................................................13
2.5 Teori Persalinan.....................................................................................15

BAB III PEMBAHASAN....................................................................................16


3.1 Kearifan local dalam proses persalinan masyarakat Sabu Raijua.............16
3.2 Pantangan selama proses kehamilan hingga proses persalinan dalam adat
masyarakat sabu raijua..............................................................................17

BAB IV PENUTUP.....................................................................................18
4.1 Kesimpulan.......................................................................................19
4.2 Saran................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kearifan lingkungan atau kearifan lokal masyarakat sudah ada di dalam
kehidupan masyarakat semenjak zaman dahulu mulai dari zaman prasejarah
yang dapat bersumber dari nilai-nilai agama, adat istiadat, nenek moyang atau
budaya setempat yang terbangun secara alamiah dalam suatu komunitas
masyarakat untuk beradaptasi dengan lingkungan di sekitarnya, perilaku ini
berkembang menjadi suatu kebudayaan di suatu daerah dan akan berkembang
secara turun-temurun.
Menjadi seorang bidan bukanlah hal yang mudah. Seorang bidan harus
siap fisik maupun mental, karena tugas seorang bidan sangatlah berat. Bidan
yang siap mengabdi di kawasan pedesaan mempunyai tantangan yang besar
dalam mengubah pola kehidupan masyarakat yang mempunyai dampak
negatif tehadap kesehatan masyarakat.. Tidak mudah mengubah pola pikir
ataupun sosial budaya masyarakat. Apalagi masalah proses persalinan yang
umum masih banyak menggunakan dukun beranak.Ditambah lagi tantangan
konkret yang dihadapi bidan di pedesaan adalah kemiskinan, pendidikan
rendah, dan budaya. Karena itu, kemampuan mengenali masalah dan mencari
solus bersama masyarakat menjadi kemampuan dasar yang harus dimiliki
bidan. Diantara banyaknya kebudayaan yang ada dalam masyarakat Sabu
raijua peneliti mengambil pembahasan yaitu pantangan kehamilan yang
merupakan salah satu dari rangkaian ritual kehamilan sampai kelahiran dalam
budaya Sabu Raijua.
Untuk itu seorang bidan agar dapat melakukan pendekatan terhadap
masyarakat perlu mempelajari sosial-budaya masyarakat tersebut, yang
meliputi tingkat pengetahuan penduduk, struktur pemerintahan, adat istiadat
dan kebiasaan sehari-hari, pandangan norma dan nilai, agama, bahasa,
kesenian, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan wilayah tersebut.

4
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam
makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana aspek kebudayaan dalam proses kehamilan masyarakat Sabu
raijua?
2. Apa saja pantangan dari proses kehamilan hingga proses persalinan dalam
masyarakat Sabu Raijua ?
1.3 Tujuan Penulisan
Berdasarkan pada rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan dalam
makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui kearifan local dalam proses kehamilan masyarakat
Sabu raijua
2. Untuk mengetahui pantngan-pantangan dalam proses kehamilan hingga
proses persalinan masyarakat Sabu raijua

5
BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 pengertian kearifan lokal


Kearifan lokal dalam bahasa asing sering dikonsepsikan sebagai
kebijakan setempat (local wisdom), pengetahuan setempat (local knowledge)
atau kecerdasan setempat (local genious). Kearifan lokal juga dapat dimaknai
sebuah pemikiran tentang hidup. Pemikiran tersebut dilandasi nalar jernih,
budi yang baik, dan memuat hal-hal positif. Kearifan lokal dapat
diterjemahkan sebagai karya akal budi, perasaan mendalam, tabiat, bentuk
perangai, dan anjuran untuk kemuliaan manusia. Penguasaan atas kearifan
lokal akan mengusung jiwa mereka semakin berbudi luhur. Haryati Soebadio
berpendapat bahwa kearifan lokal adalah suatu identitas/kepribadian budaya
bangsa yang menyebabkan bangsa tersebut mampu menyerap dan mengolah
kebudayaan asing sesuai watak dan kemampuan sendir. Menurut Rahyono
(2009:7) kearifan lokal merupakan kecerdasan manusia yang dimiliki oleh
kelompok etnis tertentu yang diperoleh melalui pengalaman masyarakat.
Artinya, kearifan lokal adalah hasil dari masyarakat tertentu melalui
pengalaman mereka dan belum tentu dialami oleh masyarakat yang lain.
Nilai-nilai tersebut akan melekat sangat kuat pada masyarakat tertentu dan
nilai itu sudah melalui perjalanan waktu yang panjang, sepanjang keberadaan
masyarakat tersebut. Kearifan lokal adalah sebuah pengalaman panjang, yang
diendapkan sebagai petunjuk perilaku seseorang;
1. Kearifan lokal tidak lepas dari lingkungan pemiliknya;
2. Kearifan lokal itu bersifat dinamis, lentur, terbuka, dan senantiasa
menyesuaikan dengan zamannya.
Kearifan lokal adalah bagian dari budaya. Kearifan lokal Jawa tentu
bagian dari budaya Jawa, yang memiliki pandangan hidup tertentu. Berbagai
hal tentang hidup manusia, akan memancarkan ratusan dan bahkan ribuan
kearifan lokal.

6
2.2 Pengertian kehamilan dan persalian
Kehamilan adalah penyatuan sperma dari laki-laki dan ovum dari
perempuan. Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin.
Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari)
dihitung dari hari pertama haid terakhir.
Kehamilan dibagi dalam tiga triwulan yaitu triwulan pertama dimulai
dari konsepsi sampai 3 bulan, triwulan kedua dari bulan ke-4 sampai ke-6,
triwulan ketiga dari bulan ke-7 sampai ke-9 (Adriaansz, Wiknjosastro dan
Waspodo, 2007. p. 89). Kehamilan didefinisikan sebagai persatuan antara
sebuah telur dan sebuah sperma, yang menandai awal suatu peristiwa yang
terpisah, tetapi ada suatu rangkaian kejadian yang mengelilinginya. Kejadian
kejadian itu ialah pembentukan gamet (telur dan sperma), ovulasi (pelepasan
telur), penggabungan gamet dan implantasi embrio di dalam uterus. Jika
peristiwa ini berlangsung baik, maka proses perkembangan embrio dan janin
dapat dimulai (Bobak, 2005, p. 74). Sedangkan Persalinan adalah proses
membuka dan menipisnya serviks, dari janin turun ke dalam jalan lahir.
Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban didorong keluar melalui
jalan lahir (Sarwono, 2001 ).
Persalinan normal disebut juga partus spontan adalah proses lahirnya
bayi pada letak belakang kepala dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan
alat-alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung kurang
dari 24 jam ( Rustam Mochtar, 1998 ). Persalinan normal adalah proses
pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan ( 37 – 42 minggu
) lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18
jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin ( Prawirohardjo,
2001 )
2.3 Teori Kearifan lokal
Dalam Sibarani (2012: 112-113) juga dijelaskan bahwa kearifan lokal
adalah kebijaksanaan atau pengetahuan asli suatu masyarakat yang berasal
dari nilai luhur tradisi budaya untuk mengatur tatanan kehidupan masyarakat.
Kearifan lokal juga dapat didefinisikan sebagai nilai budaya lokal yang dapat

7
dimanfaatkan untuk mengatur tatanan kehidupan masyarakat secara arif atau
bijaksana. Jadi, dapat dikatakan bahwa kearifan lokal terbentuk sebagai
keunggulan budaya masyarakat setempat berkaitan dengan kondisi geografis
dalam arti luas. Kearifan lokal merupakan produk budaya masa lalu yang
patut secara terus-menerus dijadikan pegangan hidup. Meskipun bernilai
lokal tetapi nilai yang terkandung di dalamnya dianggap sangat universal.
Kearifan lokal merupakan pengetahuan yang eksplisit yang muncul dari
periode panjang yang berevolusi bersama-sama masyarakat dan
lingkungannya dalam sistem lokal yang sudah dialami bersama-sama. Proses
evolusi yang begitu panjang dan melekat dalam masyarakat dapat menjadikan
kearifan lokal sebagai sumber energi potensial dari sistem pengetahuan
kolektif masyarakat untuk hidup bersama secara dinamis dan damai.
Pengertian ini melihat kearifan lokal tidak sekadar sebagai acuan tingkah-laku
seseorang, tetapi lebih jauh, yaitu mampu mendinamisasi kehidupan
masyarakat yang penuh keadaban. Secara substansial, kearifan lokal itu
adalah nilai-nilai yang berlaku dalam suatu masyarakat. Nilai-nilai yang
diyakini kebenarannya dan menjadi acuan dalam bertingkah-laku sehari-hari
masyarakat setempat. Oleh karena itu, sangat beralasan jika dikatakan bahwa
kearifan lokal merupakan entitas yang sangat menentukan harkat dan
martabat manusia dalam komunitasnya. Hal itu berarti kearifan lokal yang di
dalamnya berisi unsur kecerdasan kreativitas dan pengetahuan lokal dari para
elit dan masyarakatnya adalah yang menentukan dalam pembangunan
peradaban masyarakatnya.
Dalam masyarakat kita, kearifan-kearifan lokal dapat ditemui dalam
nyanyian, pepatah, sasanti, petuah, semboyan, dan kitab-kitab kuno yang
melekat dalam perilaku sehari-hari. Kearifan lokal biasanya tercermin dalam
kebiasaan-kebiasaan hidup masyarakat yang telah berlangsung lama.
Keberlangsungan kearifan lokal akan tercermin dalam nilai-nilai yang berlaku
dalam kelompok masyarakat tertentu. Nilai-nilai itu menjadi pegangan
kelompok masyarakat tertentu yang biasanya akan menjadi bagian hidup tak
terpisahkan yang dapat diamati melalui sikap dan perilaku mereka sehari-hari.

8
Pengertian kearifan lokal (tradisional) menurut Keraf (2002) adalah semua
bentuk pengetahuan, keyakinan, pemahaman atau wawasan serta adat
kebiasaan atau etika yang menuntun perilaku manusia dalam kehidupan di
dalam komunitas ekologis. Pengertian di atas memberikan cara pandang
bahwa manusia sebagai makhluk integral dan merupakan satu kesatuan dari
alam semesta serta perilaku penuh tanggung jawab, penuh sikap hormat dan
peduli terhadap kelangsungan semua kehidupan di alam semesta serta
mengubah cara pandang antroposentrisme ke cara pandang biosentrisme dan
ekosentrisme. Nilai-nilai kerarifan lokal yang terkandung dalam suatu sistem
sosial masyarakat, dapat dihayati, dipraktikkan, diajarkan dan diwariskan dari
satu generasi ke genarasi lainnya yang sekaligus membentuk dan menuntun
pola perilaku manusia sehari-hari, baik terhadap alam maupun terhadap alam.
Nababan (2003) menyatakan bahwa masyarakat adat umumnya memiliki
sistem pengetahuan dan pengelolaan lokal yang diwariskan dan
ditumbuhkembangkan terus-menerus secara turun temurun. Pengertian
masyarakat adat disini adalah mereka yang secara tradisional tergantung dan
memiliki ikatan sosio-kultural dan religius yang erat dengan lingkungan
lokalnya. Menurut Ataupah (2004) kearifan lokal bersifat historis tetapi
positif. Nilainilai diambil oleh leluhur dan kemudian diwariskan secara lisan
kepada generasi berikutnya lalu oleh ahli warisnya tidak menerimanya secara
pasif dapat menambah atau mengurangi dan diolah sehingga apa yang disebut
kearifan itu berlaku secara situasional dan tidak dapat dilepaskan dari sistem
lingkungan hidup atau sistem ekologi/ekosistem yang harus dihadapi orang-
orang yang memahami dan melaksanakan kearifan itu. Dijelaskan lebih lanjut
bahwa kearifan tercermin pada keputusan yang bermutu prima. Tolok ukur
suatu keputusan yang bermutu prima adalah keputusan yang diambil oleh
seorang tokoh/sejumlah tokoh dengan cara menelusuri berbagai masalah yang
berkembang dan dapat memahami masalah tersebut. Kemudian diambil
keputusan sedemikian rupa sehingga yang terkait dengan keputusan itu akan
berupaya melaksanakannya dengan kisaran dari yang menolak keputusan
sampai yang benar-benar setuju dengan keputusan tersebut.

9
2.4 Teori Kehamilan
Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin.
Lamanya kehamilan normal adalah 280 hari atau 40 minggu atau 9 bulan 7
hari. Terhitung dari pertama haid terakhir. Proses kehamilan adalah proses
yang berkesinambu -ngan yang berlangsung antara 28 minggu dan 36 minggu
disebut kehamilan premature, sedangkan lebih dari 42 minggu disebut
kehamilan postmatur.
Menurut usia, kehamilan dapat dibagi menjadi :
1. Kehamilan trimester I : 0 – 12 minggu.
2. Kehamilan trimester II : 13 – 28 minggu.
3. Kehamilan trimester III: 29 – 42 minggu.
A. Tanda dan gejala kehamilan
1. Tanda persumtif
 Amenorea ( tidak dapat haid )
 Konsepsi dan nidasi menyebabkan tidak terjadi pembentukan
folikel de graff dan ovulasi.
 Mengetahui tanggal haid terakhir dengan perhitungan rumus
neagle dapat ditentukan perkiraan persalinan, TP ( Hari pertama
haid + 7 ), ( Bulan – 3 ) dan ( Tahun – 1 ).
 Mual dan Muntah ( nausea dan emesis ).
Pengaruh esterogen dan progesteron terhadap pengeluaran asam
lambung yang berlebihan menimbulkan mual dan muntah terlalu
sering disebut Hiperemesis Gravidarum.
 Mengidam ( ingin makan khusus )
Ibu sering meminta makanan atau minuman tertentu pada triwulan
I kehamilan.
 Sinkope ( pingsan).
Terjadi gangguan sirkulasi kedaerah kepala menyebabkan Iskemia
susunan syaraf pusat dapat menimbulkan Sinkope / Pingsan.
 Payudara meregang.

10
Pengaruh esterogen dan progesteron serta gonadotropin
menimbulkan defosit lemak, air dan garam pada payudara sehingga
membesar dan meregang.
 Tidak ada selera makan lebih.
Hanya berlangsung pada triwulan pertama kehamilan, kemudian
nafsu makan akan timbul kembali.
 Sering miksi.
Desakan rahim yang kedepan menyebabkan kandung kemih cepat
terasa penuh dan sering miksi gejala ini akan hilang pada triwulan
kedua kehamilan dan timbul kembali pada akhir kehamilan karena
kandung kemih ditekan oleh kepala janin.
 Konstipasi dan Obstipasi.
Pengaruh progesterone dapat menghambat peristaltic usus
menyebabkan kesulitan untuk buang air besar.
 Pigmentasi kulit.
Oleh pengaruh hormon kortikosteroid plasenta yang bisa dijumpai
antara lain dimuka ( kloasma gravidarum ), areola mammae, leher
dan dinding perut ( linea nigra grizea ).
2. Tanda pasti kehamilan
 Gerakan janin yang dapat dilihat atau dirasa / diraba, juga bagian –
bagian janin.
 Denyut jantung janin
- Didengar dengan stetoskop monoral laenec
- Dicatat dan didengar dengan alat dopler
- Dicatat dengan foto
- Dilihat pada USG elektrokardiogram
Terlihat tulang – tulang kerangka janin dalam foto roentgen
B. Pemeriksaan tambahan
 Pemeriksaan laboratorium
 Pemeriksaan USG
 Pemeriksaan air ketuban

11
 Pemeriksaan bakteriologis
C. Asuhan antenatal
Tujuan umum : adalah menyiapkan seoptimal mungkin fisik dan mental
ibu dan anak selama dalam kehamilan, persalinan dan nifas sehingga
didapatkan ibu dan anak yang sehat.
Tujuan khusus :
 Mengenali dan mengobati penyulit – penyulit yang mungkin dijumpai
dalam kehamilan, persalinan dan nifas.
 Mengenali dan mengobati penyakit - penyakit yang mungkin diderita
sedini mungkin.
 Menurunkan angka morbiditas dan mortalitas ibu dan anak.
 Memberikan nasehat – nasehat tentang cara hidup sehari – hari dan
keluarga berencana.
Jadwal pemeriksaan kehamilan :
 Pemeriksaan pertama kali yang ideal adalah sedini mungkin ketika
haidnya terlambat 1 bulan.
 Pemeriksaan ulang 1x sebulan sampai usia kehamilan 7 bulan.
 Periksa ulang 2x sebulan sampai usia kehamilan 8 bulan.
 Periksa ulang 1x seminggu sejak umur kehamilan 8 bulan sampai
terjadi persalinan.
E. Pemeriksaan ibu hamil
1. Anamnese
 Anamnese identitas diri ( suami dan istri ) : Nama, Umur, Agama,
Pekerjaan, Alamat, dan lain sebagainya.
 Anamnese umum :
 Tentang keluhan – keluhan, nafsu makan, miksi, defekasi,
perkawinan, dan lain sebagainya.
 Tentang haid, kapan haid terakhir ( HPHT ) untuk menentukan
tapsiran persalinan
 Tentang kehamilan, persalinan, keguguran, dan kehamilan
ektopik atau kehamilan mola sebelumnya.

12
2. Pemeriksaan
 Pemeriksaan fisik umum
 Keadaan umum, Kesadaran.
 Pemeriksaan tanda – tanda vital ( TD, Nadi, Suhu, Pernafasan ).
3. Palpasi
Palpasi perut untuk menentukan besar dan konsistensi rahim, bagian –
bagian janin, presentasi, gerakan janin, kontraksi rahim, cara palpasi
bermacam macam menurut Leopold dengan variasi :
 Leopold II, Untuk menentukan tuanya kehamilan dan bagian apa
yang terdapat dalam fundus uteri.
 Leopold I, Untuk menentukan letaknya punggung anak dan letak
bagian – bagian terkecil anak.
 Leopold III, Untuk menentukan apa yang terdapat dibagian bawah
dan apa bagian terendah anak.
 Leopold IV, Untuk menentukan apa yang menjadi bagian bawah
dan berapa masuknya bagian bawah kedalam rongga panggul.
F. Pemeriksaan
Guna pemeriksaan dalam adalah untuk mengetahui :
 Bagian terbawah janin.
 Kalau bagian yang terbawah adalah kepala, dapat ditentukan posisi
UUK, UUB, dagu, hidung, dan lain sebagainya.
 Kalau letak sungsang, dapat diraba anus, sacrum, tuberischii.
 Pembukaan serviks, turunnya bagian terbawah janin, caput
suksedaneum, dan lain sebagainya.
 Secara umum dapat dievaluasi keadaan vagina, serviks, dan panggul.
2.5 Teori Persalinan

1. Teori keregangan
 Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas tertentu.
 Setelah melewati batas tertentu terjadi kontraksi sehingga persalinan
dapat mulai.

13
2. Teori penurunan progesterone
 Proses penuaan plasenta terjadi mulai umur hamil 28 minggu.
 Produksi progesterone mengalami penurunan, sehingga otot rahim lebih
sensitive terhadap oksitosin.
 Akibatnya otot rahim mulai berkontraksi setelah tercapai tingkat
penurunan progesterone tertentu.
3. Teori oksitosin internal
 Oksitiosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis parts posterior.
 Perubahan keseimbangan estrogen dan progesterone dapat mengubah
sensitifitas otot rahim, sehingga sering terjadi kontraksi Braxton Hicks.
 Menurunya konsentrasi progesterone akibat tuanya kehamilan maka
oksitosin dapat meningkatkan aktivitas, sehingga persalinan dapat
mulai.
4. Teori prostaglandin
 Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak umur hamil 15 minggu,
yang dikeluarkan oleh desidua.
 Pemberian prostaglandin saat hamil dapat menimbulkan kontraksi otot
rahim sehingga hasil konsepsi dikeluarkan.
 Prostaglandin dianggap merupakan pemicu terjadinya persalinan.
5. Teori hipotalamus-pituitari dan glandula suprarenalis
 Teori ini menunjukan pada kehamilan dengan anensefalus sering terjadi
kelambatan persalinan karena tidak terbentuk hipotalamus. Teori ini
dikemukakan oleh Linggin 1973.
 Malpar pada tahun 1933 mengangkat otak kelinci percobaan, hasilnya
kehamilan kelinci berlagsung lebih lama.
 Pemberian kortikosteroid yang dapat menyebabkan maturitas janin,
induksi (mulainya) persalinan.
 Dari percobaan tersebut disimpulkan ada hubungan antara hipotalamus-
pituitari dengan mulainya persalinan.

14
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Kearifan local dalam proses persalinan masyarakat Sabu Raijua

Kabupaten Sabu Raijua adalah salah satu kabupaten di Provinsi Nusa


Tenggara Timur, Indonesia. Kabupaten Sabu Raijua merupakan daerah
otonom yang baru terbentuk Tahun 2008 berdasarkan Undang - undang
Nomor 52 Tahun 2008 tanggal 26 Nopember 2008, yaitu pemekaran dari
Kabupaten Kupang Provinsi Nusa Tenggara Timur di mana Kabupaten Sabu
Raijua merupakan Kabupaten yang ke-21 di provinsi Nusa Tenggara Timur.
Kearifan lokal merupakan produk budaya masa lalu yang patut secara
terus-menerus dijadikan pegangan hidup. Meskipun bernilai lokal tetapi nilai
yang terkandung di dalamnya dianggap sangat universal. Aspek sosial dan
budaya sangat mempengaruhi pola kehidupan semua manusia. Dalam era
globalisasi dengan berbagai perubahan yang begitu ekstrem pada masa ini
menuntut semua manusia harus memperhatikan aspek sosial budaya. Salah
satu masalah yang kini banyak merebak di kalangan masyarakat adalah
kematian ataupun kesakitan pada ibu dan anak yang sesungguhnya tidak
terlepas dari faktor-faktor sosial budaya dan lingkungan di dalam masyarakat
dimana mereka berada. Disadari atau tidak, faktor-faktor kepercayaan dan
pengetahuan budaya seperti konsepsi-konsepsi mengenai berbagai pantangan,
hubungan sebab- akibat antara makanan dan kondisi sehat-sakit, kebiasaan
dan ketidaktahuan, seringkali membawa dampak baik positif maupun negatif
terhadap kesehatan ibu dan anak. Pola makan, misalnya, salah satu selera
manusia dimana peran kebudayaan cukup besar. Hal ini terlihat bahwa setiap
daerah mempunyai pola makan tertentu, termasuk pola makan ibu hamil dan
anak yang disertai dengan kepercayaan akan pantangan, tabu, dan anjuran
terhadap beberapa makanan tertentu.

15
3.2 Pantangan selama proses kehamilan hingga persalinan dalam
masyarakat sabu raijua
Masyarakat Sabu raijua akan selalu melakukan banyak pantangan-
pantangan dalam masa kehamilan, walaupun secara rasional dan dikaji
dalam faktor kesehatan seringkali tidak ada kaitanya namun akan tetap
dijalankan oleh masyarakat setempat, karena telah menjadi keyakinan
budaya yang harus terus dijalankan secara turun-temurun dan cenderung
harus ditaati walaupun individu yang menjalankanya mungkin saja tidak
memahaminya dan tidak yakin secara rasional akan alasan-alasan yang
diberikan dan hanya perwujudan rasa kepatuhan akan tradisi. Pada mulanya
pandangan hidup orang sabu merupakan kristalisasi dari sekian adat dan
tradisi yang pernah gemilang, jadi pandangan hidup orang sabu tidak boleh
diabaikan ataupun ditinggalkan dan patuh terhadap orang tua serta dukun.
Pantangan ada dua jenis yaitu pantangan yang berupa makanan yaitu
bahan makanan atau masakan yang tidak boleh dimakan oleh para individu
dalam masyarakat karenan alasan – alasan yang bersifat budaya. Dan
pantangan dalam perbuatan, pantangan yang melarang wanita hamil dan
suaminya melakukan hal-hal tertentu yang secara gaib dianggap dapat
berakibat buruk bagi bayi mereka yang juga diperoleh dari dasar keyakinan
mengenai sifat gaib dari tindakan tersebut. Sehingga pantangan yang ada di
dalam adat kehamilan merupakan hasil dari sistem kepercayaan yang tumbuh
dan berkembang di dalam masyarakat sabu.
1. Tata Cara Proses Kehamilan Masyarakat Sabu Raijua
Pantangan kehamilan dalam budaya sabu yang sudah menjadi
kepercayaan adalah sebagai berikut :
a. Pantangan memakan gurita dan kepiting
Beberapa hewan laut seperti gurita dan kepiting tidak boleh dimakan
oleh wanita hamil karena dianggap dapat mempengaruhi janin yang
ada dalam kandungan, karena menurut kepercayaan masyarakat sabu
raijua apabila melanggar pantangan ini maka leher bayi akan terlilit
tali pusar.

16
b. Pantangan duduk depan pintu rumah dan melepas rambut
Menurut kepercayaan masyarakat sabu, apabila wanita hamil duduk
di depan pintu rumah dan melepas rambut maka akan mempengaruhi
proses kelahiran bayi atau persalinan.
c. Pantangan keluar pada malam hari harus membawa barang tajam
Menurut kepercayaan masyarakat sabu, wanita hamil dilarang keluar
pada malam hari dan harus membawa alat tajam seperti gunting, paku
untuk menghindari makhluk halus yang akan menganggu bayi dalam
kandungan.
d. Pantangan wanita hamil tidak boleh mandi setelah terbenamnya
matahari.
Pantangan bagi ibu hamil untuk tidak mandi ketika sudah larut malam
dipengaruhi oleh faktor kepercayaan yang ada di dalam masyarakat
sabu raijua, bahwa jika wanita yang mandi larut malam pada saat
kelahiran akan mengeluarkan air yang sangat banyak dan bayi akan
keluar secara tersendat-sendat. Hal tersebut merupakan sesuatu yang
kurang baik atau dapat menimbulkan celaka bagi dirinya dan bayi
yang hendak dilahirkan seingga harus dicegah dalam masa kehamilan.
Pantangan ini sangat dipengarui oleh sistem kepercayaan yang
mendasarinya yang diyakini berasal dari leluhur atau nenek moyang.
e. Pantangan untuk suami tidak boleh memotong hewan apapun selama
masa kehamilan.
Menurut kepercayaan masyarakat Sabu, pantangan suami tidak boleh
memotong hewan apapun disaat istrinya sedang mengandung dan
apabila melanggar pantangan tersebut maka anak yang dilahirkan akan
cacat secara fisik
2. Tata Cara Proses Persalinan Masyarakat Sabu Raijua
Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin
yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37 – 42 minggu), lahir spontan

17
dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa
komplikasi baik pada ibu maupun pada janin.
Aspek sosial dan budaya sangat mempengaruhi pola kehidupan
semua manusia. Dalam era globalisasi dengan berbagai perubahan yang
begitu ekstrem pada masa ini menuntut semua manusia harus
memperhatikan aspek sosial budaya. Salah satu masalah yang kini banyak
merebak di kalangan masyarakat adalah kematian ataupun kesakitan pada
ibu dan anak yang sesungguhnya tidak terlepas dari faktor-faktor sosial
budaya dan lingkungan di dalam masyarakat dimana mereka berada.
Ada suatu kepercayaan dalam masyarakat sabu raijua dimana
dalam proses persalinan kebanyakkan masyarakat sabu raijua bersalin
dengan posisi setengah duduk kemudian digantung kedua helai tali sebagai
pegangan kekuatan untuk mengedan dibantu oleh seorang dukun atau
tukang urut yang dipercayai dalam proses kelahiran bayi.
Setelah bayi tersebut sudah lahir tali pusar digosok menggunakan siri
kering sampai tali pusarnya kelihatan pucat atau tidak telihat darah barulah
dipotong menggunakan pisau yang telah disiapkan oleh dukun, kemudian
plasenta atau biasanya disebut ari-ari itu digantung di atas pohon agak
tidak di makan atau di sentuh oleh hewan, kemudian setelah itu diambil
lah bara api untuk di pangggang bagian belakang.
Dan sampai sekarang juga di desa-desa terpencil masih ada masyarakat
sabu raijua yang mempercayai hal tersebut dan berlanjut ke anak cucu
mereka hal ini dikarenakan minimnya sumber daya manusia dan informasi
mengenai kesehatan yang kurang meluas sampai ke pelosok desa.

18
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
sampai sekarang juga di desa-desa terpencil masih ada masyarakat
sabu raijua yang mempercayai hal kearifan local yang brlaku di sabu raijua
sejak dahulu, hal tersebut akan berlanjut ke anak cucu mereka hal ini
dikarenakan minimnya sumber daya manusia dan informasi mengenai
kesehatan yang kurang meluas sampai ke pelosok desa.
Kearifan lokal sesungguhnya mengandung banyak sekali keteladanan
dan kebijaksanaan hidup. Pendidikan karakter bukan sekedar mengajarkan
sesuatu yang benar dan yang salah tetapi pendidikan karakter juga
menanamkan kebiasaan, dari kebiasaan itu masyarakat perlu mengetahui
proses persalinan sehingga masyarakat menjadi paham (kognitif) tentang
mana yang benar dan salah, dan mampu menjalankan apa yang disarankan
dari pihak kesehatan sehingga dapat memberikan dampak yang positif bagi
seluruh masyarakat sabu raijua.
B. Saran
Sebaiknya pemerintah memberikan sosialisasi-sosialisasi mengenai
adat atau pantangan sesuai teori-teori para ahli yang berkaitan dengan
kesehatan masyarakat agar masyarakat memahami gunanya kesehatan bagi
ibu dan bayi sehingga dapat mengurangi angka kematian ibu dan bayi, karena
penanganan yang salah dalam proses persalinan, dan bentuk-bentuk
pantangan yang dapat mempengaruhi psikologi sehingga merka berpikir
bahwa pantangan tersebut adalah benar.

19
Daftar Pustaka

Adriaansz, Wiknjosastro dan Waspodo, 2007. p. 89. Triwulan Kehamilan


Lingging 1973, Teori hipotalamus-pituitari dan glandula suprarenalis
M. Rustam. Mph. Prof. Dr. 1998. Sinopsis Obstetri dan patologi,jilid 1 edisi 2,
M. Ida Bagus. DSOG. Prof. Dr. 1998. Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan
dan KB, Penerbit buku kedokteran EGC, Jakarta
Sulaiman, Prof. 1993. Obstetri Fisiologi, bagian obstetric dan ginekologi FK
UNPAD, Bandung
Penerbit buku kedokteran EGC, Jakarta
Rahyono (2009:7) teori kearifan lokal
(Bobak, 2005, p. 74). teori perkembangan embrio dan janin

20

You might also like