You are on page 1of 16

I.

JUDUL PERCOBAAN :
AUTOCLAVE TEST

II. PRINSIP PERCOBAAN


Tile terdiri dari bagian bodi dan glasur. Sampel tile diberi tekanan maksimum
10 bar dan ditahan selama 1 jam di dalam autoclave. Tile yang rentan dengan autoclave
test dan mudah mengalami retak-retak adalah tile yang mempunyai COE glasur ≥
COE bodi. Saat autoclave tes dilakukan, bodi yang masih porous mengalami
pertambahan panjang karena moisture expansion yang mencapai 0,03%. Sedangkan
bagian glasur tidak mengalami moisture expansion karena sudah menggelas
sempurna saat pembakaran. Saat bodi bertambah panjang dan glasur tidak, maka
glasur dalam kondisi menahan tarikan bodi. Karena ketebalan glasur hanya 0,3 mm
sedangkan ketebalan bodi 6 mm, glasur tidak kuat menahan tarikan ekspansi bodi
sehingga terjadi retak-retak pada glasur untuk menghilangkan tarikan bodi.

III. TUJUAN PERCOBAAN


1. Mengetahui apakah tile/porous bodi/wall tile/floor tile dalam pemakaian nanti
akan mengalami reatk-retak atau tidak.

2. Mengetahui cara kerja uji kualitas keramik dengan autoclave

3. Mengetahui potensi keretakan pada produk keramik yang dinamakan dengan


retak seribu (hair crazing)

IV. TEORI PERCOBAAN

Sifat yang umum dan mudah dilihat secara fisik pada kebanyakan jenis keramik
adalah britle atau rapuh, hal ini dapat kita lihat pada keramik jenis tradisional seperti
barang pecah belah, gelas, kendi, gerabah dan sebagainya, coba jatuhkan piring yang
terbuat dari keramik bandingkan dengan piring dari logam, pasti keramik mudah
pecah, walaupun sifat ini tidak berlaku pada jenis keramik tertentu, terutama jenis
keramik hasil sintering, dan campuran sintering antara keramik dengan logam. sifat
lainya adalah tahan suhu tinggi, sebagai contoh keramik tradisional yang terdiri dari
tanah liat, flint, dan feldspar tahan sampai dengan suhu 1200 C, keramik hasil
rekayasa seperti keramik oksida mampu tahan sampai dengan suhu 2000 C. Kekuatan
tekan tinggi merupakan sifat yang membuat penelitian tentang keramik terus
berkembang.
Autoclave adalah alat yang digunakan untuk mensterilkan peralatan dan
perlengkapan dengan menundukkan material untuk uap tekanan tinggi jenuh pada
121 ° C selama sekitar 15-20 menit, tergantung pada ukuran beban dan isi. Alat ini
diciptakan oleh Charles Chamberland di 1879, meskipun prekursor yang dikenal
sebagai digester uap diciptakan oleh Denis Papin pada tahun 1679. Nama ini berasal
dari bahasa Yunani auto-, pada akhirnya berarti diri, dan Latin yang berarti Clavis
kunci-perangkat self-locking.
Autoclave yang banyak digunakan dalam mikrobiologi, kedokteran, tato,
tindik, ilmu kedokteran hewan, mikologi, kedokteran gigi, perawatan kaki dan
fabrikasi prosthetics. Mereka bervariasi dalam ukuran dan fungsi tergantung pada
media yang akan disterilkan. Beban khas termasuk laboratorium gelas, instrumen
bedah, limbah medis, peralatan pasangan pasien, tempat tidur hewan kandang, dan
kaldu lysogeny.
Sebuah aplikasi yang tumbuh penting dari autoklaf adalah pengobatan pra-
pembuangan dan sterilisasi bahan limbah, seperti limbah rumah sakit patogen. Mesin
dalam kategori ini sebagian besar beroperasi di bawah prinsip yang sama seperti
otoklaf konvensional dalam bahwa mereka mampu menetralisir agen berpotensi
menular dengan memanfaatkan uap bertekanan dan air superheated.
Sebuah generasi baru dari limbah konverter mampu mencapai efek yang sama
tanpa bejana tekanan untuk mensterilkan media kultur, bahan karet, gaun, berpakaian,
sarung tangan, dll. Hal ini sangat berguna untuk bahan yang tidak dapat menahan
suhu lebih tinggi dari oven udara panas.
Autoclave juga banyak digunakan untuk menyembuhkan komposit dan dalam
vulkanisasi karet. Panas tinggi dan tekanan yang otoklaf memungkinkan membantu
untuk memastikan bahwa sifat fisik terbaik yang repeatably dicapai. Industri
kedirgantaraan dan sparmakers (untuk perahu layar khususnya) memiliki otoklaf
lebih dari 50 kaki panjang, beberapa lebih dari 10 kaki lebar.
Autoclave tes diperlukan untuk porous bodi tile, yaitu WT dan porous bodi FT
maupun untuk glazed roof tile. Apabila COE bodi lebih besar daripada COE glasur
8-15 %, maka tile tersebut akan tahan terhadap autoclave tes karena pada waktu tes
dengan kondisi tekanan autoclave maksimum 10 atm dan ditahan selama 1 jam pada
tekanan puncak. Meski bodi bertambah panjang karena moisture expansion dan
glasur tidak bertambah panjang karena sudah menggetas, tetapi tarikan bodi masih
dapat diimbangi Oleh glasur yang mengalami kompresi karena COE glasur 8 - 15 %
lebih kecil dari COE bodi. Hasil tes tidak ada keretakan atau baik..
Apabila COE bodi lebih kecil dari COE glasur sebesar lebih dari 15%, maka
glasur akan mengalami ekstra kompresi dari bodi karena adanya perbedaan COE yang
sangat mencolok tadi. Tile biasanya menjadi sangat cembung dan bila glasur tidak
tahan terhadap ekstra kompresi bodi maka akan terjadi Shivering/Peelingj yaitu
glasur mengalami retak-retak kecil dan melengkung ke atas. Apabila COE glasur
sama atau lebih besar dari COE bodi, tile sudah dapat mengalami hair crazing
sebelum dites. Tapi apabila perbedaan COE glasur bodi tidak terlalu besar, maka
glasur masih kuat menahan tarikan bodi. Tile menjadi cekung karena panjang glasur
lebih kecil dari panjang bodi.
Pada saat dilakukan autoclave test, bodi akan bertambah panjang karena
moisture expansion sehingga glasur tidak mampu lagi menahan tarikan bodi.
Akibatnya, akan terjadi retak seribu pada glasur. Karena adanya retak-retak, maka
total panjang glasur dapat mengikuti total panjang bodi. Sehingga tile akan berubah
kembali dari cekung menjadi datar. Cara mengetahui adanya keretakan setelah tes,
digunakan bahan pewarna antara lain analine (biru) atau tinta

V. ALAT DAN BAHAN


A. ALAT B. BAHAN

 Autoclave - Floor tile


 Kran Air - Tinta atau Analine
 Penggaris - Air
 Neraca

VI. PROSEDUR PERCOBAAN


1. Tangki autoclave diisi dengan air sampai heater terendam di bawah permukaan
2. Masukkan sampel FT ke dalam autoclave dan disusun secara vertikal di atas tray
3. Autoclave ditutup dan semua baut dikencangkan secara diagonal
4. Kran air dibuka dan kran uap ditutup
5. Setting tekanan pressure regulator sebesar 9 atau 10 bar
6. Setting waktu pengujian selama 30 – 60 menit
7. Tekan tombol power on lalu tekan switch on pada alat
8. Tekan tombol start maka lampu start akan menyala
9. Bila seluruh cycle telah selesai, lampu END akan menyala
10. Sewaktu pendinginan temperatur dan tekanan uap akan turun, buka kran uap
sampai manometer menunjukkan nilai 0 bar
11. Buka autoclave secara diagonal, ambil tile
12. Beri tinta pada permukaan tile untuk melihat ada tidaknya cacat yang terjadi

VII. HASIL DAN PERHITUNGAN


Pengamatan dilakukan sebelum dan sesudah diuji dengan autoclave, berikut
adalah data-datanya :
Penyerapan Air (%) = Berat sesudah - Berat Sebelum
x100%
Berat Sebelum
No. Berat Berat
Penyerapan Kecacatan
Tile Sesudah (gr) Sebelum (gr) Air (%)
Tidak ada retak, ada
1 697,9 676,7 3,13 pinhole

2 687,9 637,5 7,90 Terjadi retak, ada


pinhole
Crazing, ada pinhole,
3 746,5 735,5 1,49
COE bodi > COE
glasur

4 729,8 712,2 2,47 Tidak ada retak, ada


pinhole

Crazing
5 769,4 750,8 2,48

6 729,8 712,2 2,47 -

7 778,6 761,5 2,24 -

8 724,9 707,5 2,46 -

9 808,8 796,6 1,53 -

10 690,5 677,6 1,90 -

11 746,3 731,0 2,09 -

12 783,0 779,7 0,42 -


VIII. PEMBAHASAN
Analisa autoclave ini merupakan salah satu analisa kualitas tile yang digunakan
untuk memperkirakan kualitas tile terhadap waktu. Pada analisa ini terdapat 12 buah tile.
Tile dibersihkan dan ditimbang. Siapkan autoclave dengan cara mengisi air ke dalam
tangki kira-kira hingga pemanas autoclave telah terendam air. Tile tersebut kemudian di
masukkan ke dalam autoclave dengan cara menyusunnya di atas tray secara vertikal, beri
jarak antar tile. Nyalakan autoclave, setting waktu uji selama 30 – 60 menit, jangan lupa
menutup kran uap autoclave. Tunggu hingga pengujian selesai, dan hingga tekanan
dalam autoclave kembali ke normal dengan cara membuka kran uapnya. Setelah
pengujian selesai, tile dikeluarkan dan ditimbang bobotnya untuk mengetahui banyaknya
air yang terserap oleh tile. Selanjutnya permukaan tile diolesi dengan tinta untuk
mengamati adanya kecacatan atau tidak pada permukaan tile.

Tidak dilakukan analisa pengecekan dengan menggunakan tinta di karenakan paa


saat itu tinta yang digunakan habis sehingga tidak semua keramik dapat di amati.

IX. KESIMPULAN
1. Tile yang diuji mempunyai %penyerapan air rata-rata sebesar 2,55%
2. Tile mengalami retak, crazing, terdapat pinhole setelah dilakukan uji dengan
autoclave namun ada juga yang tidak mengalami retak, crazing dan tidak ada pinhole.
3. Tile tersebut mempunyai kualitas yang kurang baik, karean terdapat kecacatan pada
tile tersebut.
4. Praktikan dapat mengetahui jenis-jenis kecacatan pada analisa keramik.
I. Judul Percobaan
PENENTUAN PLASTISITAS DENGAN ALAT PFEFFERKORN

II. Prinsip Percobaan :


1. Menurut Prefferkorn, plastisitas dari clay ditentukan oleh angka kompresi dari sampel
clay yang dijatuhi pemberat. Sampel mempunyai ukuran tertentu dengan kadar air yang
berbeda-beda. Koefisien plastisitas adalah persen kadar air dalam sampel yang
dikompresi menjadi 30 % ketinggian awal.
2. Membuat kurva antara a = ho/h1 (ho = ketinggian sampel sebelum uji, h1 = ketinggian
sampel setelah uji) terhadap kadar air. dimana a sebagai absis (sumbu x) dan kadar air
sebagai ordinat (sumbu y).
3. Koefisien plastisitas diperoleh dengan menarik garis dari a = 3.3 vertikal keatas
memotong grafik lalu ditarik garis horizontal kekiri sehingga didapat kadar air di sumbu
y yang merupakan angka plastisitas.
- Jika a < 2,5, sampel clay sulit digunakan karena terlalu kering.
- Jika 2,5 < a < 4, clay termasuk grup yang memiliki deformabiliti baik.
- Jika a > 4, clay mulai menjadi sticky (lengket)

III. Tujuan dan Sasaran Percobaan :


1. Untuk menentukan plastisitas clay dengan menggunakan prefferkorn.
2. Untuk memilih clay dengan plastisitas yang baik untuk tiap-tiap jenis bodi keramik.
Misalnya clay untuk sanitary ware harus mempunyai plastisitas yang lebih tinggi
daripada clay untuk table ware atau WT dan FT. Dengan demikian, percobaan ini juga
bertujuan menentukan jenis clay yang tidak dapat dipakai untuk jenis bodi tertentu.

IV. Alat dan Bahan Percobaan


Alat :
1. Cetakan metal
2. Saringan
3. Alat pfefferkorn

Bahan:
1. Clay C
2. Feldspard
3. Air

V. Teori Percobaan :
Plastisitas adalah kemampuan butir-butir tanah halus untuk mengalami perubahan
bentuk tanpa terjadi perubahan volume atau pecah. Tidak semua jenis tanah mempunyai
sifat plastis. Tanah yang didominasi oleh mineral pasir kuarsa dan pasir lainnya tidak
mempunyai sifat plastis walaupun ukuran partikelnya halus dan berapapun banyaknya air
ditambahkan. Semua mineral liat, mempunyai sifat plastis dan dapat digulung mejadi
benang/ulir tipis pada kadar air tertentu tanpa menjadi hancur. Pada kenyataannya, semua
tanah berbutir halus mengandung sejumlah liat, maka kebanyakan tanah tersebut adalah
plastis. Dalam hal ini, tingkat plastisitas dapat juga dikatakan sebagai suatu indeks umum
untuk menggambarkan kandungan liat dari suatu tanah.
Tanah mengandung sedikit liat dikatakan agak plastis, sedangkan tanah banyak
mengandung liat disebut sangat plastis. Dalam praktek, perbedaan plastisitas ditentukan
oleh keadaan fisik tanah melalui perubahan kadar air. Batas antara perbedaan kondisi
plastis berdasarkan kadar air tersebut disebut batas konsistensi atau batas atterberg. Jadi,
konsistensi tanah diartikan sebagai kondisi fisik dari butiran halus tanah pada kondisi kadar
air tertentu.
Sifat plastis atau plastisitas tanah liat merupakan kualitas hubungan antara partikel
tanah liat yang ditentukan oleh kandungan mineral dan kehalusan butiran tanah liat.
Plastisitas berfungsi sebagai pengikat dalam proses pembentukan sehingga benda yang
dibentuk tidak mengalami keretakan/pecah atau berubah bentuk. Sifat plastis ini
merupakan persyaratan utama yang harus dipenuhi. Dua partikel berbentuk lembaran yang
bersebelahan akan saling melekat sempurna ketika dilumasi dengan air dan memberikan
kualitas tanah liat yang plastis dan memiliki kekuatan.
Karena struktur partikel tanah liat yang berupa lembaran segi enam saling
bertumpuk membentuk susunan seperti batu bata maka sukar untuk mengalami keretakan,
hal tersebut seperti ditunjukkan dalam gambar di bawah.Apabila tanah liat tidak cukup
plastis sesuai tingkat keplastisan yang dipersyaratkan maka tanah liat harus ditambah
dengan bahanbahan yang plastis.

Faktor-faktor yang mempengaruhi keplastisan adalah :

 Pengaruh air bahan-bahan padat dan gejala koloid yang menyertai.


 Ukuran dan komposisi partikel-partikel padat.
 Bentuk partikel-partikel padat dan struktur dalamnya.
 Keadaan agregasi partikel padat.
 Jumlah uas permukaan partikel padat dan tarik menarik inter partikel.
 Adanya bahan lain yang dapat mempengaruhi sifat-sifat partikel.
 Orientasi partikel-partiiekl di dalam masa

Di dalam pembuatan bahan keramik, keplastisan merupakan faktor yang sangat


penting karena akan sangat meunujang proses pembentukan serta proses yang mengikuti
sehingga perlu dilakukan usaha-usaha peningkatan keplastisan. Usaha-usaha tersebut
antara lain :
 Mencari kadar air optimum.
 Pencampuran yang lebih sempurna antara lempung dan air.
 Menghilangkan atau mengurangi bahab-bahan non plastis dari lempung.
 Menambahkan flokulan kedalam bahan lempung.
 Menambahkan bahan-bahan koloid.
 Proses penggilingan yang lebih baik.
 Menghalau udara yang tertangkap di dalam lempung dengan vakum.
 Mengembangkan kondisi thexotrofi dalam lempung.
 Melakukan aging atau souring.
Angka keplastisan dapat dicari dengan menggunakan rumus; a = ho/h1
ho = ketinggian sampel sebelum diuji.
h1 = ketinggian sampel setelah dijatuhi pemberat.

Kebasahan clay sampel yang dipakai antara 22 – 31 %. Apabila angka a makin tinggi,
berarti clay makin plastis. Koefisien plastisitas adalah persen kadar air dalam sampel yang
dikompresi menjadi 30 % dari ketinggian awal.

Beberapa jenis tanah liat yang murni dan alami, seperti tanah stonewaredapat langsung
digunakan.Beberapa jenis tanah merah earthenwarejuga dapat langsung digunakan karena
memiliki sifat sebaik tanah stoneware.Ball clay biasanya terlalu plastis sehingga tidak
mudah dikeringkan dan dibakar tanpa berubah bentuknya, sedangkan kaolin cukup sulit
untuk dibentuk karena terlalu “short”, yaitu mudah berubah bentuk tidak kuat menahan
beban berat badannya sendiri.

Sifat plastis pada tanah liat disebabkan antara lain oleh:


1) Daya kohesi partikel-partikel tanah liat yang sangat halus dan bermuatan listrik (-) dan
(+) sehingga satu sama lain saling mengikat.

2) Kandungan air plastisitas, jika dilihat dengan alat mikroskop melalui perbesaran 50.000
kali struktur partikel tanah liat berbentuk lempengan pipih yang mempunyai permukaan
datar. Setiap lempengan dilapisi air yang sangat tipis seperti film. Fungsi air pelapis partikel
adalah melicinkan permukaan lempengan-lempengan sehingga satu sama lain dapat saling
menggelincir khususnya pada saat tanah liat dibentuk atau mendapat tekanan dan mengikat
partikel-partikel secara bersama-sama dan membentuk massa tanah liat yang padat.

Persyaratan Tanah Liat


Tanah liat sebagai bahan untuk membuat benda keramik harus memenuhi persyaratan
yang harus dipenuhi agar benda keramik yang dibuat tidak mengalami kesuliatan,
persyaratan tersebut diantaranya adalah:
1. Plastisitas
Plastisitas tanah liat merupakan syarat utama yang harus dipenuhi agar mudah dibentuk.
Hal ini terkait dengan fungsi plastisitas sebagai pengikat dalam proses pembentukan
sehingga tidak mudah retak, berubah bentuk atau runtuh.
2. Homogen
Campuran masa tanah liat plastis harus homogen dalam arti plastisitasnya merata dan
tidak ada yang keras atau lembek.
3. Bebas dari gelembung udara.
Tanah liat harus terbebas dari gelembung udara, jika dalam tanah liat masih terdapat
gelembung udara dapat menyebabkan kesulitan pada waktu proses pembentukan dan
dapat menyebabkan retak atau pecah pada waktu proses pengeringan dan pembakaran.
4. Memiliki kemampuan bentuk
Tanah liat harus memiliki kemampuan bentuk yang berfungsi sebagai penyangga
sehingga tidak mengalami perubahan bentuk pada waktu proses pembentukan atau
setelah proses pembentukan selesai.
Sifat Plastis merupakan persyaratan utama yang harus dipenuhi untuk mencapai
tingkat keplastisan yang di persyaratkan, apabial tidak memenuhi makan haris ditambah
dengan bahan-bahan yang plastis. Juga merupakan kualitas hubungan antara partikel
tanah liat yang ditentukan oleh kandungan mineral dan kehalusan butiran tanah liat.
Berfungsi sebagai pengikat dalam proses pembentukan sehingga benda yang dibentuk
tidak mengalami keretakan atau pecah atau berubah bentuk.
Peningkatan pembebanan yang melebihi kekuatan luluh (yield strength) yang dimiliki
plat mengakibatkan aliran deformasi permanen yang disebut plastisitas. Menurut
Mondelson (1983) teori plastis terbagi menjadi dua kategori:
1). Teori fisik
Teori fisik menjelaskan aliran bagaimana logam akan menjadi plastis. Meninjau
terhadap kandungan mikroskopik material seperti halnya pengerasan kristal atom
dan dislokasi butir kandungan material saat mengalami tahap plastisitas.
2). Teori matematik
Teori matematik berdasarkan pada fenomena logis alami dari material dan
kemudian dideterminasikan ke dalam rumus yang digunakan untuk acuan
perhitungan pengujian material tanpa mengabaikan sifat dasar material.

Gambar Alat Pfefferkorn


VI. Prosedur Percobaan :
Pembuatan Sampel
1. Clay/lempung diaduk dengan air sampai menjadi slip kemudian disaring dengan saringan
0.4 mm.
2. Slip dituang dalam Slab Gips untuk mengurangi kadar air.
3. Clay dicetak dalam mold dengan 4 kadar air yang terletak antara 22 – 31 %.
4. Masing-masing sampel basah dengan persentasi tertentu tersebut ditimbang untuk
mengetahui kadar kebasahannya.
5. Dilakukan uji keplastisan untuk 4 jenis clay.
6. Setelah dites, sampel dikeringkan 110 °C sampai berat konstan dan ditimbang kemudian
dihitung kadar air masing-masing.
Penggunaan Alat Pfefferkorn
1. Mold diberi minyak agar sampel clay tidak lengket.
2. Sampel dicetak lalu dikeluarkan dari mold.
3. Sampel kemudian diletakkan pada pusat plate bawah.
4. Tarik kunci pemberat sehingga pemberat menimpal sampel.
5. Baca ketinggian sampel setelah dilakukan tes lalu dibandingkan dengan ketinggian
sebelum tes.
6. Tes dilakukan minimal 3 kali dengan kebasahan berbeda antara 22 – 31 %.
VII. Data Pengataman

Sampel Berat awal (gram) Berat kering (gram)

Clay B 10 9,1

Feldspar 10 9,9

Clay B
Sesudah
sebelum Sesudah (Tes)
(Dikeringkan)
Jumlah persen
Sampel Berat Tinggi Berat Tinggi
ke (gr) (cm) (gr) (cm) Berat (kg)
I 35,7 2,2 35,7 1,7 30,8
15% II 31,3 2,2 31,3 1,5 27,2
II 34,5 2,2 34,5 1,5 30,1
I 23,1 1,6 23,1 1,0 19,0
17% II 30,3 1,8 30,3 1,3 26,0
II 30,2 1,9 30,2 1,2 26,1
I 26 1,7 26 0,8 21,7
19% II 41 2,6 41 1,4 35,7
II 33,5 2,3 33,5 1,2 27,8

Hasil Perhitungan

berat awal−berat kering


 % kebasahan = 𝑥 100 %
berat awal
15
 Komposisi air (15%) = 𝑥 100 %
85 𝑥 100
% kebasahan bahan
 Berat kering dengan % kebasahan (15%) = 𝑥 150 𝑔𝑟𝑎𝑚
85

 Berat kering (15%) = 150 – hasil berat kering dengan % kebasahan (15%)
komposisi air (15%)
 penambahan air dengan % kebasahan (15%) = x berat kering
100

 penambahan air (15%) = hasil penambahan air % kebasahan (15%) – hasil berat kering
% kebasahan (15%)
(G1−G2)
 Kadar air (W) = 𝑥 100 %
G1
ho
 a=
ℎ1

Sampel Kebasahan

Clay B 0,09

K-Feldspar 0,01

Sampel
Clay B
Menghitung
Berat
Menghitung berat penambahan air Penambahan
Jumlah persen Komposisi air kering
kering dengan % dengan % air (kg)
(kg)
kebasahan (gr) kebasahan (kg)
15% 17,65% 0,23 149,84 26,45 26,29
17% 20,48% 0,23 149,765 30,69 30,53
19% 23,46% 0,23 149,759 35,15 34,99

Sampel
Feldspar
Menghitung
Berat
Menghitung berat penambahan air Penambahan
Jumlah persen Komposisi air kering
kering dengan % dengan % air (kg)
(kg)
kebasahan (gr) kebasahan (kg)
15% 17,65% 0,176 49,99 8,8 8,8
17% 20,48% 0,181 49,99 10,24 10,24
19% 23,46% 0,185 49,99 11,72 11,72

Clay B
Jumlah persen Komposisi ke - a w (%)
I 1,3 14
15% II 1,5 13
III 1,5 13
I 1,6 18
17%
II 1,4 14
III 1,6 14
I 2,1 17
19% II 1,9 13
III 1,9 17

VIII. Pembahasan :
Timbang bahan clay dan feldspar yang telah disiapkan dan dipisahkan menjadi
bahan A, B dan C. Bahan A mempunyai komposisi air sebanyak 15%, bahan B mempunyai
komposisi air sebanyak 17%, dan bahan C mempunyai komposisi air sebanyak 19%.
Setelah bahan dibuat, dicetak menggunakan alat pencetak masing-masing bahan dibuat
menjadi 3 sampel maka terkumpul 18 sampel. Setelah dicetak menggunakan alat pencetak
dihitung tebal dan beratnya dan dicatat. Setelah bahan telah dicetak, maka diuji
keplastisitasnya dengan alat pfefferkorn, setelah itu dihitung berat dan tebalnya. Kemudian
dihitung kadar air yang terdapat di dalam masing sampel. Kualitas keplastisan beberapa
jenis tanah liat beragam, tergantung pada ukuran dan kehalusan partikel.

Bahan plastis adalah bahan yang berfungsi sebagai bahan pengikat dan memberi
kemudahan dalam pembentukan badan keramik pada kondisi mentah. Pada penelitian ini
Clay B merupakan bahan plastis.

Sedangkan K-Fledspar adalah bahan non plastis, karena ketika dilakukan pengujian
dengan alat Pfefferkorn sample dari K-Feldspar langsung hancur. Feldspar berfungsi
sebagai bahan pelebur yang mengikat bahan pengisi atau rangka pada temperatur tinggi,
sehingga membentuk barang-barang keramik.

You might also like