You are on page 1of 22

FILOSOFI EKONOMI SYARI’AH

MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS
Matakuliah Ekonomi Syari’ah
yang dibina oleh Prof. Dr. H. Heri Pratikto, M.Si

Oleh:
Eko Bayu Prasetyo (150413603244)
Ferra Dwi Yanitasari (150413600821)
Inas Thahirah (150413602291)
Nurul Hikmah (160413602091)
Senitza Olivia Febriantika (150413605387)

UNIVERITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN MANAJEMEN
September 2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan
rahmat serta karunia-Nya yang telah diberikan kepada kami sehingga kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Filosofi Ekonomi Syari’ah”
dengan lancar dan tepat waktu.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ekonomi Syari’ah
pada jurusan Manajemen Universitas Negeri Malang. Dalam kesempatan ini kami
ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam
pembuatan makalah ini yakni kepada :
1. Bapak Heri Pratikto selaku Pembina mata kuliah Ekonomi Syari’ah.
2. Semua pihak yang telah membantu hingga terwujudnya makalah ini.
Demikian penyusunan makalah ini. Kritik dan saran kami harapkan guna
menyempurnakan makalah ini. Sekian dari kami, semoga makalah ini bermanfaat
bagi kita semua dan kami mengucapkan terima kasih.

Malang, 20 September 2017

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i

DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 1

1.2 Tujuan ............................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 2

2.1 Pengertian Ekonomi Islam ................................................................................ 2

2.2 Sistem Ekonomi Islam ...................................................................................... 3

2.3 Prinsip Dasar Ekonomi Islam ............................................................................ 4

2.4 Karakteristik Ekonomi Islam ............................................................................ 5

2.5 Sumber Ekonomi Islam ................................................................................... 11

2.6 Tujuan Ekonomi Islam .................................................................................... 13

2.7 Filosofi Ekonomi Islam ................................................................................... 14

BAB III PENUTUP .............................................................................................. 17

3.1 Kesimpulan...................................................................................................... 17

DAFTAR RUJUKAN ........................................................................................... 19

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Islam bukan sekedar menawarkan pedoman-pedoman moral teoritis guna
membangun sistem ekonomi, tapi juga mengemukakan suatu metodologi yang
layak untuk menerapkan pedoman-pedoman dengan keabsahan cara dan juga
legitimasi tujuan dengan landasan atas pertimbangan etika yang jelas dan dapat
bemakna di dalam keseluruan kerangka tata sosial, dengan pendekatan terhadap
sistem ekonomi ini sangat relevan dan amat mendesak untuk di alamatkan pada
syari’ah dengan filsafat ekonomi Islam.
Ajaran muamalat khususnya dalam ekonomi lebih tampak sifat
universalnya. Hal ini karena dalam bermuamalat di bidang ekonomi tidak
membeda-bedakan muslim dan non-muslim. Kenyataan ini tersirat dalam suatu
ungkapan yang diucapkan oleh Khalifah Ali bahwa dalam bidang muamalat
kewajiban mereka adalah kewajiban kita dan hak mereka adalah hak kita. Filsafat
ekonomi islam, merupakan dasar dari sebuah sistem ekonomi yang dibangun
berdasarkan falsafah ekonomi yang ada, sehingga dapat diturunkan tujuan-tujuan
yang hendak dicapai, misalnya tujuan kegiatan ekonomi konsumsi, produksi,
distribusi, pembangunan ekonomi, kebijakan moneter, kebijakan fiskal, dan
sebagainya.

1.2 Tujuan
1. Mengetahui tentang pengertian ekonomi islam.
2. Mengetahui tentang sistem ekonomi islam.
3. Mengetahui tentang prinsip dasar ekonomi islam.
4. Mengetahui tentang karakteristik ekonomi islam.
5. Mengetahui tentang sumber ekonomi islam.
6. Mengetahui tentang tujuan ekonomi islam.
7. Mengetahui tentang filosofi ekonomi islam.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Ekonomi Islam


Dalam membahas perspektif ekonomi islam, ada satu titik awal yang
benar-benar harus kita perhatikan yaitu: ekonomi dalam islam itu sesungguhnya
bermuara kepada akidah islam, yaitu bersumber dari syariatnya. Ini baru dari satu
sisi, sedangkan dari sisi yang lain ekonomi islam bermuara pada Al-Qur’an al
Karim dan As-Sunnah Nabawiyah yang berbahasa arab.
Ilmu ekonomi Islam merupakan ilmu pengetahuan sosial yang
mempelajari masalah-masalah ekonomi rakyat yang diilhami oleh nilai-nilai
islam. Sejauh mengenai masalah pokok kekurangan, hampir tidak ada perbedaan
apapun antara ilmu ekonomi islam dan ilmu ekonomi modern. Andaipun ada
perbedaan itu terletak pada sifat dan volumenya (Mannan:1993).
Dalam ilmu ekonomi modern masalah pilihan ini sangat tergantung pada
macam-macam tingkah masing-masing individu. Mereka mungkin atau mungkin
juga tidak memperhitungkan persyaratan-persyaratan masyarakat. Namun dalam
ilmu ekonomi Islam, kita tidaklah berada dalam kedudukan untuk
mendistribusikan sumber-sumber semau kita. Dalam hal ini ada pembatasan yang
serius berdasarkan ketetapan Kitab suci Al-qur’an dan Sunnah atas tenaga
individu.Dalam Islam , kesejahteraan social dapat dimaksimalkan jika sumber
daya ekonomi dialokasikan seefektif mungkin untuk kebaikan banyak orang.
Sebelum kita mengkaji lebih jauh tentang hakikat ekonomi islam, maka
ada baiknya diberikan beberapa pengertian tentang ekonomi Islam yang
dikemukakan oleh para ahli ekonomi islam
a. M. Akram Kan
Ekonomi Islam memiliki tujuan untuk melakukan kajian tentang
kebahagiaan hidup manusia yang dicapai dengan mengorganisasikan sumber daya
alam atas dasar bekerja sama dan partisipasi. Definisi yang dikemukakan Akram

2
Kan tersebut memberikan dimensi normatif ( kebahagiaan hidup di dunia dan
akhirat) dan dimensi positif (mengorganisir sumber daya alam).
b. M. Umer Chaptra
Menurut Chaptra, Ekonomi islam didefinisikan sebagai sebuah
pengetahuan yang membantu upaya realisasi kebahagiaan manusia melalui alokasi
dan distribusi sumber daya yang terbatas yang berada dalam koridor yang
mengacu pada pengajaran Islam tanpa memberikan kebebasan individu dan tanpa
perilaku makro ekonomi yang berkesinambungan dan tanpa ketidaksambungan
lingkungan.
c. Kursyid Ahmad
Ilmu ekonomi islam diartikan sebagai sebuah usaha sistematis untuk
memahami masalah-masalah ekonomi dan tingkah laku manusia secara relasional
dalam perspektif islam.
Dari berbagai definisi yang dikemukakan diatas, dapat disimpulkan bahwa
ekonomi islam adalah sebuah pengetahuan untuk memahami masalah-masalah
ekonomi serta cara mengorganisir sumber daya alam yang terbatas guna
tercapainya kebahagiaan bagi manusia baik di dunia maupun akhirat.

2.2 Sistem Ekonomi Islam


Sistem didefinisikan sebagai suatu organisasi berbagai unsur yang saling
berhubungan satu sama lain, unsur-unsur tersebut juga saling memengaruhi, dan
saling bekerja sama untuk mencapai tujuan tertentu. Dengan pemahaman
semacam itu, maka bisa menyebutkan bahwa sistem ekonomi merupakan
organisasi yang terdiri dari bagian-bagian yag saling bekerja sama untuk
mencapai tujuan ekonomi.
Secara sederhana sistem ekonomi islam dapat diartikan sebagai suatu
sistem ekonomi yang didasarkan pada ajaran dan nilai-nilai Islam. Sumber dari
keseluruhan nilai tersebut sudah tentu Al-Qur’an, As-Sunnah, Ijma’, dan Qiyas
Karena didasarkan pada nilai-nilai Ilahiah, sistem ekonomi islam tentu saja akan
berbeda dengan sistem-sistem ekonomi pada umumnya, seperti sistem ekonomi
kapitalisme ataupun sistem ekonomi sosialis. Memang, dalam beberapa hal sistem
ekonomi islam merupakan kompromi antara kedua sistem tersebut, namun dalam
banyak hal sistem ekonom islam bea sama sekali dengan kedua sistem tersebut.

3
2.2 Prinsip Dasar Ekonomi Islam
Ekonomi Islam memiliki sifat dasar sebagai ekonomi Rabbani dan Insani.
Disebut ekonomi Rabbani karena saraf dengan arahan dan nilai –nilai Ilahiah.
Lalu ekonomi islam dikatakan memiliki dasar sebagai ekonomi Insani karena
sistem ekonomi ini dilaksanakan dan ditujukan untuk kemakmuran manusia
(Qardhawi. Peran Nilai dan Moral dalam Perekonomian Islam).
Namun jika kita melihatnya dari perkembangan ilmu modern, ekonomi
Islam masih dalam tahap pengembangan. Persoalannya hanyalah karena ilmu
ekonomi islam ditinggalkan umatnya terlalu lama. Berbagai pemerintahan didunia
islam dari mulai colonial penjajah hingga saat ini senantiasa memisahkan Islam
dari dunia ekonomi. Lantas kalau kita mengacu pada apa yang disampaikan
Thomas Kuhn, bahwa masing-masing sistem itu memiliki inti paradigm,maka inti
paradigma ekonomi Islam sudah tentu bersumber dari Al-Qur’an dan Sunnah.
Dua sumber ini dalam bentuk apapun, tidak bisa dihubungkan dengna prinsip
dasar ekonomi kapitalis maupun sosialis.
Keimanan memegang peranan penting dalam ekonomi Islam, karena
secara langsung akan memengaruhi cara pandang dalam membentuk kepribadian,
perilaku, gaya hidup, preferensi manusia, sikap-sikap terhadap manusia, sumber
daya dan lingkugan. Keimanan akan memberikan saringan moral yang
memberikan arti dan tujuan pada penggunaan sumber daya, dan juga memotivasi
mekanisme yang diperlukan bagi operasi yang efektif. Saringan moral bertujuan
menjaga kepentingan diri tetap berada dalam batas-batas kepentingan social
dengan mengubah preferensi individual sesuai dengan prioritas social dan
menghilangkan atau meminimalisasi penggunaan sumber daya untuk tujuan yang
akan menggagalkan visi social tersebut. Ini akan bisa membantu meningkatkan
keserasian antara kepentingan diri dan kepentingan sosial.
Nilai-nilai keimanan inilah yang kemudian menjadi aturan yang mengikat.
Dengan mengacu kepada aturan Ilahiah, setiap perbuatan manusia mempunyai
nilai moral dan ibadah. Setiap tindakan manusia tidak boleh lepas dari nilai, yang
secara vertical mereflesikan moral yang baik, dan secara horizontal memberi
manfaat bagi manusia dan makhluk lainnya.

4
Berbeda dengan paham naturalis yang menempatkan sumber daya sebagai
faktor terpenting atau paham monetaris yang menempatkan modal finansial
sebagai yang terpenting, dalam ekonomi Islam sumber daya insani menjadi faktor
terpenting. Manusia menjadi pusat sirkulasi manfaat ekonomi dari berbagai
sumber daya yang ada (14: 32-34).
Karakter ekonnomi semacam ini merupakan turunan dari karakter umat
Islam sebagai umat moderat (ummatan wasathan), sebagai umat moderat kini
manusia mengemban tugas sebagai “syuhada”, yakni acuan bagi kebenaran dan
standar kebaikan bagi umat manusia (A. Yusuf Ali : 58). Hal ini mengindikasikan
bahwa dalam islam dan ekonomi islam tidak ada tempat untuk ekstremitas,
kapitalis maupun sosialis. Ekonomi islam memberi penghargaan yang tinggi
kepada orang kaya yang mendapatkan dan mengelola hartanya secara benar, tetapi
juga sangat peduli untuk memberdayakan kaum miskin.
Islam memerintahkan kepada manusia untuk bekerja sama dalam segala
hal. Kecuali dalam perbuatan dosa kepada allah atau melakukan aniaya kepada
sesama makhluk, sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-Maa’idah ayat 2
“………Bertolong-tolonglah kamu berbuat kebajikan dan takwa dan janganlah
kamu bertolong-tolongan dalam berbuat dosa dan aniaya, dan takutlah kepada
AllAH. Sesungguhnya Allah sangat keras siksaan-Nya.”
Perwujudan pola kerja sama yang dianjurkan Islam dapat dilakukan dalam
skema apapun. Demi tegaknya keadilan, Allah telah meletakan “mizan”, suatu
timbangan akurat yang paling objektif. Siapa pun tidak boleh melanggarnya, agar
tidak terdapat seorang pun jadi korban ketidakadilan.
2.3 Karakteristik Ekonomi Islam
Ada beberapa hal yang mendorong perlunya mempelajari karakteristik ekonomi
islam, antara lain :
1. Meluruskan kekeliruan pandangan yang menilai ekonomi kapitalis dan sosialis
2. Membantu para ekonoman muslim yang telah berkecimpung dalam teori
ekonomi konvensional dalam memahami ekonomi islam
3. Membantu para peminat studi fiqh muamalah dalam melakukan studi
perbandingan antara ekonomi islam dengan ekonomi konvensional.

5
Ada beberapa karakteristik ekonomi islam sebagaimana disebutkan dalam
Al-Nawsuah Al-Ilmiyah wal al-amaliyah al-islamiyah yang dapat diringkas
sebagai berikut :
1. Harta Kepunyaan Allah dan Manusia Merupakan Khalifah Atas Harta
Pertama, semua harta benda maupun alat produksi adalah milik
(kepunyaan Allah), firman Allah dalam QS.al-Baqarah ayat 284:

‫شا ٓ ُء‬
َ َ‫ٱلِّلُ ۖ فَيَ ْغف ُِر ِل َمن ي‬ ۟ ‫ض ۗ َو ِإن ت ُ ْبد‬
‫ُوا َما ف ِٓى أَنفُ ِس ُك ْم أ َ ْو ت ُ ْخفُوهُ يُ َحا ِس ْب ُكم بِ ِه ه‬ ِ ‫ت َو َما فِى ْٱْل َ ْر‬ ِ ‫س َٰ َم َٰ َو‬
‫ِّ هلِّلِ َما فِى ٱل ه‬
‫ش ْىءٍ قَدِير‬َ ‫علَ َٰى ُك ِّل‬ ‫شا ٓ ُء ۗ َو ه‬
َ ُ‫ٱلِّل‬ َ َ‫َويُعَ ِذّبُ َمن ي‬
Artinya :
Kepunyaan Allah-lah segala apa yang ada di langit dan di bumi. Dan jika kamu
melahirkan apa yang ada di dalam hatimu atau kamu menyembunyikannya,
niscaya Allah akan membuat perhitungan dengan kamu tentang perbuatanmu itu.
Maka Allah mengampuni siapa yang dikehendaki-Nya dan menyiksa siapa yang
dikehendaki-Nya; dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.

Selain itu Allah juga berfirman dalam QS. Al-Maaidah ayat 17

‫ش ْيئًا ِإ ْن أ َ َرادَ أ َ ْن يُ ْهلِكَ ْال َمسِي َح ابْنَ َم ْر َي َم‬ ‫َّللاَ ه َُو ْال َمسِي ُح ا ْبنُ َم ْر َي َم قُ ْل َف َم ْن َي ْم ِلكُ مِ نَ ه‬
َ ِ‫َّللا‬ ‫َل َق ْد َكف ََر ا هلذِينَ قَالُوا ِإ هن ه‬
َ ‫ع َلى ُك ِّل‬
ٍ‫ش ْيء‬ ‫يخلُ ُق َما يَشَا ُء َو ه‬
َ ُ‫َّللا‬ ْ ‫ض َو َما بَ ْينَ ُه َما‬
ِ ‫اْلر‬
ْ ‫ت َو‬ ِ ‫س َم َاوا‬ ‫ض َجمِ يعًا َو ِ هلِّلِ ُم ْلكُ ال ه‬ ْ ‫َوأ ُ همهُ َو َم ْن فِي‬
ِ ‫اْلر‬
‫قَدِير‬
Artinya :
“Sungguh, telah kafir orang yang berkata, "Sesungguhnya Allah itu dialah Al
Masih putera Maryam."Katakanlah (Muhammad), "Siapakah yang dapat
menghalang-halangi kehendak Allah, jika Dia hendak membinasakan Al Masih
putera Maryam beserta ibunya dan seluruh manusia yang berada di bumi?" Milik
Allah-lah kerajaan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya. Dia
menciptakan apa yang Dia kehendaki. dan Allah Maha Kuasa atas segala
sesuatu.”
Kedua. Manusia adalah khalifah atas harta miliknya. Sesuai firman Allah dalam
QS. Al-Hadiid ayat 7

‫سو ِل ِه َوأ َ ْن ِفقُوا مِ هما َجعَلَكُ ْم ُم ْست َْخلَفِينَ فِي ِه فَالهذِينَ آ َمنُوا مِ ْن ُك ْم َوأ َ ْنفَقُوا لَ ُه ْم أَجْ ر َكبِير‬ ‫آمِ نُوا بِ ه‬
ُ ‫الِّلِ َو َر‬

6
Artinya :
Berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan nafkahkanlah sebagian dari
hartamu yang Allah telah menjadikan kamu menguasainya. Maka orang-orang
yang beriman di antara kamu dan menafkahkan (sebagian) dari hartanya
memperoleh pahala yang besar.

Terdapat pula sabda Rasulullah yang juga menjelaskan bahwa segala


bentuk harta yang dimiliki manusia pda hakikatnya adalah milik Allah SWT
semata dan manusia diciptakan untuk menjadi khalifah “ Dunia ini hijau dan
manis. Allah telah menjadikan kamu khalifah (penguasa) di dunia. Karena itu
hendaklah kamu membahas cara berbuat mengenai harta di dunia ini”.
Yang dimaksud disini dengan menguasai ialah penguasaan yang bukan
secara mutlak. Hak milik pada hakikatnya adalah pada Allah. Manusia
manafkahkan hartanya itu haruslaj menurut hokum-hukum yang telah disyariatkan
Allah. Karena itu tidaklah boleh kikir dan boros.
Dari hal ini dapat disimpulkan bahwa semua harta yang ada ditangan
manusia pada hakikatnya kepunyaan Allah, karena dia-lah yang menciptakannya,
akan tetapi Allah memberikan hak kepada manusia untuk memanfaatkannya.
2. Ekonomi Terikat dengan akidah, Syariah (Hukum), dan Moral
Bukti-bukti hubungan ekonomi dan moral dalam islam:
a. Larangan terhadap pemilik dalam penggunaan hartanya yang dapat
menimbulkan kerugian atas harta orang lain atau kepentingan masyarakat.
Sabda Rasulullah “ Tidak boleh merugikan diri sendiri dan juga orang lain”
(HR. Ahmad)
b. Larangan melakukan penipuan dalam transaksi, ditegaskan dalam Sabda
Rasulullah “Orang-orang yang menipu kita bukan termasuk golongan kita”.
c. Larangan menimbun emas, perak atau sarana moneter lainnya sehingga dapat
mencegah peredaran uang dan menghambat fungsinya dalam memperluas
lapangan produksi. Hal ini sperti tercantum dalam QS 9:34.
d. Larangan melakukan pemborosan karena dapat menghancurkan individu dalam
masyarakat.

7
3. Keseimbangan antara Kerohanian dan Kebendaan
Aktivitas keduniaan yang dilakukan manusia tidak boleh bertentangan atau
bahkan mengorbankan kehidupan akhirat. Apa yang kita lakukan hari ini adalah
untuk mencapai tujuan akhirat kelak. Prinsip ini jelas berbeda dengan ekonomi
kapitalis maupun sosialis yang hanya bertujuan untuk kehidupan duniawi saja.
Hal ini jelas ditegaskan oleh surat al-Qashash ayat 77:
َ َ‫َّللاُ ِإ َليْكَ َوال تَب ِْغ ْالف‬
‫سادَ فِي‬ ‫سنَ ه‬َ ْ‫َصي َبكَ مِ نَ الدُّ ْن َيا َوأَحْ س ِْن َك َما أَح‬ َ ‫هار اآلخِ َرة َ َوال ت َ ْن‬
ِ ‫سن‬ َ ‫َّللاُ الد‬ ‫َوا ْبت َِغ فِي َما آتَاكَ ه‬
َ‫َّللاَ ال يُحِ ب ُّْال ُم ْف ِسدِين‬
‫ض ِإ هن ه‬ ِ ‫اْلر‬
ْ

Artinya :
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri
akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan
berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu,
dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.”
4. Ekonomi Islam Menciptakan Keseimbanagan Antara Kepentingan
Individu dengan Kepentingan umum

Islam tidak mengakui hak mutlak dan atau kebebasan mutlak, tetapi
mempunyai batasan-batasan tertentu termasuk dalam hak milik. Hal ini
tercantum dalam surat Al Hasyr ayat 7 :
‫س ِبي ِل‬
‫ِين َواب ِْن ال ه‬ َ ‫سو ِل َو ِلذِي ْالقُ ْر َب َٰى َو ْال َيت َا َم َٰى َو ْال َم‬
ِ ‫ساك‬ ‫سو ِل ِه مِ ْن أ َ ْه ِل ْالقُ َر َٰى فَ ِلله ِه َول ه‬
ُ ‫ِلر‬ ُ ‫علَ َٰى َر‬ ‫َما أَفَا َء ه‬
َ ُ‫َّللا‬
ُ‫شدِيد‬ ‫َّللاَ ۖ ِإ هن ه‬
َ َ‫َّللا‬ َ ‫سو ُل فَ ُخذُوهُ َو َما نَ َها ُك ْم‬
‫ع ْنهُ فَا ْنت َ ُهوا َواتهقُوا ه‬ ‫َك ْي َال َي ُكونَ دُولَةً َبيْنَ ْاْل َ ْغنِ َياءِ مِ ْن ُك ْم َو َما آت َا ُك ُم ه‬
ُ ‫الر‬
ِ ‫ْال ِعقَا‬
‫ب‬

Artinya :
“Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada RasulNya (dari
harta benda) yang berasal dari penduduk kota-kota Maka adalah untuk Allah,
untuk rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-
orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan beredar di antara orang-
orang Kaya saja di antara kamu. apa yang diberikan Rasul kepadamu, Maka
terimalah. dan apa yang dilarangnya bagimu, Maka tinggalkanlah. dan
bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Amat keras hukumannya.”

8
5. Kebebasan Individu Dijamin dalam Islam
Islam memberikan kebebasan tiap individu untuk melakukan kegiatan
ekonomi namun tentu saja tidak bertentangan dengan aturan AlQuran dan
AsSunnah, seperti tercantum dalam surat al Baqarah ayat 188 :
ِ ‫اط ِل َوتُدْلُوا ِب َها ِإ َلى ْال ُح هك ِام ِلت َأ ْ ُكلُوا فَ ِري ًقا ِم ْنأ َ ْم َوا ِل النه‬
‫اس ِباإلثْ ِم َوأ َ ْنت ُ ْم‬ ِ َ‫َوال تَأ ْ ُكلُوا أ َ ْم َوالَ ُك ْم َب ْي َن ُك ْم ِب ْالب‬
َ‫تَ ْعلَ ُمون‬
Artinya:
“Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara kamu
dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada
hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu
dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui.”
6. Negara Diberi Wewenang Turut Campur dalam Perekonomian
Islam memperkenankan negara untuk mengatur masalah perekonomiaan
agar kebutuhan masyarakat baik secara individu maupun sosial dapat terpenuhi
secara proporsional. Dalam islam negara berkewajiban melindungi kepentingan
masyarakat dari ketidakadilan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok
orang, ataupun dari negara lain. Negara juga berkewajiban memberikan jaminan
sosial agar seluruh masyarakat dapat hidup secara layak. Seperti sabda Rasulullah
“barang siapa yang meninggalkan beban, hendaklah dia datang kepada-Ku,
karena akulah maula (pelindung)nya”. (al-Mustadrak oleh Al-Hakim).
7. Bimbingan Konsumsi
Dalam hal bimbingan konsumsi, islam melarang hidup berlebih – lebihan,
terlalu hidup kemewahan dan bersikap angkuh. Hal ini tercermin dalam surat al-
A’raaf (7) ayat 31:

Artinya : “ Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah disetiap (memasuki)
masjid, makan dan minumlah, janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.”

9
8. Petunjuk Investasi
Tentang kriteria atau standar dalam menilai proyek investasi, al-mawsu’ah
al-ilmiyah wa al-amaliyah al-islamiyah, memandang ada lima kriteria yang sesuai
dengan islam untuk dijadikan pedoman dalam menilai proyek investasi yaitu :
a. Proyek yang baik menurut islam
b. Memberikan rezeki seluas mungkin kepada anggota masyarakat
c. Memberantas kekafiran, memperbaiki pendapatan, dan kekayaan
d. Memelihara dan menumbuhkembangkan harta
e. Melindungi kepentingan anggota masyarakat
9. Zakat
Zakat adalah salah satu karakteristik ekonomi islam mengenai harta yang
tidak terdapat dalam system ekonomi manapun. Sistem perekonomian diluar islam
tidak mengenai tuntutan Allah kepada pemilik harta, agar menyisihkan sebagian
harta tertentu sebagai pembersih jiwa dari sifat kikir, dengki dan dendam. Zakat
bukanlah sedekah biasa, ia adalah sedekah wajib. Setiap muslim yang memenuhi
syarat tertentu, berdasarkan dalil dalam surat At-Taubah 103:

Artinya: “Ambilah zakat dari sebagian harta mereka. Dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka. Sesungguhnya do’a kamu itu (menjadi)
ketentraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui”.
10. Larangan Riba
Islam menekankan pentingnya memfungsikan uang pada bidangnya yang
normal yaitu sebagai fasilitas transaksi dan alat penilaian barang. Di antara faktor
yang menyelewengkan uang dari bidangnya yang normal adalah bunga (riba).
Seperti tercermin dalam surat Al-Baqarah ayat 275:

10
Artinya: “orang – orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri
melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan)
penyakit gila. Keadaan mereka demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata
(berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah
menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang – orang yang telah
sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil
riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang
larangan) dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali
(mengambil riba) maka orang itu adalah penghuni – penghuni neraka; mereka
kekal didalamnya”.
2.4 Sumber Ekonomi Islam
1. Al-Qur’an
Al-qur’an merupakan firman Allah SWT. yang diwahyukan kepada Nabi
Muhammad SAW., tertulis dalam mushaf dan dibaca oleh kaum muslim dalam
shalat. Ayat-ayat yang secara khusus menjelaskan mengenai permasalahan hukum
ada sekitar 550 ayat dari 6000-an ayat dalam Al-qur’an. Ada pula beberapa ayat
yang secara spesifik berbicara tentang masalah ekonomi. Bahkan, terdapat ayat-
ayat Al-qur’an yang menjadi pedoman pokok dalam bidang ekonomi. Ayat-ayat
tersebut antara lain :
“…Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba…” (QS.
Al-Baqarah 2:275)
“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil (tidak benar), kecuali dengan jalan
perniagaan yang berlaku atas dasar suka sama suka diantara kamu. Dan
janganlah kamu membunuh dirimu. Sungguh, Allah Maha Penyayang
kepadamu.” (QS. An-Nisa 4:29)

11
Menurut Ibnu Katsir, ayat ini mengindikasikan bahwa Allah SWT telah
melarang segala bentuk usaha yang tidak dibenarkan oleh syariat Islam, seperti
riba, perjudian, dan usaha-usaha yang menggunakan tipu muslihat.
2. Sunnah
Sunnah atau hadits adalah ucapan, perbuatan, dan persetujuan Nabi
Muhammad SAW. Jika dilihat dari derajatnya, terdapat hadits sahih, ihsan, dan
daif. Hadits yang dapat dijadikan hujah adalah hadits yang sahih dan hasan, yaitu
hadits yang diriwayatkan oleh orang-orang dengan sifat tertentu dan tidak terputus
diantara mereka, sejak dari mukharij (perawi terakhir) hingga kepada Rasulullah
SAW dan tidak ada penyakit atau cacat padanya.
Salah satu hadits yang menjelaskan mengenai masalah ekonomi yaitu :
“Dari Ibnu Umar R.A, bersabda Nabi SAW. : ‘Penjual dan pembeli itu
boleh memilih (meneruskan atau membatalkan transaksinya) selama belum
berpisah.” (HR. Al-Bukhari)
3. Ijma’
Ijma’ adalah kesepakatan seluruh mujtahid muslim pada suatu masa atas
hukum syarak.
Faktor yang mendukung kehujahan ijma’ ada tiga macam, antara lain :
a. Al-qur’an
Allah SWT berfirman :
“Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul
(Muhammad), dan Ulil Amri (pemegang kekuasaan) di antara kamu…”
(QS. An-Nisa 4:59)
Ibnu Abbas menafsirkan lafadz ulil amri sebagai para mujtahid dan ahli
fatwa. Dengan demikian, umat wajib mengikuti segala keputusan yang telah
disepakati oleh kalangan mujtahid (ulama).
b. Hadits Nabi Muhammad SAW
Rasulullah SAW bersabda :
“Sesungguhnya umatku tidak akan berkumpul atas suatu kesesatan.”
(HR. Ibnu Majah)
c. Landasan syarak yang menjadi pedoman para mujtahid untuk memutuskan
hukum secara sepakat.

12
4. Maslahat
Maslahat adalah spirit syariat islam. Secara etimologi, maslahat
mempunyai makna yang identik dengan manfaat, keuntungan, kenikmatan,
kegembiraan, atau segala upaya yang dapat mendatangkan hal tersebut.
Tolak ukur maslahat dalam Islam menurut Al-Ghazali (wafat 505 H) tidak
dapat dikembalikan pada penilaian manusia karena penilaian manusia sangat
rentan dan dapat berpengaruh terhadap dorongan nafsu insaniyah. Sebaliknya,
tolak ukur maslahat harus dikembalikan pada kehendak atau tujuan syari’at.
2.5 Tujuan Ekonomi Islam
Ekonomi Islam pada dasarnya merupakan upaya yang sistematis untuk
memahami masalah ekonomi dan perilaku masyarakat dalam perspektif islam.
Ekonomi Islam merupakan ekonomi yang segala aktivitasnya selalu bersumber
pada Alquran, sunnah, ijimak, dan maslahat. Adapun tujuan yang hendak dicapai
oleh Ekonomi Islam adalah sebagai berikut:
1. Mencapai kebahagian di dunia dan akhirat (falah) melalui suatu tatanan
kehidupan yang baik dan terhormat (hayah thayyibah) Allah Swt Berfirman:
“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu mengharamkan apa yang
baik yang telah dihalalkan Allah kepadamu dan janganlah kamu melampaui
batas. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.”
“dan makanlah dari apa yang telah diberikan Allah kepadamu sebagai rezeki
yang halal dan baik dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-
Nya.” (Q.S. Al-Maidah [5]: 87-88).
2. Maslahat dasar bagi kehidupan manusia terdiri atas lima hal, yaitu agama
(dien), jiwa (nafs), intelektual (‘aql), keturunan (nasl), dan material (maal).
Kelima maslahat ini merupakan sarana untuk mencapai hayyah thayyibah.
Maslahat dapat dicapai jika hidup manusia berada dalam keseimbangan
(ekuilibrium) yang menjadi bagian dari sunatullah. Keseimbangan yang
dimaksud adalah pada dimensi material spiritual individual-sosial, dan
kesejahteraan kehidupan duniawi dan akhirat harus lebih besar daripada dunia
dan akhirat , jelas perbekalan menuju akhirat harus lebih besar daripada dunia
karena kehidupan akhirat lebih lama (kekal) dibandingkan dunia fana.
Allah Swt berfirman:

13
“Dan dialah yang menjadikan kamu sebagai khalifah-khalifah di bumi dan Dia
mengangkat (derajat) sebagaian kamu di atas yang lain, untuk mengujimu atas
(karunia) yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu sangat cepat
member hukuman dan sungguh. Dia Maha Pengampun, Maha penyayang.” (Q.S.
An-Nahl [16]:71).
2.6 Filosofi Ekonomi Islam
Falsafah ekonomi merupakan prinsip dasar dari sebuah sistem ekonomi
yang dibangun. Falsafah ekonomi inilah yang menjadi pedoman dalam kegiatan
ekonomi. Dari falsafah ekonomi, diturukanlah nilai-nilai instrumental sebagai
perangkat peraturan permainan (rule of game) suatu kegiatan, seperti tujuan yang
hendak dicapai dalam produksi, distribusi, pembangunan, ekonomi, dan
sebagainya.
Falsafah ekonomi islam menjadi orientasi dasar dari imu ekonomi yang
paradigmanya relevan dengan nilai-nilai logis, etis, dan estetis yang islami yang
kemudian difungsinalkan ke dalam tingkah laku ekonomi manusia. Falsafah
ekonomi islam didasarkan pada konsep triangle, yaitu Tuhan, manusia dan alam.
Jadi, kunci Falsafah Ekonomi Islam terletak pada hubungan manusia
dengan Tuhan, alam dan manusia lainnya. Selain itu, falsafah ekonomi islam juga
membahas tujuan hidup manusia di bumi. Dalam falsafah ekonomi islam, setiap
pelaku ekonomi harus mendasarkan kegiatannya pada empat hal berikut:
1. Kegiatan ekonomi diorientsikan bagi pencapaian kebahagiaan hidup akhirat.
2. Kegiatan ekonomi diarahkan bagi tercapainya kesejahteraan, kemajuan
material, dan kebahagiaan hidup manusia di dunia.
3. Kegiatan ekonomi harus dilakukan dalam pola interaksi sesame manusia
dengan baik.
4. Kegiatan ekonomi yang merusak fisik maupun tatanan kehidupan manusia
harus dihindari.
Hubungan triangle, khususnya manusia dengan Tuhan, dirumuskan
melalui tauhid yang menjadi falsafah fundamental. Hakikat tauhid adalah
penyerahan diri sepenuh hati, jiwa, dan raga kepada ilahi. Dalam pandangan
Alquran, falsafah fundamental dari ekonomi islam adalah tauhid tersebut (Q.S.
Az-Zumar [39];38). Tuhan, dalam falsafah triangle, menduduki posisi puncak

14
(tertinggi). Pemahaman terhadap konsep ini berbeda dengan pemahaman dalam
ekonomi konvensional yang justru menempatkan manusia di posisi puncak
sehingga berujung pada pendewaan diri sendiri (antroposentris) dan menggeser
esistensi Tuhan (teosentris).
Falsafah Ekonomi Islam, sebagai implikasi tauhid, dapat dilihat pada uraian
berikut:
1. Para ekonom konvensional selalu menyebutkan sumber daya alam bersifat
terbatas (limited), sementara keinginan manusia yang tidak terbatas (unlimited).
Padahal, menurut Ekonomi Islam kriris ekonomi yang dialami oleh suatu
negara bukan diakibatkan terbatasnya sumber daya alam, melainkan tidak
meratanya distribusi (maldistribution) sehingga muncul ketidakadilan
(injustice).
2. Tauhid dalam wacana Ekonomi Islam berarti bahwa semua sumber daya yang
ada di alam semesta merupakan ciptaan dan milik Allah secara absolute.
Konsep tauhid mengajarkan bahwa Allah itu Esa dan pencipta segala makhluk
yang diciptakannya. Manusia pun berasal dari substansi yang dama serta
memiliki hak dan kewajiban yang sama sebagai khalifah Allah di muka bumi.
Sumber daya alam, flora, dan fauna ditundukkan oleh Allah sebagai sumber
manfaat ekonomis bagi umat manusia (Q.S. Al-An’am [6]:142-145 dan Q.S.
An-Nahl [16]: 10-16).
3. Konsep persamaan manusia menunjukkan bahwa islam mengutuk pembagian
kelas dalam kehidupan manusia. Implikasi dari doktrin ini adalah bahwa
antara manusia terjalin persamaan dan persaudaraan dalam kegiatan ekonomi,
saling membantu, dalam ekonomi, yaitu syirkah, qiradh, dan mudarabah (profit
and loss sharing). Doktrin egalitarian Islam seperti ini jelas berbeda dengan
sistem ekonomi kapitalisme yang individualistis.
Secara garis besar, falsafah Ekonomi Islam dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Terdapat nilai-nilai utama dalam Ekonomi Islam, yaitu keutuhanan, akhlak,
dan kemanusiaan.
2. Nilai-nilai ini menggambarkan keunikan yang utama bagi Ekonomi Islam.
Bahkan, dalam kenyataannya merupakan keunikan yang bersifat menyeluruh
dan tampak jelas pada segala sesuatu yang berlandaskan ajaran Islam.

15
3. Nilai-nilai tesebut merupakan bagian dari karakteristik syariat Islam. Umat
muslim pun dapat menyatakan dengan penuh kepercayaan dan ketenangan bahwa
Ekonomi Islam berbeda dari yang lainnya. Ekonomi Islam berbeda dari yang
lainnya. Ekonomi Islam adalah “ekonomi ketuhanan (ilahiah) yang berwawasan
kemanusiaan dan sangat menekankan ekonomi akhlak”.
4. Ekonomi Islam adalah ekonomi ketuhanan (ilahiah) karena titik mulanya
adalah dari Allah dan tidak bertentangan dengan syariat Allah.
5. Ekonomi Islam adalah ekonomi akhlak. Hal yang membedakan antara sistem
islam dnegan sistem maupun agama lain adalah dalam ajaran islam, ekonomi
dan akhlak tidak terpisahkan dsatu sama lain, seperti halnya ilmu dan akhlak,
serta perang dan akhlak.
6. Ekonomi Islam adalah ekonomi kemanusiaan. Sikap menghargai kemanusiaan
pun menjadi bagian dari prinsip ilahiah yang memuliakan dan menjadikan
manusia sebagai khalifah-Nya di muka bumi. Jika prinsip-prinsip Ekonomi
Islam berlandaskan pada Alquran dan sunnah, yang merupakan nas-nas ilahiah
maka manusia adalah pihak yang mendapatkan arahan dari nas-nas tersebut.
Allah tidak akan pernah menurunkan para malaikat untuk bercocok tanam atau
melakukan kegiatan ekonomi industri memang mereka tidak bisa
melakukannya.

16
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Ekonomi islam adalah sebuah pengetahuan untuk memahami masalah-masalah
ekonomi serta cara mengorganisir sumber daya alam yang terbatas guna
tercapainya kebahagiaan bagi manusia baik di dunia maupun akhirat.
2. Secara sederhana sistem ekonomi islam dapat diartikan sebagai suatu sistem
ekonomi yang didasarkan pada ajaran dan nilai-nilai Islam.
3. Ekonomi Islam memiliki sifat dasar sebagai ekonomi Rabbani dan Insani.
Disebut ekonomi Rabbani karena saraf dengan arahan dan nilai –nilai Ilahiah.
Lalu ekonomi islam dikatakan memiliki dasar sebagai ekonomi Insani karena
sistem ekonomi ini dilaksanakan dan ditujukan untuk kemakmuran manusia
(Qardhawi. Peran Nilai dan Moral dalam Perekonomian Islam).
4. Karakteristik ekonomi Islam antara lain :
a. Harta Kepunyaan Allah dan Manusia Merupakan Khalifah Atas Harta
b. Ekonomi Terikat dengan akidah, Syariah (Hukum), dan Moral
c. Keseimbangan antara Kerohanian dan Kebendaan
d. Ekonomi Islam Menciptakan Keseimbanagan Antara Kepentingan Individu
dengan Kepentingan umum
e. Kebebasan Individu Dijamin dalam Islam
f. Negara Diberi Wewenang Turut Campur dalam Perekonomian
g. Bimbingan Konsumsi
h. Petunjuk Investasi
i. Zakat
j. Larangan Riba
5. Sumber ekonomi islam antara lain : Al-Qur’an, Sunnah, Ijma’, Maslahat
6. Tujuan ekonomi islam antara lain :

a. Mencapai kebahagian di dunia dan akhirat (falah) melalui suatu tatanan


kehidupan yang baik dan terhormat (hayah thayyibah)
b. Maslahat dasar bagi kehidupan manusia terdiri atas lima hal, yaitu agama
(dien), jiwa (nafs), intelektual (‘aql), keturunan (nasl), dan material (maal).

17
7. Falsafah ekonomi islam menjadi orientasi dasar dari imu ekonomi yang
paradigmanya relevan dengan nilai-nilai logis, etis, dan estetis yang islami
yang kemudian difungsinalkan ke dalam tingkah laku ekonomi manusia.
Falsafah ekonomi islam didasarkan pada konsep triangle, yaitu Tuhan,
manusia dan alam.

18
DAFTAR RUJUKAN

Machmud, Amir. 2017. Ekonomi Islam: untuk Dunia yang Lebih Baik. Jakarta:
Salemba Empat
Nasution, Mustafa E. 2006. Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam. Jakarta:
Kencana

19

You might also like