You are on page 1of 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit menular sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan
masyarakat dan masih menjadi program penanggulangan yang ditangani
pemerintah yang menjadi penyebab angka kesakitan dan kematian utama
khususnya di kalangan kelompok rentan terutama pada usia produktif.
Kementrian Kesehatan RI menyebutkan bahwa penyakit menular yang
menjadi penyebab utama kesehatan Negara-negara berkembang adalah
Tuberkulosis Paru, Hepatitis B, Infeksi Saluran Pernafasan Akut, Diare,
Demam Berdarah dan HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus atau
Acquired immune deficiency syndrome) (Depkes RI, 2008).
HIV/AIDS merupakan masalah kesehatan global dan masih menjadi
momok yang menakutkan bagi masyarakat. Obat dan vaksin untuk
mengatasi masalah tersebut belum ditemukan, yang dapat mengakibatkan
dampak multifaktoral tidak hanya dibidang kesehatan tetapi juga di bidang
sosial, ekonomi, politik, budaya dan demografi. Penyakit ini juga memiliki
“window periode” dan fase asimptomik (tanpa gejala) yang relatif panjang
dalam perjalanan penyakitnya pola tersebut digambarkan sebagai fenomena
gunung es dimana jumlah penderita HIV/AIDS yang dilaporkan jauh lebih
kecil dari pada jumlah sebenarnya (Depkes RI, 2010).
Menurut World Health Organization (WHO), hampir 75 juta orang telah
terinfeksi virus HIV dan sekitar 36 juta orang telah meninggal akibat HIV.
Secara global, 35,3 juta (32.2-38.8 juta) orang hidup dengan HIV sampai
akhir tahun 2012. Serta 0.8% orang dewasa berumur 15 - 49 tahun secara
luas hidup dengan HIV/AIDS (WHO, 2014). Sedangkan pada tahun 2016
prevalensi kasus HIV didunia sebesar 4,95 % pada kelompok umur 15 - 49
tahun (WHO, 2016).
Jumlah kasus HIV/AIDS di Indonesia Yang dilaporkan menurut
provinsi sejak tahun 1987-2014 paling banyak terjadi di Provinsi Papua
dengan penderita AIDS sebanyak 10.814 penderita. Provinsi Sumatera Utara
berada di peringkat 10 dengan penderita AIDS sebanyak 1,573 penderita.
Dimana, jumlah kumulatif berdasarkan jenis kelamin yakni, Laki-laki
sebanyak 29.882 dan Perempuan sebanyak 16.092 penderita. Untuk jumlah
kumulatif kasus AIDS menurut faktor risiko terbanyak berdasarkan perilaku
Heteroseksual yakni 34, 187 penderita (Ditjen PP & PL Kemenkes RI,2014).
Berdasarkan informasi dari ketua Yayasan Medan Plus yang khusus
melayani dan pemberian dampingan kepada orang yang terinfeksi HIV/AIDS
di Sumatra Utara tahun 2017 melayani sekitar 3700 orang dan pada tahun
2018 mengalami peningkatan sekitar 5000 orang, baik yang berobat maupun
tidak berobat. Prevalensi dari catatan rekam medik di Klinik VCT Rumah
Sakit Umum Imelda pekerja Indonesia pada tahun 2017 terdapat pasien
sebanyak 79 orang dengan 8 orang meninggal dan pada tahun 2018
sebanyak 72 orang dengan 15 orang meninggal ini menandakan angka
mortalitas semakin tinggi. Berdasarkan informasi dari Balai Rehabilitasi Sosial
“Bahagia” Medan yang khusus menampung orang dengan HIV pada saat ini
terdapat 40 orang yaitu terdiri dari 35 orang pria dan 5 orang wanita.
Orang yang terinfeksi HIV menyebabkan menurunnya jumlah CD4
atau Cluster of Differentiation 4 yang merupakan salah satu sistem
pertahanan spesifik tingkat seluler berada dipermukaan sel T-limfosit atau sel
T-helper yang berfungsi menekan jumlah virus, jika CD4 menurun maka
sistem imunitas akan menurun sehingga akan meningkatkan kerentanan
terhadap infeksi oportunistik yang ditandai dengan gejala manifestasi klinis
seperti demam, diare, adanya candida, terjadi peningkatan stress metabolik
dan tidak ada nafsu makan. Asupan gizi akan terganggu sehingga
menyebabkan penurunan berat badan yang berakibat malnutrisi (Treakle,
2008).
Menurut penelitian Adiningsih Dan Mirna, 2017 Bahwa kekurangan
asupan energi dan protein menyebabkan turunnya Indeks Massa Tubuh
(malnutrisi) berhubungan dengan jumlah CD4 yang rendah yaitu ≤ 200 sel/µl.
Jumlah CD4 dibawah 200 berkecenderungan untuk mempercepat
perkembangan HIV munculnya manfestasi klinis yang mengarah ke AIDS.
CD4 juga digunakan sebagai indicator keberhasilan Terapi Antiretroviral
(ARV) yang merupakan pengobatan dan penanggulangan HIV dari Program
Pemerintah. Namun ARV hanya mampu berperan dalam perkembangan
jumlah virus tetapi tidak dalam menanggulangi pengaruh Reactive Oxygen
Species (ROS). Sehingga perlunya asupan gizi yang adekuat terutama
protein, seng dan vitamin yang cukup.
Upaya Penanggulangan HIV dapat dilakukan dengan kegiatan
memberikan asuh (peduli), asih (menyayangi), asah (belajar) bersama- sama
menyadarkan dengan tujuan agar orang dengan HIV menyadari bahwa
harapan hidup itu masih tinggi. Salah satu kegiatan yang dilakukan dalam
upaya penanggulangan HIV yaitu dengan treatment pemberian nugget ikan
gabus dan sari buah berwarna, dengan tujuan untuk meningkatkan status
gizi, menaikkan CD4 dan berat badan. Kegiatan ini bersifat persuasive
mengajak orang dengan HIV yang biasanya mereka lebih tertutup dan kurang
bersosialisasi, sehingga perlu pengetahuan dalam pemilihan bahan makanan
seperti harga relatif terjangkau, mudah didapat, kandungan gizi dan mudah
dalam proses pengolahan. Bahan makanan yang digunakan tersebut
merupakan ciri makanan fungsional yang dapat berpengaruh positif terhadap
kesehatan (Wiarti, 2017).
Makanan fungsional dapat diberikan dalam bentuk nugget Ikan gabus
sebagai sumber seng, protein albumin yang mudah dicerna didalam tubuh
berfungsi sebagai pengganti sel atau jaringan tubuh yang rusak, mengurangi
diare, menaikkan sistem imunitas terutama jumlah CD4 (Winarti, 2010 dan
Harry, 2017).
Menurut penelitian pettalolo tahun 2015 bahwa Ekstrak Ikan Gabus
terbukti menaikkan jumlah limfosit CD4 yang dikaitkan dengan kandungan
seng dan vitamin C yang dapat menaikkan sistem imunitas. Seng bersama
vitamin C akan mempercepat absorbsi zat gizi didalam tubuh. Vitamin C
dapat diperoleh dari kandungan buah-buahan dan sayur-sayuran yang dapat
dikonsumsi langsung atau dapat dijadikan sari berwarna.
Sari buah berwarna diberikan secara bervariasi dengan tujuan supaya
tidak bosan, selain mengandung vitamin dan antioksidan terdapat Pula zat
bioaktif dalam bentuk flavonoid, karetonoid, bromelain, dan kuersetin pada
buah semangka, jeruk, jambu merah biji merah, papaya dan nenas. Hal
dapat membantu pemulihan dari infeksi karena manfaat yang mampu
berperan dalam melindungi sel dan jaringan terhadap kerusakan yang
disebabkan oleh oksigen reaktif oleh virus (Stephensen CB et al., 2006 dalam
pettalolo). Menurut Penelitian Wardhani dan Nurbani mengatakan bahwa
pemberian jus nenas dan pepaya yang mengandung zat bioaktif dapat
meningkatkan jumlah CD4 pada kelompok Kontrol walaupun tidak sebesar
peningkatan CD4 pada kelompok intervensi.
Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik, melakukan penelitian
tentang “Pengaruh Pemberian Nugget Ikan Gabus dan Sari Buah Bewarna
Terhadap CD4 Dan Berat Bedan pada orang dengan Human
Immunodeficiency Virus di Balai Rehabilitasi Orang Dengan HIV “ Bahagia”
Medan.

B. Rumusan Masalah
Adakah Pengaruh Pemberian Nugget Ikan Gabus dan Sari Buah
Bewarna Terhadap CD4 Dan Berat Bedan pada Orang Dengan Human
Immunodeficiency Virus Di Balai Rehabilitasi Orang Dengan HIV “ Bahagia”
Medan.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Pengaruh Pemberian Nugget Ikan Gabus dan Sari
Buah Bewarna Terhadap CD4 Dan Berat Bedan pada Orang Dengan Human
Immunodeficiency Virus Di Balai Rehabilitasi Orang Dengan HIV “ Bahagia”
Medan.
2. Tujuan Khusus
a. Menilai CD4 sebelum dan sesudah pemberian nugget ikan gabus dan sari
buah berwarna pada orang dengan Human Immunodeficiency Virus di balai
rehabilitasi orang dengan HIV “ bahagia” Medan.
b. Menilai berat badan sebelum dan sesudah pemberian nugget ikan gabus
dan sari buah berwarna orang dengan Human Immunodeficiency Virus di
balai rehabilitasi orang dengan HIV “ bahagia” Medan.
c. Menganalisis pengaruh pemberian nugget ikan gabus dan sari buah
berwarna terhadap CD4 pada orang dengan Human Immunodeficiency Virus
di balai rehabilitasi orang dengan HIV “ bahagia” Medan.
d. Menganalisis pengaruh pemberian nugget ikan gabus dan sari buah
berwarna terhadap berat bedan pada orang dengan Human
Immunodeficiency Virus di balai rehabilitasi orang dengan HIV “ bahagia”
Medan.

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Penulis
Sebagai salah satu sarana untuk mengembangkan kemampuan dan
wawasan penulis dalam penulisan skripsi.
2. Bagi Masyarakat
Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai manfaat ikan gabus
dan sari buah berwarna untuk orang dengan Human Immunodeficiency Virus.
3. Bagi Pemerintah
Sebagai bahan masukan dan informasi bagi Dinas Kesehatan pentingnya
treatment pemberian nugget ikan gabus dan sari buah bewarna terhadap
CD4 dan berat bedan pada orang dengan Human Immunodeficiency Virus.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Diharapkan agar hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan kajian
khususnya bagi peneliti yang tertarik untuk mengembangkan hasil penelitian
ini guna pengembangan ilmu pengetahuan gizi.

You might also like