You are on page 1of 34

KEPERAWATAN JIWA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN DEFISIT


PERAWATAN DIRI

OLEH :

LUH PUTU APRIANI PO7120016107


NI NYOMAN MARTHA ANDYANI P07120016108
NI LUH PUTRI MAHADEWI P07120016109
ADE ANNA ERINA P07120016110

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
DIII KEPERAWATAN
TAHUN 2018/2019
KATA PENGANTAR

Om Swastyastu,

Puji syukur kami panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/
Tuhan Yang Maha Esa, karena atas asung kerta wara nugraha- Nyalah penulisan
makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini beisikan
tentang “Asuhan Keperawatan Klien Dengan Defisit Perawatan Diri” yang dibuat
dengan tujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa pada
semester ganjil. Makalah ini disusun bukan semata-mata karena petunjuk untuk
mendapatkan nilai, namun di latar belakangi pula untuk memperluas wawasan.
Untuk itu penulis berusaha menyusun makalah ini dengan sebaik-baiknya.
Makalah ini tentunya masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu diharapkan kritik
dan saran yang objektif yang bersifat membangun guna tercapainya
kesempurnaan yang diinginkan. Penulis sepenuhnya menyadari, tanpa bantuan
dan kerjasama dari pihak yang terkait, makalah ini tidak akan sesuai dengan
harapan.

Untuk itu pada kesempatan yang baik ini tidak lupa disampaikan terima
kasih dan penghargaan kepada Bapak I Wayan Candra, S.Pd.,S.Kep.,Ns.,M.Si
selaku dosen mata kuliah Keperawatan Jiwa yang selalu meluangkan waktu
untuk memberikan kami bimbingan dan tuntunan dalam penyelesaian makalah
ini.

Om Santih, Santih, Santih Om

Denpasar, 28 September 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................... i

DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................... 1

1.3 Tujuan............................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Definisi dari Defisit Perawatan Diri ............................................................... 4

2.2 Etiologi dari Defisit Perawatan Diri .............................................................. 4

2.3 Tanda dan Gejala dari Defisit Perawatan Diri................................................ 6

2.4 Jenis – jenis Defisit Perawatan Diri ............................................................... 7

2.5 Rentang Respon Defisit Perawatan Diri ......................................................... 8

2.6 Proses Terjadinya Defisit Perawatan Diri ...................................................... 8

2.7 Pohon Masalah dari Defisit Perawatan Diri ................................................. 11

2.8 Mekanisme Koping Defisit Perawatan Diri ................................................. 11

2.9 Penatalaksanaan Defisit Perawatan Diri....................................................... 12

2.10 Akibat dari Defisit Perawatan Diri ............................................................. 13

2.11 Masalah Yang Mungkin Muncul Pada Defisit Perawatan Diri .................. 13

2.12 Asuhan Keperawatan Defisit Perawatan Diri ............................................. 14

ii
BAB III PENUTUP

3.1 Simpulan...........................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Perkembangan di dalam kebudayaan masyarakat banyak membawa
perubahan yang tidak kecil di dalam segi kehidupan manusia. Perubahan
situasi individu baik yang positif maupun negatif dapat mempengaruhi
keseimbangan fisik, mental dan sosial. Individu yang sehat jiwa ini meliputi
menyadari kemampuan dirinya secara penuh. Mampu menghadapi problem
maupun situasi yang berat dan mampu berada dengan orang lain
(Keliat,dkk.2007).
Data statistik yang dikemukakan oleh (WHO) (2012) menyebutkan
bahwa sekitar 450 juta orang di dunia mengalami masalah gangguan
kesehatan jiwa. Sepertiga diantaranya terjadi di Negara berkembang. Data
yang ditemukan oleh peneliti di Harvard University dan University College
London, mengatakan penyakit kejiwaan pada tahun 2016 meliputi 32% dari
semua jenis kecacatan di seluruh dunia. Angka tersebut meningkat dari tahun
sebelumnya (VOA Indonesia, 2016).
Menurut WHO (2016), terdapat sekitar 35 juta orang terkena depresi, 60
juta orang terkena bipolar, 21 juta orang terkena skizofrenia, serta 47,5 juta
terkena dimensia. Jumlah penderita gangguan jiwa di Indonesia saat ini
adalah 236 juta orang, dengan kategori gangguan jiwa ringan 6% dari
populasi dan 0,17% menderita gangguan jiwa berat, 14,3% diantaranya
mengalami pasung. Tercatat sebanyak 6% penduduk berusia 15-24 tahun
mengalami gangguan jiwa, dari 34 provinsi di Indonesia, Sumatera Barat
merupakan peringkat ke 9 dengan jumlah gangguan jiwa sebanyak 50.608
jiwa dan prevalensi masalah skizofrenia pada urutan ke-2 sebanyak 1,9
permil. Peningkatan gangguan jiwa yang terjadi saat ini akan menimbulkan

1
masalah baru yang disebabkan ketidakmampuan dan gejala-gejala yang
ditimbulkan oleh penderita (Riskesdas 2013).
Dalam pasien dengan gangguan jiwa kurangnya keperawatan diri akibat
adanya perubahan proses pikir sehingga dalam kemampuan melakukan
aktifitas perawatan diri menurun. Pemeliharaan hygiene perorangan
diperlukan untuk kenyamanan individu, keamanan, dan kesehatan. Seperti
pada orang sehat dapat memenuhi kebutuhan personal hygienenya sendiri.
Cara perawatan diri menjadi rumit dikarenakan kondisi fisik atau keadaan
emosional klien. Selain itu,beragam faktor pribadi dan sosial budaya
mempengaruhi praktik hygiene klien.
Karena perawatan hygiene seringkali memerlukan kontak yang dekat
dengan klien maka perawat menggunakan ketrampilan komunikasi untuk
meningkatkan hubungan terapeutik dan belajar tentang kebutuhan emosional
klien. Oleh karena itu penulis membahas makalah ini untuk mempelajari
tentang defisit perawatan diri dan mengkaji pasien dengan gangguan
perawatan diri.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa definisi dari defisit perawatan diri ?
2. Apa etiologi dari defisit perawatan diri ?
3. Bagaimana tanda dan gejala dari defisit perawatan diri ?
4. Apa saja jenis – jenis defisit perawatan diri ?
5. Bagaimana rentang respon defisit perawatan diri ?
6. Bagaimana proses terjadinya defisit perawatan diri ?
7. Bagaimana pohon masalah dari defisit perawatan diri ?
8. Bagaimana mekanisme koping defisit perawatan diri ?
9. Bagaimana penatalaksanaan defisit perawatan diri ?

2
10. Apa saja akibat dari defisit perawatan diri ?
11. Apa saja masalah yang mungkin muncul pada defisit perawatan diri ?
12. Bagaimana asuhan keperawatan defisit perawatan diri ?

1.3 TUJUAN
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan defisit perawatan diri.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui definisi defisit perawatan diri.
b. Untuk mengetahui etiologi defisit perawatan diri.
c. Untuk mengetahui tanda dan gejala defisit perawatan diri.
d. Untuk mengetahui jenis defisit perawatan diri.
e. Untuk mengetahui rentang respon defisit perawatan diri.
f. Untuk mengetahui proses terjadiya masalah defisit perawatan diri.
g. Untuk mengetahui pohon masalah defisit perawatan diri.
h. Untuk mengetahui mekanisme koping defisit perawatan diri.
i. Untuk mengetahui penatalaksanaan defisit perawatan diri.
j. Untuk mengetahui akibat defisit perawatan diri.
k. Untuk mengetahui masalah keperawatan yang mungkin muncul.
l. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada klien defisit perawatan
diri.

1.4 MANFAAT
Makalah ini bermanfaat bagi tim penulis sebagai dalam menambah
pengetahuan penulis tentang defisit perawatan diri. Bagi pembaca yakni,
dapat menambah wawasan, pengetahuan, dan pemahaman pembaca sebagai
tolak ukur tentang defisit perawatan diri.

3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 DEFINISI
Defisit perawatan diri adalah kurangnya perawatan diri pada pasien
dengan gangguan jiwa terjadi akibat adanya perubahan proses pikir sehingga
kemampuan untuk melakukan aktivitas perawatan diri menurun. Kurang
perawatan diri terlihat dari ketidakmampuan merawat kebersihan diri
antaranya mandi, makan minum secara mandiri, berhias secara mandiri,
toileting (BAK atau BAB) (Damaiyanti, 2012).
Defisit perawatan diri adalah kemampuan dasar yang dimiliki manusia
dalam melengkapi kebutuhannya dalam kelangsungan hidupnya sesuai
kondisi kesehatannya (Damaiyanti dan Iskandar, 2012).
Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan melakukan aktifitas
perawatan diri (mandi, berhias, makan serta toileting) kegiatan itu harus bisa
dilakukan secara mandiri ( Herman, 2011).

2.2 ETIOLOGI
Menurut Wartonah (2009) penyebab kurang perawatan diri adalah
sebagai berikut :
1. Kelelahan fisik
2. Penurunan kesadaran
Menurut Depkes (2000) penyebab kurang perawatan diri adalah :
1. Faktor predisposisi
a. Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga
perkembangan inisiatif terganggu.

4
b. Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu
melakukan perawatan diri.
c. Kemampuan realitas turun
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang
kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan
termasuk perawatan diri.
d. Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri
lingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan
kemampuan dalam perawatan diri.
2. Faktor presipitasi
Kurang penurunan motivasi, kurasakan kognitif atau perseptual,
cemas, lelah atau lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan
individu kurang mampu melakukan perawatan diri.
Menurut Depkes (2000) faktor-faktor yang mempengaruhi
personal hygiene adalah :
a. Body image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi
kebersihan diri misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga
individu tidak peduli dengan kebersihan dirinya.
b. Praktik sosial
Pada anak-anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka
kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene.

5
c. Status sosial ekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun,
pasta gigi, sikat gigi, shampo, alat mandi yang semuanya
memerlukan uang untuk menyediakannya.
d. Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena
pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya
pada pasien penderita diatebes melitus ia harus menjaga kebersihan
kakinya.
e. Budaya
Disebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh
dimandikan
f. Kebiasaan seseorang
Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam
perawatan diri seperti penggunaan sabun, shampo dan lain-lain
g. Kondisi fisik atau psikis
Pada keadaan tertentu atau sakit kemampuan untuk merawat diri
berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya.

2.3 TANDA DAN GEJALA


Menurut Depkes (2000) tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan
diri adalah :
1. Fisik
a. Badan bau, pakaian kotor
b. Rambut dan kulit kotor
c. Kuku panjang dan kotor
d. Gigi kotor disertai mulut bau

6
e. Penampilan tidak rapi
2. Psikologis
a. Malas, tidak ada insiatif
b. Menarik diri. Isolasi diri
c. Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina
3. Sosial
a. Interaksi kurang
b. Kegiatan kurang
c. Tidak mampu berperilaku sesuai norma
d. Cara makan tidak teratur BAK dan BAB disembarangan tempat,
gosok gigi dan mandi tidak mampu mandiri

2.4 JENIS – JENIS


Menurut (Damaiyanti, 2012) jenis perawatan diri terdiri dari :
1. Defisit perawatan diri : mandi
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan mandi
atau beraktivitas perawatan diri sendiri.
2. Defisit perawatan diri : berpakaian
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan
aktivitas berpakaian dan berhias untuk diri sendiri.
3. Defisit perawatan diri : makan
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan
aktivitas sendiri.
4. Defisit perawatan diri : eliminasi
Hambatn kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan
aktivitas eliminasi sendiri.

7
2.5 RENTANG RESPON
Menurut Dermawan (2013), adapun rentang respon defisit perawatan diri
sebagai berikut :

Adaptif Maladaptif

Tidak melakukan
Pola perawatan diri Kadang perawatan diri,
perawatan diri pada saat
seimbang kadang tidak
stres

1. Pola perawatan diri seimbang : saat pasien mendapatkan stressor dan


mampu untuk berperilaku adaptif maka pola perawatan yang dilakukan
klien seimbang, klien masih melakukan perawatan diri.
2. Kadang melakukan perawatan diri kadang tidak : saat pasien
mendapatan stressor kadang-kadang pasien tidak menperhatikan
perawatan dirinya.
3. Tidak melakukan perawatan diri : klien mengatakan dia tidak perduli dan
tidak bisa melakukan perawatan saat stresosor.

2.6 PROSES TERJADINYA MASALAH


Defisit perawatan diri terjadi diawali dengan proses terjadinya gangguan
jiwa yang dialami oleh klien sehingga menyebabkan munculnya gangguan
defisit perawatan diri pada klien. Pada klien skizofrenia dapat mengalami
defisit perawatan diri yang signifikan. Tidak memerhatikan kebutuhan
higiene dan berhias biasa terjadi terutama selama episode psikotik. Klien
dapat menjadi sangat preokupasi dengan ide-ide waham atau halusinasi
sehingga ia gagal melaksanakan aktivitas dalam kehidupan sehari-hari
(stuart&laraia, 2005).

8
Faktor biologis terkait dengan adanya neuropatologi dan
ketidakseimbangan dari neurotransmiternya. Dampak yang dapat dinilai
sebagai manifestasi adanya gangguan adalah pada perilaku maladaptif pasien
(Townsend, 2005). Secara biologi riset neurobiologikal mempunyai fokus
pada tiga area otak yang dipercaya dapat melibatkan perilaku agresi yaitu
sistem limbik, lobus frontalis dan hypothalamus.
Sistem Limbik merupakan cicin kortek yang berlokasi dipermukaan
medial masing-masing hemisfer dan mengelilingi pusat kutup serebrum.
Fungsinya adalah mengatur persyarafan otonom dan emosi (Suliswati,et al,
2002: Struat & Laraia, 2005). Menyimpan dan menyatukan informasi
berhubungan dengan emosi, tempat penyimpanan memori dan pengolahan
informasi. Disfungsi pada sistem ini akan menghadirkan beberapa gejala
klinik seperti hambatan emosi dan perubahan kebribadian (Kaplan, Saddock
& Grebb, 2002).
Lobus Frontal berperan penting menjadi media yang sangat berarti dalam
perilaku dan berpikir rasional, yang saling berhubungan dengan sistem limbik
(Suliswati,et al, 2002: Struat & Laraia, 2005). Lobus frontal terlibat dalam
dua fungsi serebral utama yaitu kontrol motorik gerakan voluntir termasuk
fungsi bicara, fungsi fikir dan kontrol berbagai ekspresi emosi. Kerusakan
pada daerah lobus frontal dapat meyebabkan gangguan berfikir, dan gagguan
dalam bicara/disorganisasi pembicaraan serta tidak mampu mengontrol
emosi sehingga berperilaku maladaptif seperti tidak mau merawat diri :
mandi, berpakaian/berhias, makan, toileting. Kondisi ini menunjukkan gejala
defisit perawatan diri (Townsend 2005).
Hypotalamus adalah bagian dari diensefalon yaitu bagian dalam dari
serebrum yang menghubungkan otak tengah dengan hemisfer serebrum.
Fungsi utamanya adalah sebagai respon tingkah laku terhadap emosi dan juga

9
mengatur mood dan motivasi. Kerusakan hipotalamus membuat seseorang
kehilangan mood dan motivasi sehingga kurang aktivitas dan dan malas
melakukan sesuatu. Kondisi seperti ini sering kita temui pada klien dengan
defisit perawatan diri , dimana klien butuh lebih banyak motivasi dan
dukungan untuk dapat merawat dirinya (Suliswati, 2002; Stuart & Laraia,
2005).
Ganguan defisit perawatan diri juga dapat terjadi karena
ketidakseimbangan dari beberapa neurotransmitter. misalnya : Dopamine
fungsinya mencakup regulasi gerak dan koordinasi, emosi, kemampuan
pemecahan masalah secara volunter (Boyd & Nihart,1998 ; Suliswati, 2002).
Transmisi dopamin berimplikasi pada penyebab gangguan emosi tertentu.
Pada klien skizoprenia dopamin dapat mempengaruhi fungsi kognitif (alam
pikir), afektif (alam perasaan) dan psikomotor (perilaku) kondisi ini pada
klien dengan defisit perawatan diri memiliki perilaku yang menyimpang
seperti tidak berkeinginan untuk melakukan perawatan diri (Hawari, 2001).
Serotonin berperan sebagai pengontrol nafsu makan, tidur, alam
perasaan, halusinasi, persepsi nyeri, muntah. Serotonin dapat mempengaruhi
fungsi kognitif (alam pikir), afektif (alam perasaan) dan psikomotor
(perilaku) (Hawari, 2001). Jika terjadi penurunan serotonin akan
mengakibatkan kecenderungan perilaku yang kearah maladaptif. Pada klien
dengan defisit perawatan diri perilaku yang maladaptif dapat terlihat dengan
tidak adanya aktifitas dalam melakukan perawatan diri seperti : mandi,
berganti pakaian, makan dan toileting (Wilkinson,2007).
Norepinephrin berfungsi untuk kesiagaan, pusat perhatian dan orientasi;
proses pembelajaran dan memori. Jika terjadi penurunan kadar norepinephrine
akan dapat mengakibatkan kelemahan sehingga perilaku yang ditampilkan

10
klien cendrung negatif seperti tidak mau mandi, tidak mau makan maupun
tidak mau berhias dan toileting (Boyd & Nihart, 1998; Suliswati, 2002).

2.7 POHON MASALAH


Pohon Masalah Defisit Perawatan Diri (Fitria, 2012) :

Isolasi Sosial : Menarik Diri Effect

Defisit Perawatan Diri: mandi, berhias Core Problem


atau berdandan, makan, dan eliminasi

Harga Diri Rendah Kronis Causa

C
2.8 MEKANISME KOPING a
Mekanisme koping berdasarkan penggolongan di bagi menjadi 2 menurut u
s
Damaiyanti 2012 yaitu: a
1. Mekanisme koping adaptif
Mekanisme koping yang mendukung fungsi integrasi pertumbuhan
belajar dan mencapai tujuan. Kategori ini adalah klien bisa memenuhi
kebutuhan perawatan diri secara mandiri.
2. Mekanisme koping maladaptive
Mekanisme koping yang menghambat fungsi integrasi, memecah
pertumbuhan, menurunkan otonomi dan cenderung menguasai
lingkungan. Kategorinya adalah tidak mau merawat diri.

11
2.9 PENATALAKSANAAN
1. Farmakologi
a. Obat anti psikosis : Penotizin.
b. Obat anti depresi : Amitripilin.
c. Obat antu ansietas : Diasepam, bromozepam, clobozam.
d. Obat anti insomia : phnebarbital.
2. Terapi
a. Terapi Keluarga
Berfokus pada keluarga dimana keluarga membantu
mengatasi masalah klien dengan memberikan perhatian :
1) Jangan memancing emosi klien.
2) Libatkan klien dalam kegiatan yang berhubungan dengan
keluarga.
3) Berikan kesempatan klien mengemukakan pendapat.
4) Dengarkan, bantu, dan anjurkan pasien untuk
mengemukakan masalah yang dialaminya.
b. Terapi Aktivitas Kelompok
Berfokus pada dukungan dan perkembangan, keterampilan
sosial, atau aktivitas lainnya, dengan berdiskusi serta bermain
untuk mengembalikan keadaan klien karena maslah sebagian
orang merupakan perasaan dan tingkah laku pada orang lain. Ada
5 sesi yang harus dilakukan :
1) Manfaat perawatan diri.
2) Menjaga kebersihan diri.
3) Tata cara makan dan minum.
4) Tata cara eliminasi.
5) Tata cara berhias.

12
c. Terapi Musik
Dengan musik klien bisa terhibur, rileks, dan bermain untuk
mengembalikan kesadaran pasien.

2.10 AKIBAT
Akibat dari Defisit Perawatan Diri Menurut Damiyanti, 2012 sebagai
berikut.
a. Dampak fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak
tidak terpeliharanya kebersihan perorangandengan baik, gangguan 12
fisik yang seering terjadi adalah: gangguan integritas kulit, gangguan
membrane mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga dan gangguan
fisik pada kuku.
b. Dampak psikososial
Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygine adalah
gangguan kebutuhan aman nyaman , kebutuhan cinta mencintai,
kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial.

2.11 MASALAH YANG MUNGKIN MUNCUL


Masalah keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan defisit
perawatan diri menurut Fitria (2012), adalah sebagai berikut :

1. Defisit perawatan diri


2. Isolasi sosial
3. Harga diri rendah

13
2.12 ASUHAN KEPERAWATAN DEFISIT PERAWATAN DIRI
A. PENGKAJIAN
1. Identitas
a. Perawat yang merawat klien melakukan perkenalan dan
kontrak dengan klien tentang nama perawat, nama klien,
panggilan perawat, panggilan klien, tujuan, waktu, tempat
pertemuan dan topik yang akan dibicarakan. Kemudian usia
dan No RM.
b. Mahasiswa menuliskan sumber data yang didapat.
2. Alasan masuk
Tanyakan kepada klien dan keluarga
a. Apa yang menyebabkan klien/keluarga datang ke rumah sakit
saat ini ?
b. Apa yang sudah dilakukan oleh keluarga untuk mengatasi
masalah ?
c. Bagaimana hasilnya ?
3. Faktor predisposisi
a. Tanyakan kepada klien/keluarga apakah klien pernah
mengalami gangguan jiwa dimasa lalu.
b. Tanyakan pada klien apakah klien pernah melakukan dan atau
mengalami atau menyaksikan penganiayaan fisik, seksual,
penolakan dari lingkungan, kekerasan dalam keluarga dan
tindakan kriminal.
c. Tanyakan kepada klien atau keluarga apakah ada anggota
keluarga lainnya yang mengalami gangguan jiwa.
d. Tanyakan kepada klien/keluarga tentang pengalaman yang
tidak menyenangkan (kegagalan, kehilangan, perpisahan,

14
kematian, trauma selama tumbuh kembang) yang pernah
dialami klien pada masa lalu.
4. Fisik
Pengkajian fisik difokuskan pada sistem dan fungsi organ :
a. Ukur dan observasi TTV.
b. Ukur tinggi badan dan berat badan klien.
c. Tanyakan kepada klien/keluarga, apakah ada keluhan fisik
yang dirasakn oleh klien.
d. Kaji lebih lanjut sistem dn fungsi organ serta jelaskan dengan
keluhan yang ada.
e. Masalah keperawatan ditulis sesuai dengan data yang ada.
5. Psikososial
a. Genogram
Biasanya menggambarkan pasien dengan anggota
keluarga yang mengalami gangguan jiwa, dilihat dari pola
komunikasi, pengambilan keputusan dan pola asuh.
b. Konsep diri
1) Citra tubuh
Biasanya persepsi pasien tentang tubuhnya, bagian
tubuh yang disukai, reaksi pasien terhadap bagian tubuh
yang disukai dan tidak disukai.
2) Identitas diri
Biasanya dikaji status dan posisi pasien sebelum
pasien dirawat, kepuasan pasien terhadap status dan
posisinya, kepuasan pasien sebagai laki-laki atau
perempuan , keunikan yang dimiliki sesuai dengan jenis
kelamin dan posisinnya.

15
3) Peran diri
Biasanya meliputi tugas atau peran pasien dalam
keluarga/ pekerjaan/ kelompok/ masyarakat, kemampuan
pasien dalam melaksanakan fungsi atau perannya,
perubahan yang terjadi saat pasien sakit dan dirawat,
bagaimana perasaan pasien akibat perubahan tersebut.
4) Ideal diri
Biasanya berisi harapan pasien terhadap kedaan tubuh
yang ideal, posisi, tugas, peran dalam keluarga, pekerjaan
atau sekolah, harapan pasien terhadap lingkungan sekitar,
serta harapan pasien terhadap penyakitnya
5) Harga diri
Biasanya mengkaji tentang hubungan pasien dengan
orang lain sesuai dengan kondisi, dampak pada pasien
berubungan dengan orang lain, fungsi peran tidak sesuai
harapan, penilaian pasien terhadap pandangan atau
penghargaan orang lain.
c. Hubungn sosial
Biasanya hubungan pasien dengan orang lain sangat
terganggu karena penampilan pasien yang kotor sehingga
orang sekitar menghindari pasien. Adanya hambatan dalam
behubungan dengan orang lain, minat berinteraksi dengan
orang lain.
d. Spiritual
1) Nilai dan keyakinan
Biasanya nilai dan keyakinan terhadap agama pasien
terganggu karna tidak menghirauan lagi dirinya.

16
2) Kegiatan ibadah
Biasanya kegiatan ibadah pasien tidak dilakukan ketika
pasien menglami gangguan jiwa.
6. Status Mental
a. Penampilan
Biasanya penampilan pasien sangat tidak rapi, tidak tahu
cara berpakaian, dan penggunaan pakaian tidak sesuai.
b. Cara bicara atau pembicaraan
Biasanya cara bicara pasien lambat, gagap, sering terhenti
atau bloking, apatis serta tidak mampu memulai
pembicaraan.
c. Aktivitas motoric
Biasanya klien tampak lesu, gelisah, tremor dan
kompulsif.
d. Alam perasaan
Biasanya keadaan pasien tampak sedih, putus asa, merasa
tidak berdaya, rendah diri dan merasa dihina.
e. Afek
Biasanya afek pasien tampak datar, tumpul, emosi pasien
berubah-ubah, kesepian, apatis, depresi/sedih dan cemas.
f. Interaksi selama wawancara
Biasanya respon pasien saat wawancara tidak kooperatif,
mudah tersinggung, kontak kurang serta curiga yang
menunjukan sikap atau peran tidak percaya kepada
pewawancara atau orang lain.

17
g. Persepsi
Biasanya pasien berhalusinasi tentang ketakutan
terhadap hal-hal kebersihan diri baik halusinasi pendengaran,
penglihatan serta halusinasi perabaan yang membuat pasien
tidak mau membersihkan diri dan pasien mengalami
depersonalisasi.
h. Proses pikir
Biasanya bentuk pikir pasien otistik, dereistik,
sirkumtansial, kadang tangensial, kehilangan asosiasi,
pembicaraan meloncat dari topik satu ke topik lainnya dan
kadang pembicaraan berhenti tiba-tiba.
7. Kebutuhan pasien pulang
a. Makan
Biasanya pasien kurang makan, cara makan pasien
terganggu serta pasien tidak memiliki kemampuan
menyiapkan dan membersihkan alat makan.
b. Berpakaian
Biasanya pasien tidak mau mengganti pakaian, tidak bisa
menggunakan pakaian yang sesuai dan tidak bisa berdandan.
c. Mandi
Biasanya pasien jarang mandi, tidak tahu cara mandi,
tidak gosok gigi, tidak mencuci rambut, tidak menggunting
kuku, tubuh pasien tampak kusam dan bdan pasien
mengeluarkan aroma bau.

18
d. BAB atau BAK
Biasanya pasien BAB atau BAK tidak pada tempatnya
seperti di tempat tidur dan pasien tidak bisa membersihkan
WC setelah BAB atau BAK.
e. Istirahat
Biasanya istirahat pasien terganggu dan tidak melakukan
aktivitas apapun setelah bangun tidur.
f. Penggunaan obat
Apabila pasien mendapat obat, biasanya pasien minum
obat tidak teratur.
g. Aktivitas dalam rumah
Biasanya pasien tidak mampu melakukan semua
aktivitas di dalam maupun diluar rumah karena pasien selalu
merasa malas.
8. Mekanisme Koping
a. Adaptif
Biasanya pasien tidak mau berbicara dengan orang lain,
tidak bisa menyelesikan masalah yang ada, pasien tidak
mampu berolahraga karena pasien selalu malas.
b. Maladaptif
Biasanya pasien bereaksi sangat lambat atau kadang
berlebihan, pasien tidak mau bekerja sama sekali, selalu
menghindari orang lain.
9. Masalah Psikososial dan Lingkungan
Biasanya pasien mengalami masalah psikososial seperti
berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan. Biasanya
disebabkan oleh kurangnya dukungan dari keluarga, pendidikan

19
yang kurang, masalah dengan sosial ekonomi dan pelayanan
kesehatan.
10. Pengetahuan
Biasanya pasien defisit perawatan diri terkadang mengalami
gangguan kognitif sehingga tidak mampu mengambil keputusan.
11. Aspek Medik
Tuliskan diagnosa medik klien yang telah dirumuskan oleh
dokter yang merawat. Tuliskan obat-obatan klien saat ini, baik
obat fisik, psikofarmako, dan terapi lainnya.
12. Daftar masalah
a. Tuliskan semua masalah disertai data pendukung, yaitu data
subjektif dan data objektif.
b. Buat pohon masalah dari data yang tekah dirumuskan.
13. Daftar diagnosis keperawatan
a. Rumuskan diagnosa dengan rumusan P (permasalahan) dan
E (etiologi) berdasarkan pohon masalah.
b. Urutkan diagnosis sesuai prioritas

B. DAFTAR MASALAH
Masalah keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan
defisit perawatan diri menurut Fitria (2012), adalah sebagai berikut :
1. Isolasi sosial
2. Defisit perawatan diri
3. Harga diri rendah

20
C. POHON MASALAH

Isolasi Sosial : Menarik Diri Effect

Defisit Perawatan Diri: mandi, berhias Core Problem


atau berdandan, makan, dan eliminasi

Harga Diri Rendah Kronis Causa

D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Defisit perawatan diri : mandi, berhias atau berdandan, makan, dan
eliminasi.
2. Harga diri rendah kronis
3. Isolasi sosial : menarik diri

21
E. INTERVENSI KEPERAWATAN
WAKTU DIAGNOSA TUJUAN KRITERIA INTERVENSI RASIONAL
KEP. HASIL
Defisit TUM : Setelah diberikan askep Bina hubungan saling Hubungan saling
perawatan Klien dapat selama 20 menit dalam 3 percaya dengan percaya
diri : mandi, berhubungan x pertemuan diharapkan mengungkapkan prinsip merupakan dasar
berhias atau dengan TUM dan TUK dapat komunikasi therapeutic : untuk kelancaran
berdandan, orang lain tercapai dengan kriteria 1. Sapa klien dengan hubungan interaksi
makan, dan secara hasil : ramah dan baik selanjutnya.
eliminasi. optimal. 1. Ekspresi wajah secara verbal dan non
bersahabat verbal.
TUK 1 : 2. Menunjukan rasa 2. Perkenalkan diri
Klien dapat senang dengan sopan.
membina 3. Ada kontak mata 3. Tanyakan nama
hubungan 4. Mau berjabat tangan, lengkap klien dan
saling mau menyebut nama, nama panggilan yang
percaya mau menjawab salam disukai klien.
5. Mau duduk 4. Jelaskan tujuan
berdampingan pertemuan.
dengan perawat 5. Jujur dan menepati
6. Mau mengutarakan janji.
masalah yang 6. Tunjukkan sikap
dihadapi. empati dan menerima
klien apa adanya.

22
TUK 2 : Setelah diberikan askep Beri perhatian pada Dengan
Pasien selama 20 menit dalam klien dna perhatikan memperhatikan
mampu 3 x pertemuan kebutuhan dasar klien kebutuhan dari
melakukan diharapkan TUM dan 1. Melatih pasien cara- klien perawat
kebersihan TUK dapat tercapai cara perawatan mengetahui apa
diri secara dengan kriteria hasil : kebersihan diri saja yg akan
mandiri 1. Perawatan diri 2. Menjelasan diberikan pada
aktivitas kehidupan pentingnya menjaga tindakan
sehari-hari mampu kebersihan diri. selanjutnya
melakukan aktivitas 3. Menjelaskan alat-
perawatan fisik dan alat untuk menjaga
pribadi secara kebersihan diri
mandiri atau dengan 4. Menjelaskan cara-
alat bantu cara melakukan
2. Mampu kebersihan diri
mempertahankan 5. Melatih pasien
kebersihan dan mempraktekkan cara .
penampilan yang menjaga kebersihan
rapi secara mandiri diri
3. Mampu melakukan
aktivitas eliminasi
secara mandiri
4. Mengenali dan
mengetahui
kebutuhan bantuan
untuk eliminasi

23
TUK 3 : Setelah diberikan askep Bantu memilihkan Membantu
Pasien selama 20 menit dalam sesuatu yang dibutuhkan memilihkan
mampu 3 x pertemuan oleh klien: sesuatu yang
melakukan diharapkan TUM dan 1. Bantu pasien dalam dibutuhkan oleh
berhias/ TUK dapat tercapai memilih pakaian yang klien membuat
berdandan dengan kriteria hasil : mudah dan di lepas klien lebih mudah
secara baik 1. Klien mampu untuk 2. Sediakan pakaian dalam melakukan
mengenakan pasien pada tempat perawatan diri
pakaian dan berhias yang mudah di serta membuat
secara mandiri jangkau (Di samping klien merasa
2. Mampu tempat tidur) dihargai
mempertahankan 3. Dukung kemandirian
kebersihan pribadi pasien dalam
dan penampilan berpakaian dan
yang rapi secara berhias
mandiri 4. Bantu pasien
3. Mengungkapkan menaikan,mengancin
kepuasan dalam gkan dan merisleting
berpakaian dan pakaian jika
menata rambut diperlukan
4. Menunjukan rambut 5. Beri pujian atas usaha
yang bersih dan rapi untuk berpakaian
sendiri

24
TUK 4 : Setelah diberikan askep Beri pelatihan dan Setelah banyak
Pasien selama 20 menit dalam bantuan bina klien diberikan pelatihan
mampu 3x pertemuan melakukan sesuatu dan bantuan bina
melakukan diharapkan TUM dan hal baru : klien melakukan
makan TUK dapat tercapai 1. Melatih pasien sesuatu hal baru
dengan baik dengan kriteria hasil : makan secara secara mandiri
1. Klien mampu secara mandiri untuk membangun
mandiri 2. Menjelaskan cara rasa percaya diri
2. Mengungkpkan mempersiapkan yang dimiliki oleh
kepusan makan makan klien
3. Mampu menyiapkan 3. Menjelaskan cara
dan memakan makan yang tertib
makanan secara 4. Menjelaskan cara
mandiri merapihkan
peralatan makan
setelah makan
5. Praktek makan
sesuai dengan
tahapan makan yang
baik

TUK 5 : Setelah diberikan askep 1. Mengajarkan pasien Melatih pasien


Pasien selama 20 menit dalam melakukan untuk melakukan
mampu 3 x pertemuan BAB/BAK secara sesuatu secara
melakukan diharapkan TU dan mandiri mandiri walupun
BAB/BAK TUK dapat tercapai beberapa kegiatan
dengan kriteria hasil :

25
secara 1. Mampu 2. Menjelaskan tempat masih dibantu oleh
mandiri mempertahankan BAB/BAK yang perawat
kebersihan dan sesuai
penampilan yang rapi 3. Menjelaskan cara
secara mandiri membersihkan diri
2. Mampu melakukan setelah BAB dan
aktivitas eliminasi BAK
BAB dan BAK secara 4. Menjelaskan cara
mandiri membersihkan
3. Mengenali dan tempat BAB dan
mengetahui BAK
kebutuhan bantuan
untuk eliminasi
BABdan BAK
4. Mampu
membersihkan diri
setalah BAB dan
BAK

26
F. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
WAKTU DIAGNOSA INTERVENSI RESPON
KEP.
Defisit 1. Sapa klien dengan ramah
perawatan diri : dan baik secara verbal dan
mandi, berhias non verbal. Pasien :
atau berdandan, - Selamat Siang Ibu - (diam)
makan, dan Keluarga Pasien :
eliminasi. - Selamat pagi
2. Perkenalkan diri dengan
sopan. Pasien :
- Saya perawat yang - Iya Ners
bertugas pada hari ini.
Nama saya Putri
Mahadewi, bisa
dipanggil Putri
3. Tanyakan nama lengkap
klien dan nama panggilan
yang disukai klien Pasien :
- Nama Ibu siapa ? - Nama saya Ibu Hadijah. Saya
Senangnya dipanggil senang dipanggil Buk Dijah
siapa?
4. Jelaskan tujuan pertemuan Pasien :
- Saya perawat yang akan - Biasa saja
membantu memenuhi
kebutuhan bapak pada
siang hari ini.

27
Bagaimana perasaan Ibu
hari ini ?
5. Tunjukkan sikap empati dan
menerima klien apa adanya Pasien :
- Apakah tadi bapak - Sudah
sudah makan siang? Keluarga Pasien :
- Belum Ners, sebenarnya dia
belum makan dari tadi pagi
- Benar Ibu belum Paisen :
makan? - Sudah Ners sudah. Dia
bohong
Pasien :
- Ya sudah, Ibu makan - Saya makan nasi goreng
apa tadi ?
- Ibu tidak makan - Makan Ners, kan makanan
makanan dari rumah rumah sakitnya nasi goring
sakit ?
6. Melatih klien cara – cara
perawatan kebersihan diri Pasien :
- Ibu, sudah mandi - Sudah Ners, saya kan sudah
belum? wangi, cantic lagi
Keluarga Pasien :
- Pak, apakah benar yang - Tidak Ners, dia belum mandi
dikatakan oleh Ibunya? dari kemarin sore
Pasien :
- Ibu, bagaimana kalau - Hmm… boleh juga Ners
Ibu sekarang mandi,

28
agar Ibu merasa lebih
segar, nanti mandinya
kurang lebih 15 menit,
apakah Ibu bersedia ? Pasien :
- Ibu, saya akan melatih - Iya Ners, saya buka baju
Ibu untuk mandi agar sendiri saja. Saya kan malu
Ibu merasa lebih sama Ners.
nyaman dan segar - Iya Ners
- Baik Ibu, mari mandi
7. Bantu klien dalam memilih
pakaian yang mudah dilepas Pasien :
- Nah, sekarang Ibu sudah - Segar sekali Ners. Saya
selesai mandi dan merasa jadi tambah cantic dan
mengganti baju. wangi
Bagaimana perasaan Ibu
setelah mandi ?
- Iya Ibu, Ibu sudah - Iya Ners, tapi nanti saya pakai
terlihat lebih segar. baju warna merah ya
Nanti sore saya akan
melatih Ibu untuk
mandi. Apakah Ibu
bersedia ?
- Iya Ibu, nanti saya
siapkan.
- Karena tugas saya sudah - Tidak Ners. Terimakasih Ners
selesai, saya pamit
permisi. Sebelumnya

29
ada yang ingin Ibu
tanyakan ?
- Iya, sama – sama Ibu, - Selamat Siang Ners
saya permisi. Selamat
siang

G. EVALUASI
Waktu Diagnosa Evaluasi
Defisit perawatan diri : mandi, berhias S : Klien mengatakan merasa
atau berdandan, makan, dan eliminasi. lebih segar setelah mandi, namun
klien belum mengatakan belum
ada keinginan untuk mandi
selanjutnya

O : Pasien tampak lebih segar,


rambut rapi, pakaian bersih

A : Defisit perawatan diri belum


teratasi

P : Lanjutkan intervensi
keperawatan

30

You might also like