You are on page 1of 9

ANALISIS PENDAPATAN USAHA TANI

TEMBAKAU (Nicotiana tabacum L)


Studi kasus di Desa Palon, Kecamatan Jepon, Kabupaten Blora,
Provinsi Jawa Tengah
1)SUHIRMAN, 2)JURI YUSUP

Fakultas Pertanian Universitas Bojonegoro


Jl. Lettu Suyitno No.2, Bojonegoro, 62119
E-mail: yusupjuri@yahoo.com

Abstrak

Pembangunan pertanian memiliki tujuan utama yaitu untuk meningkatkan produksi


tanaman dan pendapatan petani, memperluas lapangan kerja dan pemerataan pembangunan
pertanian, pembangunan pertanian di Indonesia bukan berorientasikan pada komoditi pangan
tertentu saja, namun diprioritaskan pada komoditi lainnya bidang pertanian seperti sayur-
sayuran dan buah-buahan, sebagai penunjang ekonomi masyarakat tanaman tembakau
merupakan salah satu komoditi penunjang perekonomian yang cukup besar di Indonesia.
Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei 2016 sampai dengan bulan Juni 2016 dengan
mengambil lokasi di Desa Palon Kecamatan Jepon Kabupaten Blora. Perumusan masalah
dalam penelitian ini adalah berapakah besarnya rata-rata biaya yang dikeluarkan, rata-rata
pruduksi,rata-rata penerimaan hasil, tingkat pendapatan,tingkat efisiensi usahatani tanaman
tembakau (Nicotiana tabacum L). Adapun tujuannya adalah untuk mengetahui bahwa
usahatani tanaman tembakau(Nicotiana tabacum L) ini menguntungkan untuk masyarakat
petani. Manfaat dari penelitian ini adalah untuk menambah ilmu dan memenuhi syarat guna
memperoleh gelar kesarjanaan. Kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah tanaman
tembakau (Nicotiana tabacum L) yang ditanami petani masyarakat sekitar sebagai tanaman
penunjang perekonomian masyarakat dan selalu diupayakan peningkatannyasebagai hasil
produksi penunjang perekonomian maupun ketahanan terhadap hama dan penyakit maupun
lingkungan. Hipotesis dalam skripsi ini adalah diduga bahwa usaha tani tanaman tembakau
(Nicotania tabacum L) efisien atau menguntungkan dan layak dikembangkan sebagai
penunjang perekonomian petani. Metode yang dilaksanakan dalam pelaksanaan penelitian ini
adalah untuk penentuan daerah menggunakan pusposive sampling. Pengambilan petani
contoh Suratiah (2002) bahwa populasi sebanyak 10–100 orang sebaiknya diambil 100%
dengan cara sensus. Maka dalam penelitian mengambil 35 orang petani. Sedangkan data yang
sekunder diperoleh dari Kantor Desa Palon Kecamatan Jepon Kabupaten Blora dan Dinas
Pertanian Perkebunan dan Perikanan Blora juga dari instansi terkait lainnya. Pengukuran
variabelnya meliputi : produksi, pajak, bunga modal, pupuk, pestisida, biaya produksi,
perhitungan penerimaan, perhitungan pendapat, dan tenaga kerja. Kesimpulan : Besar rata-
rata total biaya yang dikeluarkan Rp.14.153.705, penerimaan sebesar Rp. 25.028.571,- dari
hasi produksi sebesar 3.716,89kg/ha dengan harga jual tembakau Rp. 10.000 /kg, sehingga
diperoleh pendapatan sebesar Rp. 10.874.867,- dengan RC-Ratio sebesar 1,76.
PENDAHULUAN dianggap sebagai asal kata dalam bahasa
Tanaman tembakau merupakan Arawakan, khususnya dalam bahasa Taino
salah satu tanaman yang dibutuhkan di Karibia. Disebutkan mengacu pada
sebagai bahan baku penunjang gulungan daun-daun pada tumbuhan ini
perekonomian rakyat sebagai produksi (menurut Bartolome de Las Casas, 1552)
rokok. Tanaman ini memiliki harga jual atau bisa juga dari kata “tabago’, sejenis
yang cukup tinggi sehingga bisa pipa berbentuk y untuk menghirup asap
meningkatkan perekonomian petani untuk tembakau (menurut oviedo, daun-daun
menopang kebutuhan sehari-hari mereka. tembakau dirujuk sebagai cohiba, tetapi
Tembakau adalah hasil bumi yang Sp.tabaco (juga it.tobacco) umumnya
diproses dari daun tanaman yang dinamai digunakan untuk mendefinisikan
sama. Tanaman tembakau terutama adalah tumbuhan obat-obatan sejak 1410, yang
Nicotiana tabacum dan Nicotiana rustica, dikabarkan ada sejak abad ke-9, sebagai
meskipun beberapa anggota Nicotiana nama dari berbagai jenis tumbuhan.
lainnya juga dipakai dalam tingkat sangat Kata tabacco (bahasa Inggris) bisa jadi
terbatas. Tembakau adalah produk berasal dari Eropa, dan pada akhirnya
pertanian semusim yang bukan termasuk diterapkan untuk tumbuhan sejenis yang
komoditi pangan, melainkan komoditi berasal dari Amerika.
perkebunan. Di Indonesia, macam-macam
Produk ini dikonsumsi bukan tembakau komersial yang baik hanya
untuk makanan tetapi sebagai pengisi dihasilkan di daerah daerah tertentu.
waktu luang atau hiburan, yaitu sebagai Kualitas tembakau sangat ditentukan oleh
bahan baku rokok dan cerutu. Tembakau kultivar, lokasi penanaman, waktu tanam,
juga dapat dikunyah. Kandungan metabolit dan pengolahan pascapanen. Akibatnya,
sekunder yang kaya juga membuatnya hanya beberapa tempat yang memiliki
bermanfaat sebagai pestisida dan bahan kesesuaian dengan kualitas tembakau
baku obat. terbaik, tergantung produk sasarannya.
Tembakau telah lama digunakan Usahatani tanaman tembakau ini skalanya
sebagai entheogen di Amerika. relatif kecil dan adanya ketergantungan
Kedatangan bangsa Eropa ke Amerika terhadap harga jual yang selalu
Utara mempopulerkan perdagangan berfluktuasi setiap waktu akan
tembakau terutama sebagai obat penenang. mempengaruhi hasil usahatani serta
Kepopuleran ini menyebabkan pendapatan petani. Pulau Jawa adalah
pertumbuhan ekonomi di Amerika Serikat merupakan salah satu produsen tanaman
bagian selatan. Setelah perang saudara tembakau terbaik dan terbesar di
Amerika Serikat, perubahan dalam Indonesia. Tembakau di indonesia hingga
permintaan dan tenaga kerja menyebabkan saat ini sebagian besar masih dihasilkan di
perkembangan industri rokok. Produk baru pulau Jawa.
ini dengan cepat berkembang menjadi
perusahaan perusahaan tembakau hingga METODE
terjadi kontroversi ilmiah pada Untuk menentukan lokasi penelitian
pertengahan abad ke-20. Dalam bahasa dilakukan dengan menggunakan metode
Indonesia tembakau merupakan serapan purposive atau sengaja, yaitu dipilih Desa
dari bahasa asing bahasa Spanyol “tabaco”
Palon Kecamatan Jepon, Kabupaten Blora, dilakukan kegiatan kegiatan yang
Provinsi Jawa Tengah. Purposive sampling mencakup:
adalah suatu cara pengambilan sampel 1. Editing, hal ini dilakukan untuk
yang dilakukan secara sengaja dengan mengoreksi kemungkinan adanya
catatan sampel tersebut representatif atau ketidakjelasan atau kesalahan
mewakili populasi. Adapun penentuan variabel-variabel dalam data
daerah penelitian ini didasarkan atas pertanyaan.
pertimbangan sebagai berikut : 2. Menyusun daftar variabel yang akan
1. Pada saat penelitian ada petani yang diteliti.
menanam tembakau. 3. Menggunakan dan memindahkan
2. Pengamatan dilakukan dari beberapa data yang dikumpulkan dari petani
petani contoh yang mewakili responden melalui wawancara,
seluruh populasi. kemudian disusun dalam bentuk
Metode penentuan lokasi penelitian tabulasi.
di Desa Palon dilakukan dengan cara Biaya usahatani yang
sampling bertujuan (purposive sampling), dikeluarkan oleh petani merupakan total
dan pengambilan sampel dilakukan dengan biaya atau total cost (TC) yang merupakan
cara sensus(berdasarkan hasil survei untuk proses produksi yang terdiri dari
terhadap petani tembakau) hanya total fixed cost (TFC) yaitu jumlah biaya
berjumlah kurang lebih 35 orang. Menurut yang besar kecilnya tidak mempengaruhi
(Daniel, 2002) bahwa populasi sebanyak secara langsung besar kecilnya jumlah
10-100 orang sebaiknya diambil 100% produksi ditambah dengan total value
dengan cara sensus. cost(TVC) yaitu jumlah biaya yang besar
Sumber data yang digunakan dalam kecilnya dapat mempengaruhi secara
penelitian yang berjudul “Analisis langsung besar kecilnya jumlah produksi.
Pendapatan Usahatani Tanaman Yang termasuk TFC yaitu biaya pajak,
Tembakau” adalah: sewa tanah dan bunga modal. Sedangkan
1. Data primer yaitu pendapatan yang termasuk TVC yaitu biaya pembelian
melalui wawancara langsung dengan pupuk, benih, pestisida dan biaya tenaga
para petani yang telah ditetapkan kerja (Soekartawi, 2002).
sebagai responden dengan Perhitungan ini menggunakan rumus
menggunakan kuesioner. sebagai berikut:
2. Data sekunder yaitu pengambilan
data yang diperoleh dari Kantor Desa TC = TFC + TVC
Palon Kecamatan Jepon Kabupaten Dimana :
Blora, Balai Penyuluhan Pertanian TC :Total biaya
Kecamatan Jepon, Dinas Pertanian TFC : Total Fixed Cost/total biaya tidak
Perkebunan Peternakan dan tetap
Perikanan Kabupaten Blora serta TVC : Total Value Cost/ total biaya tetap
instansi terkait lainnya. Penerimaan usahatani diperoleh
Sesuai dengan permasalahan dan dari perkalian antara jumlah produksi yang
tujuan penelitian, maka untuk dihasilkan dalam usahatani dengan satuan
menganalisis dalam penelitian ini harga saat panen diukur dalam rupiah
(Rp). Yang berpengaruh langsung terhadap
penerimaan antara lain jumlah produksi,
kualitas dan harga pada saat panen. Untuk
menghitung penerimaan Soekartawi
(2002) merumuskannya sebagai berikut: Dimana :
RC Ratio = Return dan Cost
TR = Py . Y Ratio
Dimana : TR = Total Revenue/
TR : Total Revenue / total total penerimaan
penerimaan TC = Total Cost/Total
Py : Harga Produk Biaya
Y : Jumlah produksi Berdasarkan Soekartawi (2005)
Pendapatan usaha adalah selisih yang mengemukakan bahwa beberapa
antara jumlah penerimaan usaha (Total peneliti menyatakan usahatani suatu
Revenue/TR) dengan jumlah biaya usaha komoditas dapat bertahan atau dikatakan
(Total Cost/TC), jika selisihnya positif layak jika R/C Ratio ≥1,5. Berdasarkan
disebut untung jika selisihnya negatif bisa pendapatan tersebut maka dalam penelitian
dikatakan rugi. ini penggunaan batas kaidah untuk R/C
Menurut Soekartawi (2005), pendapatan Ratio sebagai berikut :
usahatani digunakan rumus: a. RC – Ratio ≥ 1,5 berarti
usahatani dinyatakan efisien
atau menguntungkan dan layak
Dimana: b. 1< R/C Ratio < 1,5 berarti
 = Pendapatan Usahatani usahatani tersebut untung
TR = Total Revenue/ total penerimaan tetapi belum layak.
TC = Total Cost / Total Biaya c. RC – Ratio < 1 berarti
Dijelaskan pula jika usahatani tidak efisien dan
peneriman total sama dengan pengeluaran dinyatakan rugi
total atau TR =TC maka mencerminkan d. RC – Ratio = 1 berarti
total keadaan pulang pokok atau balik usahatani mencapai BEP artinya
modal, jika penerimaan total lebih kecil pulang pokok atau tidak untung
dari pengeluaran total atau TR < TC maka juga tidak rugi (impas).
mencerminkan keadaan merugi dan jika HASIL DAN PEMBAHASAN
penerimaan total lebih besar dari pada
Pendidikan merupakan sarana
pengeluaran total atau TR > TC maka
belajar, dimana selanjutnya akan
mencerminkan keadaan untung.
menanamkan pengertian sikap yang
Untuk menguji hipotesis yaitu
menguntungkan menuju penggunaan
diduga pendapan usahatani tanaman
praktek pertanian yang lebih modern.
tembakau sudah efisien dan
Tingkat pendidikan meliputi jenjang
menguntungkan atau belum efisien dengan
pendidikan dari SD, SLTP, SLTA dan
cara menggunakan uji analisis imbangan
Perguruan Tinggi. Dalam berusahatani dan
biaya dan penerimaan atau R/C Ratio yang
aspek–aspek di dalamnya seperti adopsi
diformulasikan dengan rumus sebagai
dan difusi inovasi baru, mutlak diperlukan
berikut :
adanya pengambilan keputusan oleh
Suratiyah (2002) merumuskannya :
responden. Pengambilan keputusan rata pendidikan petani responden hanya
tersebut sangat dipengaruhi oleh tingkat pada Sekolah Dasar (SD).
pendidikan responden. Semakin tinggi Dari sini bisa kita lihat responden
tingkat pendidikan responden maka petani berpendidikan cukup rendah sehingga sulit
semakin berani mengambil keputusan dan dalam mengambil keputusan untuk
menerima suatu inovasi baru. Sebaliknya menerima inovasi baru.
petani yang berpendidikan rendah agak
sulit untuk melaksanakan adopsi inovasi Tingkat umur berpengaruh
dengan cepat. terhadap seseorang dalam berpikir dan
Tingkat pendidikan responden di memutuskan sesuatu, termasuk
Desa Palon dalam penelitian ini ternyata mengadopsi inovasi baru. Semakin muda
tergolong rendah yaitu banyak yang umur seseorang akan menentukan tingkat
menyelesaikan hanya pada tingkatan keingintahuan terhadap sesuatu hal yang
Sekolah Dasar (SD). Tingkat pendidikan dianggap baru untuk mengembangkan
responden dapat dilihat pada Tabel 8 potensi daerah mereka. Berikut ini dapat
berikut : dilihat umur responden yang didapatkan
Tabel8 :Persentase Responden pada saat penelitian dilakukan.
Berdasarkan Tingkat
Pendidikan di Desa Palon
Kecamatan Jepon Kabupaten Tabel 9 : Persentase Responden
Blora Berdasarkan Umur di Desa
Palon Kecamatan Jepon
Jumlah Kabupaten Blora
Tingkat
No. responden Persentase (%)
Pendidikan
(org) No. TingkatanUmur(th) Jumlah Persentase (%)
Responden(org)
1 Tamat SD 22 62,85
1 ≤ 50 26 74,28
2 Tamat SMP 5 14,28
2 ≥ 51 9 25,71
3 Tamat SMA 7 20
Total 35 100
4 Setrata 1 1 2,85
Sumber Data : Analisis Data Primer 2015
Total 35 100 Dari Tabel 9 di atas dapat diketahui
Sumber : Data Primer Monografi (2015) jumlah responden yang berumur ≤ 50
Berdasarkan data pada Tabel 8 di tahun adalah 26 orang dengan persentase
atas dapat diketahui bahwa jumlah petani 74,28%. Sedangkan yang berumur ≥ 51
yang telah menempuh pendidikan SLTP tahun adalah 9 orang dengan persentase
hanya 5 orang atau 14,28% dari 25,71%.
keseluruhan petani responden. Pada Dilihat dari persentase jumlah
pendidikan SD sebanyak 22 orang atau responden terbesar adalah yang berumur
62,85% dari keseluruhan petani responden. kurang dari 50 tahun. Mereka tergolong
Sedangkan petani yang menempuh SMA petani yang ingin maju dalam
sebanyak 7 orang atau 20% dari mengembangkan pertanian di daerah
keseluruhan petani responden dan yang mereka. Apabila ada inovasi petani
menempuh Strata 1 sebanyak 1 orang atau langsung mencari data dan bersedia
2,85%. Ini tergolong rendah karena rata– mencoba apa yang mereka anggap baru
dan belum pernah mereka lakukan.
No. Uraian Tembakau / Ha
Tingkat umur petani tidak mempengaruhi
petani untuk menolak inovasi baru. Tetapi 1. Sewa Lahan 1.564.286

mereka menunjukkan bahwa mereka 2. Pajak


41.714
mampu mengembangkan potensi
daerahnya menjadi lebih baik. 3. Bunga Modal
894.965

2.500.965
Jumlah
Hasil Estimasi Dari Analisis Regresi
Sumber :Analisis Data Primer
Analisis usaha tani bertujuan untuk TVC (TotalVariableCost) atau biaya
mengetahui jumlah biaya, produksi dan variabel total adalah biaya yang besarnya
pendapatan, dimana masing-masing berubah-ubah searah dengan berubahnya
mempunyai variabel yang berbeda. Suatu jumlah output yang dihasilkan. Biaya
usaha tani dikatakan menguntungkan variabel akan naik jika jumlah output yang
manakala memberikan selisih yang positif dihasilkan bertambah dan akan turun jika
antara pendapatan dan biaya, begitu juga output yang dihasilkan berkurang. Biaya
dikatakan rugi apabila selisihnya negatif, variabel sebanding dengan output yang
dan dikatakan impas manakala tidak ada dihasilkan.
selisih samasekali atau nol (0). Kombinas jumlah dan jenis variabel
Perhitungan secara teori yang digunakan dengan variasi yang berbeda untuk
untuk membuktikan beberapa hipotesa masing-masing faktor produksi,
digunakan beberapa analisis sebagai berpengaruh langsung terhadap produksi.
berikut: Berikut ini komposisi variabel tersebut
Analisis biaya tetap, dihitung dari dalam sistem usaha tani tembakau :
biaya sewa lahan dan biaya pajak. Hal ini Tabel 11 : Analisis Biaya Tidak Tetap
disebabkan pajak terhadap tanah Usahatani Tembakauper Hektar
dikenakan pada jangka waktu tahunan dan Sumber :Analisis Data Primer
dibebankan pemilik sawah, tadi terhadap
penyewa tanah, biaya ini memiliki N Uraian Satuan Jumlah Nilai (Rp/Ha)
o
pengertian short run yaitu biaya tadi
berubah walaupun jumlah produksinya 1 Pembenihan 926.057

berubah (selalu sama), atau tadi 2 Pupuk


a. SP-36 Rp. 1900/Kg 200 380.000
terpengaruh oleh besar kecilnya produksi, b. Urea Rp.1900/Kg 400 760.000
karena biaya tetap selalu sama, tidak c. ZA Rp.1800/Kg 200 360.000
d. ZK Rp.9900/Kg 500 495.000
tergantung terhadap besar kecilnya usaha,
maka bila diukur per unit produksi biaya 3 Pestisida Ltr 6,5 623.274
tetap makin lama makin kecil. Persiapan
4 Lahan 3.378.857
Dengan demikian, dalam usahatani
ini dapat diketahui biaya tetap usahatani 5 UpahTenaga HKSP 106 5.285.409
tembakau diperoleh sejumlah Kerja

Rp.4.539.081,- per hektar per musim Jumlah 12.208.597


tanam. Penjumlahan dari biaya tetap
Tabel 10 : Biaya Tetap Usahatani (TFC) dengan biaya tidak tetap (TVC),
Tembakau merupakan seluruh biaya (TC) yang
dikorbankan untuk mencapai produksi 25.028.571 dikurangi rata–rata total biaya
tertentu. Berikut ini hasil analisis dari total per hektar sebesar Rp.14.153.705.
biaya produksi (TC), disajikan pada tabel Analisis imbangan dan biaya
berikut : penerimaan ini untuk mengetahui tingkat
Tabel 12 : AnalisisTotal Biaya Produksi efisiensi secara ekonomi suatu usahatani.
(TC) Untuk mengetahui analisis RC Ratio dapat
dihitung menggunakan rumus sebagai
N Uraian Tembakau / Ha berikut :
o
dimana :
1 Total Biaya Tidak Tetap 12.288.597
TR 25.028.571
RC-Ratio = = = 1,76
2 Total Biaya Tetap 2.500.965 TC 14.153.705

3 Rata–rata Biaya / Ha 14.153.705 RC Ratio = Return dan Cost Ratio


Sumber :Analisis Data Primer TR = Total Revenue / Total
Penerimaan usahatani adalah Penerimaan
perkalian dari produksi dengan harga TC = Total Cost / Total Biaya
satuan pada saat panen, oleh karena itu RC Ratio dalam usaha tani
usahapeningkatan penerimaan bergantung tembakau sebesar 1,76. Dengan demikian
pada dua faktor. Pertama ditentukan oleh hipotesa kedua yaitu diduga bahwa usaha
jumlah produksi yaitu kegiatan yang tani tembakau terbukti efisien
melibatkan semua faktor produksi. Kedua (menguntungkan dan layak).
bergantung pada harga produksi, Kesimpulan
diantaranya ditentukan oleh keseimbangan Dari hasil penelitian yang telah
pasar dan kualitas produksi. dilakukan di Desa Palon Kecamatan Jepon
Dalam hal penentuan (price taker), Kabupaten Blora dapat disimpulkan bahwa
petani hanya mampu menerima keputusan :
dari pihak lain. Harga tembakau yang 1. Besarnya rata–rata total biaya yang
diterima petani pada saat penelitian Rp. dikeluarkan dalam usahatanitembakau
10.000,- per Kg. Sedangkan rata–rata hasil sebesar Rp.14.153.705 ,-/Ha.
produksi usahatani tembakausebesar 2. Perolehan rata–rata penerimaan sebesar
3.716,89 Kg. Dengan demikian dapat Rp. 25.028.571,- dari perkalian hasil
diperoleh penerimaan sebesar Rp. produksi sebesar 3.716,89 Kg/Ha
25.028.571 dari perkalian harga tembakau dengan harga jual tembakau Rp
dan jumlah produksi. 10.000/Kg.
Pendapatan usahatani adalah selisih 3. Pendapatan usahatani tembakau sebesar
antara total penerimaaan dan total biaya Rp. 10.874.867,-/Ha yang diperoleh
yang diukur dalam rupiah (Rp). dari selisih rata–rata penerimaan
Pendapatan usahatani sangat dipengaruhi sebesar Rp. 25.028.571,- dikurangi total
oleh produksi, harga dan biaya produksi. biaya sebesar Rp. 14.153.705,-/Ha.
Untuk usahatani tembakau rata–rata 4. Berdasarkan hasil analisis penelitian
pendapatan per hektar sebesar Rp. RC – Ratio untuk usahatani
10.874.867 yang diperoleh dari selisih tembakauadalah sebesar 1,76terbukti
total penerimaan per hektar sebesar Rp. efisien yaitu menguntungkan dan layak
karena lebih besar dari kaidah RC – 13. Rahmawati Reny, 2005, Hama
Ratio sebesar 1,5. dan Penyakit Tanaman, Pustaka
5. DAFTAR PUSTAKA Baru Press, Bantul, Yogyakarta.

6. 14. Riduwan, 2009, Pengantar


Statistika Sosial, Alfabeta,
7. Arikunto, S. 2002. Prosedur
Bandung
Penelitian Suatu Pendekatan
Praktek. Penerbit Rineka Cipta, 15. Soekartawi, 2002,Prinsip Dasar
Jakarta. Ekonomi Pertanian (Teori dan
Aplikasi). PT. Raja Grafindo
8. Boediono. 2002. Pengantar Ilmu
Persada, Jakarta.
Ekonomi No. 1 (Ekonomi Mikro).
BPFE, Yogyakarta 16. Soekartawi, A. Soeharjo, John LD,
J. Brian H, 1986, Ilmu
9. Daniel Andri, 2007, Budidaya
Usahatanidan Penelitian Untuk
Tanaman Tembakau, Pustaka
Pengembangan Petani Kecil, UI
Baru Press, Sleman, Yogyakarta.
Press, Jakarta
10. Daniel Moehar, 2002, Pengantar
17. Soekartawi. 2005. Agribisnis
Ilmu Pertanian, Penebar
(Teori dan Aplikasinya). PT. Raja
Swadaya, Jakarta
Grafindo Persada, Jakarta.
11. Fadholi Hernanto,1992, Ilmu
18. Suratiyah. Ken, 2002, Ilmu
Usahatani, Penebar Swadaya,
Usahatani, Penebar Swadaya,
Jakarta.
Cetakan Ke dua, Jakarta
12. Fadholi Hernanto, 1995. Ilmu
Usahatani. Penebar Swadaya,
Jakarta.

You might also like