You are on page 1of 5

“Civil society dan/atau “masyarakat madani” merupakan salah satu upaya untuk mengerti

bagaimana kita dapat menjadi bangsa negara [nation-state], yang baik. Wacana civil
society sebetulnya sudah mulai berkembang sejak dekade 70-an bersama dengan mulai
maraknya lembaga swadaya masyarakat [LSM] di Indonesia. Memasuki dekade 80-an,
wacana ini makin merebut perhatian publik. Pada dekade tersebut, kekuasaan Orde Baru
sedang di puncak kejayaannya dengan wacana tunggal yang sangat hegemonik yang
ditandai penetapan “Pancasila” sebagai asas tunggal. Wacana lain yang muncul diluar
Pancasila “ibarat barang haram” yang bukan saja dilarang, tetapi juga diimbangi dengan
tindakan hukum yang represif.
Indonesia, menurut Prof. Bernard Adeney, “sudah memiliki definisi yang cukup hebat
tentang masyarakat baik atau civil atau “madani”, yaitu Pancasila. Menurutnya, pancasila
muncul sebagai hasil dari musyawarah mufakat yang menyatakan semacam visi untuk
civil society. Menurut Prof. Bernard Adeney, visi ini dapat dilihat dari tiga aspek, yaitu :
[1] Pancasila dimengerti sebagai persetujuan [mufakat], tentang apa yang menjadi
landasan bangsa negara yang paling mendasar. “Yang paling dasar” dapat diterjemahkan
sebagai yang paling minimal. Pancasila merupakan visi bangsa negara yang dapat
disetujui oleh semua unsur masyarakat Indonesia, walaupun bukan visi paling sempurna
kelompok-kelompok tertentu. [2] Pancasila diciptakan sebagai aturan main, yaitu sila-sila
yang mangatur proses membangun bangsa negara yang diinginkan. Hal ini berarti bahwa
struktur negara, hukum da kebijaksanaan pemerintah adalah seyogianya sesuai dengan
Pancasila. Proses membangun negara yang jelas bertentangan dengan Pancasila
seharusnya ditolak. [3] Pancasila juga dimengerti sebagai tujuan ideal bangsa negara
Indonesia. Indonesia bertekad menjadi bangsa negara yang “pancasilais” walaupun tujuan
ideal itu belum terwujud”.
Civil Society merupakan semacam konstruksi sosial simbolis yang tidak pernah terwujud
secara riel atau nyata dalam masyarakat manapun. Tidak ada kenyataan yang dapat disebut
Civil Society di dunia nyata. Hal ini juga sama dengan simbol masyarakat madani adalah
suatu simbol tentang salah satu visi dari suatu masyarakat. Menurut Prof. Bernard
Adeney, ada saudara Muslim yang menegaskan bahwa sudah pernah ada masyarakat
madani, yaitu masyarakat Madinah. Namun, Madinah, telah lahir “ratusan tahun yang lalu
bukan sama dengan Indonesia abada 21”. Apabila masyarakat Indonesia yang madani
diusahakan, akan menjadi perbuatan yang kurang lebih baru di dunia ini dan tidak pernah
sempurna.
Apakah civil society dan masyarakat madani dapat dilaksanakan atau diiaktualisasikan di
masyarakat Indonesia. Jawaban sementara, apabila konsep ini akan diaktualisasikan di
masyarakat Indonesia, diperlukan suatu perubahan mendasar dan langkah-langkah
kontinyu sistimatis yang dapat merubah paradigma, kebiasaan, dan pola hidup masyarakat
Indonesia. Walaupun di sisi lain Prof. Bernard, menyatakan bahwa “masyarakat
madani” kurang cocok lagi untuk masyarakt Indonesia pada abad 21 ini. Kedua konsep
ekstrim ini [yang liberal Barat dan yang Muslim Arab], kurang cocok di Indonesia dan kita
harus mencari pengertian kedua konsep tersebut agar sesuai dengan sejarah dan konteks
Indonesia. Menurut hemat pemakala, “karakteristk” atau ciri-ciri masyarakat madani
dapat digunakan dan disesuaikan dengan kondisi masyarakat Indonesia sekarang ini,
artinya dilakukan pembaruan. Maka apabila kita menginginkan untuk mewujudkan kedua
konsep ini, tanpaknya masyarakat dan bangsa Indonesia harus disiapkan dan siap
untuk “membangun infrastruktur sosial, budaya, ekonomi, agama dan politik untuk
mendukung ciri-ciri atau karakteristik masyarakat madani dan civil society yang
diharapkan”. Walaupun, “cita-cita civil society atau masyarakat madani yang dapat
diterima oleh keseluruhan bangsa-negara Indonesia belum jelas”.
Dari pemikiran di atas, pembahasan lebih difokuskan pada “masyarakat madani”. Oleh
karena itu, terlebih dahaulu sedikit menelususi akar sejarah, makna “civil society” dan
"masyarakat madani", kemudian mencari perbedaan kedua konsep ini,
membahas perubahan menuju masyarakat madani Indonesia dengan fokus pada
tantangan, peluang, serta terebosan untuk mewujudkan masyarakat Indonesia
berperadaban.

A. Infrastruktur Politik di Indonesia


Infrastruktur politik adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan kehidupan lembaga-
lembaga kemasyarakatan yang aktivitasnya dapat mempengaruhi, baik langsung maupun
tidak langsung lembaga-lembaga kenegaraan dalam menjalankan fungsi serta
kekuasaannya masing-masing.

1. Fungsi Infrastruktur Politik


a) Sebagai pendidikan politik, untuk meningkatkan pengetahuan politik rakyat dan agar
mereka dapat berpartisipasi secara maksimal dalam sistem politiknya.
b) Mempertemukan kepentingan yang beranekaragam dan nyata-nyata hidup dalam
masyarakat.
c) Sebagai agresi kepentingan, yaitu menyalurkan segala hasrat/ aspirasi dan pendapat
masyarakat kepada pemegang kekuasaan atau pemegang kekuasaan yang berwenang agar
tuntutan atau dukungan menjadi perhatian dan menjadi bagian dari keputusan politik.
d) Menyeleksi kepemimpinan dengan menyelenggarakan pemilihan pemimpin atau
calon pemimpin bagi masyarakat.
e) Sebagai komunikasi politik dengan menghubungkan pikiran politik yang hidup dalam
masyarakat, baik pikiran intra golongan, institusi, asosiasi, ataupun sektor kehidupan
politik masyarakat dengan sektor pemerintahan.

2. Komponen-komponen dalam Infrastruktur Politik


a. Partai Politik
Partai politik adalah organisasi manusia dimana di dalamnya terdapat pembagian tugas
dan petugas untuk mencapai suatu tujuan, mempunyai ideologi, mempunyai program
politik sebagai rencana pelaksanaan atau cara mencapai tujuan secara lebih pragmatis
menurut penahapan jangka pendek sampai jangka panjang, serta mempunyai ciri berupa
keinginan untuk berkuasa

Organisasi Masyarakat
Dalam Pasal 1 UU No. 8 Tahun 1985 Tentang Organisasi Kemasyarakatan, organisasi
kemasyarakatan adalah organisasi yang dibentuk oleh anggota masyarakat warga Negara
republik Indonesia secara sukarela atas dasar kesamaan kegiatan, profesi, fungsi, agama,
dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, untuk berperanserta dalam
pembangunan dalam rangka mencapai tujuan nasional dalam wadah Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila.
Organisasi kemasyarakatan dibentuk dengan tujuan-tujuan dalam bidang sosial dan
budaya. Organisasi ini tidak melibatkan diri untuk ikut serta dalam dalam peserta untuk
memperoleh kekuasaan dalam Pemilu.
Salah satu ciri penting dalam organisasi kemasyarakatan adalah kesuka-relaan dalam
pembentukan dan keanggotaannya. Anggota masyarakat warga negara republik Indonesia
bebas untuk membentuk, memilih, dan bergabung dalam organisasi kemasyarakatan yang
dikehendaki dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara atas dasar
kesamaan kegiatan, profesi, fungsi, agama, dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha
Esa. Organisasi kemasyarakatan dapat mempunyai satu atau lebih dari satu sifat
kekhususan yaitu kesamaan kegiatan, profesi, fungsi, agama, dan kepercayaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa. Organisasi atau perhimpunan yang dibentuk secara sukarela oleh
anggota masyarakat warga Negara republik Indonesia yang keanggotaannya terdiri dari
warga negara republik Indonesia dan warganegara asing, termasuk dalam pengertian
organisasi kemasyarakatan.
Dalam Pasal 5 UU No. 8 Tahun 1985, Organisasi Kemasyarakatan berfungsi sebagai :
1. wadah penyalur kegiatan sesuai kepentingan anggotanya;
2. wadah pembinaan dan pengembangan anggotanya dalam usaha mewujudkan tujuan
organisasi;
3. wadah peranserta dalam usaha menyukseskan pembangunan nasional;
4. sarana penyalur aspirasi anggota, dan sebagai sarana komunikasi sosial timbal balik
antar anggota dan/atau antar Organisasi Kemasyarakatan, dan antara Organisasi
Kemasyarakatan dengan organisasi kekuatan sosial politik, Badan
Permusyawaratan/Perwakilan Rakyat, dan Pemerintah.

2. Kelompok Kepentingan
Kelompok kepentingan merupakan kelompok yang berusaha mempengaruhi kebijakan
pemerintah tanpa berkehendak memperoleh jabatan publik, kelompok ini tidak berusaha
menguasai pengelolaan pemerintahan secara langsung. Masyarakat bergabung untuk
kepentingan dan keuntungan warganya. Kelompok ini tempat menampung saran, kritik,
dan tuntutan kepentingan bagi anggota masyarakat, serta menyampaikannya kepada sistem
politik yang ada. Kelompok ini penting bagi anggota masyarakat.
Gabriel A. Almond mengidentifikasi kelompok kepentingan ke dalam jenis-jenis
kelompok :
1) Interest Group Asosiasi
Interest group khusus didirikan untuk memeperjuangkan kepentingan-kepentingan tertentu
dari masyarakat atau golongan, namun masih mencakup beberapa yang luas. Yang
termasuk kelompok ini adalah Ormas. misalnya NU, Muhamadiyah, Kadin, SPSI, dll
2) Interest Group Institusional
Interest group pada umumnya terdiri atas berbagai kelompok manusia berasal dari
lembaga yang ada, dengan tujuan untuk memperjuangkan kepentingan-kepentingan orang-
orang yang menjadi anggota lembaga yang dimaksudkan. Misalnya PGRI, IDI, dan
organisasi seprofesinya.
3) Interest Group Nonasosiasi
Interest group ini didirikan secara khusus dan kegiatannya juga tidak dijalankan secara
teratur, tetapi aktivitasnya kelihatan dari luar apabila masyarakat memerlukan dan dalam
keadaan mendesak. Yang dimaksud dengan masyarakat dalam hal ini, dapat berwujud
masyarakat setempat tinggal, masyarakat seasal pendidikan, masyarakat seketurunan, dll.

3. Kelompok Penekan
Yang dimaksud golongan penekan adalah sekelompok manusia yang tergabung menjadi
anggota suatu lembaga kemasyarakatan dengan aktivitas yang tampak dari luar sebagai
golongan yang sering mempunyai kemauan untuk memaksakan kehendaknya kepada
pihak penguasa.
Kelompok penekan dapat terhimpun dalam beberapa asosiasi yaitu :
1) Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM);
2) Organisasi-organisasi sosial keagamaan;
3) Organisasi Kepemudaan;
4) Organisasi Lingkungan Hidup;
5) Organisasi Pembela Hukum dan HAM; serta
6) Yayasan atau Badan Hukum lainnya.
Kelompok penekan juga dapat memengaruhi atau bahkan membentuk kebijaksanaan
pemerintah melalui cara-cara persuasi, propaganda, atau cara lain yang lebih efektif. Salah
satu institusi politik yang dapat dipergunakan oleh rakyat untuk menyalurkan aspirasi dan
kebutuhannya dengan sasaran akhir adalah untuk mempengaruhi atau bahkan membentuk
kebijakan pemerintah.

B. Suprastruktur Politik di Indonesia

Suprastruktur politik adalah lembaga-lembaga kenegaraan yang secara absah


mengidentifikasikan segala masalah, menentukan dan menjalankan segala keputusan yang
mengikat seluruh anggota masyarakat untuk mencapai tujuan nasional.
Dalam negara asa trias politika, suprastruktur politiknya adalah lembaga lesgilatif atau
lembaga pembuat undang-undang, dan lembaga eksekutif atau lembaga pelaksana undang-
undang, dan lembaga yudikatif atau lembaga pelaksana preadilan. Sedangkan negara
menurut ajaran dwipraja, suprastruktur politiknya dalah lembaga negara yang bertugas
menetapkan kehendak dan hakuan negara, dan yang kedua adalah aparat negara yang
bertugas melaksanakan kehendak dan haluan negara yang sudah ditetapkan.

You might also like