You are on page 1of 817

1-125

1. A. Fluoxetin 1x20 mg
• Ny. Ami, 20 tahun
• Sering bermimpi buruk sejak 2 bulan lalu
• Terjadi setelah pasien mengalami perampokan
(ditodong senjata api --> stres berat)
• Sering kaget dan sering teringat kejadian itu
berulang kali (flash-back)
• Takut keluar rumah dan takut bertemu orang tak
dikenal (menghindari pajanan terhadap potensi)
• PF dalam batas normal

• Diagnosis: PTSD
• Tatalaksana?
PTSD
• Terjadi pasca mengalami atau melihat kejadian
traumatis
• Rasa takut yang berlebihan, nightmare
• Kondisi menetap minimal selama 1 bulan
• Sering terjadi flashback dari kondisi yang traumatis

Sumber: PPDGJ + Medscape


Jawaban Lainnya
• B. Sertraline 1x5 mg  dosis tidak tepat
• C. Clobazam 2x10 mg  benzo bukan bukan pilihan
utama pada PTSD
• D. Alprazolam 1x1 mg  bukan pilihan utama pada
PTSD
• E. Estazolam 2x2 mg  lebih tepat untuk insomnia
Jadi, tatalaksana pasien ini adalah…

1. A. Fluoxetin 1x20 mg
C. Haloperidol HCl 5 mg IM
2. dalam
• Tn. Toto, 32 tahun
• Gaduh gelisah
• Sering marah-marah, membanting barang
• merasa keluarganya ingin membunuhnya
• mendengar suara yang menertawakan dirinya.
• Onset 2 minggu yang lalu

• Diagnosa: psikotik akut


• Tatalaksana?
Gangguan Psikotik Akut
Kriteria diagnosis:
• Onset akut, <1 bulan gejala psikotik menjadi nyata dan
mengganggu sedikitnya beberapa aspek kehidupan dan fungsi
sosial sehari-hari
• Sindrom yang khas berupa polimorfik (berubah-rubah cepat,
beraneka ragam), atau schizophrenia-like (gejala skiofrenia +)
• Ada stress akut yang berkaitan (tidak selalu harus ada)
• Walaupun mungkin terdapat gejala emosional, tapi tidak
memenuhi kriteria episode manik maupun depresi
• Tidak ada penyebab organik
Tatalaksana psikotik akut dengan agitasi
• Haloperidol 2-5 mg IM short acting
• Restrain bila perlu

Sumber : Buku Diagnosis Gangguan Jiwa PPDGJ - III


Haloperidol
• Antipsikotik generasi 1
• Sediaan : oral, IM, IV
• Turunan butirophenone sebagai antagonis dopamin D2 reseptor
• Dapat digunakan untuk :
• Skizofrenia
• Psikotik akut
• Agresi/hiperaktif
• Delirium hiperaktif
• Tic disorder/tourette
• Intractable hiccups
• Jenis :
• Haloperidol HCl inj 5mg/amp (short acting) deep IM
• Haloperidol Decanoate 50 mg/amp (long acting, 1 amp/3-4 mgg) deep
IM
Jawaban Lainnya
• A. Haloperidol dekanoat 5 mg IM dangkal  long
acting, umumnya untuk maintenance, injeksi sekali
untuk jangka panjang
• B. Haloperidol HCl 5 mg IM dangkal diberikan
secara IM dalam
• D. Haloperidol dekanoat 5 mg IM dalam  long
acting, umumnya untuk maintenance,
• E. Electroconvulsif therapy  untuk kasus yang
resisten dengan antipsikotik
2. Jadi, tatalaksana yang tepat untuk
kasus ini adalah…
C. Haloperidol HCl 5 mg IM
dalam
3. B. Vaginismus
• Ny. Lulu, 28 tahun
• Nyeri saat berhubungan seksual
• Suami pasien merasa sulit sekali melakukan
penetrasi dan ketika berhasil penis terasa sangat
terjepit
• Pemicu: takut melakukan hubungan seksual
karena takut nyeri, berdarah dan robek pada
daerah kemaluannya
• Hasil pemeriksaan normal

• Diagnosa?
Vaginismus
• Istilah yang digunakan untuk kekejangan/kekakuan otot
vagina involunter yang terjadi secara rekuren atau
persisten setiap kali akan di penetrasi saat
berhubungan seksual
• Etiologi : pemikiran bahwa vagina terlalu kecil, negative
thinking tentang hubungan seksual, riwayat sexual
abuse sebelumnya, hubungan seksual pertama yang
menyakitkan, relationship problems, takut akan
kehamilan
• Tx : sex therapy, counseling, brief dynamic
psychoanalysis, CBT, vaginal trainers, relaxation
techniques
Sumber : nhs.uk
Jawaban Lainnya
• A. Vulvodynia  sensasi panas atau nyeri pada
vagina tanpa adanya kontak kulit/seksual atau
tanda infeksi
• C. Dispareunia  nyeri sebelum, saat atau setelah
berhubungan seksual ; umbrella term
• D. Vulvar vestibulitis
syndrome/vestibulodynia/vestibular adenitis
nyeri saat penetrasi, nyeri tekan pada regio
vestibuli vulvar, eritema +
• E. Sistitis  Infeksi saluran kemih, nyeri tekan
suprapubik +, anyang-anyangan
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…

3. B. Vaginismus
4. C. Konseling individu, terapi
perilaku, vareniklin tartrat
• Perokok yang ingin berhenti merokok?

• Pendekatan apa yang dapat Anda lakukan?


Pendekatan untuk berhenti
merokok
• Non-farmakologi, berupa:
• Self-help, brief advice, konseling (individu, kelompok), terapi
perilaku (exercise therapy), pelengkap (hipnoterapi,
akupunktu)

• Farmakologi, berupa:
• Terapi pengganti nikotin (NRT)
• Buproprion SR
• Vareniklin tartrat

• Kombinasi terapi baik non-farmakologi dan farmakologi


dilaklukan karena telah terbukti bermakna membeirkan
tingkat keberhasilan yang lebih baik dibanding terapi
tunggal (Berhenti Merokok, PDPI 2011)
Jadi, pendekatan terbaik bagi pasien
ini adalah…

4. C. Konseling individu, terapi


perilaku, vareniklin tartrat
5. A. Donepezil

• Tn. Andi, 75 tahun


• Sering marah marah dan sering lupa sejak 2
bulan lalu

• Diagnosa: demensia
• Tatalaksana?
Demensia
• DEMENSIA (PPDGJ-III) merupakan suatu sindrom
akibat penyakit/gangguan otak yang biasanya
bersifat kronik-progresif, di mana terdapat
gangguan fungsi luhur kortikal yang multiple,
termasuk di dalamnya : daya ingat, daya pikir,
orientasi, daya tangkap (comprehension),
berhitung, kemampuan belajar, berbahasa dan
daya nilai (judgment).
• Umumnya disertai, dan ada kalanya diawali dengan
kemerosotan (deterioration) dalam pengendalian
emosi, perilaku sosial, atau motivasi hidup.
Jawaban Lainnya
• B. Haloperidol  antipsikotik
• C. Risperidon  antipsikotik
• D. Metilfenidat  pengobatan ADHD
• E. Citicoline  neuroprotektor, biasa pada kasus
stroke
Jadi, tatalakasana pasien ini adalah…

5. A. Donepezil
6. E. Oral

• An. Joshua, 4 tahun


• Sering berbicara kasar dan marah-marah jika
keinginannya tidak dipenuhi, mengemut jari
• Sejak usia 3 bulan hingga 2 tahun ibunya sibuk
bekerja dan ia hanya diasuh oleh pengasuh yang
berganti-ganti
• Gangguan perkembangan fase?
Tahapan Psikoseksual (Sigmund Freud)

Ada 5 Fase
1. Fase oral
2. Fase anal
3. Fase phalic
4. Fase laten
5. Fase Genital

Allpsych.com
• Fase Oral (birth – 18 bulan) : fase dimana kesenangan
anak berfokus pada kegiatan oral seperti menghisap.
Adanya gangguan/konflik pada fase ini, menurut freud,
individu akan mengalami masalah ketergantungan/agresi
seperti berbicara kasar, mudah marah dsb, menggigit
kuku. Atau mengalami fiksasi oral yang bermanifestasi
sebagai kebiasaan merokok, minum alkohol dsb.
• Fase Anal (18 bulan – 3 tahun) : fase dimana kesenangan
anak berfokus pada pengendalian dan eliminasi feses.
Keberhasilan toilet training akan menimbulkan
kepribadian yang baik. Bila respon orang tua tidak sesuai
saat toilet training, dapat memunculkan kepribadian yang
berantakan, jorok atau justru sebaliknya malah terobsesi
dengan kebersihan atau keteraturan.

Allpsych.com
• Fase Phallic (3 tahun-6 tahun) : fokus kesenangan
berpindah ke area genital. Menurut Freud, pada fase
ini anak laki-laki menganggap ayahnya adalah saingan
dalam berebut kasih sayang (sexual attraction) ibu
(oediphus complex) dan anak perempuan
menganggap ibunya adalah saingan dalam berebut
kasih sayang (sexual attraction) ayah (electra
complex). Adanya fiksasi pada tahap ini akan
memunculkan sexual deviancies (overindulging
ataupun avoidance) dan bisa memunculkan
kebingungan terhadap identitas seksualnya.

Allpsych.com
• Fase laten (6 tahun-pubertas) : sexual urges ter
represi dan anak-anak berinteraksi serta bermain
bersama teman-teman seumuran yang umumnya
berjenis kelamin sama.
• Fase Genital (puberty on) : final stage. Sexual urge
muncul kembali. Fokus primer kesenangan berada
pada genital.

Allpsych.com
Jawaban lainnya
• A. Oediphal  sexual deviancies
• B. Anal  berantakan, jorok (masalah dalam toilet
training)
• C. Pregenital  tidak ada
• D. Laten  6 tahun sampai pubertas
Jadi, fase yang mungkin mengalami
gangguan pada pasien ini adalah…

6. E. Oral
7. B. Sadisme

• Ny. Dinda, 32 tahun


• Luka bekas sayatan dan memar (+)
• Suami suka mengikat dan menyilet pasien
• Suami suka memukul saat orgasme

• Diagnosa suami?
Gangguan Seksual (Parafilia)
• Pedofilia: preferensi seksual pada anak-anak
• Fetihisme: kepuasan seksual dengan mengandalkan
benda2 tertentu sebagai objek fantasi  partner seksual
yang memakainya.
• Bedakan dengan transvestisme  kepuasan seksual
dengan memakai pakaian lawan jenis untuk menghayatinya
(riasan lengkap, rambut palsu).
• Masokisme: preferensi seksual untuk menjadi korban
disiksa
• Sadisme: preferensi seksual untuk menjadi pelaku yang
menyiksa
• Nekrofilia: preferensi seksual pada mayat.

Sumber : Panduan pelayanan medis Departemen Psikiatri RSCM


Tatalaksana
• Medications that may be considered in the treatment of
paraphilic disorders include the following:
• Antidepressants, such as lithium and various selective
serotonin reuptake inhibitors (SSRIs)
• Long-acting gonadotropin-releasing hormones (ie, medical
castration), such as leuprolide acetate and triptorelin
• Antiandrogens (to lower sex drive), such as
medroxyprogesterone acetate (10 mg q12hr, with the
dosage doubled every 3 days to a maximum of 200 mg/day,
then maintained for 1 month and adjusted as necessary)
• Phenothiazines, such as fluphenazine
• Mood stabilizers
Psikoterapi
• Cognitive-behavioral therapy (CBT) involves applying
behavioral therapy techniques to modify sexual
deviations by altering patients’ distorted thinking
patterns and making them cognizant of the irrational
justifications that lead to their undesirable sexual
behaviors.
• Orgasmic reconditioning: a patient is reconditioned to a
more appropriate sexual stimulus.
• Social skills training
• Group therapy
• Individual expressive-supportive psychotherapy
Jawaban Lainnya
• A. Masokisme  suka menyakiti diri sendiri untuk
mendapat kepuasan seksual
• C. Fetihisme  ketergantungan terhadap objek-
objek tertentu untuk menimbulkan gairah seksual:
sepatu, stocking, sarung tangan
• D. Voyeurisme  suka mengintip/melihat orang
lain tanpa busana atau sedang melakukan
hubungan seksual
• E. Ekshibisionis  suka memperlihatkan alat
kelamin pada orang lain untuk mendapat kepuasan
seksual
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…

7. B. Sadisme
8. C. Metilfenidat

• An. Manja, 8 tahun


• tidak bisa duduk lama
• sering berlarian kesana kemari
• sering memanjat
• tidak mau mengantre dan berbaris
• menjawab pertanyaan sebelum guru selesai
berbicara
• Diagnosis: ADHD
• Tatalaksana?
Klasifikasi DSM IV
• Inattention (harus ada 6 gejala, bertahan 6 bulan)
• Sulit memperhatikan detil, sering ceroboh
• Sulit memusatkan perhatian
• Tidak mendengarkan orang yang sedang berbicara
• Tidak mengikuti instruksi dengan baik, tidak menyelesaikan tugas hingga tuntas
• Memiliki kesulitan mengorganisir kegiatan
• Sering menhindari dan tidak suka diberi tugas (seperti PR)
• Sering kehilangan barang
• Mudah terdistraksi pada stmulus eksternal
• Mudah lupa

• Hyperactivity/impulsivity (harus ada 4 gejala, bertahan 6 bulan)


• Sering tampak gelisah; kaki tanga bergerak-gerak
• Tidak bisa duduk diam
• Sering berlari-lari, memanjat, atau aktivitas fisik berlebihan lain di kondisi yang tidak sesuai
• Tidak bisa duduk tenang
• Menjawab pertanyaan sebelum selesai diucapkan
• Sulit mengantri atau bermain bergantian

http://emedicine.medscape.com/article/28935
0-overview
• Other
• Onset tidak lebih dari usia 12 tahun
• Gejala harus ada di 2 situasi atau lebih
• Gangguan menimbulkan distress pada fungsi sehari-hari
• Penyakit tidak terjadi akibat skizofrenia atau penyakit
psikotik lainnya
Tatalaksana ADHD
• Terapi tingkah laku (Behavioural therapy)
• Psikoedukasi
• Terapi medikamentosa :
• Stimulan (metilfenidat, dexamfetamine, lisdexamfetamin
mesilat)
• Non-stimulan (atomoxetine, guanfacine)

Adhd-institute.com
Jawaban Lainnya
• A. Etosuksimid  terapi bangkitan lena
• B. Diazepam  tranquilizer, untuk kejang
• D. Gabapentin  nyeri neuropatik
• E. Donepezil  obat paliatif untuk kondisi
alzheimer
Jadi, tatalaksana pasien ini adalah…

8. C. Metilfenidat
9. D. 50-41
• Ny. Saidah, 28 tahun
• Sulit makan, tidur, beraktivitas
• Tidak ada minat sama sekali
• Memiliki ide bunuh diri

• Berapakah skor GAF?


Global Assessment of Functioning (AXIS V)
Global Assessment of Functioning (AXIS V)
Jawaban Lainnya
• A. 80-71  gejala sifatnya periodik, hanya ada
gangguan sedikit dalam fungsi kehidupan
• B. 70-61  beberapa gejala ringan (mood swing,
insomnia ringan), beberapa gangguan dalam
kehidupan (mulai terbiasa mencuri)
• C. 60-51  gejala sedang (sirkumstansial), gangguan
sedang dalam kehidupan (teman sedikit, berkelahi
dengan teman kerja)
• E. 40-31  beberapa gangguan penilaian realita dan
komunikasi (bicara tidak logis), gangguan berat dalam
kehidupan (menjauhi orang-orang, tidak dapat
bekerja, berkelahi)
Jadi, Global Assessment of
9. Functioning pasien adalah …
D. 50-41
10. D. Flexibilitas cerea

• Tn. Hermanto, 21 tahun


• Saat tangan pasien diubah posisinya oleh
pemeriksa, pasien mempertahankan posisi baru
tersebut.

• Diagnosis?
• Catalepsy: motionlessness maintained over a long period of time.
• Catatonic excitement: agitation and seemingly pointless movement.
• Catatonic stupor: markedly slowed motor activity, often to the point of
immobility and seeming unawareness of the environment.
• Catatonic rigidity: the person assumes a rigid position and holds it
against all efforts to move him or her.
• Catatonic posturing: the person assumes a bizarre or inappropriate
posture and maintains it over a long period of time.
• Waxy flexibility: the limb or other body part of a catatonic person can be
moved into another position that is then maintained.
• Akinesia: absence of physical movement.

http://www.minddisorders.com/Br-Del/Catatonic-
disorders.html#ixzz3eO8hC3Ae
Jawaban Lainnya
• A. Katalepsi  motionlessness, tidak bisa
digerakkan, bisa disertai penurunan kesadaran
• B. Rigiditas  kaku, tidak bisa dilawan
• D. Stupor  penurunan kesadaran
• E. Tremor  gerakan involunter seperti pada
parkinsonisme/parkinson disease, “bergetar”
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…

10. D. Flexibilitas cerea


11. C. Gangguan kepribadian
skizoid
• Tn. Yogas, 20tahun
• Sering menyendiri
• Tidak memiliki teman dekat
• Tidak peduli perkataan orang lain
• Merasa lebih nyaman sendiri

• Diagnosis?
Gangguan Kepribadian
• Kluster A
• Skizoid : lebih senang menyendiri dan tidak suka
berhubungan dengan orang lain
• Paranoid : penuh rasa tidak percaya dan curiga terhadap
orang lain
• Skizotipal: memiliki pikiran, persepsi, dan perilaku yang
aneh

Sumber : Panduan pelayanan medis Departemen Psikiatri RSCM


Gangguan Kepribadian
• Kluster B
• Antisosial : tidak peduli hak orang lain dan senang
melanggar peraturan
• Ambang : impulsivitas serta hubungan interpersonal
dan mood yang intens tapi tidak stabil
• Histrionik : mencari perhatian, suka menggoda
• Narsisistik : melebih-lebihkan diri, merendahkan orang
lain, mudah iri

Sumber : Panduan pelayanan medis Departemen Psikiatri RSCMv


Gangguan Kepribadian
• Kluster C
• Cemas (menghindar) : sangat pemalu, merasa tidak
layak
• Dependen : merasa tidak mampu bertanggung jawab
atas diri sendiri, sehingga terlalu bergantung pada orang
lain, apapun konsekuensinya
• Obsesif-kompulsif: preokupasi dengan keteraturan,
perfeksionisme yang berlebihan, terlalu kaku dalam
memandang suatu hal

Sumber : Panduan pelayanan


medis Departemen Psikiatri
RSCM
Jawaban Lainnya
• A. G. kepribadian antisosial  suka melanggar
peraturan
• B. G. kepribadian OCD  suka keteraturan
• D. Fobia sosial  takut dalam situasi sosial yang
mengharuskan ia jadi pusat perhatian (misal: dalam
bicara di depan banyak orang, atau bergaul
bersama)
• E. Gangguan cemas menyeluruh  mencemaskan
hal-hal yang banyak dan tidak relevan
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…
C. Gangguan kepribadian
11. skizoid
12. D. Exposure therapy
• Nn. May, 17 tahun
• Ketakutannya terhadap serangga
• Pasien berdebar-debar, berteriak dan hampir
pingsan meskipun serangga berada pada jarak
yang cukup jauh dari pasien  reaksi irasional
• Melihat serangga pada acara di televisi pun
pasien merasakan hal yang sama  tidak
berbahaya

• Diagnosa: fobia spesifik


• Tatalaksana?
Fobia Spesifik
Definisi : ketakutan berlebihan dan irasional terhadap sesuatu
dan berusaha keras untuk menghindari objek ketakutannya
tersebut meskipun objek ketakutannya tidak menimbulkan
ancaman atau bahaya.
• Acrophobia
• Takut ketinggian
• Agorafobia
• Takut ditinggal sendirian di tempat umum
• Fobia sosial
• Takut bersosialisasi dengan orang yang belum dikenal baik, takut
situasi-situasi sosial
• Klaustrofobia
• Takut apabila berada dalam tempat yang sempit

Sumber : Panduan pelayanan medis Departemen Psikiatri RSCM


Tatalaksana fobia spesifik
• Exposure therapy : pasien di ekspose pada objek
ketakutannya secara bertahap; paling efektif
• Cognitive therapy : kurang efektif karena ketakutan
bersifat irasional namun dapat dilakukan sebagai
terapi tambahan
• Relaksasi : untuk mengurangi stress dan reaksi fisik
terhadap fobia
• Obat : golongan SSRI namun tidak semua fobia
mendapatkan manfaat terapi medikamentosa

Med.upenn.edu
Jawaban Lainnya
• A. Hipnoterapi  bukan terapi fobia spesifik yang
utama
• B. Group counseling lebih cocok untuk PTSD
• C. Terapi relaksasi  untuk mengurangi stress,
namun perlu diterapi ketika terpajan dengan
stresornya
• E. Diazepam  bukan terapi fobia
Jadi, tatalaksana pasien ini adalah…

12. D. Exposure therapy


13. C. P. aeruginosa
• Ny. Susi, 45 tahun
• Nyeri saat berkemih  ISK
• Mikroorganisme penyebab mampu hidup
pada blood agar dan MacConkey
• Medium MacConkey: koloni putih
kekuningan, motile (+), oksidase (+)
• Etiologi?
Karakteristik Mikroorganisme
Spesies Bentuk Gram Motilitas Koloni Oksi
dasi
P. Aeruginosa batang (-) Motil Putih keabuan pada agar (+)
nutrien, pucat/putih
kekuningan pada
macconkey
E.Coli Batang (-) Non motil Moist gray pada agar (-)
pendek nutrien, rose pink pada
Macconkey
Klebsiela Batang/ (-) Non motil Pink pada macconkey (-)
Pneumonii basil
Shigella sp Batang (-) Non motil Pucat/putih kekuningan (-)
pada macconkey, XLD
agar : red pink
Staphylococc Bulat/ (+) Non motil Tidak tumbuh pada (-)
us sp kokus medium macconkey,
pada agar darah
hemolisis (+)
Jadi, mikroorganisme penyebab
infeksi saluran kemih pasien ini
adalah…
13. C. P. aeruginosa
14. A. ESWL

• Tn. Uno, 53 tahun


• BNO : Batu di ginjal kiri seukuran 1x1 cm
mengisi pelvis renalis

• Tatalaksana?
Sumber : https://www.auanet.org/education/kidney-stones.cfm
Option for Stone Intervention
No. Jenis Intervensi Indikasi
1. Oral stone Batu asam urat (via alkalinisasi urin)
dissolution
2. ESWL Batu ginjal dengan diameter terbesar < 3 cm yang
(extracorporeal terlihat jelas pada foto polos abdomen
shock wave Bagus untuk batu ureter proksimal
lithotripsy) Kurang berhasil untuk batu ginjal yang ada di kutub
bawah
3. Ureteroscopy Untuk batu ureter distal
Bisa dilakukan untuk batu ginjal yang ada di kutub bawah
4. PCNL (percutaneus Batu ginjal dengan diameter terbesar > 3 cm lokasi
nephrolitothomy) manapun
Bisa dilakukan untuk batu ginjal yang ada di kutub bawah
5. Open/laparoscopic minimally branched staghorn stones in the renal pelvis of
lithotomy complex collecting systems
excessive morbid obesity
where ESWL and PNL are not feasible

Sumber : https://www.auanet.org/education/kidney-stones.cfm
Jawaban Lainnya
• B. Percutaneus nephrostomy = PCNL
• C. Open nephrostomy = open lithotomy
• D. Uretroscopy  untuk patologi pada uretra
• E. TURP  untuk penatalaksanaan BPH, dengan
melakukan reseksi pada prostat
Jadi, tatalaksana untuk pasien ini
adalah…

14. A. ESWL
15. D. Uretrografi
• Tn. Hoki, 35 tahun
• Terjatuh dari pohon dengan posisi duduk
• Keluar darah dari kemaluan
• PF:
• Hematom di meatus uretra eksternus
• Perdarahan menyerupai kupu-kupu di sekitar
skrotum
• Prostat melayang (-)

• Diagnosis: ruptur uretra anterior


• Pemeriksaan penunjang?
Ruptur Uretra
• Mechanism of injury biasanya berupa straddle
injury atau trauma dengan fraktur pelvis.
• Tanda klinis ruptur uretra dari PF:
• Hematuria atau darah di OUE
• Hematom perineum atau skrotum
• Prostat melayang/high riding prostate (khas pada ruptur
uretra posterior)
• Secara anatomis, dibagi menjadi 2, yaitu:
• Ruptur uretra anterior
• Ruptur uretra posterior
Uretrografi
Untuk membantu menegakkan diagnosis dapat
dilalukan pemeriksaan uretrogram retrogade (untuk
melihat integritas uretra) dan foto polos pelvis (untuk
mencari fraktur pelvis).
Jawaban Lainnya
• A. USG ginjal  batu ginjal, gagal ginjal
• B. BNO IVP  batu ginjal
• C. CT Scan ginjal  gold standard batu ginjal
• E. Foto abdomen 3 posisi  obstruksi usus
Jadi, pemeriksaan pasien ini adalah…

15. D. Uretrografi
B. Balanitis tanpa
16. phimosis
• An. Banjar, 9 tahun
• Demam
• Nyeri saat BAK hilang timbul
• Sering kencing saat malam hari
• Penis menggembung saat BAK disangkal.
• PF :
• OUE dan glans penis edema dan eritema
• Berbau tidak sedap
• Smegma (+) pada glans dan sulcus corona penis

• Diagnosis?
Balanitis
• Balanitis is inflammation of the glans penis
• Predisposing factors include poor hygiene and
overwashing, use of over-the-counter medications,
and nonretraction of the foreskin.
• Lack of aeration and irritation because of smegma
and discharge surrounding the glans penis causes
inflammation and edema.

Sumber medscape
Sign and symptoms
• Penile discharge
• Pain or difficulty with retraction of foreskin
• Impotence
• Difficulty urinating or controlling urine stream (in very
severe cases)
• Inability to insert a Foley catheter
• Tenderness and erythema of the glans penis
• Itching
• Systemic symptoms such as fever and nausea are
uncommon

Sumber medscape
TL balanitis tanpa phimosis
• Gentle retraction of the foreskin daily and soak in warm water
to clean penis and foreskin.
• In pediatric patients and patients with mild balanitis xerotica,
antifungals may be attempted; the patient or mother should
retract the foreskin gently and apply 0.05% betamethasone
twice a day.
• Topical steroids have had only limited success in patients with
moderate-to-severe balanitis xerotica obliterans.
• Apply bacitracin (not Neosporin) for pediatric patients if
bacterial infection is suspected.
• Apply topical clotrimazole for adult men with probable
candidal balanitis.
• A study of 1185 boys concluded that fluticasone proprionate
0.05% was effective and safe in treating associated phimosis,
with successful results in 91.1% of patients.
Sumber medscape
TL balanitis dengan phimosis
• Steroid cream and gentle retraction of the foreskin, if the
phimosis is not too tight, may be used before surgery is
contemplated.
• Without damaging the glans penis, dilate the foreskin
using a clamp. If the glans penis is adherent to the
foreskin, the procedure may be contraindicated. Local
anesthesia, analgesia, and/or sedation may be required.
• Perform a dorsal slit incision by cutting the foreskin over
the dorsal shaft of the penis to enlarge the foreskin
opening. This procedure requires local anesthesia and,
possibly, sedation.
• Perform a formal circumcision (preferably in the operating
room).
• Circumcision is not a preventive treatment of balanitis in
those younger than 3 years.
Sumber medscape
Jadi, diagnosa pasien ini adalah…
B. Balanitis tanpa
16. phimosis
17. B. Eritromisin

• An. Naruto, 10 tahun


• Bengkak di kelopak mata
• BAK seperti air cucian daging
• Onset 5 hari
• Riwayat radang tenggorokan 2 minggu yll
• PF : TD 140/90 mmHg
• Diagnosis: GNAPS
• Tatalaksana?
Diagnosis GNAPS
• Anamnesis
• Riwyat infeksi saluran napas atas 1-2 minggu sebelumnya
atau infeksi kulit 3-6 minggu sebelumnya
• Gross hematuria atau sembab di kedua kelopak mata dan
tungkai
• Terkadang kejang atau penurunan kesadaran akibat
ensefalopati hipertensi
• Oliguria/anuria akibat gagal ginjal atau gagal jantung
• Pemeriksaan fisis
• Edema kelopak mata dan tungkai dan hipertensi
• Lesi bekas infeksi kulit
• Kejang atau penurunan kesadaran
• Gejala hipervolemia: gagal jantung, edema paru
Diagnosis GNAPS
• Pemeriksaan penunjang
• Urinalisis menunjukkan proteinuria, hematuria dan
silinder eritrosit
• Ur dan Cr meningkat
• ASTO meningkat
• Komplemen C3 menurun
• Komplikasi GGA: hiperkalemia, asidosis metabolik,
hiperfosfatemia dan hipokalsemia
Tatalaksana
• Tatalaksana GNAPS
Tatalaksana Awal
• Diuretik (furosemid) untuk mengurangi edema jika
terdapat tanda edema berat
Tatalaksana Definitif
• Antibiotik: amoksisilin 50 mg/kgBB/hari tid selama 10
hari atau eritromisin 30 mg/kgBB/hari tid
• Antihipertensi (Captopril) apabila ada hipertensi
• Tirah baring, diet nefritis
Nefritik Nefrotik
• Dominan hematuria • Dominan proteinuria
• Hipertensi • Hipoalbuminemia
• Biasanya post-streptoccal • Gejala yang sering
dikeluhkan  bengkak
Jawaban Lainnya
A. Amoksisilin riwayat alergi golongan obat
penisilin
C. Ampisilin  riwayat alergi golongan obat penisilin
D. Ciprofloksasin  tidak sesuai rekomendasi
E. Gentamisin  tidak sesuai rekomendasi
17. Jadi, terapi yang paling tepat adalah…

B. Eritromisin
18. A. Terazosin

• Tn. Firman, 70 tahun


• BAK tidak lampias sejak 1 bulan
• Susah menahan BAK
• BAK keluar setetes demi setetes
• Mengedan saat BAK
• BAK tidak disertai darah dan tidak terasa nyeri
• Diagnosis: BPH
• Tatalaksana?
BPH (benign prostat hyperplasia)
• Pembesaran prostat jinak • α-blocker (terazosin,
doxazosin, prazosin,
• Keluhan sulit kencing tamsulosin, alfulosin,
• RT  lunak, pool atas silodosin) menyebabkan
relaksasi otot polos prostat di
tidak teraba leher buli, kapsul prostat dan
• 2 kelas obat yang dapat uretra pars prostatika.
diberikan • 5α-reductase inhibitor
• α-blocker (finasteride, dutasteride)
bekerja dengan mengurangi
• 5α-reductase inhibitor ukuran kelenjar prostat. 
tidak mengurangi gejala
secara akut
• α-blocker bisa digunakan
untuk hipertensi, yang paling
sering digunakan  prazosin,

EAU Guidelines on the Treatment of Non-neurogenic Male LUTS, 2011


IAUI : Pedoman Penatalaksanaan BPH di Indonesia.2003
Gejala LUTS - BPH
Jawaban Lainnya
• B. Finasterid  terapi BPH, namun tidak
mengurangi gejala saat ini
• C. Atropin  untuk bradikardi, antidotum
keracunan organofosfat
• D. Alopurinol  menurunkan asam urat
• E. Propanolol  beta blocker, menurunkan tensi
Jadi, tatalaksana pasien ini adalah…

18. A. Terazosin
19. B. Spermatokel

• Tn.Bonjor, 55 tahun
• Benjolan di buah pelir.
• Tidak demam, nyeri, atau gangguan fungsi
seksual.
• Riwayat vasektomi
• PF: massa kenyal di atas testis, berbatas
tegas, permukaan rata, transiluminasi (+).

• Diagnosa?
Spermatokel
• A spermatocele is a benign cystic
accumulation of sperm that arises
from the head of the epididymis.
• Spermatoceles typically arise from
the caput (head) of the epididymis,
which is located on the superior
aspect of the testicle.
• Typically, spermatoceles are
asymptomatic. They are often
incidental findings on testicular self-
examination or routine physical
examination. As they usually arise
from the head of the epididymis,
they are found superior to the
testicle. They are smooth and
spherical and transilluminate on
examination.
Medscape.com
• The exact causative factors for this condition are still
unknown. Possible causes of Spermatoceles include
trauma, infection (epididymitis) and inflammation.
• According to some researches, these cysts can develop
from the blockage of the epididymis and some other
ducts. Utero exposure to a synthetic type of estrogen
named diethylstilbestrol may also be responsible for the
formation of spermatic cysts.
• According to the ultrasound findings of the scrotum in
one study, 35% men develop these cysts following a
vasectomy.
• A diverticulum originating from the tubules located in the
epididymis’s head is also counted among the possible
causes of the condition. The diverticulum may increase in
size due to spermatogenesis over time, ultimately leading
to this cyst.
Tatalaksana
• No specific medical therapy is indicated for
treatment of a simple spermatocele. Oral
analgesics may be prescribed for symptomatic
relief. If an underlying epididymitis is responsible
for discomfort, antibiotics may be indicated.
Observation is usually used for simple, small
asymptomatic spermatoceles.
• Spermatocelectomy via a transscrotal approach is
the primary operative intervention for
spermatocele, and it may be offered to any
reasonable surgical candidate.
Jadi, diagnosa pasien ini adalah…

19. B. Spermatokel
20. A. Antibiotik
• Tn. Batman, 23 tahun
• Nyeri skrotum
• Demam
• Nyeri saat BAK
• Onset 3 hari
• PF skrotum bengkak, kemerahan, tidak
terdapat fluktuasi
• UL: LEA (+), sedimen eritrosit dan leukosit
• Diagnosis: Orchitis/Epididimitis
• Tatalaksana?
Orchitis
• Reaksi inflamasi akut pada testis akibat infeksi virus
maupun bakteri akibat STI atau uretritis
• Paling sering disebabkan infeksi virus mumps
• Bisa didahului dan disertai oleh infeksi epididimis
sehingga menjadi epididimoorchitis
• Tanda dan gejala : bengkak pada satu atau kedua
testis, nyeri, nyeri tekan, demam, mual, muntah
• Tatalaksana bergantung penyebab. Bakteri 
antibiotik, virus  NSAID, bed rest dan elevasi
skrotum, cold pack
Jawaban Lainnya
B. Bed rest
C. Analgesik
Viral infection
D. Kompres dingin
E. Elevasi skrotum
20. Jadi, terapi yang paling tepat adalah…

A. Antibiotik
21. B. Ginjal Polikistik

• Tn. Bro, 35 tahun


• Nyeri pada pinggang
• Nyeri saat berkemih
• BAK berkurang
• Orangtua dan kakak pasien mengalami hal yang
sama
• PF : nyeri ketok CVA kanan dan kiri
• Lab : peningkatan ureum dan kreatinin
• USG : kista multipel di kedua ginjal
• Diagnosa?
Ginjal Polikistik
• Kondisi herediter dimana
ginjal ditumbuhi banyak kista
berujung pada pembesaran
ginjal, kelainan struktur dan
akhirnya gangguan fungsi
ginjal  ESRD
• Gejala : nyeri pinggang, sakit
kepala, hematuria, gejala
gagal ginjal
• Diagnosis : pencitraan
(USG/CT scan/MRI) bila
didapati 2 atau lebih + riwayat
keluarga dengan kejadian
serupa sudah hampir
memastikan diagnosis
medscape.
Jawaban Lainnya
• A. Hidronefrosis  kaliks ginjal melebar
• C. Pyelonefritis  nyeri ketok CVA +, demam,
mengigil
• D. Abses ginjal  massa ginjal, air fluid level dalam
kavitas, demam
• E. Tumor wilms  tumor ginjal pada anak
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…

21. B. Ginjal Polikistik


22. B. Hemodialisis
• Tn. Asep, 60 tahun
• Sesak sejak 1 hari smrs
• BAK berkurang sejak 6 bulan
• Kedua kaki bengkak
• Riwayat hipertensi dan DM
• Tekanan darah 160/90 mmHg
• Ureum 300, creatinin 12, proteinuri +++, Hb 8,3
• USG didapatkan gambaran kedua ginjal yang
mengecil.
• Dx : acute on CKD
• Tatalaksana?
Gagal Ginjal Kronis
• Definisi CKD: penurunan GFR
(<60) ≥ 3 bulan dan atau bukti
kerusakan ginjal (marker dan
imaging)
• Patofisiologi gagal ginjal kronik
• Sesak nafas dan edema 
kongesti cairan alveolus dan
jaringan interstitial
• Mual, muntah  sindrom
uremia (dibuktikan dengan
↑Ur dan Cr)
• BAK sedikit  fungsi filtrasi
ginjal rusak
• Anemia  akibat ↓ Epo
(dibuktikan dengan konjuntiva
anemis dan ↓ Hb)

Sumber : Buku IPD FKUI


Indikasi hemodialisis cito
• A = asidosis metabolik yang sulit dikoreksi
• I = intoksikasi menthol, ethylene, glycol, lithium,
aspirin
• U = uremia berdasarkan gejala klinis, cut off > 200
• E = electrolytes imbalance e.g persistent
hiperkalemia
• O = overload  sesak, bengkak
Jawaban Lainnya
• A. Pemberian antibiotik  tidak ada infeksi
• C. Radiasi  tidak ada indikasi
• D. Transfusi darah  belum ada indikasi
• E. Pemberian loop diuretik  pada CKD tanpa
indikasi HD cito
Jadi, tatalaksana pasien ini adalah…

22. B. Hemodialisis
23 D. Infertilitas

• Tn.Dom Dom, 28 tahun


• Buah pelir kanan membengkak sejak 4 bulan
tanpa nyeri
• PF: skrotum kanan lebih besar, teraba
gumpalan seperti cacing
• Diagnosis: varicocele
• Komplikasi?
Varikokel
• Terjadi pada 15-20% laki-laki dan 40% pada laki-laki
infertil
• Keluhan utama  sulit mendapatkan keturunan
• Biasanya asimptomatik
• Ciri khas  bag of worm pada palpasi testis
(gambaran kantung cacing)
• Komplikasi: infertilitas, atrofi testis
Hidrokel vs Varikokel

Hidrokel Varikokel
• Biasanya asimptomatik, • Asimptomatik, namun
hanya teraba testis berhubungan dengan
membesar dan tidak infertilitas dan
simetris terkadang bisa nyeri
• Testis teraba skrotal
• Tes transiluminasi (+) • Teraba kantong cacing
• Tes transiluminasi (-)
Varikokel
Jawaban Lainnya
• A. Penyakit Peyronie  penis yang bengkok saat
ereksi, terjadi karena adanya jaringan ikat pada
penis
• B. Priapismus  kondisi ereksi abnormal selama
lebih dari 4 jam disertai nyeri
• C. Epididimitis  biasanya akibat ascending
infection; tidak langsung berkaitan pada kasus ini
• E. Hernia skrotalis  tidak ada kaitannya secara
langsung
Komplikasi yang dapat timbul
23 adalah…
D. Infertilitas
A. Biaya ditanggung oleh Jasa
24 Raharja dan sebagaian oleh BPJS
kesehatan
• Tn. Buron, 35 tahun
• Tertabrak bus yang oleng.
• Peserta BPJS non PBI kelas 2.
• Biaya perawatan di RS Rp 15.000.000

• Penanggungan biaya?
• UU No 35 tahun 1965, Undang-undang Nomor 34 tahun
1985 dan juga Peraturan Presiden Nomor 18 tahun 1965
 korban kecelakaan tunggal adalah tanggung jawab jasa
raharja (RJ)  menanggung santunan hingga 10 juta
dengan catatan harus ada laporan polisi (LP)

• Menjadi jaminan bpjs ketenagakerjaan jika kecelakaan


yang berkaitan dengan kasus kecelakaan kerja, seperti
misalnya kecelakaan ketika berangkat kerja atau
kecelakaan ketika pulang dari pekerjaan (kecelakaan
tunggal yang memang tidak dijamin oleh JR)

• Selain itu bisa dialihkan ke BPJS Kesehatan yaitu


kecelakaan yang bukan kategori kecelakaan kerja dan
kecelakaan yang tidak dijamin oleh Jasa Raharja, dengan
persyaratan harus disertai Laporan Polisi, dan surat
keterangan tidak dijamin oleh Jasa Raharja.
Jaminan Jasa Raharja
Yang berhak mendapat
Jenis kecelakaan santunan
• Kecelakaan di angkutan • Setiap orang yang mengalami
umum, dan si penumpang kecelakaan oleh angkutan umum,
masih berada di dalam misalnya pejalan kaki yang
angkutan umum tertabrak angkutan umum dll.
• Korban yang berada di atas • orang yang berada di kendaraan
kapal fery dan kapal bermotor kemudian mengalami
kecelakaan yang bukan
mengalami kecelakaan, disebabkan oleh si pengemudi
korban bisa mendapatkan kendaraan tersebut
jaminan ganga.
• Tabrakan 2 atau lebih kendaraan
• Korban kecelakaan kendaraan bermotor
umum yang mayatnya tidak • Kasus tabrak lari yang sudah
ditemukan berdasarkan atas terbukti
keputusan pengadilan negeri.
Kecelakaan yang ditanggung
BPJS
• Kecelakaan tunggal yang tidak dijamin oleh Jasa Raharja
dan juga oleh BPJS Ketenagakerjaan
• Korban kecelakaan harus dipastikan memilih rumah sakit
yang bekerja sama dengan BPJS, jika tidak maka
kemungkinan besar biaya yang akan ditanggung hanya
untuk biaya UGD saja.
• Pastikan adanya Laporan ke pihak kepolisian setempat
agar pihak kepolisian bisa membantu mengurusnya ke
jasa raharja yang sistemnya sudah online.
• Dapatkan surat keterangan dari jasa raharja yang
menyatakaan bahwa Kecelakaan tidak ditanggung Jasa
Raharja (dengan catatatn: harus ada laporan kepolisian).
• Jika kecelakaan bukan kecelakaan tunggal maka itu
menjadi tanggung jawab Jasa Raharja dengan catatan
harus ada laporan kepolisian
Contoh kasus pertama
• kecelakaan tunggal menimpa kepada peserta BPJS
Kesehatan entah itu dia menabrak pohon, terjatuh
sendiri tidak melibatkan kendaraan lain maka kasus
seperti ini biaya penyembuhanya di tanggung oleh
BPJS Kesehatan.
• Syarat : si korban meminta surat keterangan
(pengantar untuk BPJS) dari kantor polisi setempat,
lalu datang ke faskes yang melayani BPJS

Bpjs online.com
Contoh kasus kedua
• kecelakaan lalulintas dialami oleh seorang peserta
BPJS Kesehatan akibat tertabrak oleh kendaraan
lain atau sebaliknya dia yang menabrak maka kasus
seperti ini biaya penyembuhanya di tanggung
oleh Jasa Raharja. (Batasan yang ditanggung
sebesar 10 juta rupiah)
• Syarat : meminta surat keterangan dari kantor polisi
setempat pergi ke kantor jasa raharja untuk
mendapat surat keterangan jaminan dari jasa
raharja  pergi ke rumah sakit setempat
Bpjs online.com
Variasi kasus kedua
• kecelakaan lalulintas dialami oleh seorang peserta
BPJS Kesehatan akibat tertabrak oleh kendaraan
lain atau sebaliknya dia yang menabrak 
diperkirakan biaya pengobatan lebih dari 10 juta.
• Syarat : pergi ke kantor polisi setempat minta
surat keterangan untuk jasa raharja DAN surat
pengantar untuk BPJS  pergi ke kantor jasa
raharja untuk mendapat surat keterangan jaminan
dari jasa raharja  pergi ke rumah sakit yang
bekerjasama dengan BPJS  biaya pengobatan
ditanggung jasa raharja dan BPJS.
Jawaban Lainnya
• B. Biaya ditanggung oleh Jasa Raharja seluruhnya
 bila biaya 10juta atau kurang
• C. Biaya ditanggung oleh BPJS kesehatan seluruhnya
 bila kecelakaan tidak termasuk tanggungan Jasa
Raharja atau BPJS tenaga kerja
• D. Biaya ditanggung oleh Jasa Raharja dan sebagian
oleh pasien sendiri  bila bukan peserta BPJS dan
biaya lebih dr 10 juta
• E. Biaya ditanggung oleh BPJS kesehatan dan
sebagian oleh pasien sendiri  bila kecelakaan
tidak masuk kategori jasa raharja dan biaya
melebihi tanggungan BPJS
24 Jadi, pembayarannya adalah…
A. Biaya ditanggung oleh Jasa
Raharja dan sebagaian oleh BPJS
kesehatan
25 D. INA-CBGs

• Sistem pembayaran apa yang dianut BPJS


Kesehatan di layanan sekunder?
Sistem Pembiayaan Jasa
Kesehatan
• Fee for service : pembayaran jasa kesehatan berasal
dari uang pasien sendiri sesuai dengan besarnya
pelayanan yang diberikan oleh dokter
• Sistem Pembiayaan Kapitasi : sistem pembiayaan
pelayanan kesehatan yang dilakukan di muka
berdasarkan jumlah tanggungan kepala per suatu
daerah tertentu dalam kurun waktu tertentu tanpa
melihat frekuensi kunjungan tiap kepala
tersebut. Budget yang diterima tersebut akan dikelola
oleh dokter tersebut untuk meningkatkan kualitas
kesehatan warga di wilayah cakupannya baik melaui
tindakan pencegahan (preventive), pengobatan
(curative) maupun rehabilitasi.
Sistem Pembiayaan Jasa
Kesehatan
• Gaji : sang dokter akan menerima penghasilan tetap di tiap
bulannya sebagai balas jasa atas layanan kesehatan yang
telah diberikan. Termasuk di dalamnya sistem pembayaran
pada penyedia layanan kesehatan yang bekerja di instansi
dimana dokternya dibayarkan berdasar gaji bulanan di
instansi tersebut, bukan dari jenis layanan kesehatan yang
diberikannya.
• Sistem reimbursement: sistem penggantian biaya kesehatan
oleh pihak perusahaan berdasar layanan kesehatan yang
dikeluarkan terhadap seorang pasien. Metode ini pada
dasarnya mirip dengan fee for service, hanya saja dana yang
dikeluarkan bukan oleh pasien, tapi pihak perusahaan yang
menanggung biaya kesehatan pasien, namun berbeda
dengan kapitasi karena metode ini melihat jumlah
kunjungan dan jenis layanan yang diberikan oleh provider.
Jawaban Lainnya
• A. Fee for Service  bayar sesuai besarnya pelayanan
yang diberikan saat kunjungan
• B. Gaji  sang dokter akan menerima penghasilan
tetap di tiap bulannya sebagai balas jasa atas layanan
kesehatan yang telah diberikan
• D. Honorarium  bukan merupakan sistem
pembayaran di BPJS kesehatan
• E. Reimbursement  jasa kesehatan dibayarkan oleh
pihak lain (bukan pasien) misal kantor sesuai dengan
pelayanan yang diberikan saat kunjungan
Jadi, sistem pembayaran yang dianut
oleh BPJS Kesehatan di RS adalah…
25
D. INA-CBGs
26 A. Amlodipine 1x5 mg PO

• Laki-laki, 23 tahun
• PF: TD 150/100 mmHg, nadi 60, napas 22,
JVP 5+3 cmH2O, akral hagant, CRT>2 detik,
edema pretibial pitting bilateral

• Obat antihipertensi yang sebaiknya tidak


diberikan?
• Penegakan diagnosis hipertensi: 2 pengukuran
pada 2 kunjungan yang berbeda

• Klasifikasi Berdasarkan JNC 7

JNC VII, 2003


JNC VIII, 2015
Macam-macam obat antihipertensi
HCT, furosemide

Bisoprolol, carvedilol

Captopril, ramipril, lisinopril

Valsartan, candesartan

Amlodipin, verapamil, diltiazem

Spironolactone
https://www.uspharmacist.com/article/treatment-of-hypertension-in-the-elderly
Jawaban Lainnya
• B. Captopril 3x12,5 mg PO  ES batuk
• C. Furosemide 1x20 mg PO  ES hipokalemia
• D. Bisoprolol 1x2,5 mg PO  ES bradikardia
• E. Spironolactone 1x25 mg PO  ES hiperkalemia
26 Jadi, obat yang sebaiknya tidak
diberikan adalah…

A. Amlodipine 1x5 mg PO
27 E. Bradikinin

• Perempuan, 45 tahun
• PF: TD 140/90 mmHg, nadi 80, napas 20,
suhu afebris
• Diresepkan captopril 3x25 mg, lalu
mengeluh batuk

• Yang menyebabkan batuk?


Medscape
• ACE inhibitor akan
menghambat konversi
angiotensin I menjadi
angiotensin II.

• ACE inhibitor 
Angiotensin II  
bradikinin  
stimulasi serabut saraf
vagal eferen  
batuk
Jawaban Lainnya
• A. Histamin  mediator inflamasi pada reaksi alergi
• B. Prostaglandin  mediator inflamasi non spesifik
• C. Angiotensin  hormon vasomotor yang
berkaitan dengan RAAS (namun tidak
menyebabkan batuk pada penggunaan ACEi)
• D. Asetilkolin  neurotransmitter pada
neuromuscular junction
27 Jadi, yang menyebabkan batuk pada
Ny. Beta adalah…

E. Bradikinin
28 E. Penurunan kesadaran
• Laki-laki, 52 tahun
• Nyeri dada kiri menjalar ke leher sejak 4 jam
(khas angina)
• PF: TD 110/70 mmHg, nadi 80, napas 20,
suhu afebris
• EKG: ST elevasi di lead V1-V4
• Terapi streptokinase

• Komplikasi streptokinase, kecuali?


Acute Coronary Syndrome
• ACS  spektrum gejala klinis PJK akibat
penurunan mendadak aliran darah ke jantung 
iskemi miokard •Nyeri dada
• Kriteria diagnosis (2/3): •Di dada, terasa berat
•Menjalar ke lengan kiri, punggung, dan
• Gejala Iskemik rahang
-Lama Nyeri 1 jam
• Perubahan EKG -Gejala sistemik: mual + keringat dingin
• Kenaikan marker enzim jantung
(Troponin/CKMB)
• Tatalaksana awal : MONACO ; Morfin-‐oksigen-‐
nitrogliserin -‐aspirin -‐clopidogrel
Unstable
Angina NSTEMI STEMI

Trombus Sumbatan trombus  Oklusi trombus secara


parsial/intermiten kerusakkan jaringan total
dan nekrosis minimal
miokard

EKG tidak spesifik ST depresi +/- ST elevasi atau


T inversi, atau EKG yang LBBB baru pada EKG
tidak spesifik lainnya
Enzim jantung
normal Peningkatan enzim Peningkatan enzim
Jantung Jantung
Efek samping dari streptokinase
• (P)erdarahan
• (A)lergi
• (H)ipotensi
• (A)ritmia reperfusi
28 Jadi, yang bukan merupakan
komplikasi dari streptokinase
adalah…

E. Penurunan kesadaran
29 D. Miopati

• Perempuan, 48 tahun
• Nyeri dada kiri sejak 7 hari, durasi 5 menit,
memberat dengan aktivitas, mereda dengan
istirahat
• EKG: tidak ditemukan kelainan
• Diresepkan atorvastatin 1x40 mg

• Efek samping?
Statins in ACS
• In vitro studies show immediate inhibition of smooth
muscle cell proliferation and stimulation of re-
endothelialization by statins (Walter 2004). These effects
seem to translate into a reduction of unstable angina
pectoris at four months following ACS, but not to the same
extent into a reduction of death, myocardial infarction, or
stroke.

• Early initiation of statin therapy does significantly reduce


the occurrence of unstable angina at four months following
ACS. Serious muscle toxicity (rhabdomyolisis) was more
common with early statin therapy than with placebo, but
was rare and mostly limited to treatment with simvastatin
80 mg.

http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1002/14651858.CD006870.pub3/full
Statins mechanism of action
29 Jadi, efek samping dari pemberian
obat tersebut adalah…

E. Miopati
30 D. Mengecek nadi karotis

• Pasien mengalami henti jantung


• Monitor tampak gambaran EKG asystole
• RJP 30:2 selama 2 siklus

• Tindakan selanjutnya?
4 Gambaran EKG yang wajib diingat saat
kasus Henti jantung / Cardiac arrest

Ventricular
Tachycardia (VT)

Ventricular
Fibrillation (VF)
4 Gambaran EKG yang wajib diingat saat kasus
Henti jantung / Cardiac arrest

Asystole

Pulseless Electric
Activity (PEA)
Semua gambaran EKG tanpa nadi;
kecuali VT dan VF adalah PEA
Jawaban Lainnya
• A. Menyatakan kematian  tidak etis dilakukan
• B. Melakukan defibrilasi 200 J bifasik  tidak pada
asystole
• C. Injeksi adrenalin 1 mg IV  dapat menjadi
pilihan tindakan, namun cek respons via
monitor/palpasi arteri lebih menjadi pilihan untuk
memastikan true asystole
• E. Melakukan intubasi dapat menjadi pilihan
tindakan, namun cek respons via monitor/palpasi
arteri lebih menjadi pilihan untuk memastikan true
asystole
30 Jadi, yang selanjutnya dilakukan oleh
Dokter Ena adalah…

D. Mengecek nadi karotis


B. Melakukan defibrilasi
31 200 J bifasik
• Laki-laki, 60 tahun
• Nyeri dada sejak 2 jam
• 30 menit kemudian pasien tidak sadar
• PF: tidak teraba nadi dan napas
• EKG

• Tindakan selanjutnya?
4 Gambaran EKG yang wajib diingat saat
kasus Henti jantung / Cardiac arrest

Ventricular
Tachycardia (VT)

Ventricular
Fibrillation (VF)
4 Gambaran EKG yang wajib diingat saat kasus
Henti jantung / Cardiac arrest

Asystole

Pulseless Electric
Activity (PEA)
Semua gambaran EKG tanpa nadi;
kecuali VT dan VF adalah PEA
Jawaban Lainnya
• A. Melakukan defibrilasi 360 J bifasik  dosis tidak
tepat
• C. Memastikan diagnosis dengan meraba nadi
karotis  pada soal sudah jelas nadi tidak teraba
• D. Melakukan kompresi dada 30:2  early
defibrilation menjadi pilihan utama
• E. Melakukan intubasi endotracheal  early
defibrilation menjadi pilihan utama
31 Jadi, hal selanjutnya yang tepat
dilakukan oleh dokter jaga IGD
adalah…
B. Melakukan defibrilasi
200 J bifasik
32 E. Kadar myoglobin

• Perempuan, 72 tahun
• Nyeri ulu hati sejak 30 menit
• PF: TD 90/60 mmHg, nadi 65, napas 20,
suhu afebris
• EKG: T inversi II, III, aVF

• Pemeriksaan lanjutan untuk menegakkan


diagnosis?
Acute Coronary Syndrome
• ACS  spektrum gejala klinis PJK akibat
penurunan mendadak aliran darah ke jantung 
iskemi miokard •Nyeri dada
• Kriteria diagnosis (2/3): •Di dada, terasa berat
•Menjalar ke lengan kiri, punggung, dan
• Gejala Iskemik rahang
-Lama Nyeri 1 jam
• Perubahan EKG -Gejala sistemik: mual + keringat dingin
• Kenaikan marker enzim jantung
(Troponin/CKMB)
• Tatalaksana awal : MONACO ; Morfin-‐oksigen-‐
nitrogliserin -‐aspirin -‐clopidogrel
No Segmen Jantung Lead EKG Pembuluh darah
yang mengalami
gangguan
1 Anteroseptal V1 – V4 LAD

2 Anterior V3 – V4 LAD
3 Anterior ekstensif V1 – V6 LMA

4 Anterolateral V5 – V6, I, dan aVL LCX

5 Inferior II, III, aVF RCA

6 Posterior V1 – V2 (tall R wave, RCA


not Q wave), V7-‐V9
Acute Coronary Syndrome
• ACS  spektrum gejala klinis PJK akibat
penurunan mendadak aliran darah ke jantung 
iskemi miokard •Nyeri dada
• Kriteria diagnosis (2/3): •Di dada, terasa berat
•Menjalar ke lengan kiri, punggung, dan
• Gejala Iskemik rahang
-Lama Nyeri 1 jam
• Perubahan EKG -Gejala sistemik: mual + keringat dingin
• Kenaikan marker enzim jantung
(Troponin/CKMB)
• Tatalaksana awal : MONACO ; Morfin-‐oksigen-‐
nitrogliserin -‐aspirin -‐clopidogrel
Unstable
Angina NSTEMI STEMI

Trombus Sumbatan trombus  Oklusi trombus secara


parsial/intermiten kerusakkan jaringan total
dan nekrosis minimal
miokard

EKG tidak spesifik ST depresi +/- ST elevasi atau


T inversi, atau EKG yang LBBB baru pada EKG
tidak spesifik lainnya
Enzim jantung
normal Peningkatan enzim Peningkatan enzim
Jantung Jantung
medscape
Jawaban Lainnya
• A. Endoskopi  tidak sesuai keluhan
• B. Pemeriksaan rontgen thorax  tidak sesuai
keluhan
• C. Treadmill stress test  tidak dianjurkan pada
kasus ACS
• D. Kadar troponin  waktu belum
32 Jadi, pemeriksaan lanjutan untuk
menegakkan diagnosis adalah…

E. Kadar myoglobin
33 D. Dyspnea on exertion

• Laki-laki, 62 tahun
• Sesak napas memberat sejak 2 minggu,
terutama saat berbaring datar (orthopnea)
dan beraktivitas (dyspnea on exertion)
• PF: TD 100/80 mmHg, nadi 100 ireguler,
napas 28, ronki basah halus basal bilateral

• Kriteria mayor Framingham, kecuali?


Gagal Jantung Kongestif
• Kegagalan jantung memompa darah memenuhi
metabolic demands
• Terbagi menjadi gejala gagal jantung kiri & gagal
jantung kanan
• Pada rontgen dapat ditemukan pembesaran jantung
kiri/kanan (kardiomegali), marker pro BNP >>>
• Echo dapat dilakukan untuk membedakan HF sistolik
(EF turun) atau HF diastolic (EF normal)
Kriteria Framingham
Kriteria mayor Kriteria minor
Paroxysmal nocturnal dyspnea Nocturnal cough
Weight loss of 4.5 kg in 5 days in Dyspnea on exertion
response to treatment
Neck vein distention A decrease in vital capacity by one third
the maximal value recorded
Rales Pleural effusion
Acute pulmonary edema Tachycardia (HR 120 bpm)
Hepatojugular reflux Hepatomegaly
S gallop Bilateral ankle edema
Central venous pressure greater than 16
cm water
Circulation time of 25 seconds or longer
Radiographic cardiomegaly
Pulmonary eema, visceral congestion, or
cardiomegaly at autopsy
Lily, 2011
33 Jadi, yang tidak termasuk kriteria
mayor Framingham adalah…

D. Dyspnea on exertion
34 C. Oksigen 10 lpm via NRM

• Perempuan, 58 tahun
• Sesak napas memberat sejak 30 menit
• PF: TD 100/80 mmHg, nadi 120, napas 40,
SpO2 80%, JVP 5+3 cmH2O, ronki basah
halus 2/3 bilateral
• Diagnosis: ALE

• Tindakan pertama?
• Gagal Jantung (GJ): kumpulan gejala sesak dan fatik
karena kelainan struktur atau fungsi jantung
• GJ sistolik: penurunan kontraksi jantung  curah
jantung menurun
• GJ diastolik: gangguan relaksasi dan pengisian
ventrikel
• GJ kiri: kelemahan ventrikel kiri ↑ tekanan vena
pulmonal  sesak dan ortopnea
• GJ kanan: kelemahan ventrikel kanan  edema
perifer, hepatomegali, JVP ↑
• Edema Paru Akut  timbunan cairan di pembuluh
darah dan parenkim paru akibat gagal jantung akut

• Gejala: sesak, kardiomegali, gallop, murmur, aritmia,


ronki basah bilateral paru, wheezing, akral dingin dan
basah, saturasi O2 <90%, batswing appearance pd
rontgen dada.
Algoritme Syok/Edema paru akut
Jawaban Lainnya
• A. IV furosemid 40 mg  setelah masalah ABC
• B. IV NTG 10 mcg/menit  setelah masalah ABC
• D. Intubasi  masalah airway bebas pada soal
• E. Captopril 3x12,5 mg PO  tidak menjadi terapi
pilihan
34 Jadi, tindakan pertama yang
sebaiknya dilakukan adalah…

C. Oksigen 10 lpm via


NRM
35 D. Kardiomiopati hipertrofi

• Laki-laki, 22 tahun
• Pingsan berulang, biasanya setelah
berolahraga basket
• Ekokardiografi: disfungsi diastolik dan
penebalan dinding ventrikel kiri

• Diagnosis?
Cardiomy Anatomic Appearance LV Physiology
opathy

Dilated Ventricular chamber Impaired systolic


(DCM) enlargement contractile function

Hypertrop Abnormally thickened Abnormal diastolic


hic (HCM) ventricular wall relaxation & intact
systolic function

Restrictive Abnormally stiffened Impaired diastolic


(RCM) myocardium (because relaxation & normal or
of fibrosis or an near normal systolic
infiltrative process) contractile function
EKG kardiomiopati
Kardiomiopati EKG
Dilatasi • Perubahan non spesifik segmen ST dan
gelombang T + gelombang Q
• AF atau VES sering terlihat
• LVH, LBBB, AV block dapat terlihat
Hipertrofi • Abnormalitas segmen ST dan gelombang
T + LVH
• Deviasi aksis, PR interval memanjang,
pembesaran atrial
• Q wave sering terlihat di prekordial
anterior dan lead ekstremitas bagian
lateral
Restriktif • Dapat normal atau perubahan non-
spesifik segmen ST dan gelombang T
• Masalah ritmik jantung sering terlihat
(biasanya AF)
Medscape
Lily, 2011
Lily, 2011
Lily, 2011
Jawaban Lainnya
• A. Penyakit Jantung Koroner  keluhan nyeri dada
• B. Kardiomiopati dilatasi  disfungsi sistolik
• C. Kardiomiopati restriktif  disfungsi diastolik +
dinding ventrikel kaku
• E. Mitral Valve Disease  keluhan sesak napas,
terkadang nyeri dada
35 Jadi, diagnosis yang sesuai dengan
kondisi Tn. Jordan adalah…

D. Kardiomiopati
hipertrofi
36 E. Kardioversi

• Perempuan, 24 tahun
• Berdebar-debar disertai nyeri dada
• PF: TD 100/60 mmHg, nadi 150, napas 20
• EKG

• Tindakan yang tepat dilakukan sesuai


dengan kondisi?
AF
Narrow QRS
(masalah dari atas ventrikel)
Atrial Fibrilasi Atrial Flutter
• Ireguler (jarak R-R) • Reguler (jarak R-R)
• Gelombang P • Saw-tooth appearance
menghilang (gigi gergaji)
Narrow QRS
• Supraventrikular takikardi
• Reguler (jarak R-R)
• Gelombang P tidak jelas (tertutup oleh T)
Wide QRS
(masalah di ventrikel)

Ventricular tachycardia (VT)


monomorfik

Torsade de Pointes (suatu subtipe


Ventricular Tachycardia polimorfik)
Jawaban Lainnya
• A. Injeksi Adenosine 6 mg IV  pada kondisi stable
• B. Vagal manuver  pada kondisi stable
• C. Injeksi Digoksin 0,25 mg IV  pada kondisi stable
• D. Injeksi Atropine 0,5 mg IV  untuk kasus
bradiaritmia
36 Jadi, tindakan yang tepat dilakukan
adalah…

E. Kardioversi
37 A. Observasi dan monitor

• Laki-laki, 18 tahun
• Datang untuk medical check up
• PF: TD 120/80 mmHg, nadi 48, napas 20, suhu
afebris
• EKG

• Rencana terapi yang sesuai?


AV blok derajat 1
Varian Bradyarrhythmia

AV Blok derajat 1
 PR interval memanjang

AV Blok derajat 2 mobitz 1


 PR interval memanjang
secara progresif hingga
akhirnya hilang
AV Blok derajat 2 mobitz 2
 PR interval
memanjang, tiba -tiba
hilang
 Butuh pacemaker

AV Blok derajat 3  P dan


QRS berdiri sendiri
 Butuh pacemaker
Jawaban Lainnya
• B. Injeksi atropin 0,5 mg IV  untuk kasus tidak
stabil
• C. Injeksi dobutamine 2 mcg/kgBB/menit  untuk
kasus tidak stabil
• D. Vagal manuever  untuk takiaritmia
• E. Injeksi epinefrin 2 mcg/menit  untuk kasus
tidak stabil
37 Jadi, tindakan yang sesuai dilakukan
adalah…

A. Observasi dan monitor


38 C. Syok neurogenik

• Perempuan, 25 tahun
• Dirawat untuk sectio caesarea
• Setelah anestesi (spinal anestesi), PF: TD
80/60 mmHg, nadi 48, napas 30, suhu
afebris, akral dingin, CRT>3 detik

• Diagnosis?
Klasifikasi syok
• Syok hipovolemik  kurangnya sirkulasi darah yang
biasanya ditandai dengan berkurangnya tekanan
diastolik
• Syok kardiogenik  masalah pompa jantung akibat
terganggunya kontraktilitas miokardium/gangguan
anatomik yang ditandai dengan meningkatnya tekanan
diastolik dan volume
• Syok distributif  masalah kontrol vasomotor yang
berdampak pada dilatasi arteriol dan venula yang
ditandai (walaupun sudah dilakukan resusitasi cairan)
dengan meningkatnya cardiac output dan
menurunnnya systemic vascular resistance
Society of Critical Care Medicine
Syok Neurogenik

Aktivitas parasimpatis berlebihan (atau


ketiadaan aktivitas simpatis)

Mengakibatkan vasodilatasi di seluruh


tubuh

Disertai dengan bradikardia


(khas: berbeda dengan
kondisi syok lain – kecuali
beberapa kasus syok
kardiogenik – di mana
sehausnya terjadi takikardia)
Syok Spinal vs Syok Neurogenik
Hati-Hati Perbedaannya!!
PS: Syok yang terkait dengan vaskular adalah syok neurogenik, bukan syok spinal
Jawaban Lainnya
• A. Syok sepsis  syok disertai bukti infeksi berat
• B. Syok kardiogenik  syok akibat masalah jantung
• D. Syok spinal  syok akibat trauma spinal
• E. Syok hipovolemik  syok akibat kekurangan
cairan
38 Jadi, diagnosis yang sesuai dengan
kondisi Ny. Mirna adalah…

C. Syok neurogenik
39 B. Regurgitasi mitral
• Murmur pansistolik di
apex
• Masalah katup apa
yang paling mungkin
ditemukan? KA
40 D. Back Blow
• Anak 4 tahun
• Sesak mendadak setelah bermain koin
• Sadar, RR 60x/menit
• Pernapasan cuping hidung, stridor + KA

• Tindakan awal?
CHOKING
Tindakan awal  back blow (bila pasien sadar)
A
< 1 tahun :
chest thrust
>1 tahun :
abdominal
thrust/Heim
lich
Jawaban Lainnya
• A. Manuver Heimlich  pada anak >= 1 tahun atau
dewasa setelah 5 kali back blow bila obstruksi
masih tetap maka dilakukan maneuver Heimlich
• B. Abdominal thrusts  nama lain dari maneuver
heimlich
• C. Chest thrusts  pada bayi < 1 tahun, setelah 5
kali back blow bila obstruksi masih tetap maka
dilakukan chest thrusts
• E. Kompresi dada  tidak sadar
Jadi, tindakan awal yg tepat
dilakukan adalah...
40 D. Back blow
41 B. Injeksi tuberkulin 0,1 cc IK
• Anak 6 tahun
• Batuk 1 bulan
• BB sulit naik
• Ayah dg batuk 6 bulan, belum berobat KA

• Hendak dilakukan tes mantoux


• Prosedur pemeriksaan?
Tes Mantoux
• Tes Mantoux (tuberculin skin test) merupakan alat
diagnostik yang mempunyai sensitivitas dan
spesifisitas cukup tinggi u/ mendiagnosis infeksi
tuberkulosis.

• Tes mantoux dilakukan dengan menyuntikan suatu


protein yang berasal dari kuman TBC sebanyak 0,1
ml dengan jarum kecil intrakutan pada lengan
bawah kiri.
Tes Mantoux
• Apabila bayi telah berusia > 3 bulan dan belum
mendapatkan imunisasi BCG, maka harus dilakukan uji
mantoux

Pembacaan dan Interpretasi Tes Mantoux


• Hasil tes Mantoux dibaca dalam 48-72 jam, lebih
diutamakan pada 72 jam.
• Reaksi positif yang muncul setelah 96 jam masih
dianggap valid. Bila pasien tidak kontrol dalam 96 jam
dan hasilnya negative maka tes Mantoux harus diulang.
• Tes Mantoux dinyatakan positif apabila diameter
indurasi > 10 mm atau 5mm pada pasien
imunocompromise

http://idai.or.id/downloads/PPM/Buku-PPM.pdf
Jawaban Lainnya
• A. Tuberculin 0.1 ml IM
• C. Tuberculin 0.1 ml SK
• D. BCG 0.05 ml IK  vaksin BCG untuk bayi < 1
tahun
• E. BCG 0.1 ml SK  BCG untuk anak, seharusnya
intrakutan
Jadi, prosedur pemeriksaan yg
dilakukan adalah...
41 B. Injeksi tuberkulin 0,1 cc IK
42 C. Abses Paru
• Laki-laki 49 tahun
• Batuk berdahak 1 bulan, sesak, demam
• Pemeriksaan Fisik
• TD 100/60, HR 100, RR 24, T 37.6
KA
• Suara napas bronkial, ronki basah kasar lapang paru kanan
• Pemeriksaann Penunjang
• Lab: leukositosis
• Ro: kavitas berdinding tebal disertai air fluid level pada
lapang paru kanan bawah

• Diagnosis?
Abses Paru
• Lesi paru yang berupa Pemeriksaan fisik
supurasi dan nekrosa • Suara nafas bronkial ,
jaringan akibat dari: ronki basah dan
• Infeksi yang timbul krepitasi di tempat
melalui saluran nafas ( abses, mungkin tanda
aspirasi) tanda efusi pleura
• Penyulit beberapa tipe • Penunjang
pneumonia • Lab: leukositosis,LED
• Perluasan abses sub meningkat
diafragma • Foto Thorax
• Luka traumatik paru
• Infark paru terinfeksi
Abses Paru
Rontgen Manajemen
• Kavitas berdinding tebal • Antibiotik empiris (IV),
dengan air fluid level chest physiotherapy,
• Paling sering di lapangan postural drainage.
bawah paru • Dapat dilakukan bronskopi
maupun pembedahan
Jawaban Lainnya
• A. Pneumonia  demam, batuk, infiltrat pada foto
paru
• B. TB paru  gejala khas TB paru, kavitas/infiltrat
pada foto paru
• D. Tumor paru  gejala demam, batuk, hemoptu,
sesak, onset kronik, ekspansi dinding dada
asimetris, fremitus meningkat, ro konsolidasi, efusi,
atelektasis
• E. Bronkiektasis  sputum 3 lapis, honeycomb
appereance
Jadi, diagnosis yg paling sesuai
adalah...
42 C. Abses Paru
43 B. Empiema
• Perempuan 40 th
• Sesak 1 minggu, batuk, demam
• Riw DM  faktor resiko infeksi
• Pemeriksaan Fisik KA
• TD 140/90, HR 110, RR 32, T 38.2
• Deviasi trakea ke kiri, pergerakan hemitoraks kanan
tertinggal, perkusi redup
• Pemeriksaann Penunjang
• Ro: Opasitas homogen seluruh lapang paru kanan
• Torakosintesis: Pus (+)

• Diagnosis?
Diagnosis
Anamnesis Pemeriksaan Fisik
- Riwayat pneumonia -Febris
-Takipneu
- Riwayat trauma -Ronki
dada/trauma diafragma -Rales
- Batuk produktif -Penurunan suara nafas
- Demam -Perkusi redup
-Egofoni
- Sesak -Suara nafas tubular
- Anoreksia Tatalaksana
- Penurunan BB -Drainase  pungsi  WSD (bila banyak
dan produksi terus menerus)
- Keringat malam -Antibiotik  empirik dulu, setelahnya
- Nyeri dada pleuritik berdasarkan pewarnaan gram, biakan dan
uji sensitivitas
Sumber : emedicine
Jawaban Lainnya
• A. Efusi pleura  nyeri pleuritik, redup, meniscus
sign, bukan pus
• C. Hematotoraks  riwayat trauma, perkusi redup,
saat pungsi tampak darah
• D. Pneumonia lobaris  batuk produktif, infiltrat
satu lobus, gambaran air bronchogram
• E. Pneumotoraks  hipersonor, gambaran paru
hiperlusen avaskuler dengan garis pleura
Jadi, diagnosis yg paling sesuai
adalah...
43 B. Empiema
44 A. Infeksi Virus
• Perempuan 30 th
• Nyeri tenggorokan 2 hari  onset akut
• Suara serak  menghilang  laring
• Pasien merupakan seorang guru SD KA
• Suhu 38 oC  infeksi?
• PF generalis dalam batas normal

• Dx: Laringitis akut


• Etiologi?
Laringitis Akut
• Batuk, demam, nyeri menelan, suara serak. Umumnya self
limited.
• Onset < 3 minggu (>3 minggu  laringitis kronik)
• Etiologi :
• Vocal misuse
• Exposure to noxious agents
• Infeksi, umumnya viral. Sebagian kecil bakterial
• Autoimun, lebih jarang  RA, sarkoidosis, wegener
grannulomatosis
• Laringoskopi : laring hiperemis.

• Laringitis kronik  paparan rokok, penggunaan inhaler,


vocal misuse, GERD
Jawaban Lainnya
• B. Rokok  kronik
• C. Autoimun  akut, lebih jarang
• D. Vocal misuse  akut & kronik, demam (-)
• E. GERD  kronik
Jadi, etiologi yg paling mungkin
adalah...
44 A. Infeksi virus
45 B. Insisi drainase
• Anak, 10 tahun
• Nyeri menelan, onset 5 hari
• Demam, mulut sulit dibuka (trismus)
• Tonsil T3/T3, detritus (+), uvula terdorong ke kiri KA

• Dx Abses peritonsil
• Tatalaksana?
Abses Peritonsil (Quincy)
• Salah satu abses leher dalam
• Etiologi:Komplikasi tonsilitis akut, infeksi kelenjar Weber di
tonsil
• Anamnesis: • PF:
• Odinofagia hebat • Pembengkakan KGB
• Otalgia pada sisi ipsilateral submandibula + nyeri tekan
• Muntah • Uvula bengkak terdorong ke
• Mulut berbau kontralateral
• Suara sengau • Palatum mole bengkak
• Hipersalivasi berfluktuasi
• Hot potato voice • Tonsil bengkak hiperemis,
• Trismus dapat disertai detritus
Abses Peritonsil
• Tatalaksana:
• Antibiotik  bila masih fase hiperemis.
• pungsi abses  insisi abses  keluarkan pus  tonsilektomi

• Komplikasi:
• Abses pecah spontan  perdarahan, aspirasi paru, piemia
• Abses parafaring
• Trombus sinus kavernosus, meningitis, abses otak
American academy of otolaryngology, head and neck surgery
guidelines 2011
Jawaban Lainnya
• A. Antibiotik prinsipnya abses harus diinsisi
• C. Tonsilektomi  umumnya 4-6 minggu setelah
sembuh
• D. Antiseptik gargle  sebagai tambahan
• E. Kortikosteroid oral  bukan tx rutin
Jadi, tatalaksana yg paling tepat
adalah...
45 B. Insisi drainase
46 D. Polisomnografi
• Laki-laki 39 th
• Sering mengantuk dan mudah lelah meski tidur
cukup
• Sering mengorok saat tidur, tiba2 terbangun dan
KA
tidur kembali
• BB 90 kg, TB 160 cm  obesitas, faktor resiko

• DX: OSA
• Pemeriksaan penunjang?
Obstructive Sleep Apnea (OSA)
Gangguan tidur yang melibatkan penurunan aliran udara secara
signifikan meskipun ada usaha napas yang adekuat
OSA
Gejala Daytime Gejala Nocturnal
• Non restorative sleep (lelah di • Mengorok, biasanya sangat
pagi hari) keras dan mengganggu
• Morning headache orang disekitarnya
• Mengantuk berlebihan disiang • Apnea , seringkali
hari
menginterupsi dengkuran
• Penurunan kognitif, gangguan
memori dan intelektual • Gasping dan choking
• Gangguan mood sensation yang
• Hipertensi
membangunkan pasien dari
tidur
• Reflux gastroesofageal
• nocturia
• Insomnia

Gejala nocturnal berkaitan dengan kejadian desaturasi


oksihemoglobin dan terbangun dari tidur
OSA
• Pemeriksaan fisik : umumnya dalam batas normal, kecuali
BMI obesitas
• Tes yang spesifik berupa  polysomnography
• Tatalaksana :
• Konservatif : hindari supine position ketika tidur, berhenti merokok,
hindari alkohol dan sedatif, hindari begadang
• Nasal CPAP
• Farmako : bukan bagian tatalaksana primer dari OSA, yang biasa
ditambahkan sebagai terapi : modafinil,amodafinil
• Bedah bila diperlukan : uvulopalatopharyngoplasty, rekonstruksi
kraniofasial, trakeostomi
Jawaban Lainnya
• A. DPL  tdk diperlukan utk diagnostik
• B. CT scan  bukan gold std utk diagnostik namun
bs digunakan utk menentukan posisi obstruksi
• C. MRI  bukan gold std utk diagnostik namun bs
digunakan utk menentukan posisi obstruksi
• E. PFT  tdk utk diagnostik dan menentukan
rencana terapi, bisa disarankan pd pasien OSA dg
komorbid.
Jadi, pemeriksaan penunjang yg
disarankan adalah...
46 D. Polisomnografi
47 E. Flail Chest dan Kontusio Paru
• Laki-laki 36 tahun
• Nyeri dada dan sesak, post KLL 30 menit yll
• Pemeriksaan Fisik
• TD 90/60, HR 140 x/menit, RR 36 x/menit
KA
• Gerak napas paradoksal dan bunyi napas melemah pada
hemitoraks kanan
• Pemeriksaan Penunjang
• Ro: fraktur iga 4-6 kanan dan radioopak hemitoraks kanan

• Diagnosis?
Trauma Thorax
Yang Mengancam Jiwa

Tension Open
Pneumothorax Pneumothorax

Flail chest dan Hemothorax


Kontusio Paru masif

Tamponade
jantung
Flail Chest
dan Kontusio Paru
• Flail chest akibat trauma  multiple fraktur kosta (dua atau
lebih tulang iga yang berurutan mengalami fraktur pada dua
tempat atau lebih)

• Menyebabkan  Gerakan paradoksal pada dinding dada


karena terbentuk segmen bebas yang dapat tertarik ke
dalam saat inspirasi (paradoks: karena dinding dada
seharusnya bergerak ke luar saat ekspirasi).

• Flail chest tidak menyebabkan hipoksia, masalah utama


karena trauma pada paru yang mengakibatkan kontusio
paru
Flail Chest
dan Kontusio Paru
• Pemeriksaan:
• X-ray (multiple fraktur +
gambaran radiolusen)

• Tatalaksana:
• Awal : ventilasi adekuat,
pemebrian oksigen, resusitasi
cairan
• Bedah:
• Stabilisasi bedah  tidak rutin
dilakukan
• Operasi fiksasi jika ada penyakit
yang mendasari misal Multipel
Myeloma
Flail Chest
Fraktur iga multipel, nafas paradoksal

Sumber : ATLS
Jawaban Lainnya
• A. Tamponade jantung  Hipotensi, JVP
meningkat, suara jantung menjauh  trias beck
• B. Tension pneumotoraks  suara nafas melemah,
hipersonor, JVP meningkat, deviasi trakea ke sisi
sehat.
• C. Open pneumothorax  Sucking chest wound
• D. Hematothorax masif  Darah di toraks > 1500
cc, suara napas lemah, perkusi redup, tanda-tanda
syok +
Jadi, diagnosis pasien ini adalah...

47 E. Flail Chest dan Kontusio Paru


48 D. Eritromisin PO
• Perempuan 32 tahun
• Sesak napas, batuk, demam, onset 2 hari
• Pemeriksaan Fisik
• TD 120/70, HR 98 x/menit, RR 24 x/menit, T 38.1 oC
KA
• Ronki paru kanan +
• Pemeriksaan Penunjang
• Ro: Infiltrat + lapang paru kanan

• Dx  Pneumonia
• Antibiotik?
Pneumonia
• Definisi :
Suatu peradangan pada parenkim paru, distal dari
bronkiolus terminalis, yang disebabkan oleh
mikroorganisme (bakteri, virus, jamur, parasit)

• Etiologi :
• Pneumonia komuniti  gram positif : tersering
Streptoccocus pneumonia
• Pneumonia nosokomial  gram negatif : klebsiella
pneumonia, haemophilus influenza, pseudomonas
auruginosa
• Pneumonia atipikal  chlamydia, legionella, mycoplasma

http://www.klikpdpi.com/konsensus/konsensus-pneumoniakom/pnkomuniti.pdf
Klasifikasi
• Berdasar klinis dan • Berdasar predileksi infeksi
epidemiologis • Pneumonia lobaris
• CAP • Bronkopneumonia
• Pneumonia nosokomial • Pneumonia interstisial
• Pneumonia aspirasi
• Pneumonia pada
imunokompromais
• Berdasar bakteri penyebab
• Pneumonia bakterial / tipikal
• Pneumonia atipikal
• Pneumonia virus
• Pneumonia jamur
Diagnosis Pneumonia
Diagnosis pasti:
• Foto toraks  infiltrat baru atau infiltrat progresif
+ dengan 2 atau lebih gejala di bawah:
• Batuk-batuk bertambah
• Perubahan karakteristik dahak/ purulen
• Suhu tubuh ≥ 38°C (aksila)/ riwayat demam
• Ditemukan tanda-tanda konsolidasi, suara nafas bronkial
dan ronki
• Leukosit ≥ 10.000 atau < 4500
Faktor Modifikasi
Jadi, pilihan antibiotik untuk pasien
ini adalah...
48 D. Eritromisin PO
49 C. Pneumonia Aspirasi
• Perempuan 70 tahun
• Sesak napas 4 hari
• Riwayat stroke 1 th lalu, sering tersedak ketika
makan
KA
• Pemeriksaan Fisik
• TD 150/90 mmHg, HR 80 x/menit, RR 28 x/menit
• Ronki basah kasar +/+
• Pemeriksaan Penunjang
• Ro: Infiltrat + basal paru kanan

• Diagnosis?
Pneumonia Aspirasi
• Gangguan refleks menelan  PILIHAN ANTIBIOTIK
risiko aspirasi Inisial
• Flora normal mulut + asam
lambung iritatif • Tanpa gejala toksik :
seftriakson + makrolid atau
• Komplikasi : abses paru quinolon respirasi
• Dengan gejala toksik :
TATALAKSANA imipenem/cilastatin +
vankomisin
Stabilisasi jalan nafas • Aspirasi kronik, sekret batuk
Antibiotik, dipertimbangkan pada: berbau busuk  curiga
anaerob : tambahkan
• Tidak ada perbaikan dalam 48 klindamisin
jam
• Obstruksi usus bawah
• Pasien pengguna antasid
PNEUMONIA TIPIKAL DAN ATIPIKAL
Tanda dan gejala P. atipik P. tipik
Onset Gradual Akut
Suhu Kurang tinggi Tinggi, menggigil
Batuk Non produktif Produktif
Dahak Mukoid Purulen
Gejala lain Nyeri kepala, mialgia, sakit Jarang
tenggorokan, suara parau,
nyeri telinga

Gejala lain di luar paru Sering Lebih jarang

Pewarnaan gram Flora normal atau spesifik Gram (+) atau (-)

Radiologis “patchy” atau normal Konsolidasi lobar lebih


tinggi
Laboratorium Leukosit normal kadang Lebih tinggi
rendah
Gangguan fungsi hati sering Jarang
Jawaban Lainnya
• A. Hospital acquired pneumonia  onset
pneumonia baru muncul setelah dirawat > 48 jam
(oleh gram -).
• B. Ventilator associated pneumonia  onset
pneumonia baru muncul setelah > 48 jam intubasi.
• D. Pneumonia komunitas  pneumonia yang
didapat di masyarakat (banyak disebabkan oleh
gram +)
• E. TB paru  Batuk > 2 minggu, batuk darah,
penurunan berat badan, sputum (+), Rhonki di
apeks paru,
Jadi, diagnosis yg sesuai adalah...

49 C. Pneumonia Aspirasi
50 A. Ebstein Barr Virus
• Laki-laki 45 th
• Sering mimisan sejak 1 bulan
• Hidung tersumbat, nyeri kepala, pandangan ganda
• Pemeriksaan Fisik KA
• Massa di fossa rosenmuller (+)
• Pembesaran KGB servikal kanan keras dan tidak nyeri

• Dx KNF
• Etiologi?
Karsinoma Nasofaring
• Etiology: Epstein-Barr • Pemeriksaan Fisik:
Virus • Massa leher: pembesaran
KGB keras tidak nyeri
(80%)
• Gejala: • Keterlibatan leher sering
• Hidung: perdarahan, bilateral; paling sering
obstruksi, sekret (78%) jugulodigastric, KGB
juguler atas dan tengah
• Telinga: infeksi, pada anterior servikal
penurunan pendengaran,
tinitus (73%) • Gangguan saraf kranial
pada 25% kasus
• Nyeri kepala (61%)
• Pembengkakan leher
(63%) • Nasofaringoskopi: massa
nasofaring terutama di
fossa of Rosenmüller.

http://emedicine.medscape.com/article/988165-clinical#a0217
Jawaban Lainnya
• B. HPV  kutil kelamin, kutil (veruka vulgaris),
transformasi keganasan hingga kanker serviks
• C. Rinovirus  common cold
• D. Coronavirus  MERS CoV (flu unta)
• E. Adenovirus  common cold
Jadi, etiologi yg mendasari adalah...

50 A. Ebstein Barr Virus


51. B. Spatula test

• Tn. Sarkas, 39 tahun


• kaku pada wajah sejak 2 hari SMRS
• 1 minggu yang lalu, pasien tertusuk paku
tanpa alas kaki
• Riwayat imunisasi tidak jelas
• spasme otot wajah.
• Pemeriksaan bedside yang dapat dilakukan
untuk membantu penegakan diagnosis
adalah...
Grading Tetanus

Disfungsi otonom : sympathetic overactive  TD naik,


nadi naik bergantian dengan hipotensi
Tatalaksana
• IVFD Dextrose 5%: RL = 1:1 per 6 jam
• Kausal
• Anti toksin tetanus
• ATS 20.000 IU/ im 3- 5 hari
• HTIg 500 -3.000 IU single dose
• Antibiotik
• Metronidazol 500 mg/ 8 jam
• Ampisilin 1 gr/8 jam
• Penanganan luka
• Simtomatis dan suportif
• Diazepam 10 mg IV, bisa dulang  maintenance 100 mg/ 500 cc (10-12
mg/kgBB) drip + bolus tiap kejang sampai 48 jam bebas kontraksi tetanus
• Oksigen
• Nutrisi TKTP
Jawaban lainnya
• A. Tensillon test  myasthenia gravis
• C. Thompson Test  ruptur tendon achilles
• D. Hoffman tromner sign  lesi UMN
• E. Chvostek sign  hipokalsemia
Jadi, pemeriksaan bedside yang tepat
51. adalah…

B. Spatula test
52. B. Nyeri neuropatik

• Ny. Vallen, 60 tahun


• nyeri pada dada dan punggung kanan
• Sebelumnya pasien mengeluhkan terdapat
vesikel pada kulitnya dan sudah diberikan
salep oleh dokter
• nyeri semakin bertambah bahkan ketika
pasien memakai baju
• lesi berupa krusta.
• Nyeri yang dirasakan pasien adalah…
Neuralgia post herpetik

• Virus Varicella Zoster


Virus Kerusakan
saraf postherpetik
neuralgia
• Tatalaksana:
• Anti depresan trisiklik
(amitriptilin)
• Anti-konvulsan (gabapentin)
• Analgesik (capsaicin topikal)
• Kortikosteroid (prednison,
dexamethason)
• Antiviral
Sumber: emedicine neuralgia postherpetic
Jenis Nyeri
Jawaban Lainnya
• A. Nyeri nosiseptif  akibat stimulus yang
berpotensi menimbulkan kerusakan jaringan
• C. Nyeri traumatik
• D. Nyeri inflamasi  akibat reaksi inflamasi yang
terjadi di tubuh
• E. Nyeri viseral  berasal dari organ dalam
Jadi, nyeri yang dirasakan pasien adalah…
52.
B. Nyeri neuropatik
53. B. Hernia nucleus pulposus

• Pasien laki-laki, 48 tahun


• nyeri pinggang sejak 5 bulan yang lalu
• menjalar ke kaki kanan dan memberat ketika
batuk dan mengedan sejak 1 minggu yang
lalu saat mengangkat benda berat
• laseque test (+)
• Diagnosis pada pasien adalah…
HNP
• Penyakit akibat degenrasi diskus intervertebra 
nucleus pulposus protrusi dan menekan saraf
ischiadicus (skiatika)
• Gejala bervariasi tergantung derajat herniasi :
paling sering L4-S1
• Nyeri menjalar dari punggung belakang hingga kaki atau
ankle + numbness
• Faktor Risiko
• Gerak berulang, angkat berat
PENUNJANG
• Pemeriksaan
• Straight leg test (laseque), bragard sicard, patrick, contra
patrick.
• Pemeriksaan neurologis
• Imaging: MRI merupakan baku emas
• Pemeriksaan radiografi sederhana dapat dilakukan untuk
menyingkirkan kemungkinan fraktur, misalnya
TES PATRICK
Pilihan medikamentosa
• NSAID oral  pilihan awal
• Muscle relaxants: eperisone
• Oral steroids
• Opioids (narcotics)
• Steroid injeksi epidural
Jawaban lainnya
• A. Fraktur kompresi vertebra lumbalis  bisa ada
krepitasi
• C. Spondilolistesis  kedudukan vertebra bergeser
(vertebral slippage)
• D. Spondilosis lumbal  vertebral artritis
• E. Spasme otot region lumbal
53. Jadi, diagnosis yang paling mungkin
pasien ini adalah…

B. Hernia nucleus pulposus


54. A. Tidak perlu pemberian TT
maupun ATS
• An., 5 tahun, dibawa ke RS setelah terbentur
sudut meja yang tajam
• luka iris di dagu sepanjang 3 cm, kedalaman
< 1 cm, luka bersih, tepi rata
• sudah mendapat imunisasi sesuai usianya
• Tindakan apa yang paling tepat selanjutnya
?
Jadi, tindakan yang paling tepat untuk
54. pasien ini adalah…
A. Tidak perlu pemberian TT
maupun ATS
55. C. Frontotemporal
• Tn. Pepo, 70 tahun
• suka marah-marah dan suka bicara sendiri
• memberat sejak 6 bulan yang lalu, sampai lupa
nama anaknya
• Akhir-akhir ini pasien banyak minum alkohol dan
merokok lebih banyak
• Pemeriksaan tanda vital dalam batas normal
• GCS E4M6V4, tidak ada rangsang meningeal
ataupun kelemahan motorik
• Pemeriksaan refleks dalam batas normal,
inkontinensia urin (+). Apa kemungkinan lobus
yang terkena?
Tipe demensia
Demensia
• Demensia Alzheimer
• Manifestasi klinis:
• (A)nterograde amnesia
• (A)phasia : gangguan berbahasa
• (A)praxia : gangguan motorik, walaupun struktur anatomis
intak
• (A)gnosia : gangguan identifikasi objek tanpa adanya gangguan
sensorik
• (D)istrubance in executive functio
• Demensia Vaskular
• Manifestasi klinis:
• Gangguan memori yang disertai dengan bukti penyakit
serebrovaskular
Demensia
• Demensia Lewi-Bodies
• Manifestasi klinis:
• Gejala parkinsonism: (T)remor, (R)igidity, (A)kinesia, (P)ostural
instability
• Gangguan fungsi kognitif dan gangguan atensi sifatnya fluktuatif
• Halusinasi visual rekuren yang jelas dan detil
• Demensia Frontotemporal
• Manifestasi klinis:
• Gangguan disinhibisi
• Apatis
• Hilangnya simpati dan empati
• Munculnya perilaku yang stereotipik, kompulsif
• Hyperorality/perubahan pola diet (peningkatan konsumsi alkohol,
merokok lebih banyak, makan yang bukan makanan)
Jadi, kemungkinan lobus yang terkena
55. pada pasien ini adalah…

C. Frontotemporal
56. B. Pemberian terapi trombolitik
segera dibawah awitan 3 jam
• Kelemahan sesisi mendadak sejak 2 jam SMRS.
• Riwayat hipertensi dan diabetes
• Hemiparese kiri.
• Pada CT scan tidak didapatkan kesan
perdarahan.

• Apa tatalaksana utama yang paling tepat pada


pasien ini?
Stroke: Kelainan neurologis fokal maupun global, bertahan lebih dari 24 jam karena masalah serebrovaskular

Stroke iskemik Vs Stroke hemoragik


• Etiologi: • Etiologi: perdarahan intraserebral
Trombus : faktor risikonya • Klinis:
aterosklerosis (dislipidemia, DM) – defisit neurologis akut
Emboli : faktor risikonya gangguan – penurunan kesadaran
irama jantung. – nyeri kepala
• Klinis: – muntah proyektil
• defisit neurologis akut – tanda lesi UMN, hipertensi,
• kesadaran umumnya tidak hiperthermi
menurun
CT Scan non kontras: area
• tanda lesi UMN (hiperrefleks,
hiperdens di serebrum
ada refleks patologis)

• CT Scan non kontras :area


hipodens serebrum Updates AHA/ASA Stroke Recommendations
TATALAKSANA

Stroke Iskemik Stroke hemoragic


• rTPA (0.9 mg/kg) dalam • Perbaiki faal
3 jam / endovaskular hemostasis: menangani
fibrinolisis
• Waspada pasien konsumsi hipertensi
anti faktor Xa • Antivasospasme
• Streptokinase tidak
dianjurkan • Operatif bila indikasi
• Antikoagulan tidak harus • Perdarahan > 30 cc
segera diberikan • Ancaman herniasi
• Antiplatelet: Aspirin, • Perdarahan serebelum
clopidogrel • hydrosefalus
2010 American Heart Association Guidelines for Cardiopulmonary Resuscitation and Emergency
Cardiovascular Care.
2010 American Heart Association Guidelines for Cardiopulmonary Resuscitation and Emergency
Cardiovascular Care.
Pilihan Lain
• A. Pemberian antiemetik  betul, tapi bukan
utama
• C. Target tekanan darah dibawah 25% tekanan
darah awal  pada kasus hipertensi emergensi
• D. Pemberian mannitol intravena  bila ada
peningkatan TIK
• E. Konsul bedah saraf CITO  pada kasus
perdarahan intrakranial
Jadi, tatalaksana utama yang paling tepat
56. untuk pasien ini adalah…
B. Pemberian terapi trombolitik
segera dibawah awitan 3 jam
57. B. Asetilkolinesterase inhibitor

• Ny. Ren, usia 30 th


• susah menelan sejak 3 hari lalu
• kelopak mata sulit dibuka, sesak napas yang
muncul dan memberat saat aktivitas serta
membaik dengan istirahat
• ice pack test (+)
• Tatalaksana yang paling tepat untuk kasus
di atas adalah...
Myasthenia Gravis
• Kelemahan progresif karena antibodi terhadap
reseptor asetilkolin di neuro muscular junction
• Gejala
• Kelemahan progresif memburuk karena aktivitas contoh:
ptosis/diplopia, dapat diprovokasi dengan tes wartenberg
(fiksasi pandangan ke satu titik, lama lama timbul ptosis)
• Mengenai otot proksimal
• Pemeriksaan
• Endrophonium (tensilon) untuk membedakan dengan
Lambert Eaton
• Tatalaksana
• Piridostigmin, plasmaferesis, steroid, obat imunosupresif,
timektomi
Tensilon test ( = edrofonium test)
• Edrophonium chloride is an
acetylcholinesterase inhibitor with rapid
onset (about 30 seconds) and effect
lasting about 5 minutes
• Begin with edrophonium 10 mg in syringe and
give 1-2 mg test dose
• give incremental doses of edrophonium and
watch for 1-minute observation periods
following each dose
• begin with 2 mg after test dose, then 3 mg, and
another 3 mg given if needed
• typical side effects of sweating, tearing,
fasciculations, and abdominal cramping may
indicate peak edrophonium effect

• if muscle strength improves


within 1 minute of any dose
increment, test is positive
and no further edrophonium
needs to be administered
Jawaban Lainnya
• A. Antikolinergik
• C. Dopaminergik  obat parkinson
• D. MAO Inhibitor  obat depresi
• E. Selective serotonine reuptake inhibitor  obat
depresi
57. Jadi, tatalaksana yang tepat untuk pasien
ini adalah…
B. Asetilkolinesterase
inhibitor
58. B. Kejang demam kompleks

• Anak Pringles, 4 tahun


• kejang didahului dengan demam
• hari ini, anak sudah kejang kelojotan
sebanyak 2 kali selama kurang lebih 15
menit
• Saat kejang anak tidak sadar
• suhu 390C, pernapasan 20 kali/menit, nadi
90 kali/menit
• Apa diagnosis yang tepat pada pasien?
Kejang demam simpel vs
kompleks
Kejang Demam
Bangkitan kejang saat kenaikan suhu tubuh (rektal > 38oC),
disebabkan proses ekstrakranial

• Umumnya usia 6 bulan – 5 tahun  di luar usia ini,


pikirkan penyebab lain!
• infeksi SSP, atau epilepsi yang kebetulan terjadi bersama
demam.

• Sederhana: <15 menit; kejang umum tonik dan/atau


klonik; tanpa gerakan fokal; tidak berulang dalam 24
jam.
• Kompleks jika ada kriteria sederhana tidak terpenuhi

Konsensus Penatalaksanaan Kejang Demam IDAI


Penunjang pada Kejang Demam
• Pemeriksaan laboratorium:
• tidak dikerjakan secara rutin pada kejang demam,
• dapat dikerjakan untuk mengevaluasi sumber infeksi
penyebab demam,
• Darah perifer, elektrolit dan gula darah
• Pungsi lumbal:
• Menegakkan atau menyingkirkan kemungkinan meningitis.
• Dianjurkan pada:
• Bayi kurang dari 12 bulan sangat dianjurkan dilakukan
• Bayi antara 12-18 bulan dianjurkan
• Bayi > 18 bulan tidak rutin
• Bila yakin bukan meningitis secara klinis tidak perlu dilakukan
pungsi lumbal.
Pengobatan rumatan
(Konsensus IDAI, 2015)
• Rumatan secara • Rumatan secara
intermiten kontinu
• Diazepam 0,3 • Asam valproat atau
mg/kg/kali fenobarbital

• Pada kondisi KD + faktor • Pada kondisi di mana


risiko (usia muda saat kejang fokal, kejang
kejang, KD pada suhu lama (>15 menit),
yang tidak terlalu adanya kelainan
tinggi), KD berulang neurologis sesaat
sering (>3x/6 bl atau sebelum / sesudah
>4x/1 th) bangkitan kejang
Pengobatan rumatan (kontinu)*
• Diberikan jika
• Kejang lebih dari 15 menit
• Kelainan neurologis sebelum/setelah kejang
• Kejang fokal

• Pengobatan
• Fenobarbital (3-4 mg/kgBB/hari dalam 1-2 dosis)
• Asam Valproat (15-40 mg/kgBB/hari dalam 2-3 dosis)
Diberikan hingga 1 tahun bebas kejang, lalu di tappering down.
Catatan : meskipun tidak
dianjurkan, penggunaan masih
dapat dipertimbangkan
Pilihan Lain
• A. Kejang demam simpleks  didahului demam, 
kurang dari 15 menit, generalisata dan tidak ada
def neurologis
• C. Kejang fokal  jenis kejang yang dimulai dari
satu bag tubuh tertentu
• D. Kejang tonik klonik  kaku kelojotan,
generalisata, tanpa didahului demam
• E. Kejang lena  nama lain absans
58. Jadi, diagnosis pasien ini adalah…

B. Kejang demam kompleks


59. C. Nimodipin
• Nyeri kepala hebat disertai dengan muntah
proyektil.
• Pasien menjerit kesakitan kemudian
penurunan kesadaran.
• Kaku kuduk.
• Perdarahan yang mengisi sisterna berbentuk
seperti bintang.

• Apa tatalaksana yang tepat untuk


mencegah komplikasi kasus di atas?
Perdarahan subaraknoid
• Etiologi :
- Trauma
- Pecahnya aneurisma
- AVM

• Gejala dan tanda khas :


- Sakit kepala hebat tiba tiba (thunderclap headache)
- Kaku kuduk, mual muntah, fotofobia
- Defisit neurologis (n 3, n4, n 6)
- Hemiparesis
- Penurunan kesadaran

- HATI-HATI KOMPLIKASI BERUPA VASOSPASME INTRASEREBRAL


Berry Aneurisma
• Pecah aneurisma  dipicu oleh tekanan

medscape
CT scan non kontras : perdarahan
mengisi sisterna  gambaran seperti
bintang/jala
TATALAKSANA
Nimodipin dapat mencegah
vasospasme
Jadi, tatalaksana untuk pencegahan
59. komplikasi pasien ini adalah…
C. Nimodipin
60. B. Ethosuximide

• Anak sering terlihat melamun


• Berlangsung sekitar 5-10 detik
• Anak kembali beraktifitas seperti sediakala
setelahnya.

• Apakah terapi lini pertama pada kasus


seperti di atas?
Tipe-tipe Bangkitan Kejang
Kejang parsial (fokal) : Bermula SATU HEMISFER
• Sederhana : Tidak ada penurunan kesadaran. Gejala bisa
sensoris, motoris, otonom, atau psikis.
• Kompleks : Ada penurunan kesadaran (amnesia).
Gejalanya biasanya berupa bengong mendadak yang
diikuti dengan aura, automatisme dan kebingungan pasca-
serangan.
• Kejang tonik-klonik umum sekunder : kejang parsial yang
berlanjut menjadi kejang tonik klonik umum
Kejang umum
Kejang umum : berasal dari DUA HEMISFER

• Absens/lena (petit mal) : Bengong mendadak, tanpa aura,


umumnya tanpa kebingungan pasca-serangan, bisa disertai
automatisasi maupun tidak.
• Mioklonik : kedutan motorik tidak teratur  Jerking movement
• Klonik : kedutan motorik teratur
• Tonik : ekstensi atau fleksi mendadak pada kepala, badan, atau
ekstremitas
• Tonik-klonik umum primer (grand mal) : berawal sebagai ekstensi
tonik ekstremitas atas dan bawah beberapa detik, kemudian
menjadi gerakan klonik ritmik, kebingungan pasca-serangan ,
maupun kelumpuhan pasca serangan.
• Atonik : Tonus tubuh hilang mendadak (pasien tiba-tiba jatuh)
Pilihan Utama : Ethosuximide
Alternaltif lain : asam valproat
Pilihan Lain
• A. Carbamazepine  Pilihan utama untuk sebagian
besar kasus kejang
• C. Gabapentin  umumnya untuk nyeri neuropatk
• D. Tiagabine  antiepilepsi, pilihan lain untuk
kasus nyeri neuropatik
• E. Valproate  pilihan kedua untuk kasus absans;
atau jika etosuksimid sulit didapatkan
60. Jadi, tatalaksana pada pasien ini adalah…

B. Ethosuximide
61. C. Neuropati peroneus

• Nyeri di tungkai bawah.


• Nyeri tekan, krepitasi, tanda radang.
• Paralisis saat dorsofleksi dan penurunan
sensasi di dorsum pedis.

• Di mana letak kelainan pada kasus di atas ?


Pilihan Lain
• A. Neuropati femoral 
def sensorik di paha
depan, gangguan ekstensi
kaki
• B. Neuropati tibialis 
def sensorik telapak kaki,
gangguan plantarfleksi
• D. Neuropati obturator 
def sensorik paha medial,
gangguan adduksi paha
• E. Neuropati pudendal 
def sensori perineum,
inkontinensia
Jadi, letak kelainan pasien ini adalah…
61.
C. Neuropati peroneus
62. D. Toxoplasmosis encephalitis

• Ny.Eni, 25 tahun
• mendadak kejang
• nyeri kepala
• Tes serologi HIV (+)
• CT Scan didapatkan multiple ring enhancing
lesion yang dikelilingi edema otak di daerah
ganglia basalis
• Infeksi oportunistik apakah yang terjadi?
Toksoplasmosis serebral
• Infeksi oportunistik otak tersering pada pasien AIDS
• Lesi di otak, jarang sebagai myelopati
• Toksoplasma gondii
• Parasit intraseluler
• Reaktivasi atau penyebaran hematgen, atau infeksi primer
• Risiko CD4< 200
• Treatment: Pirimetamin + sulfadiazin
Manifestasi Klinis
• Gejala konstitusional dan sakit Kepala
• Gejala neurologis
• Confusion (kebingungan)
• Kejang
• Kelemahan fokal
• Mengingat lesi toksoplamosis bersifat fokal, umumnya defisit
fokal cukup mencolok pada soal-soal dengan diagnosis ini
• Gangguan Bicara
• Koma
• Hemianopia
Diagnosis
• Temuan klinis
• Indentifikasi lesi dengan CT dan
MRI
• Hipodense multiple, tepi
menyangat (ring-enhancing
lesion)
• Penemuan parasit
PCR dari CSF
• Membaik dengan pengobatan
(pirimetamin + sulfadiazin +
asam folinat)
• Biopsi bila tidak merespon
dengan pengobatan : takizoit
Terapi
• Pyrimethamin, sulfadiazin selama 6 minggu, diikuti
long term terapi sampai CD4 > 200
• Asam folat (dalam bentuk asam folinat)
• Asam folat perlu diberikan sebab pirimetamin +
sulfadiazin merupakan agen yang bersifat anti-folat
• Cotrimoxazol (alternative)
Jawaban Lainnya
• Sistiserkosis selulosa  sistiserkosis
(dari infeksi cacing Taenia sp.)
dimana sistiserkus cacing banyak
sekali ditemukan di jaringan/otot
• Amoebic brain abscess  abses otak
akibat infeksi bakterialis (biasanya
soliter dengan tepi yg tidak se-
menyengat toxo)
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…
62.
D. Toxoplasmosis
encephalitis
63. B. Ankylosing Spondilitis

• Laki-laki dewasa muda, sesak napas


• Sulit membungkuk
• Demam hilang timbul
• Foto vertebra  bamboo spine
• Dari hasil lab terdapat peningkatan LED.
Diagnosis yang paling mungkin pada pasien
adalah...
Ankylosing spondilitis
• Merupakan penyakit autoimun  peradangan pada
tulang vertebra dan tulang iga  onset remaja –
dewasa muda
• Ada tanda radang  nyeri sendi, demam
• Gejala awal  kaku dan nyeri pada leher dan punggung
bawah
• Komplikasi jangka panjang  penyatuan vertebra 
gambaran bamboo spine pada foto vertebra dan pasien
sulit bending punggung
• Komplikasi jangka panjang  fibrosis tulang iga 
menyebabkan gangguan pengembangan dada  sesak
Pilihan lain
• A. Spondilitis TB  tidak ada riwayat batuk lama,
ada gibus
• C. RA  tidak ada bamboo spine, lokasi predileksi
bukan di vertebra
• D. SLE  ada gejala sistemik lain, tidak ada bamboo
spine
• E. ALS  penyakit degeneratif motorik,
kelumpuhan total
63. Jadi, diagnosis yang paling mungkin
pasien ini adalah…

B. Ankylosing Spondilitis
64. B. Vertigo sentral

• merasa melayang sejak 2 minggu yang lalu


• tidak dipengaruhi dengan perubahan posisi
• mual dan muntah disangkal
• rasa kesemutan di sekitar mulut. Diagnosis
yang paling mungkin adalah...
Vertigo Sentral
• Vertigo karena lesi SSP
• Vertigo disertai tanda tanda
• Keterlibata Nervus Kranial
• Disebabkan iskemik / hemoragik pada serebelum,
trauma, infeksi, MS
• Masalah pada arteri Basilar
Pemeriksaan kelainan Cerebellum
• Finger to finger test
• Dengan mata terbuka pasien
diminta menaru ujung
jarinya di ujung jari
pemeriksa dalam beberapa
spot
• Normal : gerakan halus dan
akurat
• Abnormal: dismetria
(gerakannya jadi clumsy dan
kejauhan atau kedeketan
jarinya); past ponting
(deviasi penunjukkan)
• Heel to shin prinsipnya
sama
• Romberg test
• Pasien diminta berdiri
dan menutup mata
• Mendeteksi kelainan
propriosepsi
• Normal : pasien bisa
tetap berdiri
• Abnormal : pasien akan
terjatuh ke arah yang
sakit
Pilihan lain
• A. Vertigo vestibular  berputar, mual dan muntah
• C. Neuroretinitis vestibular  berputar, mual dan
muntah
• D. BPPV berputar, terutama dipengaruhi posisi
• E. Meniere’s disease  tinnitus, pusing berputar,
penurunan pendengaran
64. Jadi, diagnosis pasien ini adalah…

B. Vertigo sentral
65. E. USG
• Tn., usia 30 thn
• nyeri pada pergelangan kaki kiri
• terdengar suara "Krek" saat mendarat dari lompat
• nyeri tekan pada betis (+)
• pergelangan kaki kiri bagian belakang, bengkak dan
kemerahan
• Simmonds test (+)
• Pasien merupakan peserta BPJS  tidak
mengcover MRI
Pemeriksaan penunjang yang paling tepat pada
kasus ini untuk membantu menegakkan diagnosis
adalah...
Ruptur Tendon Achilles
Calf squeeze test/Thomson test
a.k.a SIMMONDS TEST
Achiles Tendinitis
• Peradangan tendon achiles
• Insersional
• Lokasi di dekat insersi tendon pada tulang, dekat dengan tumit
• Bisa terjadi di berbagai usia
• Non Insersional
• Lokasi seperti tengah tendon, lokasinya lebih jauh dari tumit

• Gejala : Penebalan tendon dan Nyeri


Insersional Non Insersional
Pilihan Lain
• A. X-Ray
• B. CT Scan
• C. MSCT
• D. MRI
Jadi, pemeriksaan penunjang pasien ini
65. adalah…

E. USG
66. C. Pes planus
• Pasien perempuan, usia 25 tahun
• kaki pegal dan nyeri jika berjalan jauh
• pegal dan nyeri pada betis sejak kecil
• arcus longitudinal telapak kaki tampak
datar

• Diagnosis pasien yang paling tepat adalah…


Jawaban Lainnya
• A. CTEV = club foot =
congenital talipes
equinovarus
• B. Club foot
• D. Claw foot
• E. Drop foot
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…
66.
C. Pes planus
67. A. Open book fracture

• Captain America, 30 tahun


• Dilakukan foto pelvis dan didapatkan hasil
sebagai berikut.
Klasifikasi fraktur pelvis
Tile
Young
Young & Burgees
Jawaban Lainnya
• B. Vertical shear
• C. Avulsion injury  Tile A1
• D. Transverse sacral fracture  tile
A2
• E. Bifocal fracture of anterior arch
 tile A3
67. Jadi, diagnosis pasien ini adalah…

A. Open book fracture


A. Juvenile rheumatoid
68. arthritis
• An. Sule, 7 tahun
• lutut kanan terasa nyeri,kaku dan sulit
digerakkan sejak 3 bulan
• demam (+)
• Riwayat trauma disangkal
• ruang lingkup gerak sendi terbatas, nyeri
saat digerakkan, disertai dengan kemerahan.
Kemungkinan diagnosis pada anak ini
adalah...
Jawaban Lainnya
• B. Osteoarthritis  osteofit, celah sendi
menghilang
• C. Osteomielitis  riw.trauma (+),demam (+)
• D. Artritis septik  demam (+), riw.trauma (+)
• E. Artritis psoriasis  psoriasis (+)
68. Jadi, diagnosis pasien ini adalah…

A. Juvenile rheumatoid
arthritis
69. D. 30-40%

• Tn. Tywin, 30 tahun


• Kecelakaan
• gelisah, tekanan darah 80/60 mmHg, nadi
130 x/menit, suhu 37 C dan laju napas 24
x/menit
• Persentase kehilangan darah yang terjadi
pada Tn.Tywin berdasarkan guideline ATLS
adalah sebesar...
Jawaban Lainnya
• A. 10-15%
• B. 15-20%
• C. 20-30%
• E. >50%
Jadi, persentase blood loss pasien ini
69. adalah…
D. 30-40%
70. A. Kifosis

• Tn. Koas, 19 tahun


• pelajar yang sering duduk dan membawa tas
dengan postur yang jelek
• leher pasien tampak maju ke depan dan
punggung atas pasien terkesan membungkuk
• Kelainan pada tulang belakang bagian
torakal pasien disebut...
Kelainan tulang belakang
70. Jadi, diagnosis pasien ini adalah…

A. Kifosis
71. D. Ruptur meniskus lateral
• Tn. Bambang, 30 tahun
• nyeri di lutut kanan setelah terbentur oleh lutut
dari pemain lawan
• bunyi ‘pop’ ketika dilakukan endorotasi dan
ekstensi pada lutut kanan sebelumnya lutut dan
panggul dalam posisi fleksi 90 derajat 
mcmurray lateral meniskus
• Pada saat lutut ditarik atau didorong dari depan
terdapat tahanan  tidak ada ruptur ligamen
anterior maupun posterior
• Diagnosis apa yang paling mungkin pada kasus
di atas?
TATALAKSANA
HINDARI
Jawaban Lainnya
• A. Ruptur ligamen krusiatum anterior  lachman
test (+), lutut ditarik tidak ada tahanan
• B. Ruptur ligamen krusiatum posterior  posterior
drawing test (+), lutut didorong tidak ada tahanan
• C. Ruptur tendon achilles  thompson test (+)
• E. Ruptur meniskus medial  mcmurray eksorotasi,
bunyi pop (+)
71. Jadi, diagnosis pasien ini adalah…

D. Ruptur Meniskus Lateral


A. 0,5 cc IM sebanyak dua dosis pada hari
72. 0, kemudian 0,5 cc IM pada hari ke-7 dan
hari ke-21

• Nn. Rina, 25 tahun


• digigit anjing miliknya 5 jam SMRS
• vulnus morsum dengan dasar jaringan
subkutan dan perdarahan aktif di kaki
kanannya
• Apabila diperlukan pemberian vaksin anti
rabies, maka cara pemberian yang benar
adalah...
Tipe binatang menggigit

• Anjing, Kucing,
• Observasi 10 hari
• Rakun, Sigung, Rubah, kelelawar
• Dianggap rabies kecuali terbukti negatif
• Sapi, kuda, domba, kelinci, hewan pengerat
• Biasanya tidak perlu Postexposure prophylaxis
SAR + VAR untuk luka risiko tinggi
VAR untuk luka risiko rendah
CARA Pemberian
• VAR diberikan dengan dosis 0,5 mL di daerah
deltoid (paha pada anak anak) sebanyak 4X :
Hari 0 (2x), hari 7, dan hari 21.

• SAR diberikan dengan dosis 20 IU/kgBB,


separuhnya IM, separuhnya disuntikkan infiltrasi
pada sekitar luka
Jawaban lainnya
• B. 0,5 cc SC sebanyak dua dosis pada hari 0,
kemudian 0,5 cc SC pada hari ke-7 dan hari ke-21
• C. 1 cc IM sebanyak dua dosis pada hari 0,
kemudian 0,5 cc IM pada hari ke-7 dan hari ke-21
• D. 1 cc SC sebanyak dua dosis pada hari 0,
kemudian 0,5 SC IM pada hari ke-7 dan hari ke-14
• E. 0,5 cc IM sebanyak dua dosis pada hari 1,
kemudian 0,5 cc IM pada hari ke-2 dan hari ke-14
Jadi, cara pemberian VAR yang benar
72. adalah…
A. 0,5 cc IM sebanyak dua dosis pada hari
0, kemudian 0,5 cc IM pada hari ke-7 dan
hari ke-21
73. C. Erosi pannus

• Nyeri pada kedua pergelangan tangan dan


pergelangan kakinya terutama pagi hari.
• Selama 1 jam hilang timbul sejak 6 bulan
lalu
• Rheumatoid factor (+) dan anti CCP (+).

• Apa gambaran yang dapat ditemukan pada


radiologi ?
OA RA Gout
Awitan Perlahan Perlahan Akut
Peradangan - + +
Patologi Degenerasi Pannus Tofus
Jumlah sendi Poli Poli Mono, kdg2 poli
Tipe sendi Kecil atau besar Kecil Kecil atau besar
Lokasi Pinggang, lutut, MCP, PIP, pergelangan MTP, kaki, pergelangan
vertebra, CMC 1, DIP, tangan, kaki, kaki, lutut
PIP pergelangan kaki

Temuan sendi khusus Nodus Bouchard, nodus Deviasi ulnar, swan Kristal urat
Heberden neck, boutonniere
Perubahan tulang Osteofit Osteopenia, erosi Erosi
Fitur ekstra-artikular Nodul subkutan, Tofus, bursitis
pulmonal, kardiak, olecranon, batu ginjal
splenomegali
Pemeriksaan penunjang Foto polos RF (+), anti CCP (+), Foto Asam urat ↑
polos Gold standar : kristal
urat pada aspirasi cairan
sendi
Kriteria ACR RA
DEFORMITAS pada RA
Pilihan Lain
• A. Osteofit  pada OA
• B. Penyempitan celah sendi  pada OA
• D. Penumpukan kristal urat  pada gout
• E. Podagra  pada gout
73. Jadi, gambaran radiologi pasien ini
adalah…
C. Erosi pannus
74 E. osteoporosis medikamentosa
• Ny. Memo, usia 50 tahun
• nyeri pada pinggul yang dirasakan terus menerus
selama 3 bulan terakhir
• rutin mengkonsumsi obat mengontrol sesaknya 
kemungkinan steroid (asthma controller)
• Pasien masih mengalami menstruasi teratur
• Riwayat trauma dan riwayat keluarga dengan
keluhan yang sama disangkal
• dokter menyatakan bahwa pasien mengalami
pengeroposan tulang
Faktor Risiko Osteoporosis
Pilihan Lain
• A. Osteoporosis pasca menopause  umumnya
usia 55-70
• B. osteoporosis ec defisiensi kalsium
• C. osteoporosis juvenile idiopatik
• D. osteoporosis senilis  diatas usia 70
74. Jadi, diagnosis pasien ini adalah…

E. osteoporosis
medikamentosa
75. E. Arthritis septic

• nyeri pada sendi lutut kiri sejak 2 hari SMRS


• lutut kiri bengkak, nyeri dan panas
• Cairan sendi leukosit 200.000/LBP
• kristal oksalat (-),kristal urat (-)
• Diagnosis yang paling mungkin pada pasien
adalah…
Artritis Septik (= artritis supuratif
/artritis infeksius)
• Infeksi sendi oleh mikroorganisme, paling sering bakteri
• Stap aureus
• N Gonorrhea
• S epidermidis (prosthese)
• Paling sering lutut melalui penyebaran hematogen
• Analisa cairan sendi
• WBC > 50.000
• Neutrofil> 75%
• Glukosa rendah
• Tatalaksana antibiotik
Jawaban Lainnya
• A. Rheumatoid artritis  RF +, CCP +
• B. Osteoartritis  osteofit, penyempitan celah
sendi, leukosit tidak naik
• C. Gout arthritis  hiperurisemia, birefringen (-)
kristal urat (+)
• D. Pseudogout  birefringent +, kristal oksalat (+),
75. Jadi, diagnosis pasien ini adalah…

E. Arthritis septik
76 E. Skleritis difusa

• Ny. Ani, 30 tahun


• Mata merah kanan 3 hari + nyeri
• Riwayat tulang multipel jari-jari tangan 
mengarah ke RA
• PF: injeksi episkleritis hampir seluruh
kuadran, nodul (-), visus menurun

• Diagnosis?
Episkleritis Skleritis

Sering berkaitan dengan


Sering idiopatik
penyakit sistemik

Mata kemerahan-pink, sering Mata kemerahan-lebih gelap,


asimptomatik nyeri dan visus turun
Pelebaran pembuluh darah Neovaskularisasi dan kongesti
ringan dan superfisial-tidak vessels lebih berat dan dalam
ada neovaskularisasi
Tes fenilefrin 2,5 % tidak ada
Tes fenilefrin 2,5%  perubahan
vasokonstriksi
Skleritis (1)
• Merupakan inflamasi pada sklera
• Sering berasosiasi dengan penyakit sistemik: RA,
granulomatosis, penyakit-penyakit jaringan ikat
• Tipe:
• Non-necrotizing
• Skleritis difusa  paling sering
• Skleritis nodusa
• Necrotizing (Skleritis nekrosis)  paling berat
• Gejala: mata merah (sklera + konjungtiva), nyeri
ocular (dapat menjalar ke pelipis atau rahang),
fotofobia, penurunan visus  unilateral/bilateral

Sumber: medscape
Skleritis (2)
• Patofisiologi: biasanya karena penyakit granulomatosa
kronik atau pengaruh autoimun nekrosis fibrinoid,
infiltrasi PMN, MN, sel plasma, makrofag, sering
disertai vasculitis
• Diagnosis:
• fenilefrin eye drops  tidak respon (membedakan dengan
episkleritis)
• CT Scan, MRI, USG
• Tatalaksana
• Tx penyakit sistemik yang mendasari
• NSAID, kortikosteroid  pada non-necrotizing scleritis
• Imunosupresan  pada necrotizing scleritis
• Bedah  pada skleritis nekrosis
• Komplikasi: keratitis, uveitis  biasa dari skleritis
nekrosis Sumber: medscape
Skleritis difusa Skleritis nodusa

Skleritis nekrosis
Jawaban Lainnya
• A. Skleritis  jawaban kurang lengkap karena ada
pilihan jawaban yang lebih tepat
• B. Episkleritis nodular  nodul (+), jarang disertai
nyeri dan penyakit sistemik, visus normal
• C. Episkleritis difusa  nodul (-), jarang disertai
nyeri dan penyakit sistemik, visus normal
• D. Skleritis nodusa  nyeri, visus turun, nodul (+)
76 Jadi, diagnosis pasien ini adalah…

E. Skleritis difusa
77 C. Pemeriksaan slit lamp
• Tn. Tuak 60 tahun
• Mata merah kanan dan buram 2 hari
• Post op katarak
• Nyeri (+)
• PF: visus turun, injeksi konjungtiva & siliar,
hipopion (+)

• Diagnosis: endoftalmitis
• Pemeriksaan?
Endoftalmitis
• Adalah inflamasi purulen cairan intraokuler (vitreous and
aqueous humor) akibat infeksi.
• Endoftalmitis sering berasal dari vitritis progresif.
• Tipe
• Eksogen (post operatif, trauma, post injeksi viterus, dll)
• Endogen.
• Akut (<6 minggu) Vs Kronik (> 6 minggu)
• Endoftalmitis post operatif akut adalah jenis tersering.
• Penyebab tersering: Stafilokokus epidermidis (70%)
• Pemeriksaan
• PF lokalis: PF eksternal, visus, funduskopi, slit lamp
• Lab: gram, kultur aqueous/vitreous humour, PCR, darah lengkap,
LDH
• Radiologi: CT-scan/MRI orbita, USG ocular
Endoftalmitis Akut Postoperatif
• Terjadi dalam 1-2 minggu post
operasi, seringnya 3-5 hari post
operasi.
• Gejala: sangat progresif, mata
nyeri, mata merah, sekret, dan
pandangan kabur
• Tanda: visus turun, efema
palpebra, edema konjungtiva dan
hipopion
kornea, cells + fibrin di COA,
hipopion, inflamasi vitreous,
retinitis, dan reflex fundus kabur.
Tatalaksana
• Antibiotik intravitreus (lebih
direkomendasikan) atau sistemik
(penyebab sering bakteri; terapi
empiris: Vankomisin, Ceftazidime,
atau Amikasin)
• Steroid intravitreus
• Siklopegik (istirahatkan iris)
• Vitrektomi (pars plana vitrektomi) Injeksi intravitreus
Jawaban Lainnya
• A. Genioskopi  pemeriksaan sudut bilik mata
depan, biasanya untuk faktor risiko glaukoma
• B. Tonometri  pemeriksaan TIO, biasanya untuk
glaukoma akut
• D. Sensitivitas kornea  sensibilitas kornea,
pemeriksaan nervus kranial V
• E. Perimetri  pemeriksaan lapang pandang, untuk
glaukoma kronik
77 Jadi, pemeriksaan pasien ini adalah…

C. Pemeriksaan slit lamp


78 B. Rujuk untuk operasi

• Tn. Erik 40 tahun


• Mata merah kiri 1 tahun,
hilang timbul, berkurang
dg obat warung
• Bekerja di pemotongan
kayu 3 tahun
• Penurunan visus (+)

• Dx: Pterigium gr IV
• Tatalaksana?
Pterigium
• Pterigium adalah
pertumbuhan jaringan
konjungtiva bentuk segitiga ,
bervaskular, dan bisa meluas
hingga limbus dan pupil.
• Seringnya asimptomatik;
keluhan lain: mata kering
(burning, itching or tearing).
Manajemen pterigium
• Menghindari pajanan sinar UV adalah
tindakan awal, namun tidak menghilangkan
pterigium yang sudah ada
• Dengan kacamata hitam, topi
• Artificial tears dapat mengurangi gejala
• Kortikosteroid topikal, bila ada indikasi (yakni;
adanya inflamasi yang sedang terjadi)
• Pembedahan adalah tindakan definitif, namun
kekambuhan masih munkgin terjadi

http://bestpractice.bmj.com/best-practice/monograph/963/treatment/details.html
Indikasi pembedahan
• Astigmatisme terinduksi pterygium
• Terlibatnya aksis penglihatan
• Gejala iritasi berat
• Kosmetik

Aminlari, et al. Management of Pterygium. American Academy of


Ophthalmology.
https://www.aao.org/eyenet/article/management-of-pterygium-2
Jawaban Lainnya
• A. Observasi saja  tidak cukup dengan observasi
saja karena sudah ada indikasi operasi
• C. Steroid topical  pada pasien sudah ada indikasi
operasi
• D. Antibiotik topical  bukan terapi yang tepat,
biasa untuk konjungtivitis bakteri
• E. Antihistamin topical  bukan terapi yang tepat,
biasa untuk konjungtivitis alergi
78 Jadi, tatalaksana pasien ini adalah…

B. Rujuk untuk operasi


79 C. Loratadin 1 x 10 mg

• An. Dian 6 tahun


• Mata merah berair 1 minggu
• Riwayat batuk-pilek berulang
• Ayah keluhan sama
• PF: papil (+)

• Dx: konjungtivitis alergi


• Tatalaksana?
Konjungtivitis
Konjungtivitis
Patologi Etiologi Tanda dan gejala Tatalaksana
Bakteri Staphylococc Mata merah, terasa berpasir, Antibiotik topikal
istreptococci sensasi terbakar, biasanya Air mata buatan
, Gonocci bilateral, kelopak mata susah
Corynebacte membuka, injeksi konjungtiva
rium strains difus, discharge mukopurulen,
papil (+)
Virus Adenovirus, Mata berair unilateral, merah, Memburuk pada hari 3-5,
Herpes rasa tidak nyaman, fotofobia, sembuh sendiri dalam 7-
simplex virus edema kelopak mata, 14 hari
or varicella- limfadenopati preaurikular, Air mata buatan:
zoster virus konjungtivitis folikular, mencegah kekeringan dan
pseudomembran (+/-) mengurangi inflamasi
Antiviral  herpes
simplex virus atau
varicella-zoster virus
Patologi Etiologi Tanda dan Gejala Tatalaksana
Jamur Candida sp., Jarang, pasien Antijamur topikal
Blastomyces imunokompromais, pasien yang
dermatitidis, mendapat terapi antibiotic
Sporothrix
schenckii
Vernal Alergi Peradangan konjungtiva Hindari alergen
kronis, riwayat keluarga Antihistamin
atopik, gatal, fotofobia, topikal, mast cell
sensasi benda asing, stabilizer,
blefarospasme, simptomatik
cobblestone pappilae,
horner trantas dot
Inklusi Chlamydia Mata merah dan nyeri selama Doxycycline 100 mg bid
trachomatis beberapa minggu/bulan, sekret for 21 hari atau
mukopurulen, lengket, sensasi Erythromycin 250 mg
benda asing, mata berair, kelopak PO qid 21 days
mata bengkak,kemosis,Folikel Antibiotik topikal
Klasifikasi Konjungtivitis berdasarkan Gejala dan Tanda

Gejala & Tanda Bakteri Virus Alergi Chlamydial Toxic

Mata merah ++ + + + +

Kemosis ++ + ++ - +

Perdarahan + + + - -
subconjungtiva
Discharge Purulen/ cair cair mukopurulen -
mukopurulen

Papil + - ++ + -
Folikel - + + ++ +

Pannus - - - (kec. Vernal) + +

Nodul kel. Limfa + ++ - + -


preaurikular
Demam + + - - -
Konjungtivitis Vernalis
• Gejala dan tanda :
- Mata merah, gatal, dan berair
- Injeksi konjungtiva
- Cobblestone appearance
- Horner trantas dots
Horner trantas dots
TATALAKSANA :
1. Menghindari alergen
2. Mast cell stabilizer
3. Antihistamin
• Topikal
• Oral: antagonis reseptor H1
3. Steroid
Cobblestone app
Konjungtivitis Vernal Vs Atopik
Characteristics VKC AKC
Generally presents at a younger age
Age at onset Second to third decade
than AKC' first decade

Sex Males are affected preferentially. No sex predilection

Seasonal variation Typically occurs during spring months Generally perennial

Discharge Thick mucoid discharge Watery and clear discharge

Moderate incidence of conjunctival Higher incidence of conjunctival


Conjunctival scarring
scarring scarring

Horner-Trantas dots and shield ulcers Presence of Horner-Trantas dots is


Horner-Trantas dots
are commonly seen. rare.

Not present, unless secondary to Deep corneal neovascularization


Corneal neovascularization
infectious keratitis tends to develop

Conjunctival scraping reveals


Presence of eosinophils in
eosinophils to a greater degree in VKC Presence of eosinophils is less likely
conjunctival scraping
than in AKC

http://emedicine.medscape.com/article/1191467-differential
Jawaban Lainnya
• A. Edukasi bahwa penyakit ini self-limiting 
konjungtivitis viral
• B. Salep mata tetrasiklin 3x/hari  konjungtivitis
bakterial
• D. Salep mata acyclovir 3x/hari  konjungtivitis
viral ec herpes simpleks/zoster
• E. Salep mata eritromisin 2 minggu  konjungtivitis
chlamydia
79 Jadi, tatalaksana pasien ini adalah…

C. Loratadin 1 x 10 mg
80 A. Sinekia posterior
• Tn. Dori 25 tahun, penglihatan buram mata kiri 1
minggu
• Mata merah, berulang 3 tahun
• Menghilang dengan pemberian obat tetes steroid
mata
• Sering mengeluh nyeri pinggang, membaik dengan
antinyeri  mengarah ke RA
• PF: visus 6/12, tidak membaik dengan pinhole,
injeksi silier (+), partikel kecil dalam COA

• Diagnosis: uveitis anterior


• Kondisi yang mungkin ditemukan?
Vaughan & Asbury’s General Ophthalmology
UVEITIS
Uveitis Anterior = iridosiklitis
Inflamasi badan silier dan iris
Gejala dan tanda:
• Mata merah, nyeri, fotofobia, visus turun
• Injeksi silier
• Pupil miosis (pembeda dengan
glaukoma akutmidriasis)
• Keratik presipitat (deposit sel inflamasi
di kornea)
• Sinekia—komplikasi (posterior:
perlengketan iris dengan lensa, anterior:
perlengketan iris dengan kornea)
• Cell and Flare (kekeruhan cairan di bilik Tatalaksana:
mata depan) KORTIKOSTEROID
• Hipopion (eksudat di dasar bilik mata Midriatikum (sulfas atropin)  cegah sinekia
depan)
Sinekia posterior
Mutton fat/ keratik
presipitat

Efek Tyndall menunjukkan


peradangan di COA
Jawaban Lainnya
• B. Perdarahan vitreus  pada retinopati
diabetikum proliferatif stadium lanjut
• C. Ekimosis  bukan gejala uveitis anterior
• D. Kakeruhan lensa  katarak, mata tenang visus
turun perlahan/kronik, dapat merupakan
komplikasi uveitis anterior
• C. Episkleritis  inflamasi episklera; bukan bagian
dari uveitis anterior
Jadi, kondisi yang mungkin dialami
80 pasien pasien ini adalah…

A. Sinekia posterior
81 E. Buftalmos

• An. Rina 4 tahun


• Sering silau dan mengeluarkan air mata
• PF: diameter kornea lebih besar dari usia

• Diagnosis?
Primary Congenital Glaucoma (PCG)
• TIO meningkat, buphthalmos, edema and kekeruhan cornea
dengan ruptur membran Descemet (Haabs striae),
penipisan sklera anterior dan atrofi iris, COA sangat dalam
dan funduskopi tampak atrofi optik glaukomatosa yg
progresif.
• Gejala: fotofobia, blepfrospasme, dan epifora,
megalokornea.
• Seringnya diagnosis ditegakkan pada tahun pertama
kehidupan.
TATALAKSANA
• Operasi (goniotomy,
trabeculotomy
or trabeculectomy)
Terminologi GLAUKOMA
• Buphthalmos (Greek: bous = ox; ophthalmos = eye) refers to
the marked enlargement that can occur as a result of any
type of glaucoma present since infancy.
• Hydrophthalmos (Greek: hydro = water; ophthalmos = eye)
refers to the high fluid content present with marked
enlargement of the eye, seen in any glaucoma present since
infancy.
Berdasarkan onset usia:
• Kongenital: glaukoma terjadi sejak lahir.
• Infantil: sejak lahir sampai usia 3 tahun.
• Juvenil: setelah 3 tahun hingga belasan tahun.
GONIOTOMI
Pilihan Lain
• A. Epikantus  lipatan kulit
ke dalam di kelopak atas dan
bawah
• B. Blefarospasme  mata
tidak dapat berhenti berkedip
• C. Ptosis  kelainan N.III,
kelopak mata jatuh dan sulit
membuka
• D. Lagoftalmus  N VII, mata
tidak dapat menutup
81 Jadi, diagnosis pasien ini adalah…

E. Buftalmos
82 C. Acanthamoeba sp

• Nn. Ayu 20 tahun, penurunan penglihatan


mata kanan 2 hari
• Silau, nyeri, hobi berenang di sungai
• Memakai kontak lens
• Visus: OD 6/15, secret, injeksi silier

• Diagnosis: keratitis amoeba


• Penyebab?
Keratitis
• Inflamasi pada kornea  kornea
edema, injeksi silier, mata nyeri, Bacterial keratitis
visus turun.
• Etiologi: virus, bakteri, jamur,
parasite, atau non infeksi (trauma,
garukan, defisiensi vitamin A, dll)
• Pemeriksaan penunjang keratitis:
Fluorescent test atau pewarnaan
Rose Bengal.
• Fluorescent dye: tidak menetap
pada strome/ epitel kornea yg
intak  jadi kalau ada defek Lesi dendritic khas pada
kornea (inflamasi, ulkus, perforasi) keratitis herpetic (HSV)
= fluorescent test (+) Pada herpes zoster oftalmikus,
ditemukan pseudodendritik
Etiologi Keratitis
ETIOLOGI KARAKTERISTIK TATALAKSANA
Keratitis bakterial Sekret purulen , antibiotik topikal
pemakaian lensa kontak

Keratitis herpes simpleks Lesi dendritik antiviral topikal


Keratitis fungal Riwayat trauma dengan antifungal topikal
tumbuhan
Lesi satelit

Keratitis amuba Riwayat berenang + amebisida (tidak


diperberat jika memakai tersedia bebas), sebagai
lensa kontak alternatif dapat
diberikan antibiotik
Keratitis protozoa
• Paling sering: acanthamoeba  hidup bebas di
tanah, air bersih, air kotor, saluran napas atas
• 70% kasus  terkait pengguna kontak lens
• Gejala dan tanda
• Penurunan penglihatan, nyeri
• Permukaan ireguler dan kelabu, pseudodendrit epitel,
infiltrate local atau difus, opasifikasi
• Tatalaksana
• Debridement epitel
• Amoebisida: polyhexamethylene biguanide (PHMB)
0,02%
Jawaban Lainnya
• A. Aspergillus sp  keratitis fungal
• B. Herpes simpleks virus  keratitis herpetik
• D. Pseudomonas aeruginosa  keratitis bakterial
• E. Herpes zoster  herpes zoster oftalmikus
Jadi, penyebab keluhan pasien ini
82 adalah…

C. Acanthamoeba sp
83 E. Blefaritis posterior

• Nn. Melati, 17 tahun, nyeri kelopak mata


sejak 3 hari lalu
• PF: penurunan fungsi kelenjar meibom

• Diagnosis?
Blefaritis: peradangan kelopak mata
(1) anterior : ulseratif (karena stafilokokus), nonulseratif (karena
seboroik)
(2) Posterior (kelainan kelenjar meibom)
• Terdapat dua tipe:
• ulseratif (karena
stafilokokus)
• nonulseratif (karena
Kelainan kelenjar meibom seboroik)
• Terapi: seka dengan air hangat untuk mempermudah
evakuasi pus (kompres hangat)
• Bersihkan tepi palpebra untuk membersihkan dengan krusta
(juga dengan kain hangat)
• Antibiotik: salep bacitracin/polimiksin B/eritromisin
Pilihan Lain
• A. Keratokonjungtivitis sika  mata kering
• B. Blefarokonjungtivitis  terdapat mata merah
(+)
• C. Keratitis bacterial  infiltrat (+) kornea
• D. Blefaritis anterior  tidak ada disfungsi
kelenjar meibom
83 Jadi, diagnosis pada pasien adalah…

E. Blefaritis posterior
84 A. Entropion involusional
• Ny. Lula, 65 tahun, mata
merah yang memberat
sejak 1 minggu
• Sering iritasi
• Tidak ada keluhan apa pun
pada mata, trauma, atau
riwayat pembedahan

• Diagnosis?
Entropion
• Definisi: berputarnya tepi kelopak mata (margo
palpebral) ke arah bola mata
• Kelopak mata bawah  biasanya involusional
• Kelopak mata atas  biasanya sikatrik
• Jenis:
• Entropion senilis/involusioal  overriding m.
orbicularis oculi preseptal ke tarsal, kekenduran
kelopak mata, disinsersi retractor kelopak, atrofi lemak
kelopak
• Entropion sikatrik  kontraktur karena luka bakar,
cedera sebelumnya, inflamasi, trauma, pembedahan
• Entropion kongenital
• Entropion spastik  erat dengan blefarospasme esensial
Entropion (2)
• Gejala dan tanda:
• Tepi kelopak mata berputar ke arah bola
mata
• Mudah iritasi, mata merah
• Kronis: komplikasi pada kornea
• Diagnosis
• Snap test, blink test, eversi kelopak
• Tatalaksana
• Tx awal: lubrikan pada mata, lanjut
pembedahan
• Entropion spastik  injeksi botulinum
Jawaban lainnya
• B. Entropion sikatrik  riwayat trauma, inflamasi,
pembedahan disangkal
• C. Entropion spastik  tidak ada keluhan mata
sebelumnya
• D. Ektropion  margo palpebral berputar keluar
• E. Epikantus  kelopak mata terlipat, menutupi
sudut medial mata

epikantus
83 Jadi, diagnosis pasien ini adalah…

A. Entropion involusional
A. Salep mata steroid +
85 tetes mata atropin
• Ny. Deswanti, 30 tahun, kedua mata kabur
dan silau saat meliha cahaya 4 bulan
terakhir
• Pengobatan TB
• PF: keratik presipitat, flare (+)

• Diagnosis: uveitis anterior


• Tatalaksana?
Vaughan & Asbury’s General Ophthalmology
UVEITIS
Uveitis Anterior = iridosiklitis
Inflamasi badan silier dan iris
Gejala dan tanda:
• Mata merah, nyeri, fotofobia, visus turun
• Injeksi silier
• Pupil miosis (pembeda dengan
glaukoma akutmidriasis)
• Keratik presipitat (deposit sel inflamasi
di kornea)
• Sinekia—komplikasi (posterior:
perlengketan iris dengan lensa, anterior:
perlengketan iris dengan kornea)
• Cell and Flare (kekeruhan cairan di bilik Tatalaksana:
mata depan) KORTIKOSTEROID
• Hipopion (eksudat di dasar bilik mata Midriatikum (sulfas atropin)  cegah sinekia
depan)
Sinekia posterior
Mutton fat/ keratik
presipitat

Efek Tyndall menunjukkan


peradangan di COA
Tatalaksana
• Siklopegik  mengurangi nyeri dan fotofobia,
mencegah sinekia posterior
• Atropin, siklopentolat, skopolamin
• Steroid topikal
• Contoh: Prednisolon asetat 1%, hidrokortison asetat
1,12%
• Kasus berat: kortikosteroid oral
• Penyebab virus, ec CMV  antivirus
• Kasus kronik, ec. terkait rheumatoid artritis
juvenile  metroteksat dipertimbangkan

Sumber: medscape
Uveitis TB
• Terkait dengan TB, penyebab M. tuberculosis
• Termasuk jarang
• Manifestasi: uveitis anterior granulomatosa,
koroiditis diseminata dengan vitritis
• Diagnosis dibuat dengan eksklusi penyebab uveitis
lain, dan apakah ada riwayat TB paru
• Tatalaksana: Kortikosteroid oral/topical/seperti
uveitis anterior pada umumnya + terapi TB (9 bulan
– rekomendasi CDC)
Sumber: AAO
Jawaban lainnya
• B. Salep mata tetrasiklin keratitis bacterial, atau
konjungtivitis bakterial
• C. Salep mata itraconazole  keratitis fungal
• D. Cetirizin 1 x 10 mg  kojungtivitis alergi atau
vernal
• E. Salep mata acyclovir  keratitis herpetik
85 Jadi, tatalaksana pasien ini adalah…

A. Salep mata steroid +


tetes mata atropin
86 D. Aspergillus sp
• Tn. Dono, 40 tahun, mata kanan merah,
berair, 2 hari
• 1 minggu: terkena tanaman saat akan berkebun
• PF: konjungtiva hiperemis, infiltrate satelit,
hipopion

• Diagnosis: keratitis fungal


• Penyebab?
Keratitis
• Inflamasi pada kornea  kornea
edema, injeksi silier, mata nyeri, Bacterial keratitis
visus turun.
• Etiologi: virus, bakteri, jamur,
parasite, atau non infeksi (trauma,
garukan, defisiensi vitamin A, dll)
• Pemeriksaan penunjang keratitis:
Fluorescent test atau pewarnaan
Rose Bengal.
• Fluorescent dye: tidak menetap
pada strome/ epitel kornea yg
intak  jadi kalau ada defek Lesi dendritic khas pada
kornea (inflamasi, ulkus, perforasi) keratitis herpetic (HSV)
= fluorescent test (+) Pada herpes zoster oftalmikus,
ditemukan pseudodendritik
Etiologi Keratitis
ETIOLOGI KARAKTERISTIK TATALAKSANA
Keratitis bakterial Sekret purulen , antibiotik topikal
pemakaian lensa kontak

Keratitis herpes simpleks Lesi dendritik antiviral topikal


Keratitis fungal Riwayat trauma dengan antifungal topikal
tumbuhan
Lesi satelit

Keratitis amuba Riwayat berenang + amebisida (tidak


diperberat jika memakai tersedia bebas), sebagai
lensa kontak alternatif dapat
diberikan antibiotik
Keratitis Fungal
• Dua jenis fungi penyebab:
• Ragi (Candida sp)
• Kapang (Fusarium sp dan Aspergillus sp)
• Gejala: nyeri perlahan, sensasi benda asing, penurunan
visus, secret berair/mukopurulen
• Tanda
• Candida: infiltrate putih-kuning supuratif, padat
• Kapang: lesi satelit, infiltrate putih-kuning tidak tegas,
penetrasi membrane Descemet
• Defek epitel, hipopion
• Tx:
• Candida: amfoterisin B 0,15%, natamisin 5%, flukonazol 2%
• Kapang: natamisin 5%, amfoterisi B 0,15%, miconazole 1%
• Berat: amtijamur oral/sistemik

Sumber: KSK IV
Jawaban lainnya
• A. Epidermophyton sp
 penyebab tinea
• B. Tricophyton rubrum
 penyebab tinea
• C. Herpes simpleks
virus  keratitis
herpetic, lesi dendritik
• E. Acanthamoeba sp  Keratitis amoeba
keratitis amoeba
Jadi, penyebab keluhan pasien ini
86 adalah…

D. Aspergillus sp
87 C. Neuritis Retrobulbar
Keywords:
• 44 tahun  nyeri saat bola mata digerakkan
dan disentuh.
• Pasien memiliki riwayat operasi katarak 5
tahun yang lalu.
• PF : Visus 1/300, skotoma sentral.
• PF mata anterior : normal.
• PF mata posterior : papil berwarna jingga dan
berbatas tegas (normal)

• Diagnosis?
Atrofi
papil

Edem papil
Pilihan lainnya

• A. Papilitis  optic disc hiperemis dan edem


• B. Neuroretinitis  swelling optic nerve head (papilitis)
and macula, Macular star (+)
• D. Endoftalmitis  mata merah visus turun, injeksi silier
(+), edema kornea, hipopion, risiko tinggi pasca operasi
mata, pergerakan bola mata normal.
• E. Panoftalmitis  sama dengan endoftalmitis,
pergerakan bola mata terbatas karena nyeri
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…
87
C. Neuritis Retrobulbar
88 A. Esotropia

• An. Dewi, 10 tahun, diantar ibu ke poli


mata karena penglihatan
• Hirschberg  refleks cahaya jatuh pada sisi
lateral mata kanan, mata kiri normal

• Diagnosis?
Gerakan Bola Mata
Tes Hirschberg
Strabismus manifes
Jawaban lainnya
• B. Eksotropia  mata juling keluar
• C. Hipertropia  mata juling ke atas
• D. Hipotropia  mata juling ke bawah
• E. Strabismus laten  strabismus yang normal
pada Hirschberg, dan tidak normal pada cover-
uncover test
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…
88
A. Esotropia
89 C. Vitamin A 200.000 IU
• Anak 3 tahun dengan keluhan penurunan
pandangan terutama saat menjelang sore hari.
• Ditemukan bitot spot pada konjungtiva.

• Tatalaksana yang tepat ?


Xeroftalmia
Akibat defisiensi vitamin A
Xeroftalmia

Xerosis konjungtiva Bitot Spot Xerosis kornea


Tatalaksana
Berikan suplemen vitamin A
• Usia < 6 bulan : 50.000 IU
• Usia 6 – 12 bulan : 100.000 IU
• Usia > 12 bulan : 200.000 IU

Diberikan pada
hari ke 1, 2, dan 14
Pilihan Lain
• A. Vitamin A 50.000 IU  untuk usia < 6 bulan
• B. Vitamin A 100.000 IU  untuk usia antara 6
bulan -12 bulan
• D. Vitamin C
• E. Asam folat
Jadi, terapi pasien ini adalah…

89 C. Vitamin A 200.000 IU
90 C. Ambliopia
• Sulit melihat tulisan di papan tulis
• VODS 6/15. Dikoreksi dengan S -2.00 VODS 6/9,
dikoreksi dengan S-2.50 VODS 6/9, dikoreksi dengan
S-3.00 VODS 6/12, dan dikoreksi dengan S-2.75
VODS menjadi 6/9.
• Pada pemeriksaan mata dengan hirschberg test,
tampak bayangan sinar tidak simetris di kedua
pupil.

• Diagnosis yang tepat?


AMBLIOPIA
Adalah kondisi visus turun pada salah satu/kedua mata akibat
gangguan perkembangan jaras saraf visus penglihatan sejak
kecil  otak hanya ‘belajar/ mengenali’ visus dengan tajam
penglihatan yang normal. Mata dengan visus kabur ‘terbiasa’
tidak digunakan  istilah = MATA MALAS

Tipe: strabismic amblyopia, deprivation


amblyopia (cth: katarak kongenital),
dan refractive amblyopia (cth: anisometropi).
TATALAKSANA
• Tatalaksana amblyopia: sedini mungkin (efektif pada usia
<14 tahun) oklusi/ patching mata yang normal, agar mata
yang mengalami gangguan ‘belajar’ untuk memperbaiki
visusnya.
• Bisa digunakan fulltime/ parttime.
• Selama beberapa bulan
STRABISMUS

• Strabismus is any misalignment of the eyes.


Pilihan Lain
• A. Anisometropia  perbedaan ukuran dioptri
antara mata kiri dengan kanan
• B. Antimetropia  perbedaan jenis sferis antara
mata kiri dengan kanan
• D. Aniseikonia  perbedaan ukuran bayangan
antara retina kiri dengan kanan
• E. Astenopia  kelelahan mata
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…

90 C. Ambliopia
91 B. Uji T berpasangan
• Membandingkan konsentrasi penyerapan 2 obat
dengan spesimen urin.
• Obat A diberikan, 1 jam kemudian konsentrasi obat
dalam urin dihitung.
• Durasi washed out obat 5 hari.
• Setelah seminggu bersih dari obat A, obat B
diberikan lalu 1 jam kemudian dihitung
konsentrasinya dalam urin.

• Uji statistik yg sesuai?


• Variabel bebas : pemberian obat A dan B. Termasuk
berpasangan karena dilakukan pada responden yang sama
(setelah wash out)
• Variabel tergantung : konsentrasi obat dalam urin

Variabel tergantung
Jumlah variabel bebas Jenis variabel Tidak berpasangan
tergantung berpasangan
Variabel 2 kelompok Nominal Chi square McNemar
bebas : Ordinal Mann Whitney Wilcoxon
kategorik
Numerik T-Unpair T-pair
>2 Nominal Chi square Cochran
kelompok Ordinal Kruskal-wallis Friedman
Numerik ANOVA Related-
ANOVA
Pilihan Lain
• A. Uji T unpair
• C. Chi square
• D. Anova
• E. Kolmogorov smirnov  digunakan untuk
menguji normalitas data
Jadi, uji statistiknya adalah…

91 B. Uji T berpasangan
92 B. 77/112
Demam tifoid Tidak demam tifoid

Alat uji baru (+) 20 35

Alat uji baru (-) 68 77

• Nilai spesifisitas alat uji baru tersebut adalah ?


Demam tifoid Demam tifoid
(+) (-)

A
UJI BARU (+) 20 (A) 35 (B) PPV = A + B

D
UJI BARU (-) 68 (C) 77 (D) NPV = C + D
Total 88 112

SENSITIVITAS SPESIFISITAS
A D
A+C B+ D
Uji Diagnostik
Membandingkan alat uji baru dengan baku
emas (gold standard).
baku emas
+ -
+ a b
alat uji

- c d

Baku emas “positif”  dianggap ada penyakit.


Misal: dalam kasus ditentukan benar benar menderita kanker kolon,
berdasarkan biopsi (baku emasnya)
Uji Diagnostik

Sensitivitas a
Dari yang sakit, berapa yang
hasilnya positif? a+c

Spesifisitas d
Dari yang tidak sakit, berapa b+d
yang hasilnya negatif?
Uji Diagnostik

Nilai duga positif/PPV a


Dari yang positif, berapa yang
sebenarnya sakit? a+b

Nilai duga negatif/NPV d


Dari yang negatif, berapa yang c+d
sebenarnya tidak sakit?
Jadi, spesifisitasnya adalah…

92 B. 77/112
B. Non eksperimental
93 dengan pembatasan subyek
• Karena kejadian penyakit jantung sebagian besar
dialami oleh usia dewasa, maka ia menentukan
karakteristik sampel yang akan dia ambil dari
subyek berusia lebih dari 35 tahun.

• Prinsip yang dilakukan dokter tersebut ?


Matching
 mencocokkan karakteristik
responden lalu menempatkan dalam 2
kondisi
Prinsip dasar randomisasi
 memberi perlakuan maupun seleksi
responden secara acak.
Randomisasi
• Pada eksperimental  diberi perlakuan secara acak
pada kelompok 1 maupun kelompok 2, untuk
kemudian dibandingkan outcome (hasil akhirnya).
• Pada studi observasional  seleksi pasien secara
acak dengan tujuan untuk mencegah bias seleksi.
Jadi, prinsipnya adalah…
B. Non eksperimental
93 dengan pembatasan subyek
94 A. Selection bias

• Dr. Budiman membaca laporan penelitian


mengenai terapi PJK pada pasien yang
dilakukan tindakan bedah vs pengobatan
• Tindakan bedah berusia lebih muda

• Jenis isu validitas?


Sumber-sumber bias
1. Proses seleksi atau partisipasi subyek ( bias
seleksi)
2. Proses pengumpulan data ( bias informasi)
3. Tercampurnya efek pajanan utama dengan efek
faktor risiko eksternal lainnya ( perancu/
confounding)
3 karakteristik penting bias seleksi
1. Terjadi ketika menggunakan kriteria yang
berbeda dalam prosedur seleksi subyek
2. Besar dan arahnya seringkali tidak dapat
diperkirakan
3. Bias ini, sekali terjadi tidak dapat dikendalikan,
melainkan hanya dapat dicegah.
Bias informasi
• Bias informasi (information bias) atau bias
observasi (observation bias) atau bias pengukuran
(measurement bias) adalah bias yang terjadi karena
perbedaan sistematik dalam mutu dan cara
pengumpulan data
• (misalnya karena menggunakan kriteria atau
metode pengukuran yang tidak sahih) tentang
pajanan atau penyakit/masalah kesehatan dari
kelompok-kelompok studi.
Bias informasi
• Bias lainnya yg terkait dengan kesalahan pengukuran yg
dapat berujung pada misklasifikasi penyakit atau pajanan
adalah:
• Recall bias (bias mengingat kembali) dari subyek penelitian yg
terjadi karena misalnya kemampuan pasien mengingat informasi
pajanan berbeda pada kelompok kasus dan kontrol.
• Interviewer bias (bias pewawancara) terjadi karena subyektifitas
atau sugesti pewawancara dalam proses pengumpulan data.
• Clever Hans effect yg terjadi karena subyek merubah respons
agar sesuai dengan apa yg (dianggap oleh subyek)
menyenangkan peneliti/ pewawancara.
Pilihan Lain
• b. Confounding variable factor lain yang bias
mempengaruhi outcome
• c. Chance  random error
• d. Information bias  bias karena perbedaan
pengumpulan data
• e. Recall Bias  subyek penelitian kehilangan
kemampuan mengingat kembali
Jadi, isu validitas yang ditemukan
94 adalah…
A. Selection bias
95 B. Double blind trial

• Efek antihipertensi dari obat A, B, C


• Semua kriteria iklusi dipilih dan diberikan salah
satu dari obat tersebut
• Dokter dan subjek sama-sama tidak mengetahui
jenis obat antihipertensi yang diberikan

• Jenis penelitian?
RCT
• Salah satu studi eksperiemental untuk mengurangi
bias pada percobaan terapi baru  gold standard
clinical trial
• Membagi 2 kelompok: penerima terapi dan
penerima placebo (control)  mengurangi bias
seleksi
• Dulu, terbagi menjadi single-blind, double-blind,
triple blind, sejak CONSORT Statement 2010,
• Reports of blinded RCT should discuss "If done, who was
blinded after assignment to interventions (for example,
participants, care providers, those assessing outcomes)
and how.”
Blinded-experiment
• Eksperimen yang inforasinya disimpan dari partisipan,
untuk mengurangi bias, sampai trial outcome diketahui
• Single-blind: partisipan tidak mengetahui mengenai
informasi penelitian (apakah masuk ke grup kontrol
atau grup eksperimen), sedangkan peneliti mengetahui
• Masih riskan terhadap experimenter bias
• Double-blind: partisipan dan peneliti sama-sama tidak
mengetahui informasi penelitian  subyek mana yang
masuk kontrol/eksperimen
• Dapat mengurangi placebo effect, observer bias, experimenter
bias
• Triple-blind: partisipan/peneliti/panitia penyelenggara
penelitian/penganalisis data, tidak mengetahui
informasi penelitian
Pilihan Lain
• A. Single blind trial  dokter mengetahui jenis
obat yang diberikan
• C. Triple blind trial  panitia/penganalisis data
tidak mengetahui informasi penelitian
• D. Randomized controlled trial  terlalu general
• E. Pre and post test trial  bukan itilah lazim
Jadi, jenis penelitian adalah…
95
B. Double blind trial
C. Distribusi kejadian
96 hipertensi pada guru SMA
• Dr. Topan bekerja di PKM kotaratu,
penelitian mengenai hubungan kadar
kolesterol, TG, Hb, dan usia, terhadap TD
diastole guru SMA suatu kota.
• Desain penelitian: cross-sectional

• Yang dapat diketahui dari desain tsb?


Cross-sectional study
• Studi observasional yang menganalisis data dari
populasi, atau subyek penelitian, dalam waktu yang
spesifik (specific point in time)
• Melihat data seluruh populasi, mendeskripsikan
risiko relatif, melihat hubungan faktor risiko dan
penyakit
• Keunggulan: murah, cepat
• Kekurangan: tidak dapat menjawab pertanyaan
spesifik, tidak dapat mengetahui sebab-akibat,
confounding factor imasih terlibat
Case control study
• Penelitian epidemiologis analitik observasioal,
menelaah hubungan antara efek (penyakit) dengan
factor risiko tertentu
• Dapat melihat seberapa besar peran faktor risiko
terhadap penyakit, melihat hubungan sebab-akibat
• Keunggulan: satu-satunya cara untuk kasus jarang
atau masa laten panjang, cepat, biaya murah dan
efisien, dapat mengidentifikasi beberapa factor
risiko
• Kelemahan: mengandalkan daya ingat/rekam medis
(ada bias recall), validasi sulit, tidak memberikan
incidence rates
Cohort study
• Merupakan studi dengan dua atau lebih kelompok
orang dengan karakteristik serupa, yang salah
satunya menerima pengobatan/terkena factor
risko/atau memiliki gejala tertentu, dan kelompok
lain tidak
• Melihat hubungan factor risiko-penyakit
• Keunggulan: menentukan factor risiko yang
menyebabkan penyakit, mengurangi recall error
• Kelamahan: mahal, follow up dalam waktu lama
Pilihan Lain
• A. Penyebab tingginya kadar kolesterol pada guru
SMA  tidak terkait dengan penelitian
• B. Insiden kejadian hipertensi pada guru SMA
pada suatu waktu  dapat terlihat di kohort
• D. Penyebab hipertensi pada guru SMA  kohort
atau kasus kontrol
• E. Temporal relationship penyebab hipertensi
pada guru SMA  temporal relationship: the
timing of the relationship between factor and
outcome  salah satu kriteria untuk menilai
kausalitas  kohort/kasus kontrol
Jadi, yang dapat diketahui adalah…
96
C. Distribusi kejadian
hiperteni pada guru SMA
A. Seftriakson injeksi adalah
97 obat yang paling efektif
• Hasil literatur :

Jenis obat Number needed to treat (NNT)


Seftriakson 2,3
Kanamisin 4,0
Sefiksim 3,8

• Bagaimana interpretasi hasil penelitian ?


PRINSIP DASAR
• NNT yang makin tinggi menandakan semakin tidak
efektif tatalaksana tersebut
• Sebaliknya, NNT yang makin rendah menandakan
semakin efektif tatalaksana tersebut
Jadi, interpretasinya adalah…
A. Seftriakson injeksi adalah
97 obat yang paling efektif
98 A. Autonomi

• Tn. Tori, penderita DM dan kotrol teratur ke


klinik pribadi dr. Anis
• Pasien rutin mengonsumsi jamu herbal dan obat
dokter
• Dokter menghormati keputusan tersebut

• Prinsip apakah yang dianut?


Kaidah Dasar Bioetik
by Beauchamp and Childress

Beneficence

• Dokter mengupayakan yang ‘terbaik’ untuk pasien.


• Sering dalam kondisi dokter memiliki banyak waktu dan
banyak pilihan untuk memilih yang terbaik.
• Contoh: memberikan obat generik

Non-maleficence

• First do no harm.
• Sering dalam keadaan cito.
• Dokter harus memberikan yang terbaik diantara yang buruk.
• Contoh: menolak aborsi tanpa indikasi medis
Autonomi

• Dokter menghormati hak/ keputusan pasien (yang


kompeten).
• Contoh: menjaga rahasia medis pasien.

Justice

• Dokter memegang prinsip sama rata.


• Menghormati hak masyarakat/ kepentingan bersama.
• Prinsip keadilan.
• Contoh: dokter memberikan pelayanan medis yang
sama dengan pasien yang berbeda suku maupun
agama.
ANALISIS KASUS
• Dalam hal ini, dokter menghormati keputusan
pasien sehingga dokter menganut prinsip
autonomi
• Sementara itu, karena jamu bukanlah pengobatan
yang berdasarkan evidence based medicine, maka
sebaiknya dokter menyarankan pasien untuk tidak
mengonsumsinya. Sehingga, pada kasus ini, dr. Anis
melanggar beneficence.
Pilihan Lain
• B. Beneficence  dilanggar oleh dokter
• C. Non-maleficence  DO NO HARM, biasa untuk
kasus kegawatdaruratan
• D. Justice  prinsip sama rata
• E. Prima facie  penentu kaidah dasar bioetika
Jadi, prinsip yang dianut dokter
98 adalah…

A. Autonomi
99 A. UU Praktik Kedokteran

• Dokter Tanu menggantikan praktik dokter


spesialis yang berhalangan hadir di RS
Berjaya

• Apakah kaidah yang dilanggar pada kasus


ini?
UU Praktik Kedokteran: BAB VII
Penyelenggaraan Praktik Kedokteran
Bagian kesatu
Surat Izin Praktik

Pasal 36
Setiap dokter dan dokter gigi yang melakukan praktik
kedokteran di Indonesia wajib memiliki surat izin praktik
Pasal 38
Untuk mendapatkan surat izin praktik sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 36, dokter atau dokter gigi harus:
a. memiliki surat tanda registrasi dokter atau surat tanda registrasi
dokter gigi yang masih berlaku sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 29, Pasal 31, dan Pasal 32;
b. b. mempunyai tempat praktik; dan
c. c. memiliki rekomendasi dari organisasi profesi.
Analisis kasus
• Dokter Tanu tidak memiliki SIP di tempat tersebut
sebagai dokter spesialis, ataupun STR sebagai
dokter spesialis
•  Melanggar UU Praktik Kedokteran
Pilihan Lain
• B. Hukum Perdata  bukan jawaban yang tepat
• C. Profesionalitas  bukan jawaban yang tepat
• D. Undang-undang Permenkes  bukan jawaban
yang tepat
• E. Beneficence  bukan jawaban yang tepat
99 Jadi, kaidah yang dilanggar adalah…

A. UU Praktik Kedokteran
B. Memanggil keluarga pasien
100 yang lain untuk dijelaskan
• Bp. Dodi 60 tahun membawa anak yang
berusia 15 tahun sesak demam
• Anak endocarditis
• Dokter menjelaskan tentang penyakit dan
tatalaksaa, ayah tidak mengerti

• Yang selanjutnya dilakukan dokter?


Peraturan Menteri Kesehatan No. 290 Tahun
2008

• Semua tindakan harus dengan persetujuan pasien yang


kompeten
– Kompeten: usia cukup (18 tahun ke atas) atau telah/pernah menikah,
sadar, tidak cacat mental
– Bila pasien tidak kompeten, maka persetujuan berhak diberikan oleh
keluarga terdekat (suami/istri, orang tua kandung, anak kandung,
saudara kandung) atau wali

• Tindakan berisiko tinggi harus dengan persetujuan tertulis


• Untuk keadaan gawat darurat (mengancam jiwa) dimana pasien
tidak kompeten dan tidak ditemukan yang berhak mewakilinya,
dokter dapat melakukan tindakan tanpa persetujuan
• PerMenKes No. 585/Men.Kes/Per/IX/1989 pasal 3
ayat (1) dan SK PB-IDI No. 319/PB/A.4/88 butir 3 :
setiap tindakan medis yang mengandung resiko cukup besar,
mengharuskan adanya persetujuan tertulis, setelah
sebelumnya pihak pasien memperoleh informasi yang kuat
tentang perlunya tindakan medis serta resiko yang berkaitan
dengannya (telah terjadi informed consent).
Analisis kasus
• Dokter tetap harus memberikan informasi lengkap
mengenai penyakit dan tatalaksana kepada pasien
• Masih berusia 15 tahun, pemegang keputusan berada di
tangan orang tua
• Dokter memiliki hambatan untuk menjelaskan kepada
ayah, maka dokter dapat mencari anggota keluarga lain
sebagai wali/pemberi keputusan
Pilihan Lain
• A. Meminta bantuan perawat untuk menjelaskan
 kurang tepat, karena hal tersebut adalah
tanggung jawab dokter
• C. Menyerahkan pasien kepada dokter spesialis
anak untuk menjelaskan  kurang tepat
• D. Langsung menyuruh ayah pasien untuk
menandatangani surat penolakan/persetujuan 
tidak tepat
• E. Tetap berusaha menjelaskan sampai ayah
pasien mengerti  sudah dijelaskan 3x, dapat
mencari wali/anggota keluarga lain
100 Jadi, yang tepat dilakukan adalah…

B. Memanggil keluarga pasien


yang lain untuk dijelaskan
101 B. Taenia saginata

• Laki laki 24 tahun


• Mual pusing lemas
• Cacing gravid dikotom bercabang 24

• Etiologi
Dikotom seperti cabang pohon
Jawaban lain
• a. Taenia solium
• b. Taenia saginata
• c. Fasciola hepatica  cacing di hepar
menimbulkan obstruksi, ikterik
• d. Echinococcus granulosis  cacing pita ditularkan
melalui kotoran anjing (diphyllum)
• e. Ascariasis lumbricoider
Jadi, etiologi yang tepat kasus diatas adalah…
101

B. Taenia saginata
102 C. Strongiloidasis

• An 7 tahun
• Diare
• Nyeri dada dan perut
• Kemerahan sekitar anus
• Ditemukan

• Etiologi
Strongyloides stercoralis
• Cacing nematoma genus
Strongyloides
• Soil –transmitted dan larva mampu
menembus kulit
• Bisa mengalami autoinfeksi  larva
di usus melakukan penetrasi dan
melakukan reinfeksi  bisa infeksi
seumur hidur
• Gejala
• Nyeri perut, Nyeri dada, Diare, Batuk,
Ruam , BAB berdarah
Siklus hidup Strongyloides
Jawaban lain
• A. Ascariasis 
menyebabkan
malnutrisi, cacing besar
tanpa perlu mikroskop
• B. Trichuriasis
• D. Oxyuriasis
• E. Taeniasis
Jadi, diagnosis yang tepat kasus diatas adalah…
102

C. Strongyloidiasis
103 D. Propanolol
• Laki laki 45 tahun
• Muntah darah 30 menit
• Minum alkohol, riwayat hep C
• TD 90/70 mmHg, N 110 kali per menit, RR
28 x/menit
• Konjungtiva anemis, asites, pelebaran
pembuluh vena di dada

• Pencegahan rebleeding
Tatalaksana perdarahan Upper GI
• Stabilisasi tanda vital
• Intubasi untuk proteksi airway
• IV fluid
• Transfusi darah
• Mengatasi kondisi penyebab
• Analog somatostatis (octreotide)
• Intervensi bedah
• Ligasi dengan Endoskopi
• Pencegahan bleeding/ rebleeding
• Beta blocker
• Antibiotik
Jawaban lain
• A. Octreotide  konstriksi sirkulasi splanknik untuk
menekan perdarahan
• B. Omeprazole  kasus ulkus peptikum
• C. Lactulosa  mencegah ensefalopati hepatikum
• E. ISDN  venodilator untuk menurunkan
hipertensi porta
103 Jadi, pencegahan rebleeding pasien
Tn Surya adalah....

D. Propanolol
104 A. Prazikuantel
• Diare 1 minggu
• Mual, nyeri perut, demam
• Berenang di Danau Lindu
• Telur cacing 50 x 70 u, bulat,
dengan duri rudimenter

• Pilihan obat yang tepat adalah…


Skistosomiasis
Disebabkan oleh Schistosoma
japonicum

Manifestasi klinis:
• Akut (2-8 minggu post infeksi):
anorexia, muntah, nyeri
abdomen, diare (berdarah),
demam, rash, hepato-
splenomegali
• Kronik: fibrosis hepar,
hipertensi portal

Sumber: CDC
Skistosomiasis
• Terdiri dari: S.japonicum (duri rudimenter), S.mansoni
(duri lateral), S.hematobium (duri terminal)
• Telur: duri
• Manifestasi klinis:
✓Diare
✓Nyeri perut
✓Mual-muntah
✓Gatal-gatal
• Parasit endemis di Danau Lindu
Tatalaksana

• Prazikuantel
S.Hematobium dan S.mansoni  40 mg/KgBB dibagi
2 dosis
S. Japonicum 60 mg/KgBB dibagi 2 dosis
Diagnosis dan Pengobatan
• Diagnosis:
• Ditemukan telur di feses, biopsi jaringan
• Pemeriksaan imunologi:
• Circum oval Precitipitin Test
• ELISA

• Tatalaksana:
• Praziquantel 60 mg/kgBB

Sumber WHO
Pilihan lainnya
• B. Albendazol  ascaris, enterobiasis,
• C. Mebendazol  ascaris, enterobiasis
• D. DEC  filariasis
• E. Pyrantel pamoat  pilihan pada ibu hamil
Jadi, terapi yang tepat adalah…
104

A. Praziquantel
105 B. Omfalitis

• Bayi 7 hari, demam 2 hari, malas


menyusu
• Lahir spontan dukun beranak
• S 38,3
• Pusat kemerahan, tali pusat basah
bernanah

• Diagnosis pasien adalah


Omfalitis
• Infeksi neonatal akibat kurang perawatan tali pusat
• Jaringan nekrotik dan lembab adalah media
kolonisasi yang baik
• Bisa tetap terlokalisasi di pusat atau meluas ke
dinding abdomen, peritoneum, pembuluh darah
porta atau umbilikal, serta liver
• Selulitis dinding perut atau necrotizing fasciitis
meningkatkan kejadian sepsis
• Bakteri: s.aureus, streptococcus grup A, E.coli,
K.pneumoniae, P.mirabilis
Omfalitis
• Tatalaksana:
• Abses: insisi, drainase
• Selulitis dan fasciitis: debridement
• Medikamentosa : AB spectrum luas (vancomycin +
aminoglikosida)
• Perawatan: dry care saat ini menjadi pilihan karena
mempercepat waktu puput, tetapi tidak lebih buruk
dalam hal kolonisasi bakteri dibanding profilaksis salep
antistaphylococcal  bacitracin

Sumber:Nelson, uptodate, Medscape


Omphalocele

• Tatalaksana awal :
- cegah dehidrasi
- cegah hipotermia
: tutup kasa NaCl
dan plastic wrap
- cegah infeksi
- rujuk

Sumber : medscape
• Manajemen awal dilakukan sesuai prinsip ABC. Dekompresi
lambung penting dilakukan untuk mencegah distensi traktus
gastrointestinal serta aspirasi. Setelah resusitasi berhasil dan pasien
stabil, dilakukan evaluasi defek abdomen. Terdapat perbedaan
dalam manajemen antara kasus gastroskisis dengan omfalokel.
• Diperlukan perhatian khusus pada pasien dengan gastroskisis untuk
mencegah kehilangan panas dan evaporasi dari visera yang
terekspos dengan kontrol suhu lingkungan dan
pemasangan bag menutupi defek.
• Pada omfalokel membran penutup visera perlu dijaga agar tetap
intak dan lembab. Stabilisasi kantong untuk mencegah trauma.
Bila kantong omfalokel ruptur, visera yang terpapar ditangani
seperti gastroskisis. Jika kondisi pasien dengan omfalokel stabil,
perlu dilakukan evaluasi terhadap kemungkinan kelainan penyerta
Jawaban Lainnya
• D. Defans muskuler  peritonitis
• E. Selulitis dinding perut  infeksi pada lapisan
dermal kulit, berubah warna merah-ungu-biru-abu,
muncul lepuhan (bulla), disintegrasi kulit, demam
tinggi hingga 41
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…

105 B. Omfalitis
106 E. Paramyxovirus

• Demam 2 hari
• Bengkak di kedua pipi, nyeri saat
makan
• Kakak mengalami keluhan sama 1
bulan lalu
• Rongga mulut bersih tidak ada pus

Etiologi yang tepat adalah


Parotitis Epidemika (Gondongan)
• Infeksi virus Mumps, gol. Paramyxovirus
• Transmisi dan patogenesis
• Masuk melalui hidung/mulut  replikasi di mukosa
sal.napas atas  kel.limfe regional  viremia 3-5 hari
 organ target: kelenjar parotis, ovarium, pankreas,
tiroid, ginjal, jantung, otak  apoptosis sel
• Gej.klinis
• Prodromal: malaise, nyeri otot daerah leher, nyeri
kepala
• Diikuti pembengkakan kel.liur: parotis, submaksilaris,
sublingual. Sebagian besar (70-80%) bilateral, 25% uni
• Gej.klasik: sakit telinga jika mengunyah, nyeri jika
makan asam
• Orkitis-epididimitis  gej.klinis tersering kedua
setelah parotitis pada laki-laki dewasa

Buku Ajar Infeksi IKA FKUI


CDC – epidemic parotitis
Parotitis Epidemika (Gondongan)
• Diagnosis ditegakkan secara klinis, fitur
lain:
• Riw.kontak 2-3 minggu sebelum onset
• Parotitis atau keterlibatan kelenjar lain
• Tanda meningitis aseptik
• Terapi: self-limiting disease, suportif:
hidrasi dan nutrisi yang cukup, analgesik
untuk mengurangi nyeri
• Komplikasi: ketulian akibat neuritis,
mielitis, DM (patogenesis belum jelas),
hepatitis, miokarditis, artitis, tiroiditis
Buku Ajar Infeksi IKA FKUI
CDC – epidemic parotitis
Vaksinasi MMR
• MMR (Mumps, Morbili,
Rubella): Trimovax
• Live attenuated
• Kontraindikasi:
imunokompromais,
malignancy
• Jadwal:
• 12-15 bulan
• 6 tahun Sumber : pedoman
imunisasi, IDAI
Parotitis Supuratif
• Bisa disebabkan oleh bakteri dan
virus
• Bakteri : S.aureus
• Terjadi pada dewasa,
dehidrasi/terintubasi, malnutrisi,
kalkulus kelenjar saliva
• Eritem, nyeri, trismus, disfagia,
pus di ductus stensen
• Terapi: hidrasi, antibiotik IV,
mungkin butuh insisi dan
drainase
Jawaban lain
A. RSV Bronkiolitis
B. HPV  human papiloma virus, penyebab kutil
(1,2), Kondiloma akuminata (6,11), Kanker serviks
(16,18)
C. HSV tipe 1  herpex simpelx virus, gejala
lenting/sariawan di mulut. Type 2 di kelamin
D. Pox Virus  penyebab moluskum contagiosum
Jadi, etiologi penyakit pasien ini
adalah…
106 E. Paramyxovirus
D.Limfoma Hodgkin
107
• Laki-laki usia 54 tahun, beberapa
benjolan dileher dan ketiak, yang di
leher membesar ukuran
kelerengtelur ayam, tidak ada
nyeri, berat badan menurun.
• PF: TTV dbn, konjungtiva pucat,
status lokalis: benjolan multiple di
regio colli dan inguinal diameter 5-8
cm, konsistensi keras, nyeri tekan (-)
• PP: sebukan sel limfosit inti
pleomorfik
• Diagnosis??`
Limfomaa
• Keganasan limfosit
• Dua tipe utama yaitu:
Hodgkin dan Non Hodgkin
• Faktor risiko mencakup: usia
<60 tahun, laki-laki,
imunodefisiensi, autoimun,
riwayat keluarga, radiasi
Pemeriksaan Penunjang
• Aspirasi jarum halus  sitologi  nukleus besar
(rasio inti lebih besar daripada sitoplasma, nukleus
pleomorfik/polimorfik, hiperkromatin)
• Dilanjutkan dengan biopsi  histologi
• Perbedaan antara Hodgkin dengan Non Hodgkin
adalah ditemukan Reed-sternberg cell pada Hodgkin
• Tatalaksana:
kombinasi kemoterapi
dan radioterapi
Jawaban lainnya

• A.Limfadenitis tuberkulosa  (nekrosis kaseosa/perkijuan, sel


datia langhans, epiteloid, dan reaksi granuloma/hipersensitivitas
tipe IV)
• B.Limfadenitis non spesifik  inflamasi KGB yang disebabkan
oleh virus, bakteri, dibedakan menjadi akut dimana tanda-tanda
inflamasi ada dan kronik dimana tanda inflamasi minimal.
• C.Limfangiosarkoma  keganasan yang berasal dari pembuluh
limfe
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…

107 C. Limfoma Hodgkin


108 E. Azitromisin

• Jahal, anak laki-laki 8 tahun


• diare 12 kali sejak kemarin malam.
Diare tidak berlendir dan ampas.
• Diare seperti air cucian beras
• TD 90/60 mmHg nadi 110x/menit RR
24 ×/mnt suhu 37.8C. Pemeriksaan
feses ditemukan gram batang negatif.

• Terapi yang tepat adalah


Kolera
• Penyebab : Vibrio cholera  khas penyebab diare
profuse sampai menyebabkan dehidrasi
• Campylobacter jejuni, Shigella disentri, E. Yersenia
enterocolitis  diare darah
• Salmonella cholerasius  diare tanpa darah, demam,
sering akibat ternak
Vibrio cholera
• Gram-negative curved bacillus
dengan flagela tunggal
• Gejala khas: profuse secretory diarrhea, pada
kasus berat dehidrasi yang terjadi dapat
menyebabkan kematian. Umumnya tidak nyeri
dan tanpa demam
• Merupakan organisme di air asin. Transmisi
sekunder melalui fecal oral, dapat dari makanan
yang terkontaminasi
• Terapi: rehidrasi lalu AB pilihan: azitromisin,
tetrasiklin, doksisiklin, Trimethoprim
sulfamethoxazole, ciprofloxacin
• Antibiotic regimens for the treatment of cholera
Tetracycline has been shown to be effective treatment
• single 300mg dose of doxycycline has shown to be
equivalent to tetracycline treatment
• Erythromycin is effective for cholera treatment, and
appropriate for children and pregnant women
• Orfloxacin trimethoprim-sulfamethoxazole (TMP-SMX) and
ciprofloxacin are effective, but doxycycline offers
advantages related to ease of administration and
comparable or superior effectiveness.
• azithromycin has been shown to be more effective
than erythromycin and ciprofloxacin 15, 16 and is an
appropriate first line regimen for children and
pregnant women.
Terapi Kolera pada Anak dan Ibu
Hamil
• Doxycycline dan tetracycline tidak boleh untuk ibu
hamil dan anak (<8 tahun)
• Kuinolon tidak direkomendasikan karena toksik
pada kartilago
• Pilihan: azithromisin dan eritromisin
• Azitromisin: 20 mg/kgBB single dose
• Eritromisin: 4x12,5 mg/kgBB selama 3 hari
Jadi, terapi antibiotik pasien ini
adalah…
108 E. Azitromisin
109 C. Enterokolitis nekrotikans
• Bayi Matian, berusia 4 hari
• diare bercampur darah.
• Bayi lahir 34 minggu (prematur) BB 2000 gram
langsung menangis dan gerak aktif.
• Saat ini bayi mendapat susu formula, karena ASI
tidak keluar.
• Pada PF didapatkan eritema pada dinding
abdomen dan suhu bayi 38,9 C.
• Diagnosis yang tepat?
Necrotizing enterocolitis
KEMATIAN JARINGAN USUS (INJURI MUKOSA 
FULL TICKNESS NECROSIS PERFORASI
PREDISPOSISI:
• Prematur, bayi < 1500 gr
• Formula-fed infant
• GEJALA: muntah, diare, distensi abdomen, abdominal wall
erythema, BAB darah (bisa sampai penurunan kesadaran!!)
• DIAGNOSIS:
• LAB: neutropenia
• Foto polos x-ray: PNEUMATOSIS INTESTINALIS (udara
pada dinding usus)
• TATALAKSANA: nutrisi parenteral, antibiotik
Pilihan lainnya
• A. Intususepsi: tidak tepat karena gejalanya adalah
trias: red currant jelly stool+ massa zaitun di
epigastrium+ kolik abdomen
• B. Gastroenteritis: diare, kurang sesuai untuk kasus,
karena diare berdarah pd bayi bkn diare biasa
• D. Kolitis pesudomembran= antibiotic associated
diarrhea, pd org dewasa seringnya, berkaitan dg
penggunaan antibiotik tidak rasional
• E. volvulus: anak, kembung, muntah hijau (bilier) +
tanda obstruksi:
• bab, flatus tidak bisa
• bising usus meningkat, perkusi timpani
Jadi, kemungkinan diagnosis
109 pada bayi ini adalah

C. Enterokolitis nekrotikans
Hepatitis A dan riwayat
110 Imunisasi Hep B
• Wanita 19 th, kuning disertai nyeri perut
kanan atas, demam. BAK teh, terjadi juga di
temannya
- IgM anti HAV (+), HbsAg (-), anti HCV (-), IgG
dan IgM anti HBC (-) anti HBS (+)
- OT/PT meningkat sekali

• Apakah diagnosis yang tepat ?


- Hepatitis A
- Riw. Imunisasi Hep B
Hepatitis A Akut
• Demam • Tatalaksana:
• Keluhan sistemik tidak khas 1. Suportif
(mual, muntah, nyeri - Antipiretik
perut).
• Kencing seperti air teh. - Asupan kalori cukup
• Faktor risiko fekal oral
• PF: ikterus, hepatomegali,
nyeri tekan perut kanan
atas.
• Lab : SGPT, SGOT, IgM anti
HAV.
• Komplikasi : hepatitis
fulminan
Hepatitis A
• Penyebaran secara fekal-oral
Patogenesis
• Fase pre ikterik: gejala konstitusional seperti
anoreksia, mual-muntah, malaise, mialgia, nyeri
kepala, demam.
• Fase ikterik: ikterik, hepatomegali, urin berwarna
air teh.
• Fase perbaikan (konvalesens): gejala-gejala sudah
menghilang, hepatomegali dan peningkatan enzim
transaminase masih ada.
• Sebanyak <1% berkembang menjadi hepatitis
fulminan yaitu ensefalopati dan koagulopati setelah
8 minggu munculnya gejala.
Pemeriksaan Penunjang
• IgM anti HAV  Infeksi akut  untuk diagnosis
• IgG anti HAV  Infeksi lampau
• Tidak ada istilah hepatitis A kronik
• Tidak ada infeksi untuk kedua kalinya (kekebalan
seumur hidup)
• SGOT dan SGPT meningkat (biasanya SGPT lebih
tinggi)
• Koagulopati dan hipoalbuminemia jarang
ditemukan
Serologi Hepatitis
Pilihan Lain
• A. Hep A benar, riw Hep B salah karena IgG anti HBc
(-)
• B. Hep B kronik salah  HBsAg (-), IgM dan Igg anti
Hbc (-), tidak menderita hep B
• D. Hepatitis C salah  Anti HCV (-)
• D. Hepatitis B window periode salah karena IgM
(-). Windows period: HbsAg (-), IgM anti HBc (+)
110 Jadi, diagnosis pasien adalah

A. Hepatitis A dan riwayat


imunisasi Hep B
111 C. Pasang NGT
- Ny. Kembung, 35 tahun, keluhan perut terasa
sangat begah, nyeri, tidak dapat kentut dan
BAB sejak 4 hari
- Abdomen: tampak distensi, Darm
contour(+), darm steifung (+), nyeri tekan
periumbilikus, bising usus meningkat dan
suara “metalik”, defans muskular
- foto polos abdomen: herringbone dan
stepladder appearance
Diagnosis: ileus Obstruktif
Tatalaksana awal ?
Tatalaksana
• NGT untuk dekompresi
• Kateter urin untuk menilai urin output
• Resusitasi cairan dan koreksi elektrolit
• Antibiotika spektrum luas

• Pada paralitik atasi penyebab


• Pada obstruktif: laparotomi/laparoskopi
Pilihan lainnya

• A. O2 10 lpm pasien tidak sesak, ataupun ada


indikasi masalah breathing
• B. Pasang infus RL- TTV Normal, keluhan utama
nyeri krn perut amat begah, lebih tepat pasang NGT
dulu
• D. Barium enema  pemeriksaan lanjutan, bukan
tatalaksana awal
• E. Pungsi cairan peritonium kasus ascites
111 Jadi, tatalaksana awal kasus
adalah

C. pasang NGT
112 B. Clostridium difficile

• Laki laki 18 tahun


• Diare, demam, keram perut
• Konsumsi antibiotik
Kolitis pseudomembran
• Adanya pseudomembran di mukosa kolon
atau usus kecil
• Clostridium difficile (penggunaan antibiotik
gangguan keseimbangan flora usus  bakteri
mengeluarkan toksin yang menyebabkan
inflamasi mukosa)
• Gejala: diare, keram perut, anoreksia, malaise
• Tanda: demam, dehidrasi, nyeri abd bawah,
rebound tenderness
• Lab: kultur feses
• Tatalaksana: metronidazol atau vankomisin
PRINSIP TATALAKSANA
• RINGAN (diare tanpa demam, nyeri perut,
maupun leukositosis) : stop antibiotik penyebab
• RINGAN-SEDANG : Metronidazole atau
vancomycin selama minimal 10 hari
• BERAT : Vankomycin selama minimal 10 hari
• KOMPLIKATA : Vancomycin, lebih efektif dan
menunjukkan perbaikan segera. Perlu
dikombinasi dengan metronidazol.

Medscape.com
Jadi, tatalaksana pasien ini adalah…

112 B. Clostridium difficile


113 D. Divertikulitis

• Perempuan, 68 thn
• nyeri perut kiri bawah mendadak dan
demam
• Mual dan sulit BAB
• nyeri tekan pada kuadran kiri bawah, bising
usus (+)
• Lab : leukosit 14.800/ul
• Diagnosis pada kasus di atas yang
mungkin?
Diverticulitis inflamasi satu/lebih diverticula
Diverticula adalah kantung kecil yang disebabkan oleh herniasi
mukosa ke dinding kolon. Banyak diverticula diverticulosis
diverticulitis
• Penyakit diverticular bervariasi dari asimptomatik,
simptomatik tanpa komplikasi dan simptomatik dengan
komplikasi (akut dan kronik)
• Divertikulitis kebanyakn dialami orang tua, tetapi dapat juga
dialami usia muda (20%)
• Gejala klinis  tergantung lokasi, keparahan, dan komplikasi yang
terjadi
• LLQ pain (70% kasus)
• diare
• Mual muntah
• Konstipasi
• Flatulens
• Kembung
• PF: pada diverticulitis, dapat ditemui nyeri yang terlokalisasi pada
area yang terkena dan demam. Seringnya nyeri tekan LLQ (area
kolon sigmoid)
• Pada diverticulitis komplikata teraba massa
Tatalaksana
• Antibiotik
• Diet cair
• Anti nyeri
• Pembedahan jika
• Free-air perforation with fecal peritonitis
• Suppurative peritonitis secondary to a ruptured abscess
• Uncontrolled sepsis
• Abdominal or pelvic abscess (unless CT-guided aspiration is
possible)
• Fistula formation
• Inability to rule out carcinoma
• Intestinal obstruction
• Failing medical therapy
• Immunocompromised status
• Extremes of age
Pilihan lainnya
• A. Appendisitis akut  nyeri RLQ
• B. Divertikulosis tidak bergejala
• C. Chron disease skipping lesion
• E. Ulseratif kolitis lesi kontinu, gejala lebih khas
Ke diverticulitis (fokus pd LLQ)
113 Jadi, diagnosis yang tepat adalah…

D. Divertikulitis
A. Edukasi untuk menghentikan
114 konsumsi alkohol dan
mengonsumsi makanan bergizi

• Kembung tidak nyaman di perut


• Mudah lelah
• Sebotol besar alkohol habis dalam 3-4 hari
• Konjungtiva pucat, sklera ikterik, JVP
normal, hepatomegaly, nyeri

• Tatalaksana yang Anda berikan adalah


AFLD
• Penimbunan lemak berlebih di hati sebagai akibat
gangguan/kerusakan sel hati akibat konsumsi
alkohol yang berlebihan
• fatty liver  alcoholic hepatitis  sirosis

Sumber : emedicine
Fatty Liver Disease -
Steatohepatitis
• Dua tipe
• alkoholik FLD , akibat minum alkohol > 30 g/hari
• Gejala muncul dalam 2 minggu minum alkohol, cepat resolusi
jika berhenti minum alkohol
• inflamasi terjadi jika tetap minum alkohol setelah FLD 
steatohepatitis
• Gejala hepatitis: kuning, malas makan, demam, nyeri
RUQ/epigastrium, ascites, wasting otot
• Lab: SGOT:SGPT > 2:1, GGT, bilirubin meningkat
• Nonalkoholik
Fatty Liver Disease -
Steatohepatitis
• Manajemen:
• ABSTINENCE rokok
• Terapi nutrisi
• Mencegah infeksi superimposed oleh virus hepatitis
• Jika terjadi sirosis, manajemen sama dengan gagal liver
tahap akhir: tangani ascites, varises, ensefalopati
• Tanpa gejala hepatitis, tidak perlu tirah baring
• Menurunkan berat badan
Jawaban Lainnya
B. Tirah baring di RS: tidak dibutuhkan jika tidak
hepatitis, tidak terbukti lebih baik dibanding
beraktivitas biasa
C. Suplemen zat besi, multivitamin, asam folat 
untuk anemia, pada pasien masalah utama adalah
konsumsi alkohol, suplementasi tanpa abstinence
menghambat pemanfaatan asam folat
D. Antiviral: tidak relevan
E. Antibiotik: tidak dibutuhkan saat ini, mungkin
digunakan sebagai profilaksis dari spontaneous
bacterial peritonitis jika terjadi ascites pada sirosis
114 Jadi, terapi yang tepat adalah…

A. Edukasi untuk menghentikan


konsumsi alkohol dan
mengonsumsi makanan bergizi
115 D. Arteri hepatika kanan

• Tidak nyaman di perut, tembus ke punggung


• Mual, muntah, badan kuning
• Murphy’s sign (+)
• Batu radioopak 3-4 cm di kantung empedu

• Jika akan dilakukan operasi, pembuluh darah


apakah yang harus dihindari?
Kolelitias Koledokoliti Kolesistiti Kolangitis
is asis s

Nyeri + + +/- +/-


kolik
Nyeri - - + +
tekan/Murp
hy’s sign

Demam - - + (low- +
grade) (high-
grade)
Ikterus - + - +
Kolelitiasis  Kolesistitis
Koledokolitiasis  Kolangitis
Tanda dan Gejala
• Nyeri perut berawal di
ulu hati kemudian
terlokalisir di kanan atas
• Nyeri dapat menjalar ke
bahu kanan / skapula
• Mual muntah
• Demam
• Kantung empedu teraba
(~30-40% pasien)
• Ikterik (~15% pasien)
Medscape.com
Penunjang
• Laboratorium tidak
terlalu mendukung
• Pencitraan : USG
disarankan sebagai
pemeriksaan awal
USG Kolesistitis
Terdapat 5 kelainan patologis mayor yang dapat
ditemukan pada hasil USG kolesistitis akut
1. Batu empedu/sludge  hyperechoic acoustic shadow
2. Sonographic murphy sign  maksimal tenderness
teridentifikasi di right upper quadrant sementara
kandung empedu terlihat di monitor
3. Penebalan dinding kandung empedu > 4 mm
4. Cairan perikolesistik (pericholecystic fluid)
5. Pelebaran duktus biliaris komunis > 4 mm

Sumber : sonoguide.com; medscape


Tatalaksana
• Bowel rest
• Hidrasi IV
• Koreksi elektrolit
• Antibiotik
• Analgesik dan antimuntah
• Bedah (kolesistektomi, ERCP)

Kumar Clinical Medicine


Kolesistekomi
• Operasi bisa secara
terbuka atau laparoskopi
• Beberapa struktur yang
harus diawasi:
• Ductus cystic –
menghubungkan kandung
empedu ke ductus bilier
• Arteri hepatica kanan dan
cabangnya, arteri kistik 
sangat dekat kandung
empedu, jika terpotong
 perdarahan  cedera
struktur bilier

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3004105/ , uptodate, medscape


115 Jadi, struktur yang harus diwaspadai
adalah…

D. Arteri hepatika kanan


116 E. Epinephrine 0,3 mg IM
• Laki laki 35 tahun
• sesak napas setelah minum obat
pereda nyeri yang dibeli sendiri di
apotek.
• TD 80/60 mmHg, nadi 110x/menit,
frekuensi napas 30x/menit, Wheezing
(+), T 360C, dan akral dingin, bercak
merah diseluruh tubuh.
Terapi yang tepat adalah
Syok Anafilaksis
• Reaksi hipersensitivitas tipe I (IgE)
• Terjadi sistemik di seluruh tubuh
- Sistem saluran napas: hiperaktivitas bronkus,
edema laring
- Sistem kardiovaskuler: perubahan vaskuler,
vasodilatasi sistemik
- Sistem saluran cerna: mual, muntah, diare
- Mata: angioedema, konjungtivitis
- Kulit : urtikaria, angioedema
http://science.unctv.org/content/pean
ut-solution-0
Jawaban Lainnya
• A. Bisa, corticosteroid, bukan utama (untuk
mencegah serangan ulangan)
• B. Bisa, antihistamine, bukan utama
• C. Obat benar, dosis benar, cara pemberian salah
(Rekomendasinya IM, di paha)
• D. Utamanya untuk syok kardiogenik
Jadi, terapi pasien ini adalah…

116
D. Injeksi epinefrin 0,3 mg IM
117 D. DL, PT, aPTT
• Anak 10 tahun
• Post khitan.
• Pasien dipulangkan setelah kondisi stabil.
• Saat di rumah luka kembali berdarah
• Riwayat sering muncul bengkak di daerah
lutut.
• Riwayat serupa pada paman
• Pemeriksaan penunjang
Hemostasis & Kaskade Koagulasi
• Hemostasis primer: dari
perdarahan sampai terbentuk
thrombocyte primary plug. Defek
pada proses ini menyebabkan
penyakit Von Willebrand dengan
perdarahan lama (prolonged
bleeding)
• Hemostasis sekunder: dari
thrombocyte primary plug hingga
terbentuk cross-linking fibrin.
Defek pada proses ini
menyebabkan penyakit Hemofilia
dengan perdarahan tertunda
(delayed bleeding).
FDP: Fibrin
degradation
products
Hemofilia Klinis
Aktifitas Perdarah
FVIII/FIX an
• Patogenesis: defek secondary hemostasis
akibat defisiensi FVIII atau FIX Trauma
Ringan 5-25%
berat
• X-linked resesif; hanya pada laki-laki
• Klasifikasi Sedang 1-5%
Trauma
• Hemofilia A: ↓ FVIII (1:10.000) ringan
• Hemofilia B: ↓ FIX (1:30.000-50.000) Berat <1% Spontan
Dasar diagnosis
•Anamnesis: delayed bleeding, soft tissue bleeding,
epistaksis, hematuria
•PF:
•Neonatus: perdarahan umbilikus
•Anak: hemarthrosis
•TRM (+) bila terjadi perdarahan intrakranial
•PP: trombosit (N), BT (N), CT ↑, PT (N), APTT ↑,
www.nhs.uk/conditions/haemophilia/Pages/Introduction.aspx

↓FVIII/FIX, inhibitor FVIII/FIX


Skrining hemofilia
Tatalaksana
Tatalaksana
Terbaik: faktor konsentrat (konsentrat faktor VIII untuk
hemofilia A dan faktor IX untuk hemofilia B)
Pilihan lain:
• Fresh frozen plasma, berisi seluruh faktor pembekuan
dan protein serum. Mudah didapat, namun
konsentrasinya rendah
• Cryoprecipitate, dari plasma darah yang disentrifugasi
kemudian diambil endapannya  mengandung
fibrinogen, faktor VIII, IX, vWF, dan beberapa protein
pembekuan lain. Lebih pekat sehingga konsentrasi
yang dibutuhkan lebih sedikit  lebih dipilih
Jawaban Lainnya
• A. Kultur darah tak diperlukan
• B. Agregasi platelet diperiksa jika dicurigai ada
gangguan fungsi platelet (hemostasis primer)
• C. Tidak lengkap, harusnya wajib ada APTT pada
kecurigaan hemofili. Karena pada hemofili yang
terganggu adalah APTT
• E Bleeding time, lebih tepat diperiksa pada gg
hemostasis primer, Dapat diperiksa sebagai
tambahan pada hemofili, tapi yang utama adalah
PT dan APTT
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…

117 D. DL, PT, APTT


118 C. Microagglutination test

• Demam mendadak 3 hari


• Nyeri kepala, mual, muntah, nyeri
tekan otot betis
• Riwayat bersihkan selokan
• Sklera ikterik, pembesaran KGB,
hepatomegali
• Hb 8, bilirubin 2

• Apa pemeriksaan selanjutnya?


Leptospirosis
• Infeksi yang disebabkan oleh Leptospira.

Sumber: Harrison
Leptospirosis
• Leptospirosis adalah zoonosis yg
disebabkan L. Interrogans . Penyakit
ini harus dicurigai pada pasien yg
berkontak dgn air, tanah, atau lumpur
yg terkontaminasi urin binatang.
• Gejala klinis leptospirosis: demam,
menggigil, sakit kepala, mual, muntah,
nyeri abdomen, nyeri otot betis,
ikterus, hepatomegali, anoreksia,
fotofobia, gagal ginjal.

Sumber : PPM Penyakit Dalam RSCM


Manifestasi Klinis
• Manifestasi klinis dari leptospirosis adalah:
• Sakit kepala
• Demam
• Ikterik
• Rigors
• Nyeri otot (betis)
• Mual dan muntah
• Diare
• Batuk
• Faringitis
• Konjungtivitis
• Nonpruritic skin rash

Sumber: Medscape
• Pemeriksaan Penunjang yang dapat dilakukan
untuk menegakkan leptospirosis:
• Kultur darah (dalam 7-14 hari setelah terpajan)
• Microscopic Agglutination Testing (MAT)

Sumber: Medscape
Tata Laksana Leptospirosis

Tatalaksana : doksisiklin 2 x 100 mg.

Berat : injeksi penisilin G 1,5 juta unit/6 jam IV.

Sumber : PPM Penyakit Dalam RSCM


Tatalaksana Leptospirosis
• Sebagian besar kasus self limiting, dengan
keparahan mild-moderate
• Antibiotik terbukti mengurangi lama sakit dan
mencegah progresivitas menjadi leptospirosis berat
• Leptospirosis berat: perdarahan, uveitis, ARDS,
gagal ginjal
Jawaban Lainnya
• A. Melihat morfologi sel darah, tipis/tebal untuk
malaria
• B. IgG/IgM, NS1 untuk diagnosis dengue
• D. Fungsi liver
• E. Untuk diagnosis dengue
Jadi, pemeriksaan untuk pasien ini
adalah…
118
C. Microagglutination test
119 D. Thalasemia beta minor

• Anak usia 12 tahun dibawa ibu nya


untuk melakukan check up
• PF: N 80, S 37, RR 24, konjungtiva tidak
pucat, sklera tidak ikterik, tidak ada
hepatosplenomegali.
• Lab: Hb 10,2 (anemia ringan)
• Peningkatan HbA2 dan HbF

• Diagnosis?
Thalassemia
• Adalah gangguan genetik sel darah merah
berupa abnormalitas formasi Hb.
Pola Penurunan
Patogenesis dan Patofisiologi
• Dewasa normal:
• HbA (A2Β2) 95%
• HbA2 (α2 δ2) 2-3.5%
• HbF (α2 γ2) < 2%
• Gen pengatur produksi globin:
• Kromosom 16 (alpha globin: "α")
• Kromosom 11 (beta: "β", gamma: "γ", and delta: "δ"
genes)
• Thalasemia:
• Mutasi / delesi gen pengatur produksi globin 
penurunan produksi rantai globin dan rasio Hb
abnormal (α:non-α).  penurunan sintesis Hb
Thalassemia Alfa
• Mengenai gen HBA1 dan HBA2
• Sehingga: produksi rantai beta berlebihan  karena
tidak stabil, akhirnya membentuk tetramer bernama
HbH
• Dibagi menjadi:
• Silent carrier: asimptomatik
• α thalassemia trait: asimptomatik, abnormal apus
darah tepi, HbF meningkat, HbA2 normal
• HbH disease: anemia hemolitik kronik --> pucat,
ikteris/anemia neonatal, hepatosplenomegali,
gallstones, dst
• α thalassemia major (Hydrops fetalis)  meninggal
dalam uterus atau segera setelah lahir
Thalassemia Beta
• Terjadi karena defek pada globin beta
• Mutasi pada gen HBB atau kromosom 11  defek HbA
• Keparahan penyakit bergantung pada apakah defek parsial
(masih ada sebagian globin β) atau keseluruhan (tidak ada globin
β sama sekali)
• Dibagi menjadi:
• Silent carrier: asimptomatik
• β thalassemia trait/minor: anemia ringan, elektroforesis
ditemukan peningkatan HbA2, HBF, atau keduanya
• β thalassemia intermedia: anemia, intermediate severity
• β thalassemia major (Cooley anemia): transfusion dependent
anemia
• Splenomegali, gangguan pertumbuhan, deformitas tulang
• Gejala Thalassemia mayor muncul di antara bulan ke 6 -12 saat
produksi rantai gamma berkurang dan normalnya diganti rantai globin
beta untuk membentuk HbA (a2b2)
Thalassemia
• Gejala klinis:
• Pucat kronis
• Hepato-splenomegali
• Ikterik
• Short stature
• Facies Cooley Apusan darah tepi:
Mikrositik, hipokrom,
• Hiperpigmentasi anisopoikilositosis, sel target (+),
• Riwayat keluarga (+) eritrosit muda (+)

PP untuk menegakkan diagnosis:


Elektroforesis Hb
Thalassemia
• Tatalaksana: transfusi • Agen kelasi besi diberikan
• Hb pre-transfusi: 8 g/dl; target jika:
Hb: 12-13 g/dl • Ferritin serum>1.000 ng/ml
• Komplikasi dari tatalaksana: • Saturasi transferin>55%
• Hemokromatosis akibat • 10-20 kali transfusi PRC
transfusi berulang • Menerima transfusi darah
• Komplikasi ini muncul di akhir sebanyak 1 liter
dekade 1 atau awal dekade 2 • Jenis-jenis agen kelasi besi:
• Iron overload terjadi di • Subkutan = Deferoksamin
jantung, liver, organ endokrin, • Oral = Deferipron dan
dan tulang Deferasirox
http://www.aafp.org/afp/200
9/0815/p339.html
Beberapa Kelainan Morfologi
Eritrosit
• Thalassemia: sel target, berinti, basophilic stipping
dan leukosit imatur
• Defisiensi G6PD: bite cells
• Anemia defisiensi besi: sel pensil
• Leukemia: leukositosis abnormal dan sel blast
Jawaban Lainnya
• A. Thalassemia alfa mayor  hydrops fetalis
• B. Thalassemia alfa minor  biasa asimptomatik,
kelainan morfologi eritrosit, HbA2 normal
• C. Thalassemia beta mayor  anemia berat, ikterik,
hepatosplenomegali, bergantung pada transfusi
• E. sickle cell disease  abnormalitas pada protein
HbS pada eritrosit, sehingga bentuknya menjadi
seperti bulan sabit
119 Jadi, diagnosis yang paling tepat
adalah…

D. Thalassemia beta
minor
B. Omeprazol + klaritromisin +
120 metronidazol

• Laki laki 34 tahun, datang dengan


keluhan nyeri ulu hati, kembung,
• Keluhan sejak 6 bulan lalu.
• Minum obat ranitidine tapi tidak
membaik.
• Urea breath test (+).

• Tatalaksana yang tepat adalah


Dispepsia akibat infeksi H pylori
• Di Indonesia, 90-100% pasien dengan ulkus
peptikum yang tidak memiliki riwayat
penggunaan obat OAINS adalah akibat infeksi
Hp
• 20-40% dyspepsia fungsional adalah akibat
infeksi Hp
• Diagnosis dapat dilakukan melalui endoskopi
(kultur, histologi, rapid urease) dan secara tidak
langsung (urea breath test – gold standard, tes
tinja dan urine)
• Sebelum pemeriksaan harus bebas PPI dan
antibiotik 2 minggu
Tatalaksana H pylori
Infeksi H.pylori
• Etiologi dari ulkus peptikum
• Spiral, gram negatif, memiliki flagel
• Salah satu karsinogen biologi terhadap karsinoma
gaster
• Jalur penularan melalui
fekal-oral
Patogenesis dan Patofisiologi
Manifestasi Klinis

• Tidak bisa mendiagnosis infeksi H.pylori tanpa adanya


pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan Penunjang
• Serologi H.pylori  deteksi IgG anti pylori
• Antigen H.pylori di feses
• Endoskopi  biopsi jaringan kemudian diwarnai
dengan metode Hematoksilin dan Eosin untuk
diamatasi bakteri H.pylori
• UBT (Urea breath test) Baku emas
Jadi, tatalaksana pada pasien ini
adalah…
120 B. Omperazol +klaritromisin
+ metronidazol
121 B. Serum Amonia

• Laki-laki usia 60 tahun, penurunan


kesadaran + kejang sejak 6 jam yang
lalu.
• PF: TTV dbn, fetor hepatikum +,
ikterik +, hepatomegali 3 jari BAC.
Riwayat penyakit sebelumnya tidak
diketahui

• Pemeriksaan laboratorium paling


tepat?
Ensefalopati Hepatikum
• Abnormalitas neuropsikiatri akibat disfungsi liver,
bukan disebabkan penyakit/patologi pada otak.
• Abnormalitas tersebut berupa:penurunan
kesadaran, perubahan kepribadian, dan hendaya
intelektual.
Patofisiologi
Pemeriksaan Penunjang
• Kadar amonia serum  utama pada HE
• Abnormalitas pada EEG
• CT Scan atau MRI  ekslusi patologi pada otak
Tatalaksana
• Atasi faktor yang mecetuskan: sirosis hepatis,
hepatitis viral akut, hepatitis alkoholisme
• Diet: rendah protein, suplemen vitamin K, restriksi
natrium.
• Laktulosa  menghambat pembentukan amonia
oleh bakteri di saluran cerna
Jawaban Lainnya
• A.Urea  pada kasus ensefalopati
uremikum, pada kasus AKI on CKD atau
AKI
• B.Laktat  pada kasus syok dimana
metabolisme anaerob dominan
• C.Metanol  pada kasus keracunan bir
oplosan (keracunan metanol)
• D.Gas darah  tidak spesifik
• E.Amonia
121 Jadi, pemeriksaan laboratorium yang
paling tepat adalah..

E. Ammonia
122 B. Hipersensitivitas tipe
sitotoksik
- Wanita muda, Pucat dan lemas sejak 1
minggu lalu.
- Konjungtiva anemis, sklera ikterik dan
hepatosplenomegali.
- Tes coomb (+)
- Diagnosis mengarah ke Anemia
Hemolitik Autoimun

• Reaksi apakah yang mendasari penyakit


wanita tersebut?
Pilihan Lain
• A. Hipersensitivitas tipe cepat  tipe 1, misal
anafilaktik
• C. Hipersensitivitas tipe kompleks imun  tipe 3,
misal : GNAPS, RA
• D. Hipersensitivitas tipe lambat  tipe 4, misal :
dermatitis kontak alergi
• E. Toleransi  bukan tipe reaksi Hipersensitivitas
122 Jadi, mekanisme yang mendasari
adalah

B. Hipersensitivitas
tipe sitotoksik
123 A. Rheumatoid factor dan
anti CCP
• Keywords:
• Nyeri pada sendi jari tangan
• Kaku pada pagi hari
• Bengkak dan dekalsifikasi tulang jari-jari
tangan

• Untuk pemeriksaan laboratorium pada


kasus ini adalah
Rheumatoid Artritis
• Kriteria diagnostik :
- Kaku pagi hari 1 jam
- Poliartritis (> 3 sendi)
- Artritis pada sendi tangan
- Artritis simetris
- Nodul rheumatoid
- Rheumatoid faktor (+)
- Gambaran radiologi  kerusakan kartilage oleh panus

KRITERIA 1-4 minimal 6 minggu.

TATA LAKSANA
• Inisial: NSAID dan/atau glukokortikoid
• DMARD diberikan dalam tiga bulan bila peradangan terus menerus
Rheumatoid Arthritis - PF
Rheumatoid Arthritis

Studies of anti-CCP antibodies suggest a sensitivity and


specificity equal to or better than those of RF, with an
increased frequency of positive results in early RA; the
presence of both anti-CCP antibodies and RF is highly
specific for RA.
Jawaban Lainnya
• Ca 19-9: tumor marker karsinoma pancreas
• ASTO: anti streptolysin O
• PIVKA II: superior dibandingkan AFP dalam
mendeteksi hepatoselular karsinoma
123 Jadi, pemeriksaan penunjang
kasus adalah
A. Rheumatoid factor dan anti CCP
124 E. Serum TSH
• Laki laki 76 tahun
• Lesi litik ulang
• Hipergammaglobulinemia
• Protein bence jonce

• Pemeriksaan yang paling tidak berkaitan


Multipel Mieloma
• Keganasan sel plasma
• Memproduksi IgG dan IgA
dalam jumlah banyak
• Tumor tulang/sumsum tulang
terbanyak pada usia tua
• Gejala
• Nyeri tulang
• Sekuele berkaitan
hiperkalsemia
• Sekuele berkaitan gagal ginjal
Evaluasi
• Elektroforesis protein serum
• Spike imunoglobin monoklonal
• Urinalisis
• Protein bence jonce
• Darah perifer
• Pembentukan rouleaux sel darah merah
• Radiologi
• Lesi litik “punched out:
Jawaban lain
• A. Rontgen Kepala  lesi litik tulang
• B. Biopsi Sumsum Tulang  proliferasi sel plasma
• C. Serum Kreatinin  gagal ginjal
• D. Serum Kalsium  hiperkalsemia
Jadi, Pemeriksaan yang paling tidak
124 berkaitan dengan pasien tersebut
adalah..
E. Serum TSH
125 C. Cryoprecipitate
• Anak laki laki 5 tahun
• Pembengkakan di lutut
• Riwayat susah sembuh luka
• Pemanjangan APTT
• Penurunan kadar faktor VIII

• Diagnosis?
Hemostasis & Kaskade Koagulasi
• Hemostasis primer: dari perdarahan sampai
terbentuk thrombocyte primary plug. Defek
pada proses ini menyebabkan penyakit Von
Willebrand dengan perdarahan lama
(prolonged bleeding)
• Hemostasis sekunder: dari thrombocyte
primary plug hingga terbentuk cross-linking
fibrin. Defek pada proses ini menyebabkan
penyakit Hemofilia dengan perdarahan
tertunda (delayed bleeding).
PT  faktor 7
aPTT  faktor 12, 11,10,9, 8
FDP: Fibrin
degradation
products
Hemofilia Klinis
Aktifitas
Perdarahan
FVIII/FIX

• Patogenesis: defek secondary hemostasis akibat defisiensi


FVIII atau FIX Ringan 5-25% Trauma berat
• X-linked resesif; hanya pada laki-laki
• Klasifikasi
• Hemofilia A: ↓ FVIII (1:10.000) Sedang 1-5% Trauma ringan
• Hemofilia B: ↓ FIX (1:30.000-50.000)
Berat <1% Spontan

Dasar diagnosis
•Anamnesis: delayed bleeding, soft tissue bleeding, epistaksis, hematuria
•PF:
•Neonatus: perdarahan umbilikus
•Anak: hemarthrosis
•TRM (+) bila terjadi perdarahan intrakranial
•PP: trombosit (N), BT (N), CT ↑, PT (N), APTT ↑, ↓FVIII/FIX, inhibitor
FVIII/FIX
www.nhs.uk/conditions/haemophilia/Pages/Introduction.aspx
Tatalaksana
Tatalaksana
Terbaik: faktor konsentrat (konsentrat faktor VIII untuk
hemofilia A dan faktor IX untuk hemofilia B)
Pilihan lain:
• Fresh frozen plasma, berisi seluruh faktor pembekuan
dan protein serum. Mudah didapat, namun
konsentrasinya rendah
• Cryoprecipitate, dari plasma darah yang disentrifugasi
kemudian diambil endapannya  mengandung
fibrinogen, faktor VIII, XIII, vWF, dan beberapa protein
pembekuan lain. Lebih pekat sehingga konsentrasi
yang dibutuhkan lebih sedikit  lebih dipilih
Jawaban lain
• A. PRC  kasus anemia
• B. Washed PRC  anemia hemolitik
• D. FFP  hemofilia B
• E. Leukodepleted blood mengurangi reaksi
adverse efffect dari transfusi
Jadi, transfusi yang tepat pada pasien
125 tersebut adalah..

C. Cryoprecipitate

You might also like