You are on page 1of 7

Mempelajari Kestabilan dan Efek ...

(Alfrida)

MEMPELAJARI KESTABILAN DAN EFEK IRITASI SEDIAAN LIPSTIK YANG


DIFORMULASI DENGAN LEMAK KAKAO
Study On Stability And Irritation Effects Of Lipstick Formulated With Cocoa Butter

Alfrida Lullung Sampebarra


Balai Besar Industri Hasil Perkebunan
Jl.Prof .Dr. Abdurrahman Basalamah No.28 Makassar 90231
Pos-el: alfridalullung@yahoo.com
(Artikel diterima 10 Oktober 2016; direvisi 16 November 2016; diterima 9 Desember 2016)

Abstract. A study on stability and irritation effects of lipstick, formulated with cocoa butter has been done.
The basic formulas of the lipstick refer to Risnawati et al, formula (2012). In this case, the addition of cocoa
butter and ceraalba in the formulation of the lipstics was varied, respectively, at A (5,23% and 32,17%), B
(10,40% and 26,96%), and C (15,70% and 21,74%) (w/w). The results showed that the addition of 5,23%
cocoa butter and 32,17% cera alba (A), resulted in the best in the lipstick formulas, in terms of homogenity,
melting point, sticking power on the lips, and color intensity. In the clinical test, it also showed not irritation
efects on the skin.
Keywords: lipstick, cocoa butter, stability, skin irritation

Abstrak. Penelitian stabilitas dan efek iritasi lipstik, yang diformulasi dari lemak kakao, telah dilakukan.
Formula dasar dari lipstik mengacu pada formula Risnawati et al. (2012). Dalam hal ini, penambahan
lemak kakao dan ceraalba pada formulasi lipstik divariasikan, masing- masing A (5,23% dan 32,17%),
B (10,40% dan 26,15,7%), dan C (15,70% dan 21,74%) (w/w). Hasil penelitian menunjukkan bahwa,
penambahan 5,23% lemak kakao dan 32,17 % cera alba (A) menghasilkan formula terbaik, ditinjau dari
homogenitas, titik leleh, daya oles yang lebih menempel pada bibir, dan intensitas warna. Hasil uji klinis,
juga menunjukkan tidak adanya efek iritasi pada kulit.
Kata kunci: lipstik, lemak kakao, stabilitas, iritasi kulit

PENDAHULUAN rata, tidak toksik, tidak diabsorpsi oleh kulit


dan tidak mengiritasi kulit, warna harus tahan
Pewarna bibir merupakan sediaan
di bibir tetapi juga mudah untuk dihilangkan
kosmetika yang digunakan untuk mewarnai
ketika diinginkan, harus cukup keras, lembut
bibir dengan sentuhan artistik sehingga
dan mudah dioleskan pada bibir, permukaan
dapat meningkatkan estetika dalam tata
lipstick lembut, warna homogen dan bebas
rias wajah. Pewarna bibir terdapat dalam
partikel kasar, tidak meleleh, mengeras,
berbagai bentuk, seperti cairan, krayon, dan
pecah-pecah dalam kemasan selama
krim. Pewarna bibir dalam bentuk cairan dan
penyimpanan.
krim umumnya memberikan selaput yang
Kualitas lipstik ditentukan oleh
tidak tahan lama dan mudah terhapus dari
komponen penyusun basis lemak lipstick.
bibir sehingga tidak begitu digemari orang,
Basis lemak lipstick merupakan formulasi
terutama jika dibandingkan dengan pewarna
dari bahan-bahan yang mempunyai titik leleh
bibir dalam bentuk krayon. Pewarna bibir
yang berbeda-beda terdiri dari malam (wax),
bentuk krayon lebih dikenal dengan nama
minyak dan lemak. Bahan penyusun sediaan
lipstick (Wasitaatmadja, 1997).
lipstick hendaknya berasal dari bahan alam
Lipstick digunakan untuk memperindah
yang lebih menguntungkan daripada bahan
bibir dengan warna yang menarik,
sintetik karena memiliki toleransi pada kulit,
melindungi bibir agar tidak kering, serta dapat
sehingga tidak menimbulkan iritasi yang
menonjolkan sisi yang baik dan menyamarkan
berat terhadap bibir, Maka dari itu, perlu dicari
yang buruk pada bentuk bibir. Menurut Ani
alternatif bahan alami yang aman digunakan
Mulyaningsih (2012), persyaratan lipstick
untuk sediaan lipstik. (Vishwakarma dkk,
yang baik adalah mewarnai bibir dengan
2011)

Diterbitkan oleh Balai Besar Industri Hasil Perkebunan 97


Jurnal Industri Hasil Perkebunan Vol. 11 No. 2 Desember 2016: 97-103

Lemak kakao selain digunakan dalam pH meter, termometer, waterbath, Waskom


industri pangan juga digunakan dalam stainless steel, lumpang porcelain, botol
industri farmasi dan kosmetik. Dalam industri plastik, beaker glass, gelas ukur, sendok
kosmetik lemak kakao berfungsi sebagai: takar, gelas pengaduk, dan lain-lain.
(1) sumber vitamin E yang mempunyai
banyak manfaat untuk kulit; (2) pelembut dan Metode Penelitian
melembabkan kulit; (3) penangkal radikal Penelitian ini meliputi pembuatan
bebas karena mengandung tokoferol dan formula sediaan dan pengujian karakteristik
polifenol; (4) penunda terjadinya keriput, lipstick yang terdiri dari uji titik leleh,
pelindung kulit dari polusi dan menjadikan homogenitas, konsistensi, dan efek iritasi
kulit bercahaya serta awet muda (Anonim, terhadap kulit. Komposisi formula dasar yang
2012). digunakan mengacu pada formula lipstick
Lemak kakao mengandung senyawa hasil penelitian Risnawati et al, ( 2012 ) yang
– senyawa fungsional yang bermanfaat bagi dimodifikasi dengan Pembuatan sediaan
kesehatan kulit seperti asam stearat, asam lipstik variasi penambahan cera alba dan
palmitat, asam oleat serta vitamin E. Asam lemak kakao.
stearat pada lemak kakao dapat berfungsi
sebagai emolien yang dapat menjaga Prosedur Pembuatan Lipstik
kelembaban kulit, sedang komponen lain Metil paraben dilarutkan dalam propilen
seperti asam oleat, asam palmitat, dan vitamin glikol, dan zat warna digerus bersama BHT
E (tokoferol) berfungsi untuk melembutkan, dan dilarutkan dalam oil ricini. Campuran
menghaluskan serta antiaging. antara metil paraben dan propilen glikol
Keistimewaan lemak kakao dalam dimasukkan dalam campuran zat warna
pembuatan kosmetik adalah cepat diserap dan diaduk sampai homogen (campuran
oleh kulit karena mempunyai titik leleh yang A). Cera alba, PEG, lanolin (minyak zaitun),
lebih rendah dari suhu tubuh manusia yaitu 30 vaselin album dan cetyl alcohol dimasukkan
– 35 o C. Selain itu komposisi lemak kakao juga dalam gelas piala kemudian dilebur diatas
mendekati komposisi lemak kulit sehingga waterbath pada suhu 65 – 70o C (campuran
aman untuk digunakan sebagai bahan B). Kemudian campuran A dimasukkan ke
dasar pada pembuatan kosmetik dan tidak dalam campuran B kemudian dilakukan
menimbulkan kesan berminyak pada kulit. pengadukan menggunakan mixer dalam
Lemak kakao juga mempunyai kemampuan kondisi panas (diatas waterbath). Setelah
untuk mencegah atau mengatasi kekeringan adonan tercampur rata langsung dimasukkan
kulit bibir sehingga membuat bibir lebih ke dalam cetakan lipstik.
lembut dan menarik. (Eky Restiyantyi, 2002). Formula dasar lipstik adalah sebagai
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui berikut Metyl paraben 0.1%, Propilen glikol
karakterisasi kondisioner rambut yang 5.22%, BHT 0.1%, Oleum ricini 7.87 %,
diformulasi dengan lemak kakao dan minyak Veselin 33.45 %, Lanolin 7.87 %, Cetyl
zaitun yang dihasilkan. alcohol 5.91 %, Pewarna 2.09 %.
Penambahan lemak kakao dan cera
METODOLOGI alba divariasikan, Lemak kakao Formula
A = 5,22 %, B = 10,40 % dan C = 15,70 %
Bahan dan Alat
(b/b),sedangkan cera alba adalah Formula
Bahan-bahan yang akan digunakan
A = 32,17 %, B = 26,96 % dan C = 21,74 %.
untuk pembuatan sediaan lipstick adalah :
lemak kakao, cera alba, propilen glikol, metyl
Parameter Uji
paraben, propil paraben, cetyil alcohol, poli
Pengujian sediaan lipstik dilakukan
etilen glikol, minyak zaitun, oil ricini, vacelin
terhadap titik leleh, homogenitas, konsistensi,
album, BHT, dan pewarna.
dan efek iritasi terhadap kulit.
Alat yang digunakan untuk pembuatan
sediaan lipstick adalah timbangan analitik,

98 Diterbitkan oleh Balai Besar Industri Hasil Perkebunan


Mempelajari Kestabilan dan Efek ... (Alfrida)

Uji Titik leleh daerah uji ditutup dengan kaca hipoalergik,


Sejumlah 0,5 gram masing-masing kertas selofan kemudian diperban dengan
Lipstik uji (A,B, dan C) di tempatkan dalam perban elastis. Kelinci dibiarkan dalam
kaca arloji kemudian dimasukkan ke dalam keadaan diperban selama pengamatan.
oven suhu 50 0 C, didiamkan kemudian Pengamatan dilakukan pada waktu 24,
diamati apakah lipstik sudah mulai meleleh. 48, dan 72 jam setelah pemberian sediaan
setelah itu suhu dinaikkan 1o C dan diamati (sesuai panduan pengujian WHO dan ISO
pada suhu berapa lipstik mulai meleleh. 10993.10). Parameter yang diamati adalah
eritema, eskar dan udem serta efek-efek lain
Uji Kekuatan lipstik (Hayes, 2001). Jika terjadi eritema, eskar dan
Kekuatan lipstik ditentukan dengan udem pada mata kelinci, maka diberi skor
cara meletakkan lipstik secara horisontal sesuai panduan pengujian. Berdasarkan
kemudian pada jarak kira - kira ½ inci dari tepi skor eritema, eskar dan udem selanjutnya
lipstik digantungkan beban. Penambahan dihitung Indeks Iritasi Kutan Primer (IIKP).
beban terus dilakukan setiap 30 detik sampai Untuk pengamatan sesuai panduan
lipstik patah. Berapa beban keseluruhan pengujian (WHO dan ISO 10998.10), masing-
sampai lipstik patah di kategorikan sebagai masing kelinci diolesi dengan 500 mg sediaan
kekuatan lipstik. contoh uji pada kulit kelinci dan diamati pada
0 jam; T24 (24 jam); T48 (48 jam); T72 (72 jam)
Uji Daya Oles setelah pemberian sediaan kondisioner
Daya oles ditentukan dengan cara rambut. Bila pada 24 jam tidak terjadi iritasi
mengoleskan lipstik pada lengan sebanyak kulit maka pengamatan dilanjutkan sampai
10 kali kemudian diamati warna lipstick yang 48 jam begitupun selanjutnya sampai 72 jam.
menempel pada lengan. Sediaan lipstik Efek iritasi sediaan kondisioner pada
dikatakan mempunyai daya oles jika warna kulit digunakan skor penilaian berdasarkan
yang menempel pada kulit lengan banyak pedoman skor iritasi OECD dan Draize
dan merata. (Hayes, 2001). Indeks iritasi primer adalah
sebagai berikut : antara 0 sampai 1 hampir
Uji Homogenitas tidak mengiritasi, 1 sampai 2 menunjukkan
Uji homogenitas ke 3 tipe lipstik iritasi ringan, 2 sampai 5 menunjukkan iritasi
dilakukan dengan menempatkan sejumlah sedang, dan di atas 5 menunjukkan iritasi
0,5 gram masing - masing lipstick ke atas berat.
permukaan kaca objek kemudian diratakan Nilai IIKP diperoleh dengan
dengan menggunakan kaca obyek yang menjumlahkan nilai eritema dan edema.
lainnya dengan tekanan tertentu. Perhitungan indeks iritasi primer dilakukan
dengan menghitung rata-rata skor eritema
Uji Iritasi Kulit dari ketiga kelinci kemudian dilakukan rata-
Kelinci yang digunakan adalah kelinci rata dari pengamatan 24 hingga 72 jam.
albino, galur New Zealand sebanyak 3 (tiga) Hasil rata-rata terakhir merupakan nilai
ekor dengan bobot tiap kelinci >2 kg (sesuai indeks iritasi primer.
panduan WHO) (Ritten and Franklin, 1990)
bahwa kelinci yang digunakan diaklimatisasi HASIL DAN PEMBAHASAN
terlebih dahulu selama 3 hari. Satu hari
Hasil analisis titik leleh, kekuatan dan
sebelum percobaan, punggung kelinci
iritasi sediaan lipstik dapat dilihat pada
dibersihkan dari bulu dengan mencukur.
Tabel 1.
Selanjutnya disiapkan dua daerah uji pada
punggung kelinci yang telah bersih dari bulu,
masing-masing pada sisi kanan dan kiri.
Pada masing-masing daerah uji dioleskan
sebanyak 500 mg sediaan. Selanjutnya

Diterbitkan oleh Balai Besar Industri Hasil Perkebunan 99


Jurnal Industri Hasil Perkebunan Vol. 11 No. 2 Desember 2016: 97-103

Tabel 1. Hasil analisis titik leleh, masing-masing 215 g (formula A dan B)


kekuatan, dan iritasi sediaan lipstick tetapi mempunyai titik leleh yang berbeda
namun kedua sediaan lipstik tersebut masih
Titik Kekuatan Iritasi memenuhi syarat SNI lipstik.
Formula
leleh (oC) (g) kulit IIKP Berdasarkan hasil uji kekuatan,
A 58 215 0.42 ketiga formula lipstik yang dihasilkan
B 54 215 0.42 dalam penelitian ini memiliki kekuatan
C 54 165 0.42 yang baik. Kesimpulan ini diambil dengan
membandingkan berat beban yang
Titik Leleh digunakan pada pengujian sediaan lipstik
Dari Tabel 1 menunjukkan bahwa menggunakan lemak kakao dengan dua
sediaan lipstik dari ke tiga formula A, B dan sediaan lipstik yang beredar di pasaran,
C memiliki kisaran titik leleh antra 54 - 58 dimana lipstik pembanding yang digunakan
o
C. lipstik A mempunyai titik leleh yang patah pada penekanan dengan penambahan
lebih tinggi dibanding lipstik B dan C. Hal berat 84,97 gram dan 94,97 gram. Evaluasi
ini disebabkan karena konsentrasi cera kekerasan lipstik menunjukkan kualitas
alba yang ditambahkan ke dalam adonan patahan lipstik dan juga kekuatan lipstik
lipstik formula A lebih tinggi dibanding dalam proses pengemasan, pengangkutan,
yang lainnya. Diketahui bahwa Cera alba dan penyimpanan. (Risnawati 2012 ).
mempunyai titik leleh yang tinggi yaitu Nampaknya bahwa semakin banyak
62 – 65 oC sehingga dapat meningkatkan lemak kakao yang ditambahkan ke dalam
titik leleh lipstik, sedangkan lemak kakao formula, sediaan lipstik semakin mudah
mempunyai titik leleh yang rendah yaitu 35 – patah sebaliknya semakin banyak cera
40oC (Rowe, et al., 2009). Berdasarkan nilai alba yang digunakan maka akan membuat
titik leleh tersebut menunjukkan bahwa ke lipstik semakin kuat. Konsentrasi cera alba
tiga formula lipstik yang dibuat memiliki titik yang ditambahkan dapat meningkatkan
lebur yang baik dan memenuhi syarat SNI jumlah padatan dalam emulsi sehingga
16-4769-1998 yaitu titik lebur adalah 50 o - sediaan lipstik yang terbentuk akan semakin
70 o C. Menurut Vishwakarma, et al, (2011) keras sebaliknya penambahan lemak akan
bahwa lipstik yang baik memiliki titik lebur di menambah jumlah cairan dalam emulsi
atas 50 o C. sehingga sediaan lipstik yang terbentuk akan
semakin lunak dan nampak creamy serta
Kekuatan Lipstik mudah patah. Cera alba membuat lipstik
Pada Tabel 1 menunjukkan bahwa agar selalu dalam bentuk padat walaupun
sediaan lipstik formula A, B dan C memiliki iklim panas. (Uni Unirah, 2011).
kisaran kekuatan antara 165 - 215 g.
Sediaan lipstik formula A dan B mempunyai Efek Iritasi Kulit
kekuatan yang sama yaitu masing-masing Pengujian keamanan sediaan lipstik
215 g sedangkan lipstik formula C 165 g. dievaluasi dengan uji iritasi pada kulit
Adanya perbedaan nilai kekuatan sediaan punggung kelinci. Untuk menilai efek iritasi
lipstik tersebut kemungkinan disebabkan suatu sediaan atau kosmetik pada kulit
oleh perbandingan konsentrasi lemak kakao digunakan skor penilaian berdasarkan
dan cera alba yang ditambahkan ke dalam pedoman skor iritasi OECD dan Draize
adonan lipstik. Penambahan cera alba pada (Hayes, 2001). Hasil pengamatan uji iritasi
konsentrasi 21,74 % - 32,17 %, dan lemak pada kulit punggung kelinci ditunjukkan pada
kakao 5,22 %, – 15,70 % menghasilkan Tabel 2.
nilai kekuatan lipstik yang sama yaitu

100 Diterbitkan oleh Balai Besar Industri Hasil Perkebunan


Mempelajari Kestabilan dan Efek ... (Alfrida)

Tabel 2. Hasil Pengujian Efek Iriitasi Pada Kulit

Periode Kelinci 1 Kelinci 2 Kelinci 3


Formula Pengujian Kiri Kanan Kiri Kanan Kiri Kanan IIKP
(jam) E U E U E U E U E U E U

24 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0
A 48 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0.42
72 0,5 0 0,5 0 0,5 0 0,5 0 0,5 0 0,5 0

24 1 0 1 0 2 0 1 0 1 0 1 0
B 48 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0.42
72 0,5 0 0,5 0 0,5 0 0,5 0 0,5 0 0,5 0

24 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0
C 48 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0.42
72 0,5 0 0,5 0 0,5 0 0,5 0 0,5 0 0,5 0

Indeks iritasi kulit primer = 0


Keterangan : E = Eritema, U= Udem

Berdasarkan hasil uji iritasi UJI DAYA OLES


menunjukkan bahwa pada pengamatan 24,
Tabel 3. Hasil analisa daya oles pada
48 hingga 72 jam, hanya muncul efek eritema-
berbagai formula lipstik
eskar (reaksi kemerahan) yang berangsur
- angsur hilang dan tidak menimbulkan efek Parameter
For Homo Tekstur Kilap Daya
Udem (bengkak). Nilai indeks iritasi primer mula genitas oles
diperoleh dengan menjumlahkan nilai eritema
A 3.0 2.0 2.0 2.0
dan edema. Perhitungan indeks iritasi primer B 3.0 2.0 2.6 4.0
dilakukan dengan menghitung rata-rata C 3.0 2.0 4.0 3.0
skor eritema dari ketiga kelinci kemudian
dilakukan rata -rata dari pengamatan 24 dan Ket :
72 jam. Hasil rata-rata terakhir merupakan Kilap
Homogenitas Tekstur
nilai indeks iritasi primer. Nilai indeks iritasi 1 : Tidak homogen 1 : Halus 1 : Kilap
2 : Agak Kilap
primer untuk ketiga lipstik A, B dan C adalah 2 : Agak homogen
3 : Homogen
2 : Agak halus
3 : Agak kasar 3 : Agak pudar
sebesar 0,42. nilai indeks iritasi Kulit Primer 4 : Sangat homogen 4 : Kasar 4 : Agak kusam
5 : Sangat homogen sekali 5 : Kasar sekaliu 5 : Kusam
(IIKP) yang ditunjukkan pada ketiga formula 5 : Kusam
lipstick tersebut dapat dikatakan tidak Daya oles Aroma
bersifat mengiritasi kulit. Hal ini disebabkan 1 : Sangat menempel
2 : Menempel
1 : Tidak berbau
2 : Agak sedikit berbau
karena konsentrasi masing-masing senyawa 3 :Agak menempel 3 :Agak berbau
4 :Agak tidak menempek
4: 4 :Agak harum
yang digunakan pada formula masih berada 5 :Tidak menempel 5 :Harum
pada rentang yang ditoleransi sehingga tidak
berpengaruh terhadap munculnya reaksi Daya Oles
iritasi. Berdasarkan persyaratan WHO ke Sediaan lipstik dikatakan mempunyai
tiga lipstik tersebut tidak bersifat mengiritasi daya oles yang baik jika warna yang
kulit (IIKP < 0.5). menempel pada kulit punggung tangan
banyak dan merata dengan beberapa kali
pengolesan. Sedangkan sediaan dikatakan
mempunyai daya oles yang tidak baik jika
warna yang menempel sedikit dan tidak
merata (Keithler, 1956)

Diterbitkan oleh Balai Besar Industri Hasil Perkebunan 101


Jurnal Industri Hasil Perkebunan Vol. 11 No. 2 Desember 2016: 97-103

Tabel 3 menunjukkan bahwa sediaan menunjukkan bahwa seluruh sediaan lipstick


lipstik formula A dengan konsentrasi lemak tidak memperlihatkan adanya butir-butir
kakao 5, 22 % menempel sekali pada bibir. kasar pada saat sediaan dioleskan pada
Lipstik dengan konsentrasi lemak kakao kaca objek. Hasil uji homogenitas ke tiga
10,40 % dan tidak menempel pada bibir formula mendapat nilai skor masing-masing
(3.0) sedangkan Lipstik dengan konsentrasi 3.0 (homogen) Hal ini menunjukkan bahwa
lemak kakao 15,70 % tidak menempel (4.0). sediaan yang dibuat mempunyai susunan
Lipstik cenderung semakin tidak menempel yang homogen (Ditjen POM, 1979).
dengan meningkatnya konsentrasi lemak
kakao. penambahan konsentrasi lemak Kilap
kakao menyebabkan jumlah cairan lebih Tabel 3 menunjukkan bahwa lipstick
banyak dalam emulsi sehingga sediaan dengan konsentrasi lemak kakao 5.22
yang dihasilkan menjadi tidak homogen % dan 10.40 % mempunyai kilap yang
dan merata, dan lebih lunak sehingga tidak mengkilap ( 2.0 dan 2,6 ) sedangkan lipstik
bisa dioleskan pada bibir. Daya oles lipstik dengan konsentrasi lemak kakao 15.70 %
dipengaruhi oleh konsentrasi cera alba dan agak kusam (4.0) yang berarti bahwa pada
lemak di dalam campuran. Semakin keras konsentrasi tersebut lipstick tidak menempel
suatu lipstik atau semakin lunak daya olesnya dan tidak homogen. Semakin rendah nilai
semakin rendah. (Oscar Perdanakusuma, kilap lipstik berarti semakin menempel dan
2003). homogen. Kilap berhubungan erat dengan
konsentrasi cera alba yakni semakin
Homogenitas meningkat konsentrasi malam lipsticknya
Uji homogenitas dilakukan dengan semakin kusam.
menempatkan sejumlah lipstik keatas
permukaan kaca obyek kemudian diratakan Tekstur
dengan menggunakan kaca obyek yang Dari Tabel 3 menunjukkan bahwa
lainnya dengan tekanan tertentu untuk tekstur lipstik ke tiga formula mempunyai
mengetahui suatu sediaan tercampur merata nilai yang sama yaitu masing-masing 2 (dua)
antara bahan aktif dan bahan tambahan yang berarti ke tiga formula lipstik tersebut
pada kaca preparat. Hasil pemeriksaan mempunyai tekstur agak halus. Semakin
homogenitas ke tiga formula A, B dan C tinggi nilai tekstur lipstik semakin kasar.

UJI ORGANOLEPTIK
Tabel 4 . Rekapitulasi nilai organoleptik pada berbagai kriteria mutu pada berbagai
formula lipstik

Lama Penyimpanan
formula Sebelum penyimpanan Setelah penyimpanan 2 bulan
Warna Aroma Penampakan Warna Aroma Penampakan
A Merah Tidak Padat lembek merah Tidak Padat lembek,
berbau berbau tidak pecah, tidak
kering
B Merah Tidak Padat lembek merah Tidak Padat lembek,
berbau berbau tidak pecah, tidak
kering
C merah Tidak Padat lembek merah Tidak Padat lembek,
berbau berbau tidak pecah, tidak
kering

102 Diterbitkan oleh Balai Besar Industri Hasil Perkebunan


Mempelajari Kestabilan dan Efek ... (Alfrida)

Dari Tabel 4. menunjukkan bahwa 8. Keithler, W.R. 1956. The Formulation of


sebelum dan setelah penyimpanan lipstick Cosmetics and Cosmetic Specialities.
selama dua bulan pada suhu ruang, ternyata Drug and Cosmetic Industry, New York.
semua parameter (aroma, warna dan 9. Klokke, A.H, 1980. Pedoman Untuk
penampakan) yang diamati tidak mengalami Pengobatan Luar Penyakit Kulit.
perubahan. Gramedia, Jakarta.
10. Ritter, L. and C.A., Franklin, 1990.
SIMPULAN Dermal Toxicity Testing; Exposure and
Absorption, in Handbook of Invivo
Dari hasil dan pembahasan dapat
Toxicity Testing D. L. Arnold, H.C. Grice,
disimpulkan bahwa formulas lipstik
and D.R. Krewski (Eds.,). Toronto:
berbahan dasar lemak kakao dengan
Academic Press.
penggunaan lemak kakao masing - masing
11. Schmitt WH. 1996. Skin Care Product.
5, 22 % dan cera alba 32.17 % dapat
Didalam Williams DF dan Schmitt WH,
menghasilkan Formula lipstik yang lebih
editor. Chemistry and Technology of
homogen, mempunyai titik leleh paling tinggi,
The Cosmetics and Toiletries Industry.
daya olesnya kebih menempel, warna lebih
2nd Ed. London: Blackie A Cademe and
intensif, dan hasil uji klinis terhadap kulit tidak
Profesional
bersifat iritasi.
12. Wilkinson 7B, Moore R7. 1983. Harry’s
Cosmeticology, London.
DAFTAR PUSTAKA
13. Risnawati, Nazliniwaty*, dan Djendakita
1. BPOM, 2004. “Peraturan Perundang- Purba, Departemen Teknologi Farmasi
undangan di Bidang Kosmetik “ Balai Fakultas Farmasi Universitas Sumatera
POM RI, Jakarta. Utara, Medan, Indonesia Journal of
2. BSN, 1996. SNI 16-4399-1996: Pharmaceutics and Pharmacology,
Pelembab Kulit 2012 Vol. 1 (1): 78 – 86
3. Balsam, M.S. (1972). Cosmetic Science 14. Rowe, C.R., Paul, J., dan Marian,
and Technology edisi kedua. London: E.Q.(2009). Handbook of Pharmaceutical
John Willy and Son, Inc. Halaman 64. Excipients. Edisi keenam. Washington:
4. Fatmawati, A, Ermina Pakki, dan Michrun Pharmeceutical Press. Halaman: 772.
Nisa.. 2012. Sains dan Teknologi 15. Vishwakarma, B., Dwivedi, S., Dubey,
Kosmetik, Makassar. K., dan Joshi, H. (2011).
5. Hayes, A.W., 2001. Principles and 16. Oscar Perdanakusuma dan Zakiah
Methods of Toxicology, 4th. Philadelphia: Wulandari, Optimasi Proses Pembuatan
Taylor and Francis. Lipstik Dengan Penambahan Berbagai
6. Hasni Hasan, N. 2008. Pembuatan Alas Konsentrasi Malam Lebah Program Studi
Bedak Rose (Tidak Dipublikasikan). Teknologi Hasil Ternak, Departemen Ilmu
Laboratorium Terpadu Program Profesi Produksi Ternak, Fakultas Peternakan,
Apoteker. Fakultas Farmasi Unhas, IPB
Makassar 17. Wasitaatmadja, S.M. (1997). Penuntun
7. ISO 10993-10-1995. Biological Ilmu Kosmetik Medik. Jakarta: UI-Press.
Evaluation of Medical Devices-Part 10; Halaman 28.
Test Geneva, 1995, 2-5.

Diterbitkan oleh Balai Besar Industri Hasil Perkebunan 103

You might also like