Professional Documents
Culture Documents
Pada 12 Oktober lalu di lapangan Stadion Gelora Bung Karno yang basah dan sempat
tergenang air hujan, yang membuat pertandingan sempat dihentikan selama setengah
jam, anak-anak muda berkostum \\\"Merah Putih\\\" bersujud bersama-sama. Mereka
melakukan itu setelah berhasil mengalahkan tim kuat Korea Selatan 3-2, dan
memastikan diri lolos ke putaran final Piala Asia U-19 tahun 2014.
Tak cuma yang beragama islam, pemain-pemain yang bukan muslim pun ada di sana,
membuat ritual gestur rasa syukur masing-masing. Pemandangan yang menyenangkan
untuk masyarakat sepakbola Indonesia.
Perayaan sujud syukur itu tak cuma sekali itu dilakukan para pemain timnas U-19.
Mereka hampir selalu melakukannya di setiap pertandingan, atau ketika ada yang
mencetak gol kemenangan, baik di Pra Piala Asia maupun di Piala AFF bulan lalu yang
mereka juarai.
\\\"\\\'Kalau kita habis dikasih rezeki kita \\\'kan harus bersyukur pada Tuhan. Cara yang
bisa kita lakukan sebagai pemain bola ya bersujud syukur di atas lapangan,\\\" cerita
Hansamu Yama, bek \\\"Garuda Muda\\\", kepada detiksport,<\/strong> Jumat
(18\/10\/2013).
\\\"Saya rasa sebagai orang Islam wajib bersyukur. Karena saya yakin, dengan
bersyukur pasti akan ditambah nikmat oleh Allah,\\\" timpal sang kapten, Evan
Dimas.
\\\"Semua pemain sepakat melakukannya. Dari pelatih sih nggak ada arahan
khusus soal sujud syukur. Cuma Coach<\/em> (Indra Sjafri) sering mengingatkan,
kalau kita dapat gol wajib bersyukur,\\\" tutur Yama.
“Di tim \\\'kan tidak semua beragama islam. Teman-teman mengekspresikan rasa
syukurnya sesuai agama masing-masing.\\\"
Hal lain yang kerapkali terlihat dari mereka adalah anak-anak muda itu selalu
mencium tangan pelatih dan staf yang lain, bukan sekadar bersalaman. Cium
tangan adalah sebuah tradisi umum dalam masyarakat Indonesia, kepada orang
yang lebih tua.
\\\"Itu juga kemauan masing-masing pemain. Karena semua tahu, kalau dengan
orang yang lebih tua harus cium tangan sebagai ungkapan menghormati. Coach
Indra itu \\\'kan pelatih kita, jadi kita wajib menghormatinya,\\\" tutur Evan.
Beribadah bagi playmaker<\/em> berusia 18 tahun itu adalah sesuatu yang tidak
bisa ditawar-tawar. Sebagai seorang muslim, ia dan rekan-rekannya berusaha
disiplin untuk menjalani salat 5 waktu.
\\\"Salat itu \\\'kan wajib hukumnya sebagai umat islam. Sesibuk apapun kita
harus salat agar dimudahkan segala sesuatunya. Termasuk permainan di
lapangan, biar hati tenang, mainnya enak,\\\" paparnya.
\\\"Misalnya sebelum latihan sore, ya salat (ashar) dulu. Habis latihan salat
maghrib. Intinya, jangan sampai ninggalin salat. Ibu bapak juga selalu
mengingatkan itu, dan rata-rata teman-teman di timnas juga seperti itu.\\\"
Baik Evan maupun Yama memiliki keyakinan, semua kuasa hanya milik Tuhan.
Tidaklah pantas ketika mendapatkan kebahagiaan lantasn melupakan-Nya.
*Foto-foto: ANTARA