You are on page 1of 11

LAPORAN PRAKTIKUM MAKANAN ENTERAL

DIET TKTP

DISUSUN OLEH:

SHIFT / KELOMPOK : B/3

ANGGOTA : 1. Linda Ayu Permatasari (J310150142)

2. Wafin Salima Muttaqi (J310150144)

3. Anisa Ayu Damayanti (J310150148)

4. Ajeng Pramesti Ayu S (J310150153)

5. Anisah Ni’mah Azizah (J310150156)

PRODI ILMU GIZI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2018/2019
BAB 1

PENDAHULUAN

Dukungan nutrisi pada pasien merupakan hal yang sangat perlu diperhatikan, dengan
dukungan nutrisi yang cukup tersebut diharapkan proses penyembuhan pasien dapat berjalan
secara optimal. Akan tetapi dalam hal ini, tentu setiap individu memiliki kemampuan daya terima
makanan yang berbeda-beda. Oleh karena itu, bentuk makanan yang akan diberikan kepada
pasien harus sesuai dengan kondisi pasien dan tidak memberatkan fungsi organ tubuh
(Hardjodisastro dkk, 2006). Pemberian makanan secara enteral adalah salah satu pilihan bagi
pasien yang mengalami kesulitan dalam mengkonsumsi makanan dalam bentuk padat maupun
kesulitan makan melalui oral. Menurut Savino (2017), pemberian makanan enteral ditujukan
untuk pemenuhan kebutuhan nutrisi lengkap atau sebagai tambahan nutrisi untuk pasien.
Makanan enteral atau nutrisi enteral merupakan makanan dalam bentuk cair yang
diberikan kepada pasien melalui rute oral maupun pipa/sonde (Sobariah, 2005). Makanan Enteral
juga dapat diartikan sebagai pilihan utama dalam support nutrisi pada pasien dengan penyakit
kritis yang tidak dapat mempertahankan asupan makanan yang adekuat. Pada umumnya,
makanan enteral yang diberikan kepada pasien mengacu pada standar makanan rumah sakit dan
standar makanan khusus (Aspen, 2009).
Syarat utama pemberian makanan enteral adalah fungsi gastrointestinal masih berfungsi
secara normal. Terdapat dua jalur pemberian makanan enteral, yaitu melalui oral dan sonde.
Pemberian makanan secara oral terbagi menjadi dua, yaitu sebagai suplementasi dan sip feeding.
Sedangkan pemberian melalui jalur sonde terbagi menjadi tiga, yaitu gastric, duodenal, dan
jejunal yang masing-masing menyesuaikan kondisi saluran pencernaan pasien. Terdapat
beberapa pertimbangan mengapa pasien harus diberikan secara oral maupun sonde. Ketika
pasien masih dapat menelan dan pencernaan masih berfungsi dengan baik maka pasien diberikan
enteral secara oral, sedangkan ketika kondisi pasien tidak memungkinkan untuk menelan dapat
diberikan melalui sonde (Howard, 2007).
Beberapa persyaratan yang harus diperhatikan terkait makanan enteral yaitu makanan
enteral harus memiliki kepadatan kalori tinggi, kandungan zat gizinya seimbang, memelihara
osmolaritas yang sama dengan osmolaritas cairan tubuh, mudah diabsorbsi serta dibuat hanya
untuk 24 jam (Sobariah, 2005). Selain itu, indikasi pemberian makanan enteral kepada pasien
yaitu apabila pasien tidak dapat mengkonsumsi makanan melalui oral, asupan oral tidak
tercukupi, masa peralihan dari makanan parenteral dan malnutrisi berat.
Dalam praktikum kali ini, membahas tentang makanan enteral untuk pasien dengan jenis
diet Tinggi Kalori Tinggi Protein (TKTP), mulai dari menyusun menu hingga melakukan uji
viskositas. Menurut Almatsier S (2010). Diet TKTP merupakan diet yang mengandung jumlah
energi dan protein di atas kebutuhan normal. Terdapat beberapa syarat diet TKTP, diantaranya
yaitu energi diberikan tinggi yaitu di atas kebutuhan normal, protein diberikan tinggi yaitu 2,0-
2,5 g/kg BB, lemak diberikan cukup yaitu 10-25% dari kebutuhan energi total, kabohidrat
diberikan cukup yaitu sisa dari kebutuhan energi total, vitamin dan mineral diberikan cukup
sesuai dengan kebutuhan normal serta makanan diberikan dalam bentuk yang mudah dicerna
(Almatsier S, 2010).
Pada umumnya, diet TKTP dapat diberikan kepada beberapa pasien dengan kondisi
tertentu, yaitu pasien yang Kekurangan Energi Protein, pasien sebelum dan setelah operasi
tertentu, luka bakar berat, pasien yang baru sembuh dari penyakit dengan suhu tubuh yang tinggi,
hipertiroid, hamil, serta post partum dimana kebutuhan energi dan protein meningkat. Selain itu,
terdapat dua macam diet TKTP, yaitu Diet Tinggi Kalori Tinggi Protein I (energi 2600 kkal,
protein 100 g (2g/kg BB)) dan Diet Tinggi Kalori Tinggi Protein II (energi 3000 kkal, protein
125 g (2,5g/kg BB)) (Almatsier S, 2010). Sedangkan tujuan diberikannya diet TKTP ini adalah
untuk memenuhi kebutuhan energi dan protein seseorang yang meningkat guna mencegah dan
mengurangi kerusakan jaringan yang ada dalam tubuh serta untuk menambah berat badan
seseorang hingga mencapai berat badan normal (Almatsier S, 2010).
BAB II

ISI

A. Diet Tinggi Kalori Tinggi Protein (TKTP)


Diet TKTP adalah diet yang mengandung kalori dan protein di atas kebutuhan
normal. Diet ini diberikan dalam bentuk makanan biasa ditambah bahan makanan
sumber protein tinggi seperti susu, telur, dan daging, atau dalam bentuk minuman
enteral tinggi kalori tinggi protein. Diet ini diberikan pada pasien yang telah mempunyai
cukup nafsu makan dan dapat menerima makanan lengkap.
Diet TKTP bertujuan untuk memenuhi kebutuhan energi dan protein yang
meningkat untuk mencegah dan mengurangi kerusakan jaringan tubuh. Tujuan lainnya
yaitu menambah berat badan hingga mencapai berat badan normal.
Syarat-syarat diet TKTP antara lain yakni : (1) energi tinggi, 40-45 kkal/kh BB ; (2)
protein tinggi, 2,0-2,5 g/kg BB ; (3) lemak cukup, 10-25% dari kebutuhan energi total ;
(4) karbohidrat cukup, sisa dari kebutuhan energi total ; (5) vitamin dan mineral cukup,
sesuai kebutuhan normal ; dan (6) makanan diberikan dalam bentuk mudah cerna.
Indikasi pemberian diet TKTP kepada pasien sebagai berikut :
1. Kurang energi protein (KEP).
2. Sebelum dan setelah operasi tertentu, multi trauma, serta selama radioterapi dan
kemoterapi.
3. Luka bakar berat dan baru sembuh dari penyakit disertai demam.
4. Hipertiroid, hamil, dan post-partum dimana kebutuhan energi dan protein
meningkat.

Terdapat dua macam diet TKTP yang dapat diberikan kepada pasien menurut
keadaannya yakni :
1. Diet Tinggi Kalori Tinggi Protein I (TKTP I)
Kalori/Energi : 2600 kkal, Protein : 100 g (2 g/kg BB)
2. Diet Tinggi Kalori Tinggi Protein II (TKTP II)
Kalori/Energi : 3000 kkal, Protein : 125 g (2,5 g/kg BB)
B. HASIL PRAKTIKUM 1
Jenis Diet : Diet TKTP
Pemberian Makan : 3 kali
Bentuk Makanan : Makanan enteral
Bahan :
- 124,8 g tepung susu skim
- 150 g jeruk manis
- 24,9 g biskuit
- 37,5 g margarin
- 62,49 g madu
- 49,98 g gula pasir
- 1299,9 ml air

Berikut tabel bahan makanan beserta berat dan kandungan gizinya :

Bahan Berat (g) Energi Protein Lemak Karbohidrat


Tepung susu 124,8 459,99 44,73 2,49 64,5
skim
Jeruk manis 150 70,74 1,23 0,249 17,748
Biskuit 24,9 126,75 2,49 2,49 19,5
Margarin 37,5 266,25 0,0 30,0 0,249
Madu 62,49 189,9 0,249 0,0 51,48
Gula pasir 49,98 193,5 0,0 0,0 49,98
Air 1299,9 0 0 0 0
Total 1307,13 48,699 35,229 203,457

Untuk resep menu diatas adalah resep menu untuk 3 kali pemberian. Di bawah ini
adalah perhitungan untuk membuat resep satu porsi berdasarkan diet TKTP 1.

 Energi = 2600 kkal

 Protein = 15% x Total kebutuhan energi

=15% x 2600

=390/4

= 97,5 gram
Toleransi 5% = 4,875

= 92,625 s/d 102,375 gram

 Lemak = 25% xTotal kebutuhan energi

= 25% x 2600

= 650/9

= 72,2 gram

Toleransi 5% = 3,61

= 68,59 s/d 75,81 gram

 Karbohidrat = 60% x Total kebutuhan energi

= 60% x 2600

= 1560/4

= 390 gram

Toleransi 5% = 19,5

= 370,5 s/d 409,5 gram

Tabel berat bahan dan kandungan gizi untuk satu porsi :

Bahan Berat (g) Energi Protein Lemak Karbohidrat


Tepung susu 41,6 153,33 14,91 0,83 21,5
skim
Jeruk manis 50 23,58 0,41 0,083 5,916
Biskuit 8,3 42,25 0,83 0,83 6,5
Margarin 12,5 88,75 0,0 10 0,083
Madu 20,83 63,3 0,083 0,0 17,16
Gula pasir 16,66 64,5 0,0 0,0 16,66
Air 433,3 0 0 0 0
Total 435,71 16,233 11,743 67,819

Cara Membuat :
- Biskuit dihaluskan terlebih dahulu, jeruk manis diperas untuk diambil sarinya.
- Semua bahan ditimbang sesuai porsi yang akan dibuat.
- Campurkan tepung susu skim, biskuit, gula pasir dan margarin (yang telah dipanaskan
sebelumnya) dengan air matang.
- Masak hingga mendidih.
- Angkat dari api.
- Diamkan beberapa menit, lalu masukkan sari jeruk manis sambil diaduk.
- Tambahkan madu kemudian aduk.
- Saring dengan saringan kawat halus.

Uji Kesukaan
Makanan enteral sebelum diberikan kepada pasien harus diuji dulu
menggunakan uji kesukaan untuk mengukur tingkat kesukaan seseorang mengenai
makanan tersebut. Hasil dari uji kesukaan terletak di lampiran.

Prosentase hasil uji kesukaan

1. Warna
- Suka : 2/5 x 100 % = 40%
- Netral : 2/5 x 100 % = 40%
- Tidak suka : 1/5 x 100% = 20%
2. Aroma
- Netral : 3/5 x 100% = 60%
- Tidak suka : 2/5 x 100 % = 40%
3. Tekstur
- Suka : 3/5 x 100% = 60%
- Netral : 2/5 x 100% = 40%
4. Rasa
- Suka : 4/5 x 100% = 80%
- Netral : 1/5 x 100% = 20%
5. Kesuluruhan
- Suka : 3/5 x 100% = 60%
- Netral : 2/5 x 100% = 40%

Hasil Uji Viskositas


10” = 661
20” = 634,7
30” = 578
40” = 572,3
50” = 567,5
60” = 563,9

Formula sonde TKTP

C. PEMBAHASAN
Pada menu makanan enteral diet Tinggi Kalori Tinggi Protein (TKTP), dengan
menggunakan bahan tepung susu skim, margarine, jeruk manis, biskuit, madu, gula pasir,
dan air. Dengan pemberian makan 3 kali sehari. Dengan total energi yang dibutuhkan
sebesar 1300 kkal sehingga dibutuhkan air sebanyak 1300 ml. Pada prinsipnya makanan
enteral merupakan makanan yang harus diperhatikan dari tingkat viskositasnya. Tingkat
viskositas dapat dipengaruhi oleh bahan- bahan yang digunakan dalam resep menu.
Karena masing-masing bahan memiliki nilai viskositas yang berbeda-beda. Pada menu
makanan enteral ini kami melakukan uji kesukaan untuk mengetahui kepuasan dari
makanan tersebut. Uji dilakukan pada warna, aroma, tekstur, rasa, serta keseluruhan
gambaran makanan enteral.
Uji dilakukan pada 4 orang responden. Didapatkan hasil uji pada warna dengan
pilihan suka sebanyak 40%, netral sebanyak 40%, tidak suka 20%. Sedangkan pada
aroma, 60 % memilih netral, dan 40% tidak suka. Pada texture makanan , 60% Suka dan
40 % netral. Pada uji rasa 80% suka dan 20 % responden memilih netral. Maka
didapatkan hasil keseluruhan 60 % suka dan 40% Netral. Banyak faktor yang dapat
mempengaruhi peroses uji kesukaan. Karena persepsi setiap responden dapat saja
berbeda-beda dapat dipengaruhi oleh kebiasaan konsumsi makanan masing- masing
responden. Perpaduan bahan pada resep menu juga berpengaruh besar terhadap rasa
makanan enteral. Ada sekitar 60 % responden memilih suka dapat disebabkan oleh
bahan- bahan yang digunakan tidak terlampau memiliki rasa yang bertolak belakang
sehingga tidak begitu berpengaruh besar terhadap rasa.
Pada uji viskositas , diukur dengan alat viskometer dengan pemilihan spindel
yang disesuaikan dengan tingkat keenceran makanan enteral yang dibuat. Semakin cair
makanan yang dihasilkan memerlukan ukuran spindel yang kecil. Pengukuran viskositas
dilakukan dalam waktu 60 detik dengan pencatatan pada tiap kelipatan nya per 10 detik
lalu dicatat hasilnya. Nilai viskositas menjadi bagian terpenting terhadap pembuatan
makanan enteral karena berhubungan dengan kelancaran saat pemberian makanan
melalui tube/ pipa. Kandungan gas dalam makanan juga tidak boleh terlampau tinggi
karena dikhawatirkan terjadi aspirasi saat pemberian pada pasien. Nilai Viskositas dapat
mengalami perubahan dikarenakan suhu pada saat pemanasan maupun proses
pendinginan. Jika suhu semakin meningkat maka viskositas dalam suatu produk akan
semakin kecil karena itu dalam proses pengukuran produk harus dibiarkan dingin terlebih
dahulu.
Pada produk yang kami buat mendapatkan nilai viskositas rerata sebesar 595,83.
Faktor lain yang dapat mempengaruhi nilai viskositas juga disebabkan oleh konsentrasi
zat terlarut , berat molekul, dan tekanan. Menurut Broune (2002), semakin berat suatu
molekul maka semakin tinggi pula nilai viskositasnya. Contohnya pada bahan margarine
dan madu, serta gula yang memiliki proses caramelisasi ketika di panaskan.

s
BAB III
PENUTUP

Berdasarkan praktikum makanan enteral tentang formula Sonde TKTP berdarkan resep
sendiri, dapat disimpulkan bahwa:
1. Volume yang dihasilkan pada praktikum kali ini sesuai dari resep yang dibuat, yakni
430cc sebanyak 3x pemberian
2. Dari hasil keseluruhan uji kesukaan didapatkan bahwa 60% panelis menyukai sonde
TKTP yang dibuat.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

Almatsier , Sunita. 2010. Buku Penuntun Diet. Jakarta : GramediaPustaka


Sobariah, E., dkk. 2005. Panduan Pemberian Makanan Enteral. Jakarta : EGC
Hardjodisastro dkk. 2006. Dukungan Nutrisi pada Kasus Penyakit Dalam. Jakarta : Departemen
Ilmu Penyakit Dalam, FKUI.

You might also like