You are on page 1of 7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Faktor Kegagalan dalam Preparasi Resin Komposit

A. Kebocoran tepi (Marginal Microleakage)


Definisi : celah mikroskopik antara dinding kavitas dan restorasi yang dapat dilalui
mikroorganisme, cairan, molekul dan ion.
Penyebab : kegagalan adaptasi restorasi terhadap dinding kavitas, akibat :
1. Perbedaan koefisien thermal ekspansi resin komposit, dentin dan enamel,
2. Penggunaan oklusi dan pengunyahan normal,
3. Kesulitan karena adanya kelembaban, mikroflora yang ada, lingkungan mulut bersifat
asam
4. Kegagalan adaptasi dinding kavitas akibat adanya monomer sisa dan shrinkage (proses
pengerutan) selama polimerisasi.
5. Kebocoran tepi makin besar jika tidak ada sisa email yang mendukung.
B. Rasa sakit paska restorasi resin komposit
Sifat kimia bahan komposit bisa mengiritasi jaringan pulpa dan mengakibatkan radang
pulpa, bahkan 3–4 bulan kemudian timbul diskolorasi atau fistula.
Penyebab :
1. Iritasi monomer sisa resin komposit.
2. Kebocoran tepi
3. Invasi mikroorganisme dan cairan mulut melalui tubuli dentin

2.2 Tahapan preparasi restorasi resin komposit


1. Tahapan Isolasi
Isolasi daerah kerja merupakan suatu keharusan. Gigi yang dibasahi salivadan lidah akan
menggangu penglihatan. Beberapa metode tepat digunakan untuk mengisolasi daerah kerja yaitu
saliva ejector , gulungan kapas atau cotton roll,dan isolator karet atau rubbedam(Baum, 1997)
Saliva ejector

2. Isolator karet atau Rubber Dam


Dari semua metode isolasi daerah kerja tidak ada yang seefektif dari rubber dam.
Lembaran karet ini dengan gigi-gigi yang menonjol melalui
lubang pada lembaran itu memberikan isolasi yang positif dan jangka panjang pada gigiyang
perlu dirawat. Penggunaan dari rubber dam merupakan keharusan untuk prosedur operatif.
Rubber dam terdiri dari 2 bagian yaitu isolator karet dan klem.

Rubber Dum
3. Pembersihan Gigi
Gigi dibersihkan dengan rubber cups dan pumice yang dicampurdengan air. Bila ada
karang gigi dibersihkan terlebih dahulu (Baum, 1997).
4. Tahap preparasi
Gigi fraktur Karena trauma dibuat bavel pada seluruh tepi enamel selebar 2-3 mm dari
tepi kavitas dengan diamond fissure bur dengan sudut 45 Gigi dengan karies dibersihkan dengan
diamond fissure bur atau excavator, kemudin dibuat bevel seperti di atas.Tahap pertama adalah
memperoleh akses ke dentin yang terkena karies. Untuk kasus kelas III akses diperoleh dari
pembuangan ridge palatal karena ridge ini tidak didukung oleh dentin yang sehat. Dinding labial
sedapat mungkin dipertahankan mengingat sampai saat ini tak satupun warna bahan
restorasi yang sama persis dengan warna gigi. Akses dari palatal memang lebih menyusahkan
operator namun akses dari labial jarang sekali dilakukan karena akan menghasilkan estetika
yang tidak begitu baik. Akses langsung bisa dilakukan jika gigi tetangganya tidak ada (Baum,
1997).

Kavitas

Setelah akses tahap selanjutnya adalah pembuatan ragangan kavitas atau outline form.
Ragangan pada kasus ini hanya dibuat berdasarkan perluasan kariesnya yang mengenai email
dan dentin. Semua email dan dentin yang sebenarnya tidak terserang karies tetapi kelihatannya
sudah lemah harusdihilangkan.Perluasan kavitas ini sebagai langkah dari pencegahan atau
extension for prevention.
Untuk kelas III pada tahap resisten yaitu pembuatan
Bevel tidak perludilakukan karena menghindari jaringan yang terbuang dan menghindari kontak
dengan gigi tetap pada tetangga. Bentuk kavitas biasanya telah menyediakan retensi yang cukup
tanpa membuat alur retensi khusus. Bentuk retensi pada setiap kasus berbeda tergantung pada
besar kavitasnya apakah kecil atau besar retensi pada kelas III adalah undercut. Undercut dibuat
di dndinggin gival aproksimal dan undercut pendek berupa pit di dinding insisal. Pada restorasi
plastis komposit proses pengetsaan juga merupakan suatu retensi
mekanis. Setelah preparasi selesai
dilakukan tahap selanjutnya perlu dilakukan pengecekan tepi kavitas agar tidakada email dan den
tin karies yang tersisa sehingga tidak menyebabkan karies sekunder. Selanjutnya
adalah pembersihan kavitas, semua debris dan sisa preparasi diirigasi dengan aquadest steril dan
kemudian dikeringkan. Terakhir kavitas perlu diperiksa lagi dari berbagai aspek sebelum
dilakukan penumpatan (Baum, 1997).
5. Pemberian Liner/ Basis
Basis adalah lapisan tipis yang diletakkan antara dentin dan atau pulpadengan restorasi.
Perbedaan antara basis dan liner adalah ketebalan dan hal yangmampu ditahannya. Jika basis
dengan ketebalan yang lebih daripada liner mampumenahan tekanan mekanik dari bahan
restorasi selain juga sebagai penahan termal,listrik dan kimiawi (Baum, 1997).
Pada restorasi resin komposit, perlu diplikasikan basis atau liner karena sifat dari resin
itu sendiri yang iritan terhadap pulpa sehingga perlu
adanya perlindungan sehingga bahan restorasi resin komposit ini tidak secara langsug mengenai
struktur gigi. Bahan basis atau liner yang biasanya digunakan adalah kalsium hidroksida,
terutama karies yang hampir mencapai pulpa, karena sifatnya yang mampu merangsang
pembentukan dentin sekunder. Kalsium hidroksida(Ca(OH)2) sebagai liner berbentuk suspensi
dalam liquid organik seperti methylethyl ketone atau ether alcohol atau dapat juga dalam larutan
encer seperti methylcellusose yang berfungsi sebagai bahan pengental(Baum, 1997).
Liner ini diaplikasikan dalam konsistensi encer yang mengalir sehinggamudah
diaplikasikan ke permukaan dentin. Larutan tersebut menguap meninggalkan sebuah lapisa tipis
yang berfungsi memberikan proteksi pada pulpa di bawahnya.Selain liner, perlindungan lain
dapat berupa basis. Basis yang dapatdigunakan adalah basis dari kalsium hidroksida, semen
ionomer kaca, dan sengfosfat. Sebagai basis, kalsium hidroksida berbentuk pasta yang terdiri
dari basisdan katalis. Basisnya terdiri dari calcium tungstate, tribasic calcium phosphate,dan zinc
oxide dalam glycol salycilate. Katalisnya terdiri dari calcium hydroxide,zinc oxide, dan zinc
stearate dalam ethylene toluene sulfonamide. Basis kalsiumhidroksida yang diaktivasi dengan
sinar biasanya mengandung calcium hydroxidedan barium sulfate yang terdispersi dalam resin
urethane dimethacrylate. Kalsium hidroksida sebagai basis mempunyai kekuatan tensile dan
kompresi yang rendah dibandingkan dengan basis dengan kekuatan dan rigiditas yang tinggi.
Karena itulah, kalsium hidroksida tidak diperuntukkan untuk menahan kekuatan mekanikyang
besar, biasanya jika digunakan untuk memberikan tahanan terhadap tekananmekanik, harus
didukung oleh dentin yang kuat. Untuk memberikan perlindunganterhadap termis, ketebalan
lapisan yang dianjurka tidak lebih dari 0,5 mm.keuntungan dari penggunaan kalsium hidroksida
adalah sifat terapeutiknya yangmampu merangsang pembentukan dentin sekunder (Baum, 1997).
6. Tahap etsa asam
1. Ulaskan bahan etsa (asam phospat 30%-50%) dalam bentuk gel/cairandengan pinset dan
gulungan kapas kecil (cutton pellet) pada permukaanenamel sebatas 2-3 mm dari tepi kavitas
(pada bagian bevel).
2. Pengulasan dilakukan selama 30 detik dan jangan sampai mengenai gusi.
3. Dilakukan pencucian dengan air sebanyak 20 cc, menggunakan syiring.
4. Air ditampung dengan tampon atau cotton roll.
5. Setelah pencucian gigi dikeringkan dengan semprotan udara sehingga permukaan tampak
putih buram.
7.Tahap bonding

Ulaskan bahan bonding menggunakansponkecilataukuas / brush


kecil pada permukaan yang telah di etsa . Ditunggu±10 detik sambil di semprot udara ringan di
sekitar kavitas (tidak langsung mengenai kavitas) .Kemudian dilakukan penyinaran
selama 20 detik. Saat ini, pemakaian bahan adhesif pada dentin telah meluas ke seluruh dunia
dan perkembangannya pun bervariasi didasarkan pada tahun pembuatan, jumlah kemasan dan
sistem etsa (Baum, 1997).

Berdasarkan jumlah kemasan atau tempat penyimpanan, bahan adhesive dibagi menjadi
tiga yakni sistem tiga botol, dua botol dan satu botol. Pada system tiga botol, bahan adhesif
terdiri dari tiga botol bahan yang terpisah yakni etsa, primer dan bonding. Sistem ini
diperkenalkan pertama kali tahun 1990-an. Sistemini menghasilkan kekuatan ikatan yang baik
dan efektif. Namun, kekurangan sistem ini adalah banyaknya kemasan yang ada di meja unit dan
waktu pemakaian yang lama dikarenakan sistem ini yang terdiri dari tiga botol dan tidak praktis

Sistem bahan adhesif lainnya yakni sistem dua botol yang terdiri dari
dua botol bahan yang terpisah yakni satu botol bahan etsa dan satu botol yang merupakan
gabungan antara primer dan bonding. Saat ini, sistem ini
merupakan bahan adhesif yang paling banyak digunakan di praktek dokter gigi. Hal ini
dikarenakan sistem ini lebih simpel dan waktu pemakaiannya lebih cepat. Disamping itu, ikatan
yang dihasilkan cukup kuat.

Sistem bahan adhesif terakhir yakni sistem satu botol yang hanya terdirisatu botol yang
merupakan gabungan etsa, primer dan bonding. Sistem inimerupakan sistem bahan adhesif
yang terakhir kali keluar. Kelebihan sistem ini adalah waktu pemakaian yang lebih cepat dan
mudah pengaplikasiannya dibandingkan dengan sistem bahan adhesif lainnya. Namun,
kekurangan system ini adalah kekuatan ikatan yang dihasilkan lebih rendah (Baum, 1997)

8.Tumpatan Resin Komposit


Cara penumpatan kavitas di servikal gigi serupa dengan penumpatan kavias oklusal.
Walaupun tumpatannya nanti tidak akan menerima tekanan kunyah oklusal, tekanan kondensasi
tetap harus memadai agar alur-alur retensiterisi dengan baik, sehingga tumpatan dapat bertahan
lama. Pengukiran pada tahap yang dini dapat dilakukan dengan sonde, kalau sudah terlambat
dengan alatWard atau Hollenbach (Baum, 1997).
Hendaknya bentuk anatomi permukaan servikal dapat dikembalikan, dan untuk itu dapat
degunakan dengan pengukir dengan bilah cembung
misalnya pengukir Ward atau Hollenbach. Pengukiran dilakukan dengan jalan mengukir tepi
oklusal dan tepi gingival sendiri-sendiri sehingga terbentuknya permukaanyang cekung dapat
dicegah. Tumpatan lebih baik dibuat sedikit cekung daripada overkontur kearah gingival sebab
hal ini akan menyebabkan akumulasi plak dan merangsang timbulnya gingivitis (Baum, 1997).

9.Tahap finishing dan polishing komposit Finishing


Meliputi shaping, contouring , dan penghalusan restorasi. Sedangkan polishing digunakan untuk
membuat permukaan restorasi mengkilat.Finishing dapat dilakukan segera setelah komposit
aktivasi sinar telah mengalami polimerisaasi atau sekitar 3 menit setelah pengerasan awal
(Baum, 1997).

You might also like