Professional Documents
Culture Documents
NIM : PO7220116128
SEMESTER : 4
TUGAS MANDIRI KMB 1 BABAK 3
Coba saudara pelajari dan buat resume secara tertulis :
1. beberapa diagnosa keperawatan berdasarkan SDKI pada kasus gangguan sistem
kardiovaskular.
2. definisi diagosa-diagnosa tersebut, data mayor beserta data minor yang harus ada saat
menentukan diagnosa keperawatan gangguan sistem kardiovaskular.
Definisi
Darah tinggi atau hipertensi merupakan suatu keadaan tekanan darah seseorang berada
pada tingkatan diatas normal. Konsekwensi dan keadaan ini adalah timbulnya penyakit yang
menggangu tubuh penderita. Dalam penyakit hipertensi merupakan masalah kesehatan dan
memerlukan penanggulangan dengan baik. (Sudjaswandi : 2002. h 17)
Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis dimana terjadi peningkatan
tekanan darah secara kronis (dalam jangka lama) penderita yang mempunyai sekurang-
kurangnya tiga bacaan tekanan darah yang melebihi 140/90 mmHg saat istirahat diperkirakan
mempunyai keadaan darah tinggi. Tekanan darah tinggi adalah salah satu resiko untuk stroke,
serangan jantung, gagal jantung, dan merupakan penyebab utama gagal jantung kronis. (weblog,
wikipedia indonesia)
Sistem peredaran darah manusia terdiri atas jantung, pembuluh darah, dan saluran limfe.
Jantung merupakan organ penting yang memompa darah dan memelihara peredaran melalui
saluran tubuh.
Arteri membawa darah dari jantung
Vena membawa dara ke jantung
Kapiler menggabungkan arteri dan vena, terentang diantaranya dan merupakan jalan lalu
lintas antara makanan dan bahan buangan. Disini juga terjadi pertukaran gas dalam cairan ekstra
seluler atau intershil. Saluran limfe mengumpulkan, menggiring dan menyalurkan kembali ke
dalam limfenya yang dikeluarkan melalui dinaing kapiler halus untuk membersihkan jaringan.
Saluran limfe ini juga dapat dianggap menjadi bagian sistem peredaran.
Denyut arteri adalah suatu gelombang yang teraba pada arteri bila darah dipompa keluar
jantung. Denyut ini mudah diraba ditempat arteri temporalis diatas tulang temporal atau arteri
dorsalis pedis di belokan mata kaki. Kecepatan denyut jantung dalam keadaan sehat berbeda-
beda, dipengaruhi penghidupan, pekerjaan, makanan, umur dan emosi. Irama dan denyut sesuai
dengan siklus jantung jumlah denyut jantung 70 berarti siklus jantung 70 kali per menit.
Kecepatan normal denyut nadi per menit :
Pada bayi yang baru lahir 140
Selama tahun pertama 120
Selama tahun kedua 110
Pada umur 5 tahun 96-100
Pada umur 10 tahun 80-90
Pada orang dewasa 60-80
(Pearce. 2009 : h 151)
Tekanan Darah
Tekanan darah sangat penting dalam sirkulasi darah dan selalu diperlukan untuk daya
dorong yang mengalirkan darah didalam arteri, arteriola, kapiler dan sistem vena sehingga darah
didalam arteri, arteriola, kapiler dan sistem vena sehingga terbentuk aliran darah yang menetap.
Jantung bekerja sebagai pemompa darah dapat memindahkan darah dari pembuluh vena ke
pembuluh arteri. Pada sirkulasi tertutup aktivitas pompa jantug berlangsung dengan cara
mengadakan kontraksi dan relaksasi sehingga menimbulkan perubahan tekanan darah dan
sirkulasi darah. Pada tekanan darah didalam arteri kenaikan arteri pada puncaknya sekitar 120
mmHg tekanan ini disebut tekanan stroke. Kenaikan ini menyebabkan aorta mengalami distensi
sehingga tekanan didalamnya turun sedikit. Pada saat diastole ventrikel, tekanan aorta cenderung
menurun sampai dengan 80 mmHg. Tekanan ini dalam pemeriksaan disebut dengan tekanan
diastole.
Kecepatan Tekanan
Kecepatan aliran darah bergantung pada ukuran palung dari pembuluh darah. Darah
dalam aorta bergerak cepat, dalam arteri kecepatan berkurang dan sangat lambat pada kapiler,
dalam arteri kecepatan berkurang dan sangat lambat pada kapiler. Faktor lain yang membantu
aliran darah kejantung maupun gerakan otot kerangka mengeluarkan tekanan diatas vena,
gerakkan yang dihasilkan pernafasan dengan naik turunnya diafragma yang bekerja sebagai
pemopa, isapan yang dikeluarkan oleh atrium yang kosong sewaktu diastole menarik darah dari
vena dan tekanan darah arterial mendorong darah maju. Perubahan tekanan nadi pengaruhi oleh
faktor yang mempengaruhi tekanan darah, misalnya pengaruh usia dan penyakit arteriosklerosis.
Pada keadaan arteriosklorosis, olasitias pembuluh darah kurang bahkan menghilang sama sekali,
sehingga tekanan nadi meningkat.
Kecepatan aliran darah dibagian tengah dan pada bagian tepi (ferifer) yang dekat dengan
permukaan bagian dalam dinding arteri adalah sama, aliran bersifat sejajar yang konsentris
dengan arah yang sama jika dijumpai suatu aliran darah dalam arteri yang mengarah kesegala
jurusan sehingga memberikan gambaran aliran yang yang tidak lancer. Keadaan dapat terjadi
pada darah yang mengatur melalui bagian pembuluh darah yang mengalami sumbatan atau
vasokonstriksi. (Drs_H.Syaifuddin. 2006 : h 130)
2.1.3 Etiologi
Penyebab hipertensi lainnya adalah feokromositoma, yaitu tumor pada kalenjar adrenal
yang menghasilkan hormone edinefrin (adrenalim) atau noredinefrin (noradrenalin) kegemukan
(obesitas), gaya hidup yang tidak aktif (malas), stress, alkohol, atau garam dalam makanan bisa
memicu terjadinya hipertensi pada orang-orang yang memiliki kenaikan yang diturunkan stress
cenderung menyebabkan kenaikan tekanan darah untuk sementara waktu. Jika stress berlalu,
maka tekanan darah biasanya akan kembali normal. (Weblog, Wikipedia indonesia)
2.1.4 Patofisiologi
Pada stadium permulaan hipertensi hipertrofi yang terjadi adalah difusi (konsentik). Pada
masa dan volume akhir diastolik ventrikel kiri. Pada stadium selanjutnya, karena penyakit
berlanjut terus, hipertrofi menjadi tak teratur dan akhirnya akibat terbatasnya aliran darah
koroner menjadi eksentrik, berkurangnya rasio antara masa dan volume jantung akibat
peningkatan volume diastolik akhir adalah khas pada jantung dengan hipertrofi eksentrik. Hal ini
diperlihatkan sebagai penurunan secara menyeluruh fungsi pompa (penurunan fraksieleksi)
penigkatan tegangan dinding ventrikel pada saat sistolik peningkatan konsumsi oksigen ke otot
jantung serta penurunan efek-efek mekanik pompa jantung. Diperburuk lagi bila disertai dengAn
penyakit dalam jantung koroner.
Walaupun tekanan perkusi koroner meningkat, tahanan pembumluh darah koroner juga
meningkat sehingga cadangan aliran darah koroner berkurang. Perubahan hemodinamik sirkulasi
koroner pada hipertensi berhubungan erat dengan derajat hipertrofi otot jantung.
Ada 2 faktor utama penyebab penurunan cadangan aliran darah koroner yaitu :
1. Penebalan arteriol koroner, yaitu bagian dari hipertrofi otot polar dalam resitensi seluruh badan.
Kemudian terjadi valensi garam dan air mengakibatkan berkurangnya compliance pembuluh ini
dan meningkatnya tahanan perifer.
2. Peningkatan hipertrofi mengakibatkan berkurangnya kepadatan kapiler per unit otot jantung bila
timbul hipertrofi menjadi faktor utama pada stadium lanjut dan gambaran hemodinamik ini
Jadi faktor koroner pada hipertensi berkembang menjadi akibat penyakit meskipun
tampak sebagai penyebab patologis yang utama dari gangguan aktivitas mekanik ventrikel kiri.
(Arif Manjoer. 2001 : h 441)
Pemeriksaan yang paling sederhana adalah palpasi hipertensi karateristik lama, untuk
bertambah bila terjadi dibatasi ventrikel kiri iktusikordis bergerak kiri bawah, pada kultasi Pasien
dengan hipertensi konsentri dapat ditemukan 5 bila sudah terjadi jantung didapatkan tanda-tanda
rusiensi mitra velature. (Arif Mansjoer. 2001 : h 442)
Pada stadium ini hipertensi, tampak tanda-tanda rangsangan sipatis yang diakibatkan
peningkatan aktivitas system neohormonal disertai hipertomia pada stadium, selanjutnya
mekanisme kopensasi pada otot jantung berupa hiperpeuti. (Arir Mansjoer. 2001 : h 442)
Gambaran klinis seperti sakit kepala adalah serta gejala gangguan fungsi distolik dan
peningkatan tekanan pengsien ventrikel walaupun fungsi distolik masih normal, bila berkembang
terus terjadi hipertensi eksentri dan akhirnya menjadi dilarasi ventrikel kemudian gejal banyak
datang. Stadium ini kadang kala disertai dengan sirkulasi ada cadangan aliran darah ovoner dan
makin membentuk kelaianan fungsi mekanik/pompa jantung yang selektif. (Mansjor, 2001 : h
442)
2.1.6 Komplikasi
Organ-organ tubuh sering terserang akibat hipertensi antara lain masa berupa pendarahan
vetria, bahkan gangguan pada penglihatan sampai kebutahan, gagal jantung, pecahnya darah
otak. (Arif Mansjoer, 2001)
2.1.7 Penatalaksanaan
2.1.8 Pencegahan
2.1.9 Pengobatan
Jenis-jenis pengobatan
Tindakan pengobatan supparat, sesuai anjuran dari natural cammitoe dictation evalution
treatmori of high blood preasure
a. Tumpukan berat badan obesitas
b. Konsumsi garam dapur
c. Kurangi alkohol
d. Menghentikan merokok
e. Olaraga teratur
f. Diet rendah lemak penuh
g. Pemberian kalium dalam bentuk makanan sayur dan buah
Dilain pihak gaya hidup yang baik untuk menghindari terjangkitnya penyakit hipertensi dan
berbagai penyakit digeneratif lainnya.
Mengkurangi konsumsi garam
Melakukan olaraga secara teratur dan dinamik
Membiasakan bersikap dinamik seperti memilih menggunakan tangga dari pada limfa
Menghentikan kebiasaan merokok
Menjaga kestabilan BB
Menjauhkan dan menghindari stress dengan pendalaman angka sebagai salah satu upayahnya.
Asuhan keperawatan adalah metode dimana suatu konsep diterapkan dalam praktek
keperawatan. Hal ini biasanya disebut sebagai suatu pendekatan problem solving yang
memerlukan ilmu teknik dan keterampilan interversional dan ditujukan untuk memenuhi
kebutuhan klien.
(Iyert el, al, 1996)
2.2.1 Pengkajian
2. Sirkulasi
Gejala : Riwayat hipertensi ateros klerosis, penyakit jantung koroner / katup dan penyakit
screbiovakuolar, episode palpitasi, perpirasi.
Tanda : - Kenaikan TD (pengukuran serial dan kenaikan TD diperlukan untuk menaikkan diagnosis
- Hipotensi postural (mungkin berhubungan dengan regimen otak)
- Nada denyutan jelas dari karotis, juguralis, radialis
- Denyut apical : Pm, kemungkinan bergeser dan sangat kuat
- Frekuensi/irama : Tarikardia berbagai distrimia
- Bunyi, jantung terdengar S2 pada dasar S3 (CHF dini) S4 (pengerasan vertikel kiri / hipertrofi
vertical kiri).
3. Integritas ego
Gejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi eufuria atau jarah kronis (dapat
mengidentifikasi kerusakan serebral ) faktor-faktor inulhfel, hubungan keuangan yang berkaitan
dengan pekerjaan.
Tanda : Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontiniu perhatian, tangisan yang meledak, gerak
tangan empeti otot muka tegang (khususnya sekitar mata) gerakkan fisik cepat, pernafasan
mengelam peningkatan pola bicara.
4. Eliminasi
Gejala : Gangguan ginjal sakit ini atau yang lalu
5. Makanan/Cairan
Gejala : Makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi garam, tinggi lemak, tinggi
kolestrol, mual, muntah, perubahan berat badan (meningkatkan/menurun) riwayat pengguna
diuretik.
Tanda : - Berat badan normal atau obesitas
- Adanya edema (mungkin umum atau tertentu)
- Kongestiva
- Glikosuria (hampir 10% hipertensi adalah diabetik).
6. Neurosensori
Gejala : - Keluhan pening/pusing
- Berdenyut, sakit kepala suboksipital (terjadi saat bangun dan menghilang secara spontan setelah
beberapa jam)
- Episode kebas dan kelemahan pada satu sisi tubuh
- Gangguan penglihatan
- Episode epistaksis
Tanda : - Status mental perubahan keterjagaan orientasi, pola isi bicara, efek, proses fikir atau
memori.
7. Nyeri/Ketidak nyamanan
Gejala : - Angma (penyakit arteri koroner/keterlibatan jantung)
- Nyeri hilang timbul pada tungkai/klaudikasi
- Sakit kepala oksipital berat seperti yang pernah terjadi sebelumnya
- Nyeri abdomen / massa
8. Pernapasan
Gejala : - Dispenea yang berkaitan dengan aktivitas kerja
- Riwayat merokok, batuk dengan / tanpa seputum
Tanda : - Distres respirasi
- Bunyi nafas tambahan
- Sianosis
9. Keamanan
Gejala : - Gangguan koordinas / cara berjalan
- Hipotesia pastural
Tanda : - Frekuensi jantung meningkat
- Perubahan trauma jantung (takipnea)
10. Pembelajaran/Penyebab
Gejala : Faktor resiko keluarga : hipertensi, aterosporosis, penyakit jantung, DM
1. Curah jantung, penurunan, resiko tinggi terhadap b/d peningkatan afterload, vasokontriksi, iskemia
miokardia, hipertrofi d/d tidak dapat diterapkan adanya tanda-tanda dan gejala yang menetapkan
diagnosis aktual
2. Nyeri (akut), sakit kepala b/d peningkatan tekanan vaskuler selebral d/d melaporkan tentang nyeri
berdenyut yang terletak pada regiu suboksipital. Terjadi pada saat bangun dan hilang secara
spontan setelah beberapa waktu
3. Intoleran aktivitas b/d kelemahan umum d/d laporan verbal tentang kelebihan atau kelemahan
4. Nutrisi, perubahan lebih dari kebutuhan tubuh b/d masukan berlebihan dengan kebutuhan
merabolik d/d berat badan 10%-20% lebih dari ideal untuk tinggi dan bentuk tubuh
5. Koping, individual, infektif b/d krisis situasional/maturasional, perubahan hidup beragam d/d
menyatakan ketidak mampuan untuk mengatasi atau meminta bantuan
6. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi rencana pengobatan b/d kurang
pengetahuan / daya ingat d/d menyatakan masalah, meminta informasi.
2.2.3 Perencanaan
Diagnosa keperawatan I
Intervensi :
Pantau TD
Catat keberadaan
Aukultasi tonus jantung dan bunyi nafas
Berikan lingkungan yang tenang, nyaman, kurang aktivitas/keributan lingkungan
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi
Rasionalisasi
Perbandingan dari tekanan memberi gambaran yang lebih lengkap tentang keterlibatan/bidang
masalah kaskuler
Mencerminkan efek dari kosakontraksi (peningkatan SVR 0 dan kongesti vena)
Dapat mengidentifikasi kongesti paru sekunder terhadap terjadinya atau gagal jantung kronik
Adanya pucat, dingin, kulit, lembab dan masa pengisian kapiler lambat mungkin keterkaitan
dengan kosokentreksi atau mencerminkan kekomposisi/penurunan curah jantung
Dapat mengidentifikasi gagal jantung, kerusakan ginjal atau vaskuler
Membantu untuk menurunkan rangsang simpatis meningkatkan relaksasi
Menurunkan stress dan ketegangan yang mempengaruhi TP dan perjalanan penyakit hipertensi
Dapat menurunkan rangsangan yang menimbulkan stress, membuat efek tenang sehingga tak
menurunkan TD
Karena efek samping obat tersebut maka penting untuk menggunakan obat dalam jumlah
penting sedikit dan dosis paling rendah.
Diagnosa Keperawatan II
Nyeri (akut), sakit kepala b/d peningkatan tekanan vaskuler selebral d/d melaporkan
tentang nyeri berdenyut yang terletak pada regium suboksipital. Terjadi pada saat bangun dan
hilang secara spontan setelah beberapa waktu.
Intervensi :
Rasionalisasi :
Intoleran aktivitas b/d kelemahan umum b/d laporan verbal tentang kelebihan atau
kelemahan.
Intervensi :
Bicarakan pentingnya menurunkan masukan kalori dan batasi masukan lemak, garam dan gula
sesuai indikasi
Tetapkan keinginan pasien menurunkan berat badan
Kaji ulang masukan kalori harian dan pilihan diet
Rasionalisasi :
Diagnosa IV
Nutrisi perubahan lebih dari kebutuhan tubuh b/d masukan berlebihan dengan kebutuhan
merabolik d/d berat badan 10%-20% lebih dari ideal untuk tinggi dan bentuk tubuh.
Intervensi :
Rasionalisasi :
Kegemukan adalah resiko tambahan pada tekanan darah tinggi karena disproporsi antara
kapasitas aorta dan peningkatan curah jantung berkaitan dengan peningkatan masa tubuh
Kesalahan kebiasaan makanan menunjang terjadinya ateroskelrosis dan kegemukan yang
merupakan preposisi untuk hipertensi dan komlikasinya
Motivasi untuk penurunan berat badan adalah internal, individu harus berkeinginan untuk
menurunkan berat badan, bila tidak maka program sama sekali tidak berhasil
Mengindikasikan kekuatan/kelemahan dalam menentukan kebutuhan individu untuk
penyesuaian / penyuluhan
Penurunan masukan kalori seseorang sebanyak 50 kalori per hari secara teori dapat menurunkan
BB 0,5 kg/hari
Membantu untuk memfokuskan perhatian pada faktor mana pasien telah/dapat mengontrol
perubahan
Penting untuk mencegah perkembangan heterogenesis
Memberikan konseling dan bantuan dengan memenuhi kebutuhan diet individual.
Diagnosa V
Intervensi :
Rasionalisasi :
Mekanisme adaptif perlu untuk mengubah pola hidup seseorang mengatasi hipertensi klanik
menginterasikan tetapi yang diharuskan ke dalam kehidupan sehari-hari
Manifestasi mekanisme koping maladaftif mungkin merupakan indicator yang ditekan dan
diketahui telah menjadi penentu utama TD distolik
Fokus perhatian pasien pada realitas situasi yang ada relative terhadap pandangan pasien tentang
apa yang diinginkan
Perubahan yang perlu harus diprioritaskan secara realistik untuk menghindari rasa yang tidak
menentu dan tidak berdaya.
Diagnosa keperawatan IV
Intervensi :
Rasionalisasi :
Bila pasien tidak menerima realities bahwa membutuhkan pengobatan kontinyu, maka
perubahan perilaku tidak akan dipertahanakan
Pemahaman bahwa TD tinggi dapat terjadi tanpa gejala adalah ini untuk memungkinkan pasien
melanjutkan pengobatan meskipun ketidak merasa sehat
Faktor-faktor ini telah menunjukkan hubungan dalam menunjang hipertensi dan penyakit
kardiovaskular
Nikotin meningkatakan pelepasan katekolomamin, mengakibatkan peningkatan frekwensi
jantung, TD fasokontriksi, mengurangi oksigenasi jaringan dan meningkatkan beban kerja
miokardium.
(Doengoes et al, 2001 : 41-49)
2.2.4 Implementasi
Diagnosa keperawatan I :
Memantau TD
Mencatat keberadaan
Aukultasi tonus jantung dan bunyi nafas
Memberikan lingkungan yang tenang, nyaman, kurang aktivitas / keributan lingkungan
Berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi
Diagnosa keperawatan II :
Membicarakan pentingnya menurunkan masukan kalori dan batasi masukan lemak, garam dan
gula sesuai indikasi
Menetapkan keinginan pasien menurunkan berat badan
Mengkaji ulang masukkan kalori harian dan pilihan diet
Diagnosa keperawatan IV
Diagnosa keperawatan V
2.2.5 Evaluasi
Evaluasi adalah tahap terakhir proses keperawatan dengan cara menilai sejauh mana
tujuan diri rencana keperawatan tercapai atau tidak. (Aziz Alimul. 2009 : hi 12)
Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien dalam mencapai tujuan.
Hal ini dapat dilaksanakan dengan mengadakan hubungan dengan klien berdasarkan respon klien
terhadap tindakan keperawatan yang diberikan sehingga perawat dapat mengambil keputusan:
1. Mengakhiri tindakan keperawatan (klien telah mencapai tujuan yang ditetapkan)
2. Memodifikasi rencana tindakan keperawatan (klien memerlukan waktu yang lebih lama untuk
mencapai tujuan)
(lyer, at al, 1996)
Diagnosa I
Diagnosa II
Diagnosa III
Diagnosa IV
Diagnosa V
Diagnosa VI
Faktor-faktor risiko yang sering dikemukakan amat beragam meliputi dari faktor genetik,
perilaku atau gaya hidup, lipid darah, faktor pembekuan (koagulasi) dan fibrinolisis darah,
protein, inflamasi, dan infeksi sampai imunologik. Sebagian dari faktor-faktor tersebut adalah
lipid dan lipoprotein (kolesterol total, trigliserida, kolesterol-LDL, kolesterol-HDL, small dense-
LDL = sdLDL, oxidized-LDL (ox-LDL), lipoprotein (a), protein (apolipoprotein A-I,
apolipoprotein B, sphingomyelinase, phospholipase A2 familiy (Lp-PLA2; sPLA2),
Homocystein, Myeloperoxidase (MPO, F2-lsoprostane), faktor-faktor inflamasi (high sensitivity
C-reactive protein = hsCRP, serum amyloid antigen = SAA), faktor koagulasi dan fibrinolisis
(fibrinogen, D-Dimer, Factor VII, faktor von Willebrand, plasminogen activator inhibitor-1 =
PAI-1).
Untuk memudahkan pengertian dan penafsiran maka telah dilakukan penggolongan faktor-faktor
risiko yang banyak tersebut. Ada beberapa kriteria yang dipergunakan.
Yang penting adalah membedakan antara faktor-faktor risiko utama (mayor) dan tambahan
(minor). Yang dimaksudkan dengan faktor risiko utama adalah faktor risiko yang secara tunggal
sudah dapat menyebabkan terjadinya PJK atau aterosklerosis. Yang termasuk disini adalah
kelainan pola lipid darah (dislipidemia), tekanan darah tinggi (hipertensi), dan merokok.
Kemudian dimasukkan pula resistensi insulin, dan gangguan toleransi glukosa serta diabetes
melitus sebagai ekivalen dengan PJK. Yang dimaksudkan dengan faktor risiko minor adalah
faktor-faktor yang secara tunggal dianggap tidak dapat menyebabkan timbulnya PJK tetapi
secara bersama dapat menimbulkan PJK. Yang termasuk di sini adalah lain kadar asam urat
tinggi (hiperurikemia), kegemukan (obesitas), kurang aktif fisik / olahraga (physical inactivity =
sedentary), stress.
Penggolongan lain adalah berdasarkan lamanya faktor-faktor tersebut telah dikenal, yaitu antara
yang klasik dan yang baru serta yang amat baru (novel). Yang klasik adalah kolesterol total,
trigliserida, kolesterol-LDL, kolesterol-HDL, glukosa, asam urat, fibrinogen, agregasi trombosit.
Yang dianggap baru adalah high sensitivity C-Reactive Protein (hs-CRP), serum amyloid antigen
= SAA, Interleukin-6 = IL-6), Chlamydia pneumoniae, Cytomegalovirus, Helicobacter pylori,
bakteri infeksi geligi, lipoprotein(a), homosistein (hemocysteine). Yang amat baru adalah sd-
LDL, Myeloperoxidase (MPO), oxidized-LDL, F2-Isoprostane, Sphingomyelinase, dan
Phospholipase A2 (Lp-PLA2; sPLA2).
Penggolongan yang penting ditinjau dari segi praktis adalah antara faktor-faktor yang tidak dapat
diubah (non modifiable) dan yang dapat diubah (modifiable). Faktor-faktor yang tidak dapat
diubah adalah gentik, ras / etnik, jenis kelamin, usia dan riwayat keluarga menderita PJK. Faktor-
faktor yang dapat diubah adalah dislipidemia / kelainan pada lipid darah (kolesterol-LDL tinggi,
kolesterol-HDL rendah, trigliserida tinggi), tekanan darah tinggi / hipertensi, merokok, resistensi
insulin, gangguan toleransi glukosa, diabetes mellitus, kadar asam urat tinggi / hiperurikemia,
obesitas, kurang aktif fisik / olahraga, stress, dan lain-lain baik yang berhubungan dengan gaya
hidup dan makanan.
Dari penggolongan di atas jelas terlihat bahwa kebanyakan faktor-faktor tersebut dapat diubah
(dimodifikasi), dapat diusahakan menjadi normal dengan perubahan kebiasaan / gaya hidup yaitu
dengan menjalankan apa yang dikenal dengan gaya hidup sehat (healthy lifestyle). Terbukti juga
bahwa dengan perbaikan fakto-faktor risiko tersebut maka terjadi juga perubahan yang bersifat
baik (positif) dari dinding pembuluh darah. Hal ini penting dari aspek pencegahan. Selain
pencegahan primer (sebelum terjadinya PJK), gaya hidup sehat juga berguna untuk pencegahan
sekunder (memperbaiki proses PJK yang sudah ada).
Diabetes melitus sekarang tidak lagi dianggap sebagai faktor risiko minor tetapi sudah
dibuktikan ekivalen dengan PJK. Penderita diabetes melitus tanpa kelainan darah koroner
ternyata mempunyai risiko untuk mendapat serangan PJK sama dengan penderita yang sudah
mempunyai kelainan pembuluh darah koroner. Pengelolaan diabetes melitus adalah dengan cara
yang disebut 4 pilar penanganan terdiri dari pengaturan makan, olahraga, obat-obatan, dan
penyuluhan.
Merokok merupakan salah satu faktor risiko utama untuk timbulnya PJK. Rokok mengandung
nikotin, tar dan juga karbon mono-oksida. Merokok bersifat pro-oksidan, menyebabkan kadar
fibrinogen meningkat (hiperfibrinogen), agregasi trombosit meningkat (hiperagregasi), demikian
pula F2-isoprostane meningkat. Cara mengatasinya adalah dengan berhenti merokok bagi
perokok aktif dan menghindari asap rokok bagi perokok pasif.
Asam urat tinggi dianggap sebagai faktor risiko minor. Dalam pengelolaan ditujukan agar kadar
asam urat darah berada dalam rentang rujukan, kurang dari 6 mg/dl untuk perempuan dan < 7
mg/dl untuk laki-laki. Oleh karena sekarang diketahui bahwa asam urat juga mempunyai sifat
antioksidan maka dianjurkan agar kadarnya tidak perlu diturunkan sampai amat rendah. Kadar
tinggi diatasi dengan mencari faktor penyebab yang tidak selalu mudah. Umumnya dilakukan
dengan pengaturan makan rendah asam urat, obat-obatan yang mencegah pembentukan asam
urat dan meningkatkan pengeluaran melalui urin.
Kurang aktifitas fisik, kurang olahraga, atau gaya hidup sedenter (sedentary lifestyle) banyak
dijumpai sekarang. Hal ini disebabkan adanya kemajuan teknologi yang mengurangi kerja fisik.
Juga kerja dengan komputer dan hiburan televisi mengurangi kerja fisik. Keadaan ini dikaitkan
dengan timbulnya dislipidemia, obesitas, dan lain-lain.
Olahraga yang dianjurkan adalah yang bersifat aerobik seperti antara lain jalan kaki, jogging,
renang, tenis bukan kompetisi.
Homosistein sebagai bentuk ubahan dari metabolisme asam amino metionin juga dianggap
sebagai faktor risiko yang mempengaruhi banyak mekanisme patofisiologi, antara lain perubahan
dinding pembuluh darah (disfungsi endotel), bersifat menimbulkan kecenderungan tormbosis
(protrombotik), juga pro-oksidan, pembentukan sel busa, dan perbanyakan (proliferasi). Kadar
homosistein tinggi diatasi dengan penambahan vitamin B12, B6 dan asam folat.
Obesitas juga merupakan faktor risiko PJK. Ada beberapa cara kriteria penilaian obesitas yaitu
antara lain dengan indeks masa tubuh (IMT = body mass index = BMI), tinggi dan berat badan,
rasio pinggang – pinggul (waist – hip ratio). Obesitas dikaitkan dengan sindroma metabolik,
suatu keadaan dimana pada seseorang dijumpai beberapa faktor risiko secara bersama, yaitu
diabetes melitus atau gangguan toleransi glukosa atau resiten insulin, hipertensi, hiperurikemia,
dan dislipidemia. Upaya mengurangi obesitas dapat dilakukan dengan cara pengaturan makan,
olahraga, gaya hidup sehat, dan bila perlu dibantu dengan obat-obatan. Walaupun belum
mencapai standar normal ternyata pengurangan derajad obesitas saja sudah memberikan banyak
perbaikan faktor-faktor risiko lain.
Sejak dekade yang lalu juga diperhatikan faktor-faktor peradangan (inflamasi) dan infeksi,
seperti high sensitivity C-reactive protein = hsCRP, serum amyloid antigen = SAA, Helicobacter
pylori, Chlamydia pneumonia, Cytomegalovirus dan juga infeksi geligi dan mulut (periodontitis).
Dianggap bahwa faktor-faktor infeksi kronis tersebut menyebabkan stimulasi pengeluaran
sitokin peradangan antara lain high sensitivity C-reactive protein = hsCRP, serum amyloid
antigen = SAA, IL-6, dll yang berperan pada terbentuknya plak.
Dari parameter-parameter tersebut yang amat menarik perhatian adalah hs-CRP. Petanda ini
dianggap merupakan petanda yang mempunyai nilai predikisi PJK yang terkuat dibandingkan
petanda-petanda lain, dapat dipakai untuk menilai risiko PJK sesorang tanpa penyakit
kardiovaskular.
Kadar hsCRP < 1mg/L dianggap risiko rendah, kadar 1-3 mg/L risiko sedang, dan kadar 3-5
mg/L risiko berat. Bila kadar > 10 mg/L dianggap disebabkan oleh peradangan (inflamasi) akut
dan perlu diulang setelah beberapa waktu (biasanya 3 minggu).
Dislipidemia Hiperurikemia
Hipertensi Obesitas
Merokok Tidak aktif olahraga
Resistensi Insulin Stress
Gangguan toleransi glukosa Dll
Dislipidemia
Faktor risiko yang tidak dapat diubah :
Hipertensi
Merokok
Genetik
Resistensi Insulin
Ras / Etnik
Gangguan toleransi glukosa
Jenis kelamin
Hiperurikemia
Usia
Obesitas
Tidak aktif olahraga
Stress
Dll
Sumber : https://www.abclab.co.id/?p=847