Indonesia adalah negara hukum, di mana Pancasila sebagai sumber dari
segala sumber hukumnya, Negara Indonesia sebagai negara hukum, begitu yang dinyatakan dalam UUD Negara Republik Indonesia 1945 pasal 1 ayat (3). Sehingga seluruh sendi kehidupan dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara harus berdasarkan pada norma-norma hukum. Artinya, hukum harus dijadikan sebagai jalan keluar dalam penyelesaian masalah-masalah yang berkenaan dengan perorangan maupun kelompok, baik masyarakat maupun negara (Kompasiana, 2017). Sebagai konsekuensi implementasi negara hukum, maka sumber dari segala sumber hukum yaitu Pancasila harus dipahami dan dipraktikkan dalam kehidupan bernegara. “Pancasila merupakan hasil dari satu kesatuan proses yang dimulai dengan rumusan Pancasila 1 Juni 1945 yang dipidatokan Ir Sukarno, piagam Jakarta 22 Juni 1945, dan rumusan final Pancasila 18 Agustus 1945. Adalah jiwa besar para founding fathers, para ulama dan pejuang kemerdekaan dari seluruh pelosok Nusantara sehingga kita bisa membangun kesepakatan bangsa yang mempersatukan kita.” (Presiden Joko Widodo, 2017). Di sisi lain, Indonesia dihadapkan pada permasalahan serius yang berasal dari negara itu sendiri. Sebagaimana pernyataan dari Mayjen TNI Joni Supriyanto Panglima Kodam Jaya/Jayakarta (MediaIndonesia, 2018), Generasi milienial atau generasi Y (teori William Straus dan Neil Howe) yang saat ini berumur antara 18–36 tahun, merupakan generasi di usia produktif. Generasi yang akan memainkan peranan penting dalam kelangsungan kehidupan berbangsa dan bernegara. Keunggulan generasi ini memiliki kreativitas tinggi, penuh percaya diri serta terkoneksi antara satu dengan lainnya. Namun, karena hidup di era yang serba otomatis, generasi ini cenderung menginginkan sesuatu yang serba instan dan sangat gampang dipengaruhi. Hal inilah yang menjadi titik kritis bagi masa depan negara dan bangsa kita. Sungguh merupakan suatu ironi di tengah masifnya perkembangan teknologi komunikasi saat ini, tetapi di sisi lain, ternyata hal itu tidak mampu mendekatkan dan menyatukan anak bangsa. Era komunikasi terbukti memberi jaminan akses dan kecepatan memperoleh informasi. Akan tetapi, acapkali menciptakan jarak serta membuat tidak komunikatif. Bahkan, berujung dengan rusaknya hubungan interpersonal. Oleh karena itu, diperlukan langkah konkret untuk menyelamatkan Pancasila, khususnya mahasiswa sebagai calon penerus bangsa. Salah satunya adalah dengan membuat karya tulis ilmiah mengenai kajian Pancasila, sehingga ditulislah karya tulis ilmiah dengan judul “Konteks Ketatanegaraan Republik Indonesia” ini.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa yang menjadi bahasan dalam konteks ketatanegaraan Republik Indonesia? 1.2.2 Mengapa perlu dilaksanakan ketatanegaraan Republik Indonesia? 1.2.3 Bagaimana mengimplementasikan teori ketatanegaraan Republik Indonesia dalam segala aspek?
1.3 Tujuan 1.3.1 Untuk mengetahui bahasan dalam konteks ketatanegaraan Republik Indonesia. 1.3.2 Untuk mengetahui dan memahami