You are on page 1of 41

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Malpresentasi adalah bagian terendah janin yang berada di segmen
bawah rahim bukan belakang kepala. Malposisi adalah penunjuk
(presenter part) tidak berada di anterior. Secara epidemiologis pada
kehamilan tunggal didapatkan presentasi kepala sebesar 96,8%, bokong
2,7%, letak lintang 0,3%, majemuk 0,1%, muka 0,5%, dan dahi 0,01%.1
Persalinan normal dapat terjadi manakala terpenuhi keadaan-keadaan
tertentu dari faktor-faktor persalinan yaitu, jalan lahir (passage), janin
(passanger), dan kekuatan (power). Pada waktu persalinan, hubungan
antara janin dan jalan lahir sangatlah penting untuk diperhatikan oleh
karena menentukan mekanisme dan prognosis persalinannya. Dalam
keadaan normal, presentasi janin adalah belakang kepala dengan penunjuk
ubun-ubun kecil dalam posisi transversal (saat masuk pintu atas panggul),
dan posisi anterior (setelah melewati pintu tengah panggul). Dengan
presentasi tersebut, kepala janin akan masuk pangul dalam ukuran
terkecilnya (sirkumferensia suboksipitobregmatikus). Hal tersebut dicapai
bila sikap kepala janin fleksi. Sikap yang tidak normal akan menimbulkan
malpresentasi pada janin, dan kesulitan persalinan terjadi oleh karena
diameter kepala yang harus melalui panggul menjadi lebih besar. Sikap
ekstensi ringan akan menjadikan presentasi puncak kepala (dengan
penunjuk ubun-ubun besar), ekstensi sedang menjadikan presentasi dahi
(dengan penunjuk sinsiput), dan ekstensi maksimal menjadikan presentasi
muka (dengan penunjuk dagu).1
Apabila janin dalam keadaan malpresentasi atau malposisi, maka
dapat terjadi persalinan yang lama atau bahkan macet. Malpresentasi
adalah semua presentasi janin selain presentasi belakang kepala. Malposisi
adalah posisi abnormal ubun-ubun kecil relative terhadap panggul ibu.
Pengertian persalinan lama adalah persalinan kala I fase aktif dengan

1
2

kontraksi uterus regular selama lebih dari 12 jam. Persalinan macet adalah
persalinan yang kemajuannya terhambat oleh faktor mekanis dan proses
kelahiran tidak mungkin dilakukan tanpa intevensi operatif.1
3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Presentasi Bokong


A. Definisi
Presentasi bokong adalah janin letak memanjang dengan bagian
terendahnya bokong, kaki, atau kombinasi keduanya. Dengan
insidensi 3-4% dari seluruh kehamilan tunggal pada umur kehamilan
cukup bulan (≥ 37 minggu), presentasi bokong merupakan
malpresentasi yang paling sering dijumpai.1 sebelum umur kehamilan
28 minggu kejadian presentasi bokong berkisar antara 25-30%, dan
sebagian besar akan berubah menjadi presentasi kepala setelah umur
kehamilan 34 minggu.1

B. Etiologi
Penyebab terjadinya presentasi bokong tidak diketahui, tetapi
terdadap beberapa faktor selain prematuritas, yaitu abnormalitas
struktural uterus, polihidramnion, plasenta previa, multiparitas,
mioma uteri, kehamilan multipel, anomaly janin (anensefali,
hidrosefalus), dan riwayat presentasi bokong sebelumnya.1

C. Diagnosis
Presentasi bokong dapat diketahui melalui pemeriksaan palpasi
abdomen. Maneuver Leopold perlu dilakukan pada setiap kunjungan
perawatan antenatal bila umr kehamilan ≥ 34 minggu. Untuk
memastikan apabila masih terdapat keraguan pada pemeriksaan
palpasi, dapat dilakukan pemeriksaan dalam vagina dan/atau
pemeriksaan ultrasonografi. Keberhasilan untuk menemukan adanya
presentasi bokong pada masa kehamilan sangat penting oleh karena
adanya prosedur versi luar yang direkomendasikan guna menurunkan

3
4

insidensi persalinan dengan presentasi selain kepala dan pesalinan


bedah sesar.1
Pemeriksaan yang hanya menunjukkan adanya presentasi
bokong saja belum cukup untuk membuat perkiraan besarnya risiko
guna pengambilan keputusan cara persalinan yang hendak dipilih.
Taksiran berat janin, jenis presentasi bokong, keadaan selaput
ketuban, ukuran dan struktur tulang panggul ibu, keadaan
hiperekstensi kepala janin, kemajuan persalianan, pengalaman
penolong, dan ketersediaan fasilitas pelayanan intensif neonatal
merupakan hal-hal yang penting untuk diketahui.
Peranan ultrasonografi penting dalam diagnosis dan penilaian
risisko pada presentasi bokong. Taksiran berat janin, penilaian
volume air ketuban, konfirmasi letak plasenta, jenis presentasi
bokong, keadaan hiperekstensi kepala, kelainan congenital, dan
kesejahteraan janin dapat diperiksa menggunakan ultrasonografi.
Berat janin dapat diperkirakan secara ultrasonografis berdasarkan
ukuran diameter biparietal, lingkar kepala, lingkar perut, dan panjang
tulang femur. Gambaran ultrasonografi tentang ekstremitas bawah
dapat memberikan informasi tentang jenis presentasi bokong.
Kesejahteraan janin dinilai berdasarkan skor profil biofisik janin.
Keadaan hiperekstensi kepala janin (disebut stargazer fetus
atau flying fetus) adalah keadaan janin sedemikan sehingga tulang
mandibula membentuk sudut > 105° terhadap sumbu memanjang
vertebra servikalis. Hiperekstensi didiagnosis menggunakan
pemeriksaan radiografi atau ultrasonografi. Terjadi pada sekitar 5%
dari seluruh presentasi bokong pada umur kehamilan cukup bulan,
hiperekstensi kepala janin merupakan kontraindikasi untuk persalinan
vaginal. Kepala akan sulit dilahirkan sehingga berisiko menimbulkan
cedera medulla spinalis leher.1
Klasifikasi presentasi bokong dibuat terutama untuk
kepentingan seleksi pasien yangakan dicoba persalinan vaginal.
5

Terdapat tiga macam presentasi bokong, yaitu bokong murni (60-70%


kasus), bokong komplit (10% kasus), dan kaki. Varian presentasi kaki
adalah presentasi bokong inkomlit, kaki komplit, kaki inkomplit, dan
lutut. Janin dengan presentasi kaki dan variannya direkomendasikan
untuk tidak dilakukan percobaan persalinan vagina.1

D. Mekanisme Persalinan
Kepala adalah bagian janin yang terbesar dan kutrang elastis.
Pada presentasi kepala, apabila kepala dapat dilahirkan, maka bagian
janin lainnya relative mudah dilahirkan. Tidak demikan halnya pada
presentasi bokong. Hal inilah yang menjadikan ersalinan vaginal pada
presentasi bokong lebih berisiko. Pemahaman tentang mekanisme
ersalinanannya akan membantu dalam memeberikan upaya
pertolongan persalinan yang berhasil.1
Bokong akan memasuk panggul (engagement dan descent)
dengan (engagement dan descent) dengan diameter bitrokanter dalam
posisi oblik. Pinggul janin bagian depan (anterior) mengalami
penurunan lebih cepat disbanding pinggul belakangnya (posterior).
Dengan demikian, pinngul depan akan mencapai pintu tengah panggul
terlebih dahulu. Kombinasi antara tahanan dinding panggul dan
kekuatan yang mendorong ke bawah (kaudal) akan menghasilkan
putaran paksi dalam yang membawa sacrum ke arah transversal
(pukul 3 atau 9), sehingga posisi diameter bitrokanter di pintu bawah
panggul menjadi anteroposterior.
Penurunan bokong berlangsung terus setelah terjadinya putaran
aksi dalam. Perineum akan meregang, vulva membuka, dan pinggul
depan akan lahir terlebih dahulu. Pada saat itu, tubuh janin megalami
putaran paksi dalam dan penurunan, sehingga mendorong pinggul
bawah menekan perineum. Dengna demikian, lahirnya bokong
dengan posisi diameter bitrokanter anteroposterior, diikuti putaran
paksi luar. Putaran paksi luar akan membuat posisi diameter
6

bitrokanter dari anteroposterior menjadi transversal. Kelahiran bagian


tubuh lain akan terjadi kemudian baik secara spontan maupun dengan
bantuan (manual aid).1

E. Penanganan
1) Presentasi Bokong pada Masa kehamilan
Tujuan penanganan pada masa kehamilan adalah mencegah
malpresentasi pada waktu persalinan. Pada saat ini ada tiga cara
yang dipakai untuk mengubah presentasi bokong menjadi
presentasi kepala yaitu versi luar, moksibusi dan/atau akupuntur,
dan posisi dada-lutut pada ibu. Bukti-bukti tentang manfaat dan
keamanan versi luar sudah cukup, tetapi masih belum bagi
tindakan moksibusi dan/atau akupuntur, dan posisi dada-lutut.
Dengan demikian, baru tindakan versi luar yang
direkomendasikan.1
Perubahan spontan menjadi presentasi kepala sebagian besar
akan terjadi pada umur kehamilan 34 minggu, sehingga penemuan
adanya presentasi bokong mulai umur kehamilan 34 mingu akan
bermanfaat untuk pertimbangan melakukan tindakan versi luar.
Versi luar adalah prosedur yang dilakukan dengan menggunakan
tekanan dan maneuver tertentu pada perut ibu untuk mengubah
presentasi janin menjadi presentasi kepala.1
Prosedur versi luar cukupaman dan efektif. Komplikasi yang
mungkin dapat terjadi adalah bradikardia janin yang bersifat
sementara, solusio plasenta, komplikasi pada tali pusat, perdarahan
feto-maternal dengan kemungkinan sensitisasi, dam ketuban pecah
dini. Kejadian bedah sesar atas indikasi gangguan denyut jantung
janin (non-reassuring) atau solusio plasenta setelah versi luar <1%.
Tingkat keberhasilannya 50-7-% (semakin meningkat pada
multiparitas, presentasi selain bokong murni, volume air ketuban
norman, lentang lintang, atau oblik). Dari jumlah yang berhasil
7

dilakukan versi luar, 40%-nya akan berhasil melahirkan secara


vaginal. Jika dibandingkan dengan kelompok yang tidak dilakukan
versi luar, terjadi pengurangan 62% persalinan bukan presentasi
kepala dan penurunan 45% bedah sesar pada kelompok yang
dilakukan versi luar. Oleh karena kemanan dan efektivitasnya,
dianjurkan agar semua perempuan dengan presentasi selain kepala
yang memenuhi persyaratan pada umur kehamilan mendekatai atau
saat cukup bulan diberi tawaran untuk melakukan versi luar.
Keadaan yang harus diketahui sebelum menawarkan versi luar
adalah perkiraan berat janin, volume air ketuban, letak plasenta,
dan morfologi janin normal.
Indikasi kontra dilakukannya versi luar adalah semua
keadaan indikasi kontra persalinan vaginal. Terdapat pula indikasi
kontra yang sifatnya relative, yaitu ketuban pecah dini,
oligohidramnion, perdarahan uterus yang tidak diketahui sebabnya,
atau dalam persalinan kala I fase aktif. Meskipun memiliki tingkat
keberhasilan yang setara dengan perempuan tanpa riwayat bedah
sesar, keamanan versi luar pada perempuan dengan riwayat bedah
sesar masih belum cukup didukung bukti.1
Umur kehamilan terbaik untuk melakukan versi luar belum
begitu jelas. Pada dasarnya semakin tua umur kehamilan, akan
semakin kecil tingkat keberhasilannya. Pada umumnya versi luar
efektif dilakukan pada umur kehamilan 34-36 minggu. Versi luar
dapat juga dilakukan sebelum umur kehamilan 34 minggu, tetapi
kemungkinan untuk kembali lagi menjadi presentasi bokong cukup
besar, dan apabila terjadi komplikasi yang mengharuskan
dilahirkannya dengan segera, maka morbiditas karena
prematuritasnya masih tinggi. Versi luar dapat dipertimbangkan
untuk diulang bila sebelumnya gagal atau sudah berhasil, tetapi
kembali menjadi presentasi bokong. Proses versi luar dapat
dipermudah dan rasa tidak nyaman pada bagi pasien dapat
8

dikurangi dengan menggunakan tokolitik. (terbutalin 0,125-0,250


mg subkutan.1
Dianjurkan untuk melakukan versi luar di tempat yang
memiliki fasilitas melakukan bedah sesar emergensi. Informed
consent diperoleh setelah memberikan konseling yang berisi
informasi tentang kemungkinan komplikasi, pilihan lain (bedah
sesar), prognosis, dan bagaimana prosedur akan dilakukan.
Pemeriksaan NST (non-stress test) perlu dilakukan sebelum dan
sesudah prosedur dilakukan.1
Untuk melakukan versi luar, mula-mla bokong dikeluarkan
dari pelvis dan di arahkan lateral sedikitnya sebesar 90°. Dengan
langkah ini biasana kepala akan bergerak 90° kea rah yang
berlawanan dengan bokong. Setelah itu dilakukan maneuver
bersamaan pada kepala dan bokong untuk mengarahkan kepala kea
rah kaudal dan bokong kea rah cranial. Apabila digunakan tokolitik
(pastikan tidak ada indikasi kontra penggunaannya), pemberiannya
antara 5-10 menit sebelum prosedur dilakukan. Dalam satu kali
sesi versi luar direkomendasikan dilakukan tidak lebih dari dua kali
upaya versi luar. Apabila belum berhasil dapat diulang pada sesi
berikutnya, tergantung umur kehamilan dan keadaan persalinan
pada waktu itu.

2) Persalinan pada Presentasi Bokong


a) Persalinan vaginal pada presentasi bokong.
Laporan penelitian multisenter Term Breech Trial
menunjukkan manfaat bedah sesar elektif dalam menurunkan
risiko kematian perinatal atau morbiditas neonatal yang serius
dibandingkan persalinan vaginal. Meskipun demikian,
persalinan vaginal masih memiliki tempat sepanjang dipenuhi
persyaratan untuk dilakukannya.
9

Terdapat situasi-situasi tertentu yang membuat persalinan


vaginal tidak dapat dihindarkan yaitu ibu memilih persalinan
vaginal, direncanakan bedah sesar tetapi terjadi proses
persalinan yang sedemikian cepat, persalinan terjadi di fasilitas
yang tidak memungkinkan dilakukan bedah sesar, presentasi
bokong yang tidak terdiagnosis hingga kala II dan kelahiran
janin kedua presentasi bokong pada kehamilan kembar. Dengan
semakin banyaknya kasus presentasi bokong yang dilakukan
bedah sesar, maka keterampilan petugas akan semakin kurang.
Dalam keadaan demikian, persalinan pervaginal menjadi
kurang aman.1
b) Menentukan cara persalinan
Untuk menentukan cara persalinan pada persentasi
bokong diperlukan ertimbangan berdasarkan ada tidaknya
kontra indikasi persalinan vagnal, umur kehamilan, taksiran
berat janin, dan persetujan pasien. Percobaan persalinan
vaginal tidak dilakukan apabila didapatkan kontra indikasi
persalinan vaginal bagi ibu atau janin, presentasi kaki (dan
variannya), hiperekstensi kepala janin, berat bayi > 3600 gram,
tidak adanya informed consent, dan tidak adanya petugas yang
berpengalaman melakukan pertolongan.1
Luaran yang buruk pada persalinan vaginal bergantung
pada beberapa hal yaitu stimulasi persalinan, kala II > 60
menit, keterampilan penolong, persalinan kala I fase aktif yang
lambat (nuligravida < 1,2 cm/jam, multigravida < 1,5 cm/jam).
Luaran tidak dipengaruhi oleh induksi persalinan, paritas,
penggunaan CTG, dan anestesi epidural.1
c) Melahirkan bayi presentasi bokong
Pada persalian kala I perlu digunakan partograf untuk
mendeteksi secara dini adanya kelambatan kemajuan
persalinan. Dalam hal ini terjadi kelambatan kemajuan
10

persalinan, stimulasi sebaiknya tidak dilakukan. Engamatan


terhadap terjadinya prolaps tali pusat atau kegawatan pada
janin perlu dilakukan dengan seksama. Meskipun pengeluaran
mekonium sering dijumpai pada persalinan bokong, mekonium
yang keluar sebelum janin memasuki panggul dapat merupakan
indikasi terjadinya kegawatan janin. Pembukaan serviks harus
sudah benar-benar lengkap sebelum memimpin ibu untuk
mengejan. Sebelum pembukaan lengkap ibu juga diminta untuk
tidak mengejan guna mencegah terjebaknya kepala akibat
bagian janin yang lebih kecil lahir sebelum pembukaan
lengkap.
Terdapat beberapa teknik untuk membantu kelahiran
presentasi bokong, tetapi belum ada penelitian uji coba tentang
teknik yang memberikan luaran terbaik. Prinsip untuk
melahirkan bayi presentasi bokong secara vaginal adalah tidak
tergesa-gesa, tidak melakukan tarikan, dan selalu menjaga agar
punggung janin dalam posisi anterior. Siapkan peralatan
resusitasi bayi dan petugas yang siap melalukannya. Menjelang
pembukaan lengkap, kosongkan kandung kencing
menggunakan kateter elastik. Ketika pembukaan sudah lengkap
dan perineum mulai teregang, latakkan ibu dalam posisi
litotomi.1

3) Jenis Pimpinan Persalinan Bokong


a) Persalinan pervaginam
Berdasarkan tenaga yang dipakai dalam melahirkan janin
pervaginam, pesalinan per vaginam dibagi menjadi 3 yaitu:
 Persalinan spontan (spontaneous breech). Janin dilahirkan
dengan kekuatan dan tenaga ibu sendiri. Cara ini lazim
disebut cara Bracht.
11

 Manual aid (partial breech extraction; assisted breech


delivery). Janin dilahirkan sebagian dengan tenaga dan
kekuatan ibu dan sebagian lagi dengan tenaga penolong.
 Ekstraksi sungsang (total breech extraction). Janin
dilahirkan seluruhnya dengan memakai tenaga penolong.
b) Persalinan perabdominal (seksio sesaria)2

4) Prosedur Pertolongan Persalinan Spontan (Cara Bracht)


a) Tahapan
 Tahap pertama: Fase lambat, yaitu mulai lahirnya bokong
sampai pusat (scapula depan). Disebut fase lambat karena
fase ini hanya untuk melahirkan bokong, yaitu bagian janin
yang tidak berbahaya.
 Tahap kedua: fase cepat, yaitu mulai dari lahirnya pusat
sampai lahirnya mulut. Disebut fase cepat karena pada fase
ini kepala janin mulai masuk pintu atas panggul, sehingga
kemungkinan tali pusat terjepit. Oleh karena itu fase ini
harus segera diselesaikan dan tali pusat segera
dilonggarkan. Bila mulut sudah lahir, janin dapat bernapas
lewatmulut.
 Tahap ketiga: fase lambat, yaitu mulai lahirnya mulut
sampai seluruh kepala lahir. Disebut fase lambat karena
kepala akan keluar dari ruangan yang bertekanan tinggi
(uterus), ke dunia luar yang tekanannya lebih rendah,
sehingga kepala harus dilahirkan secara perlahan-lahan
untuk menghindari terjadinya perdarahan intracranial
(adanya rupture tentorium serebelli).

b) Teknik
 Sebelum melakukan pimpinan persalinan penolong harus
memperhatikan sekali lagi persiapan untuk ibu, janin,
12

maupun penolong. Pada persiapan kelahiran janin harus


selalu disediakan cunam Piper.
 Ibu tidur dalam posisi litotomi, sedang penolong berdiri di
depan vulva. Ketika timbul his ibu disuruh mengejan dan
merangkul kedua pangkal paha. Pada waktu bokong mulai
membuka vulva (crowning) disuntikkan 2-5 unit oksitosin
intramuskular. Pemberian oksitosin ini bertujuan untuk
merangsang kontraksi rahim sehingga fase cepat dapat
diselesaikan dalam 2 his berikutnya.
 Episiotomi dikerjakan pada saat bokong membuka vulva.
Segera setelah bokong lahir, bokong dicengkam secara
Bracht, yaitu kedua ibu jari penolong sejajar sumbu
panjang paha, sedangkan jari-jari lain memegang panggul.

Gambar Cara Mencengkam Bokong Janin


Dengan Bracht

 Pada setiap his, ibu disuruh mengejan. Pada waktu tali


pusat lahir dan tampak sangat teregang, tali pusat
dikendorkan terlebih dahulu.
 Kemudian penolong melakukan hiperlordosis pada badan
janin guna mengikuti gerakan rotasi anterior, yaitu
punggung janin didekatkan diperut ibu. Penolong hanya
13

mengikuti gerakan ini tanpa melakukan tarikan, sehingga


gerakan tersebut hanya disesuaikan dengan gaya berat
badan janin. Bersamaan dengan dimulainya gerakan
hiperlordosis ini, seorang asisten melakukan ekspresi
Kristeller pada fundus uterus, sesuai dengan sumbu
panggul. Maksud ekspresi Kristeller ini adalah:
 Agar tenaga mengejan lebih kuat, sehingga fase cepat
dapat segera diselesaikan (berakhir).
 Menjaga agar kepala janin tetap dalam posisi fleksi.
 Menghindari terjadinya ruang kosong antara fundus dan
kepala janin, sehingga tidak terjadi lengan menjungkit.

Gambar Gerakan Hiperlordosis

 Dengan gerakan hiperlordosis ini berturut-turut lahir pusar,


perut, bahu dan lengan, dagu, mulut, dan akhirnya seluruh
kepala.
 Janin yang baru lahir diletakkan di perut ibu. Seorang
asisten segera menghisap lendir dan bersamaan itu
penolong memotong tali pusat.2
14

Gambar Gerakan Hiperlordosi


Sampai Kepala Lahir

c) Keuntungan
 Tangan penolong tidak masuk ke dalam jalan lahir,
sehingga mengurangi bahaya infeksi.
 Cara ini adalah cara yang paling mendekati persalinan
fisiologik, sehingga mengurangi trauma pada janin.2

d) Kerugian
 5-10 persalinan secara Bracht mengalami kegagalan,
sehingga tidak semua persalinan letak sungsang dapat
dipimpin dengan cara Bracht.
 Persalinan secara Bracht mengalami kegagalan terutama
dalam keadaan panggung sempit, janin besar, jalan lahir
kaku misalnya pada primigravida, adanya lengan menjugkit
atau menunjuk.

5) Prosedur Manual Aid (Partial Breech Extraction)


a) Indikasi
Persalinan secara Bracht mengalami kegagalan, misalnya
bila terjadi kemacetan baik pada waktu melahirkan bahu atau
kepala.
15

b) Tahapan
 Tahapan pertama, lahirnya bokong sampai pusar yang
dilahirkan dengan kekuatan tenaga ibu sendiri.
 Tahapan kedua, lahirnya bahu dan lengan yang memakai
tenaga penolong. Cara/teknik untuk melahirkan bahu dan
lengan ialah secara:
 Klasik (Deventer)
 Mueller
 Lovset
 Bickenbach
 Tahapan ketiga, lahirnya kepala. Kepala dapat dilahirkan
dengan cara:
 Mauriceau (Veit-Smellie)
 Najouks
 Prague terbalik
 Cunam Piper

c) Teknik
 Tahap pertama: dilakukan persalinan dengan cara Bracht
sampai pusar lahir.
 Tahap kedua: melahirkan bahu dan lengan oleh penolong.
 Tahap ketiga: melahirkan kepala yang menyusul (after
coming head)

Beberapa cara melahirkan bahu dan lengan oleh


penolong, yaitu sebagai berikut:
(1) Cara Klasik
 Prinsip melahirkan bahu dan lengan secara klasik ini
adalah melahirkan lengan belakang lebih dahulu, karena
lengan belakang berada di ruangan yang lebih luas
(sacrum), baru kemudian melahirkan lengan depan yang
16

berada di bawah simfisis. Tetapi bila lengan sukar


dilahirkan, maka lengan depan diputar menjadi lengan
belakang, yaitu dengan memutar gelang bahu ke arah
belakang dan baru kemudian lengan belakang ini
dilahirkan.
 Kedua kaki janin dipegang dengan tangan kanan
penolong pada pergelangan kakinya dan dielevasi ke
atas sejauh mungkin, sehingga perut janin mendekati.
 Bersamaan dengan itu tangan kaki penolong
dimasukkan ke dalam jalan lahir dan dengan jari tengah
dan telunjuk menelusuri bahu janin sampai pada fossa
cubiti kemudian lengan bawah dilahirkan dengan
gerakan seolah-olah lengan bawah mengusap muka
janin.2
17

Gambar (1,2) Kedua kaki janin dibawa ke atas perut ibu,


kemudian lengan belakang dilahirkan. Gambar (3) Kaki
janin didekatkan ke arah punggung ibu, kemudian lengan
depan dilahirkan.

 Untuk melahirkan lengan depan, pegangan pada


pergelangan kaki janin diganti dengan tangan kanan
penolong dan ditarik curam ke bawah sehingga
punggung janin mendekati punggung ibu.
 Dengan cara yang sama lengan depan dilahirkan.
 Bila lengan depan sukar dilahirkan, maka harus diputar
menjadi lengan belakang. Gelang bahu dan lengan yang
sudah lahir dicengkram dengan kedua tangan penolong
sedemikian rupa sehingga kedua ibu jari penolong
terletak di punggung dan sejajar dengan sumbu badan
janin sedangkan jari-jari lain mencengkram dada. Putar
diarahkan ke perut dan dada janin, sehingga lengan
depan terletak di belakang. Kemudian lengan belakang
ini dilahirkan dengan teknik tersebut di atas.
 Deventer melakukan cara klasik ini dengan tidak
mengubah lengan depan menjadi lengan belakang.
Keuntungan cara klasik ini adalah pada umumnya dapat
dilakukan pada semua persalinan letak sungsang, tetapi
kerugiannya adalah lengan janin masih relatif tinggi di
18

dalam panggul, sehingga jari penolong harus masuk ke


dalam jalan lahir yang dapat menimbulkan infeksi.2

(2) Cara Mueller


 Prinsip melahirkan bahu dan lengan secara Mueller
adalah melahirkan bahu dan lengan depan lebih dahulu
dengan ekstraksi, baru kemudian melahirkan bahu dan
lengan belakang.

Gambar Melahirkan Lengan Depan Secara Mueller

 Bokong janin dipegang secara femuro-perlviks, yaitu


kedua ibu jari penolong diletakkan sejajar spina sacralis
media dan jari telunjuk pada crista iliaca dan jari-jari
lain mencengkram paha bagian depan. Dengan
pegangan ini badan janin ditarik cunam ke bawah
sejauh mungkin sampai bahu depan tampak di bawah
simfisis, dan lengan depan dilahirkan dengan mengait
lengan bawah.
 Setelah bahu depan dan lengan depan lahir, maka badan
janin yang masih dipegang secara V ditarik ke atas,
sampai bahu belakang lahir. Bila bahu belakang tidak
lahir dengan sendirinya, maka lengan belakang
dilahirkan dengan mengait lengan bawah dengan kedua
19

jari penolong. Keuntungan dengan teknik Mueller ini


adalah tangan penolong tidak masuk jauh ke dalam
jalan lahir, sehingga bahaya infeksi minimal.2

(3) Cara Lovset


 Prinsip persalinan secara Lovset ialah memutar badan
janin dalam setengah lingkaran bolak-balik sambil
dilakukan traksi cunam ke bawah sehingga bahu yang
sebelumnya berada di belakang akhirnya lahir di bawah
simfisis. Hal ini berdasarkan kenyataan bahwa adanya
inklinasi antara pintu atas panggul dengan sumbu
panggul dan berbentuk lengkungan panggul antara pintu
atas panggul dengan sumbu panggul dan bentuk
lengkungan panggul yang mempunyai kelengkungan
depan lebih pendek dari lengkungan di belakang,
sehingga setiap saat bahu belakang selalu dalam posisi
lebih rendah dari bahu depan.
 Badan janin dipegang secara femuro-pelviks dan sambil
dilakukan traksi cunam ke bawah badan janin diputar
setengah lingkaran, sehingga bahu belakang menjadi
bahu depan. Kemudian sambil dilakukan traksi, badan
janin diputar kembali ke arah yang berlawanan setengah
lingkaran, demikian seterusnya bolak-balik, sehingga
bahu belakang di bawah simfisis dan lengan dapat
dilahirkan.
 Bila lengan janin tidak dapat lahir dengan sendirinya,
maka lengan janin ini dapat dilahirkan dengan mengait
lengan bawah dengan jari penolong.
20

Gambar Melahirkan Bahu Dan Lengan


Dengan Lovset
 Keuntungan cara Lovset
 Teknik yang sederhana dan jarang gagal.
 Dapat dilakukan pada segala macam letak sungsang
tanpa memperhatikan posisi lengan.
 Tangan penolong tidak masuk ke dalam jalan lahir,
sehingga bahaya infeksi minimal.
21

 Cara Lovset ini dianjurkan dalam memimpin persalinan


letak sungsang pada keadaan-keadaan dimana
diharapkan akan terjadi kesukaran, misalnya:
 Primigravida
 Janin yang besar
 Panggul yang relatif sempit2

(4) Cara Bickenbach’s


Prinsip persalinan secara Bickenbach’s ialah merupakan
kombinasi antara cara Mueller dengan cara klasik. Teknik
ini hampir sama dengan cara klasik.2

Beberapa cara melahirkan kepala yang menyusul (after


coming head), yaitu sebagai berikut:
(1) Cara Mauriceau (Veit-Smellie)
 Tangan penolong yang sesuai dengan muka janin
dimasukkan ke dalam jalan lahir. Jari tengah
dimasukkan ke dalam mulut dan jari telunjuk, dan jari
keempat mencengkam fossa canina, sedangkan jari lain
mencengkam leher. Badan anak diletakkan di atas
lengan bawah penolong, seolah-olah janin menunggang
kuda. Jari telunjuk dan jari ketiga penolong yang lain
mencengkram leher janin dari arah punggung.
 Kedua tangan penolong menarik kepala janin curam ke
bawah sambil seorang asisten melakukan ekspresi
Kristeller. Tenaga tarikan terutama dilakukan oleh
tangan penolong yang mencengkram leher janin dari
arah punggung. Bila suboksiput tampak di bawah
simfisis, kepala janin di elevasi ke atas dengan
suboksiput sebagai hipomoklion sehingga berturut-turut
22

lahir dagu, mulut, hidung, mata, dai, ubun-ubun besar,


dan akhirnya lahirlah seluruh kepala janin.2

Gambar Cara Melahirkan Kepala Dengan Mauriceau

(2) Cara Najouks


Teknik ini dilakukan bila kepala masih tinggi,
sehingga jari penolong tidak dapat dimasukkan ke dalam
mulut janin. Kedua tangan penolong mencengkram leher
janin dari arah depan dan belakang. Kedua tangan penolong
menarik bahu curam ke bawah dan bersamaan dengan itu
seorang asisten mendorong kepala janin ke arah bawah.
Cara ini tidak dianjurkan karena menimbulkan trauma berat
pada sumsum tulang di daerah leher.

(3) Cara Prague terbalik


Cara Prague terbalik dipakai bila oksiput dengan
ubun-ubun kecil berada di belakang dekat sakrum dan
muka janin menghadap simfisis. Satu tangan penolong
mencengkam leher dari arah bawah dan punggung janin
diletakkan pada telapak tangan penolong. Tangan penolong
23

yang lain memegang kedua pergelangan kaki. Kaki janin


ditarik ke atas bersamaan dengan tarikan pada bahu janin,
sehingga perut janin mendekati perut ibu. Dengan laring
sebagai hipomoklion, kepala janin dapat dilahirkan.2

(4) Cara Cunam Piper


 Cunam piper dibuat khusus untuk melahirkan kepala
janin pada letak sungsang, sehingga mempunyai bentuk
khusus, yaitu :
 Daun cunam berfenestra, yang mempunyai
kelengkungan panggul yang agak mendatar (baik
untuk pemasangan yang tinggi).
 Tangkainya panjang, melengkung ke atas dan
terbuka, keadaan ini dapat menghindari kompresi
yang berlebihan pada kepala janin.
 Seorang asisten memegangi badan janin pada kedua
kaki, dan kedua lengan janin diletakkan di punggung
janin. Kemudian badan janin dielevasi ke atas, sehingga
punggung janin mendekati punggung ibu.
 Pemasangan cunam pada after coming head tekniknya
sama dengan pemasangan cunam pada letak belakang
kepala. Hanya pada kasus ini cunam dimasukkan dari
arah bawah, yaitu sejajar dengan pelipatan paha
belakang. Setelah suboksiput tampak di bawah simfisis,
maka cunam dielevasi ke atas dan dengan suboksiput
sebagai hipomoklion, berturut-turut lahir dagu, mulut,
muka, dahi, dan akhirnya seluruh kepala lahir.2
24

Gambar Melahirkan Kepala


Dengan Ekstraksi Cunam Piper
6) Prosedur Ekstraksi Sungsang
a) Teknik ekstraksi kaki
 Setelah persiapan selesai, tangan yang searah dengan
bagian-bagian kecil janin dimasukkan secara obstetrik ke
dalam jalan lahir, sedang tangan yang lain membuka labia.
Tangan yang di dalam mencari kaki depan dengan
menelusuri bokong, pangkal paha sampai lutut, kemudian
melakukan abduksi dan fleksi pada paha janin sehingga
kaki bawah menjadi fleksi. Tangan yang diluar mendorong
fundus uterus ke bawah. Setelah kaki bawah fleksi
pergelangan kaki dipegang oleh jari kedua dan jari ketiga
dan dituntun keluar dari vagina sampai batas lutut.
 Kedua tangan penolong memegang betis janin, yaitu kedua
ibu jari diletakkan di belakang betis sejajar sumbu panjang
betis, dan jari-jari lain di depan betis. Dengan pegangan ini,
kaki janin ditarik curam ke bawah sampai pangkal paha
lahir.
 Pegangan dipindahkan pada pangkal paha setinggi mungkin
dengan kedua ibu jari di belakang paha, sejajar sumbu
panjang paha dan jari-jari lain di depan paha.
25

 Pangkal paha ditarik curam ke bawah sampai trokhanter


depan lahir. Kemudian pangkal paha dengan pegangan
yang sama dielevasi ke atas sehingga trokhanter belakang
lahir. Bila kedua trokhanter telah lahir berarti bokong lahir.
 Sebaliknya bila kaki belakang yang dilahirkan lebih dulu,
maka yang akan lahir lebih dulu ialah trokhanter belakang
dan untuk melahirkan trokhanter depan maka pangkal paha
ditarik terus curam ke bawah.
 Setelah bokong lahir, maka untuk melahirkan janin
selanjutnya dipakai teknik pegangan femuro-pelviks.
Dengan pegangan ini badan janin ditarik curam ke bawah
sampai pusar lahir.
 Selanjutnya untuk melahirkan badan janin yang lain
dilakukan cara persalinan yang sama seperti pada manual
aid.2

b) Teknik ekstraksi bokong


 Ekstraksi bokong dikerjakan bila jenis letak sungsang
adalah letak bokong murni (frank breech), dan bokong
sudah berada di dasar panggul, sehingga sukar untul
menurunkan kaki.
 Jari telunjuk tangan penolong yang searah dengan bagian
kecil janin, dimasukkan ke dalam jalan lahir dan diletakkan
di pelipatan paha depan. Denga jari telunjuk ini, pelipatan
paha dikait dan ditarik curam ke bawah. Untuk memperkuat
tenaga tarikan ini, maka tangan penolong yang lain
mencengkam pergelangantangan tadi, dan turut menarik
curam ke bawah.
26

c) Penyulit
 Sufokasi
Bila sebagian besar badan janin sudah lahir, terjadilah
pengecilan rahim, sehingga terjadi gangguan sirkulasi
plasenta dan menimbulkan anoksia janin. Keadaan ini
merangsang janin untuk bernapas. Akibatnya darah, mukus,
cairan amnion dan mekonium akan diaspirasi, yang dapat
menimbulkan sufoasi. Badan janin yang sebagian sudah
berada di luar rahim, juga merupakan rangsangan yang kuat
untuk janin bernapas.
 Asfiksia fetalis
Selain akibat mengecilnya uterus pada waktu badan
janin lahir, yang menimbulkan anoksia, maka anoksia ini
diperberat lagi, dengan bahaya terjepitnya tali pusat pada
waktu masuk panggul (fase cepat).
 Kerusakan jaringan otak
Trauma pada otak janin dapat terjadi, khususnya pada
panggul sempit atau disproporsi sefalo-pelvik, serviks yang
belum terbuka, atau kepala janin yang dilahirkan secara
mendadak, sehingga timbul dekompresi.
 Fraktur pada tulang-tulang janin
Kerusakan pada tulang-tulang janin dapat berupa:
 Fraktur tulang-tulang kepala.
 Fraktur humerus ketika hendak melahirkan lengan yang
menjungkit (extended).
 Fraktur klavikulaketika melahikan bahu yang lebar.
 Paralisis brakialis.
 Fraktur femur.
 Dislokasi bahu.
27

 Dislokasi panggul terutama pada waktu melahirkan


tungkai yang sangat ekstensi (flexi maksimal).
 Hematoma otot-otot.2

7) Prosedur Persalinan Bokong Per Abdominal


a) Persalinan letak sungsang dengan seksio sesarea sudah tentu
merupakan cara yang terbaik ditinjau dari janin. Banyak ahli
melaporkan bahwa persalinan letak sungsang pervaginam,
memberi trauma yang sangat berarti bagu janin, yang gejala-
gejalanya akan tampak baik pada waktu persalinan maupun
baru di kemudian hari.
b) Namun hal ini tidak berarti bahwa semua letak sungsang harus
dilahirkan perabdominal. Untuk melakukan penilaian apakah
letak sungsang dapat melahirkan pervaginam atau harus
perabdominal kadang-kadang sukar.
c) Beberapa kriteria yang dapat dipakai pegangan bahwa letak
sungsang harus dilahirkan perabdominal, misalnya:
 Primigravida tua.
 Nilai sosial janin tinggi (high social value baby).
 Riwayat persalinan yang buruk (bad obstetric history)
 Janin besar, lebih dari 3,5 kg-4 kg.
 Dicurigai adanya kesempitan panggul.
 Prematuritas.2
Berdasarkan protap UNSRI, bila di dapatkan satu keadaan di
bawah ini, persalinan dilakukan perabdominal, yaitu:
 Panggul sempit
 Anak mahal
 Primi tua
 TBBJ ≥ 3500 gram
 Presentasi kaki, kecuali TBBJ < 1800 gram.3
28

BAB III
LAPORAN KASUS

3.1. Identitas Pasien


Pasien
Nama : Nutriana. S Binti Saudi Muha
TTL : Palembang, 24 Januari 1982
Umur : 35 tahun
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan : SMA
Agama : Islam
Alamat : Jl. Syakyakirti RT.001 RW.001 Kel. Karang Jaya Kec.
Gandus Palembang
Suku : Jawa
No. RM : 547634
MRS : Selasa, 05 Desember 2017 pukul 08.46 WIB

Suami Pasien
Nama : Supriyanto
TTL : Palembang, 24 Januari 1982
Umur : 35 tahun
Pekerjaan : Buruh harian lepas (Supir)
Pendidikan : SMP
Agama : Islam
Alamat : Jl. Syakyakirti RT.001 RW.001 Kel. Karang Jaya Kec.
Gandus Palembang
Suku : Jawa

3.2. Anamnesis
Autoanamnesis dilakukan pada tanggal 06 Desember 2017 pukul 12.00
WIB.

28
29

A. Keluhan Utama
Mau melahirkan dengan keluar air-air.

B. Riwayat Perjalanan Penyakit


Ibu datang dengan keluhan keluar air-air sejak 1 jam sebelum
masuk rumah sakit. 3 jam sebelumnya Ibu mengaku perut mules mau
melahirkan disertai keluar darah dan lendir. Kemudian Ibu di bawa ke
bidan, setelah dilakukan pemeriksaan oleh bidan ternyata letak
banyinya sungsang dan pembukaan 2 cm. Lalu oleh bidan pasien di
minta untuk pergi ke RS. Namun saat keluar dari rumah bidan, pasien
mengalami pecah ketuban. Pasien datang ke PONEK RSUD Palembang
Bari pukul 08.30 WIB. Ibu mengaku hamil cukup bulan, gerakan anak
masih dirasakan.

C. Riwayat Menstruasi
Usia Menarke : 13 tahun
Sikluas Haid : 30 hari
Lama Haid : 5 hari, 2-3 kali ganti pembalut/hari
Keluhan Saat Haid : Tidak ada
HPHT : 05 Maret 2017
TP : 12 Desember 2017

D. Riwayat Perkawinan
Status Pernikahan : 1x
Lama Menikah : 10 tahun
Usia Menikah : 25 tahun

E. Riwayat Kontrasepsi
± 5 tahun terakhir menggunakan KB suntik 3 bulan.
30

F. Riwayat ANC
Trimester I : 3 kali
Trimester II : 3 kali
Trimester III: 3 kali

G. Riwayat Kehamilan dan Persalinan


1. Aterm/2008/Laki-laki/2900 gram/Dokter/Ekstraksi vakum
2. Aterm/2011/Perempuan/2700 gram/Bidan/Normal
3. Hamil ini

H. Riwayat Penyakit Terdahulu


Ibu meyangkal mempunyai riwayat penyakit asma, jantung, kencing
manis, hipertensi, penyakit paru, alergi obat dan makanan, kejang-
kejang saat hamil.

I. Riwayat Penyakit Keluarga


Ibu mengaku memiliki riwayat penyakit keluarga hipertensi dan
kencing manis serta menyangkal memiliki riwayat penyakit keluarga
asma, penyakit paru, alergi obat dan makanan, kejang-kejang saat
hamil.

3.3. Pemeriksaan Fisik


A. Status Generalis
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Tinggi Badan : 155 cm
Berat Badan : 65 kg
Tekanan Darah : 120/70 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Pernapasan : 28 x/menit
Suhu : 36,6°C
31

Pemeriksaan Fisik
Kepala : Normocephali
Mata : Conjungtiva anemi (-/-), sklera ikterik (-/-) edema
periorbital (-/-)
Leher : Pembesaran KGB (-), pemesaran kelenjar thyroid (-)
Thorax : Inspeksi : simetris, retraksi sela iga (-)
Palpasi : stem fremitus (+/+) sama kanan dan kiri
Perkusi: sonor di kedua lapang paru
Auskultasi : vesikuler (+/+) ronki (-/-) wheezing (-/-)
Cor : Inspeksi : iktus kordis tidak tampak
Palpasi : iktus kordis tidak teraba
Perkusi : batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : bunyi jantung I/II (+/+) normal, regular.
Murmur (-) gallop (-)
Abdomen : Inspeksi: perut membesar sesuai umur kehamilan, skar
operasi (-), striae gravidarum (-)
Auskultasi : bising usus (+) normal
Perkusi : tidak dilakukan
Palpasi : hepar lien sulit dinilai
Genitalia : discharge (-)
Ekstremitas : akral hangat (+/+) edema (-/-)

B. Status Obstetrikus
Pemeriksaan Luar
Leopold I : 3 jari di bawah proc. Xyphoideus / 32 cm,
Teraba kepala.
Leopold II : Punggung kiri, memanjang
Leopold III : Bagian terbawah kaki
32

Leopold IV : Sudah masuk pintu atas panggul


DJJ : 142x/menit
His : 3x/10’/40”
Taksiran Berat Janin : (32-11) x 155= 3255 gram
Pemeriksaan Dalam
Posisi portio : Medial
Konsistensi : Lunak
Pembukaan : 6 cm
Ketuban : (-)
Pendataran : 50%
Presentasi : Kaki
Penunjuk : Kaki
Penurunan :-
Molase :-

3.4. Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan Darah Rutin (Selasa, 05 Desember 2017 pukul 10.30
WIB)
Hematologi Hasil Nilai Normal
Hemoglobin 10,4 12-14 g/dl
Leukosit 12.700 5.000 – 10.000/ul
Trombosit 387.000 150.000 – 400.000/ul
Hematokrit 34 37-43%
Hitung Jenis
Basofil 0 0 – 1%
Eosinofil 0 1 – 3%
Neutrofil Batang 2 2 – 6%
Neutrofil Segmen 79 50 – 70%
Limfosit 15 20 – 40%
Monosit 4 2 – 8%
Waktu Perdarahan 3 1 – 6 menit
Waktu Pembekuan 10 10 – 15 menit
33

Pemeriksaan Kimia Darah (Selasa, 05 Desember 2017 pukul 10.30


WIB)
Hematologi Hasil Nilai Normal
Glukosa Sewaktu 84 < 180 mg/dl
SGOT 10 < 31 U/I
SGPT 15 < 31 U/I
Ureum 12 20-40 mg/dl
Kreatinin 0,64 0,6-1,1 mg/dl
Na 139 135-155 mmol/dl
K 4,07 3,6-6,5 mmol/dl
HBsAg Negatif Negatif

Pemeriksaan Urin (Selasa, 05 Desember 2017 pukul 10.30 WIB)


Hematologi Hasil Nilai Normal
Warna Kuning Kuning
Kejernihan Jernih Jernih
pH 6,5 4,5-8
Berat Jenis 1,005 1,003-1,030
Glukosa Negatif Negatif
Protein Negatif Negatif
Bilirubin Negatif Negatif
Urobilinogen Positif (+) Positif (+)
Darah Negatif Negatif
Nitrit Negatif Negatif
Keton Negatif Negatif
Sedimen
Eritrosit 1-2 < 3/LPB
Leukosit 1-2 <5/LPB

Pemeriksaan Darah Rutin (Selasa, 05 Desember 2017 pukul 12.00


WIB)
Hematologi Hasil Nilai Normal
Hemoglobin 10,0 12-14 g/dl
34

3.5. Diagnosis Kerja


G3P2A0 hamil aterm inpartu kala I fase aktif dengan KPSW, Janin tunggal
hidup presentasi kaki.

3.6. Penatalaksanaan
Observasi KU, TVI dan perdarahan
Dower Catether
IVFD RL + 2 oxytocin Gtt 20x/menit
Injeksi Cefotaxime 2 x 1 gram
Infus Metronidazole 3x1 fls
Injek Asam Traneksamat 3x1 amp
Injeksi Ketorolak 3 x 1 mg

3.7. Follow Up
Hari/Tanggal Follow Up
Selasa, 05 Desember S/ Ibu masuk melalui PONEK dengan keluhan mulas dan
2017 pukul 08.30 WIB keluar air-air sejak 1 jam SMRS. Ibu mengaku hamil
cukup bulan, gerakan anak masih dirasakan ibu. HPHT:
05 Maret 2017.
O/ KU: Baik
Sensorium: Compos mentis
TD: 150/100 mmHg
Palpasi TFU 3 jari di bawah proc. Xyphoideus
DJJ 145x/menit
PD: Pembukaan 6 cm. Ketuban (-)
Skala nyeri 2
A/ G3P2A0 hamil aterm inpartu kala I fase aktif dengan
KPSW, Janin tunggal hidup presentasi kaki.
P/ Observasi KU, TVI dan DJJ
IVFD RL Gtt 20x/menit
35

Injek Cefotaxime 2x1 gram


Dower Catether
Rencana SC
Selasa, 05 Desember S/ Tidak ada keluhan
2017 pukul 12.00 WIB O/ KU: Baik
Sensorium: Compos mentis
TD: 120/80 mmHg
N: 80 x/menit
RR: 20 x/menit
T: 36,6°C
A/ P3A0 Post SC atas indikasi presentasi kaki.
P/ Observasi KU dan TV
IVFD RL + 2 amp oxytocin gtt 20 x/menit
Dower Catether
Obat:
Injeksi Cefotaxime 2 x 1 gram
Infus Metronidazole 3x1 fls
Injek Asam Traneksamat 3x1 amp
Injeksi Ketorolac 3 x 1 mg
Rabu, 06 Desember 2017 S/ Nyeri bekas operasi
pukul 06.40 WIB O/ KU: Baik
Sensorium: Compos mentis
TD: 120/70 mmHg
N: 84 x/menit
RR: 20 x/menit
T: 36,6°C
TFU: 2 jari di bawah pusat
Kontraksi: Baik
Lokhia: (+)
A/ P3A0 Post SC atas indikasi presentasi kaki.
36

P/ Observasi KU dan TV
Observasi perdarahan
IVFD RL + 2 amp oxytocin gtt 20 x/menit
Dower Catether
Obat:
Injeksi Cefotaxime 2 x 1 gram
Infus Metronidazole 3x1 fls
Injek Asam Traneksamat 3x1 amp
Injeksi Ketorolac 3 x 1 mg
Injeksi Lesix 1x order
Rabu, 06 Desember 2017 Pasien di pindah ke Nifas
pukul 17.00 WIB
37

BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Apakah diagnosis sudah tepat?


Dilaporkan sebuah kasus tentang seorang wanita berusia 35 tahun
mengaku hamil cukup bulan datang ke Pelayanan Obstetri Neonatologi
Emergensi Komprehensif (PONEK) RSUD Palembang Bari pada tanggal
05 Desember 2017 pukul 08.30 WIB dengan keluhan keluhan keluar air-
air sejak 1 jam sebelum masuk rumah sakit. 3 jam sebelumnya Ibu
mengaku perut mules mau melahirkan disertai keluar darah dan lendir.
Pengambilan data pada kasus ini dilakukan dengan menggunakan
data primer melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik langsung kepada
pasien, data sekunder yaitu melalui rekam medik. Dalam kesempatan kali
ini dilakukan telaah kasus mulai dari identitas pasien sampai pada lembar
follow up pasien.
Ibu datang dengan keluhan keluar air-air sejak 1 jam sebelum
masuk rumah sakit. 3 jam sebelumnya Ibu mengaku perut mules mau
melahirkan disertai keluar darah dan lendir. Kemudian Ibu di bawa ke
bidan, setelah dilakukan pemeriksaan oleh bidan ternyata letak banyinya
sungsang dan pembukaan 2 cm. Lalu oleh bidan pasien di minta untuk
pergi ke RS. Namun saat keluar dari rumah bidan, pasien mengalami
pecah ketuban. Pasien datang ke PONEK RSUD Palembang Bari pukul
08.30 WIB. Ibu mengaku hamil cukup bulan, gerakan anak masih
dirasakan.
Pada pemeriksaan fisik, keadaan umum pasien baik. Status
obstetrikus meliputi pemeriksaan dalam dan luar, untuk pemeriksaan luar
didapatkan TFU 3 jari di bawah processus xiphoideus, punggung kiri,
memanjang, bagian terbawah kaki, sudah masuk pintu atas panggul, DJJ
130x/menit dan his 3x/10’/40”. Pada pemeriksaan dalam didapatkan posisi
portio medial, konsistensi lunak, pembukaan 6 cm, selaput ketuban
negatif, pendataran 50%, presentasi kaki. Inspekulo tidak dilakukan.

37
38

Berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik pada kasus ini


maka penulisan diagnosis awal pada kasus ini adalah G3P2A0 hamil aterm
inpartu kala I fase aktif dengan KPSW, Janin tunggal hidup presentasi
kaki.
Menurut Sarwono (2010), presentasi bokong dapat diketahui
melalui pemeriksaan palpasi abdomen. Maneuver Leopold perlu dilakukan
pada setiap kunjungan perawatan antenatal bila umur kehamilan ≥ 34
minggu. Untuk memastikan apabila masih terdapat keraguan pada
pemeriksaan palpasi, dapat dilakukan pemeriksaan dalam vagina dan/atau
pemeriksaan ultrasonografi.1
Berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik diketahui
bahwa pasien sudah mengalami pecah ketuban saat dating ke PONEK
RSUD Palembang Bari pada pembukaan 2 cm. Hal ini sesuai dengan teori
bahwa ketuban pecah sebelum waktunya adalah suatu keadaan pecahnya
selaput ketuban baik dalam kehamilan maupun dalam persalinan sebelum
pembukaan 3 cm (sebelum fase aktif, masih dalam fase laten). Penentuan
cairan ketuban dapat dilakukan dengan nitrazine test yang positif.
Nitrazine test dilakukan menggunakan kertas lakmus, merubah lakmus
merah menjadi biru jika cairan yang diuji adalah ketuban.
Dari pemeriksaan fisik secara palpasi (pemeriksaan leopold I-IV)
didapatkan disimpulkan bahwa terdapat satu janin letak sungsang
presentasi kaki dalam keadaan hidup ditandai dengan adanya denyut
jantung janin 145x/menit disertai gerakan janin. Letak sungsang
(presentasi bokong) adalah janin letak memanjang dengan bagian
terendahnya bokong, kaki, atau kombinasi keduanya.

4.2 Apakah penatalaksanaan sudah tepat?


Secara keseluruhan tatalaksana yang diberikan pada kasus ini sudah
tepat, yaitu dengan diberikan antibiotik berupa Cefixime. Cefixime
merupakan antibiotik spektrum luas yang termasuk ke dalam golongan
obat sefalosporin. dikombinasikan dengan Inf. Metronidazole 3 x 500 mg
39

(kocor) yang merupakan antibiotik anaerob. Antibiotika profilaksis juga


perlu diberikan untuk mencegah kemungkinan infeksi khususnya dengan
infeksi pascaoperasi. Hal ini sesuai dengan teori, dimana dalam
penatalaksana pasien dengan KPSW harus diberikan terapi berupa
antibiotik untuk mencegah terjadi infeksi yang berkelanjutan.
Letak sungsang (presentasi bokong) adalah janin letak memanjang
dengan bagian terendahnya bokong, kaki, atau kombinasi keduanya.
Letak Sungsang juga terjadi pada kasus ini. Penatalaksanaan yang
dilakukan pada kasus ini adalah dengan partus perabdominal. Hal ini
sesuai dengan teori dimana pada janin letak sungsang dilakukan
penatalaksanaan partus perabdominal apabila didapatkan salah satu dari
keadaan berikut.
- Panggul sempit
- Anak mahal
- Primi tua
- TBBJ ≥ 3500 gram
- Presentasi kaki, kecuali TBBJ <1800 gram
Pada kasus ini, telah memenuhi 1 dari persyaratan tersebut yaitu
janin dengan presentasi kaki.3
Kemudian tatalaksana yang diberikan post operasi section caesarea
yaitu IVFD RL dengan 2 oxytocin. Pemberian cairan RL bertujuan untuk
menggantikan kehilangan cairan yang terjadi akibat perdarahan pada saat
dilakukan operasi. Pemberian oxytocin bertujuan untuk meningkatkan
kontraksi dari uterus sehingga akan terjadi involusi uteri untuk mencegah
terjadinya perdarahan. Selain itu juga diberikan. Selain itu juga diberikan
Asam traneksamat 3x100 mg IV untuk menghentikan perdarahan. Untuk
menghilangkan rasa nyeri post operatif, pasien ini diberikan Injeksi
ketorolak 3x30 mg IV.
40

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa:
1. Letak sungsang (presentasi bokong) adalah janin letak memanjang
dengan bagian terendahnya bokong, kaki, atau kombinasi keduanya.
2. ketuban pecah sebelum waktunya adalah suatu keadaan pecahnya
selaput ketuban baik dalam kehamilan maupun dalam persalinan
sebelum pembukaan 3 cm (sebelum fase aktif, masih dalam fase
laten). Penentuan cairan ketuban dapat dilakukan dengan nitrazine
test yang positif. Nitrazine test dilakukan menggunakan kertas
lakmus, merubah lakmus merah menjadi biru jika cairan yang diuji
adalah ketuban.
3. G3P2A0 hamil aterm inpartu kala I fase aktif dengan KPSW, Janin
tunggal hidup presentasi kaki.
4. Penatalaksanaan pada kasus ini secara garis besar sudah tepat
dengan memilih pengelolaan yang sesuai untuk keadaan pasien.

5.2 Saran
Kepada pasien agar diberikan edukasi mengenai pentingnya ANC dalam
mengetahui keadaan dan perkembangan janin.

40
41

DAFTAR PUSTAKA

1. Prawirohardjo, S. 2010. Ilmu Kebidanan; Malpresentasi dan malposisi. PT


Bina Pustaka. Jakarta, Indonesia. Hal. 581-597.
2. Prawirohardjo, S. 2010. Ilmu Bedah Kebidanan; Persalinan Sungsang. PT
Bina Pustaka. Jakarta, Indonesia. Hal. 102-121.
3. Prosedur tetap Obstetri dan Ginekoogi. Universitas Sriwijaya.

You might also like