You are on page 1of 36

MENINGKATKAN MOTIVASI PADA PEMBELAJARAN SIFAT-SIFAT KOLOID

DENGAN MENERAPKAN MODEL QUANTUM TEACHING KELAS XI IPA 2


SMAN 1 MERANGIN

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah

Kegiatan pembelajaran di SMA N 1 MERANGIN masih menggunakan model dan


pendekatan pembelajaran yang konvensional. Dalam pembelajarannya, siswa diharapkan
dapat merumuskan masalah dan menemukan konsep materi sendiri yang diberikan oleh guru.
Kegiatan praktikum hiharapkan dinilai keterampilan prosesnya dan hasil yang diperolehnya.

Kurikulum yang digunakan pada tahun ajaran 2014/2015 adalah Kurikulum 2013.
Kurikulum ini mengutamakan pemahaman, skill, dan pendidikan berkarakter, siswa dituntut
untuk paham atas materi, aktif dalam berdiskusi dan presentasi serta memiliki sopan santun
disiplin yang tinggi. Namun kenyataan di lapangan belum menunjukkan ke arah
pembelajaran yang bermakna. Para pendidik belum siap dengan kondisi yang sedemikian
plural sehingga untuk mendesain pembelajaran yang bermakna masih kesulitan. Sistem
pembelajaran duduk tenang, mendengarkan informasi dari guru sepertinya sudah membudaya
sejak dulu, sehingga untuk mengadakan perubahan ke arah pembelajaran yang aktif, kreatif,
menyenangkan agak sulit.

Berdasarkan observasi awal terhadap proses pembelajaran kimia, khususnya koloid di


kelas XI IPA di SMA 1 MERANGIN diperoleh informasi bahwa selama proses
pembelajaran, guru belum memberdayakan seluruh potensi dirinya sehingga sebagian besar
siswa belum mampu mencapai kompetensi individual yang diperlukan untuk mengikuti
pelajaran lanjutan. Beberapa siswa belum belajar sampai pada tingkat pemahaman.
Siswa baru mampu menghafal fakta, konsep, prinsip, hukum, teori, dan gagasan inovatif
lainnyapada tingkat ingatan, mereka belum dapat menggunakan dan menerapkannya secara
efektif dalam pemecahan masalah sehari-hari yang kontekstual.

Pembelajaran kimia juga tidak luput dari kecenderungan proses pembelajaran teacher
centered. Kondisi demikian tentu membuat proses pembelajaran hanya dikuasai guru.
Apalagi pembelajaran kimia merupakan mata pelajaran sarat materi sehingga siswa dituntut
memiliki pemahaman yang holistik terhadap materi yang disampaikan guru.

Upaya untuk meningkatkan motivasi siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Merangin dalam
pembelajaran kimia sudah dilakukan guru dengan berbagai macam cara, seperti memberi
kesempatan siswa untuk bertanya dan mengemukakan gagasan, serta mendesain
pembelajaran dalam bentuk diskusi kelompok.

Terkait belum optimalnya hasil belajar kimia siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1
Merangin, maka penulis berupaya untuk menerapkan model pembelajaran quantum teaching
secara kolaborasi sebagai salah satu alternatif pembelajaran bermakna yang bermuara pada
pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAIKEM)

Berdasarkan kondisi tersebut maka penulis tergerak untuk melakukan penelitian tindakan
kelas terhadap siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Merangin dengan judul “Meningkatkan
Motivasi Pada Pembelajaran Sifat-Sifat Koloid Dengan Menerapkan Model Quantum
Teaching Kelas XI IPA SMAN 1 Merangin”

1.2.Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian kelas ini
adalah “Apakah penerapan model Quantum Teaching dapat meningkatkan motivasi siswa
kelas XI IPA SMA Negeri 1 Merangin untuk materi sifat-sifat Koloid”.

1.3. Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan diatas, maka tujuan dilaksanakan penelitian ini adalah untuk
meningkatkan motivasi siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Merangin dalam pembelajaran
materi sifat-sifat Koloid dengan menggunakan model Quantum Teaching.
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat antara lain:
1. Bagi siswa, yaitu agar dapat meningkatkan motivasi belajar, melatih sikap berani dan
aktif berpendapat serta sikap sosial untuk saling peduli terhadap keberhasilan siswa
lain dalam mencapai tujuan belajar khususnya pada materi sifat-sifat koloid.
2. Bagi Peneliti, penelitian ini akan menambah wawasan dan pengalaman yang
berharga dalam melakukan penelitian tindakan kelas dengan model Quantum
Teaching serta dapat menumbuhkan keterampilan dan motivasi dalam melaksanakan
pembelajaran kimia dengan lebih baik lagi.
3. Bagi Pendidik/Guru yaitu sebagai masukkan untuk meningkatkan proses
pembelajaran didalam kelas, dan juga memotivasi teman sejawat kiranya dapat
mengadakan penelitian serupa yang sangat bermanfaat bagi pengembangan model-
model pembelajaran untuk meningkatkan mutu pendidikan.
4. Bagi sekolah SMA N 1 Merangin, pembelajaran kimia dengan model Quantum
Teaching dapat menjadi rujukan untuk pembelajaran semua mata pelajaran.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Variabel Bebas


2.1.1. Motivasi Belajar
Motivasi adalah dorongan dasar yang menggerakkan seseorang bertingkah laku.
Dorongan ini berada pada diri seseorang yang menggerakan untuk melakukan sesuatu yang
sesuai dengan dorongan dalam dirinya. Oleh karena itu, perbuatan seseorang yang didasarkan
atas motivasi tertentu mengandung tema sesuai dengan motivasi yang mendasarinya.
Motivasi adalah kekuatan, baik dari dalam maupun dari luar yang mendorong
seseorang untuk mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya. Menurut Oemar
Hamalik (2008: 162) motivasi ada dua macam, yaitu:
a. Motivasi intrinsik, yang timbul dalam diri peserta didik sendiri, misalnya keinginan
untuk mendapat keterampilan tertentu, memperoleh informasi dan pengertian,
mengembangkan sikap untuk berhasil, dan keinginan diterima oleh orang lain.
Motivasi intrinsik adalah motivasi yang hidup dalam diri peserta didik dan berguna
dalam situasi belajar yang fungsional.
b. Motivasi ekstrinsik, yang timbul sebagai akibat pengaruh faktor-faktor dari luar
individu, apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain
sehingga dengan keadaan demikian peserta didik mau melakukan sesuatu atau
belajar.
Motivasi yang tinggi dapat meningkatkan aktivitas belajar peserta didik. Motivasi yang
tinggi dapat ditemukan dalam sifat perilaku peserta didik antar lain adanya:
a. Kualitas keterlibatan peserta didik dalam belajar sangat tinggi.
b. Perasaan dan keterlibatan aktif peserta didik yang tinggi dalam belajar.
c. Upaya peserta didik untuk senantiasa memelihara atau menjaga agar senantiasa
memiliki motivasi belajar tinggi.
Hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa yang
sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa
indikator atau unsur yang mendukung dalam belajar. Indikator motivasi belajar dapat
diklasifikasikan sebagai berikut: (1) adanya hasrat dan keinginan berhasil; (2) adanya
dorongan dan kebutuhan dalam belajar; (3) adanya harapan dan cita-cita masa depan; (4)
adanya penghargaan dalam belajar; (5) adanya kegiatan yang menarik dalam belajar; (6)
adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan seseorang siswa dapat
belajar dengan baik. (Hamzah B. Uno, 2006 : 23)

2.1.2 Model Pembelajaran Quantum Teaching

Quantum adalah interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya. Quantum teaching
dengan demikian adalah orkestrasi bermacam-macam interaksi yang ada di dalam dan di
sekitar momen belajar. Semua unsur yang menopang kesuksesan belajar harus diramu
menjadi sebuah akumulasi yang benar-benar menciptakan suasana belajar.

Secara aplikatif, pembelajaran quantum teaching berasaskan sistem TANDUR, yakni:


Jika dicermati, model pembelajaran quantum teaching bertalian erat dengan teori belajar
behavioristik dan teori perkembangannya Piaget. Pandangan behaviouristik, yang melahirkan
teori belajar koneksionisme dan teori belajar kondisioning. Teori belajar koneksionisme
dengan tokohnya Thorndike berpendapat bahwa belajar merupakan proses pembentukan
koneksi-koneksi antara stimulus dan respon. Bilamana terjadi koneksi antara R - S dan diikuti
dengan keadaan yang memuaskan, maka koneksi itu menjadi lebih kuat. Sebaliknya bila
koneksi, diikuti dengan keadaan yang tidak memuaskan, maka kekuatan koneksi akan
menjadi berkurang (Hilgard dan Bower dalam TIM MKDK IKIP Semarang, 1990:110).

Hal lain yang mendasari pentingnya penerapan model pembelajaran Quantum


Teaching adalah paradigma pembelajaran efektif yang merupakan rekomendasi UNESCO,
yakni: belajar mengetahui (learning to know), belajar bekerja (learning to do), belajar hidup
bersama (learning to live together), dan belajar menjadi diri sendiri (learning to be)
(Depdiknas, 2001:5).
2.2. Variabel Terikat

2.2.1. Hasil Belajar

Hasil belajar tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa yang
dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan sikap dan keterampilan.
Perubahan tersebut dapat diartikan terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih
baik dibandingkan sebelumnya, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, sikap kurang sopan
menjadi sopan, dan sebagainya. ( Oemar Hamalik, 2001: 154)
Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-
sikap, apresiasi dan keterampilan. Merujuk pemikiran Gagne, hasil belajar berupa:
1. Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk
bahasa, baik lisan maupun tertulis. Kemampuan merespon secara spesifik terhadap
rangsangan spesifik. Kemampuan tersebut tidak memerlukan manipulasi simbol,
pemecahan masalah maupun penerapan aturan.
2. Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan
lambang. Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan menginterogasi,
kemampuan analisis-sintesis fakta-konsep dan mengembangkan prinsip-prinsip
keilmuan. Keterampilan intelektual merupakan kemampuan melakukan aktivitas
kognitif bersifat khas.
3. Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas
kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah
dalam memecahkan masalah.
4. Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani
dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.
5. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian
terhadap objek tersebut. Sikap berupa kemampuan menginternalisasikan dan
eksternalisasi nilai-nilai. Sikap merupakan kemampuan menjadikan nilai-nilai
sebagai standar perilaku.
Menurut Bloom, hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif dan
psikomotorik. Domain kognitif adalah knowledge (pengetahuan, ingatan), comperhension
(pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh), application (menerapkan), analysis
(menguraikan menentukan hubungan), synthesis (mengorganisasikan, merencanakan,
membentuk bangunan baru), dan evaluation (manilai). Domain efektif adalah receiving
(sikap menerima), responding (memberikan respon), valuing (nilai),
organization(organisasi), characterization (karakterisasi). Domain psikomotor meliputi
initiatorypre-routine, dan routinized. Psikomotor juga mencakup keterampilan produktif,
teknik, fisik, sosial, manajerial, dan intelektual. Sementara, menurut Lindgren hasil
pembelajaran meliputi kecakapan, informasi, pengertian, dan sikap.
Yang harus diingat, hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan
hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja. Artinya, hasil pembelajaran yang
dikategorisasi oleh para pakar pendidikan sebagaimana tersebut di atas tidak dilihat secara
fragmentaris atau terpisah, melainkan komperhensif. (Agus Suprijono, 2009 : 5 – 7).
Menurut Agus Suprijono (2009:72), hasil belajar dari pembelajaran berbasis masalah
adalah peserta didik memiliki keterampilan penyelidikan, mengatasi masalah, kemampuan
mempelajari peran orang dewasa, dan menjadi pembelajar yang mandiri.

Model Quantum Teaching ini akan mendorong siswa lebih mampu dalam paradigma
pembelajaran efektif , yakni: belajar mengetahui (learning to know), belajar bekerja (learning
to do), belajar hidup bersama (learning to live together), dan belajar menjadi diri sendiri
(learning to be).

2.3. Karakteristik Materi Sifat-Sifat Koloid

Materi koloid merupakan bahagian dari materi mata pelajaran kimia pada kelas XI
IPA SMA. Dalam kehidupan sehari-hari kita sering bersinggungan dengan sistem koloid
sehingga
sangat penting untuk dikaji. Sebagai contoh, hampir semua bahan pangan mengandung
partikel dengan ukuran koloid, seperti protein, karbohidrat, dan lemak. Emulsi seperti susu
juga termasuk koloid. Dalam bidang farmasi, kebanyakan produknya juga berupa koloid,
misalnya krim,dan salep yang termasuk emulsi.
Dalam industri cat, semen, dan industri karet untuk membuat ban semuanya
melibatkan sistem koloid. Semua bentuk seperti spray untuk serangga, cat, hair spray, dan
sebagainya adalah juga koloid. Dalam bidang pertanian, tanah juga dapat digolongkan
sebagai koloid. Jadi sistem koloid sangat berguna bagi kehidupan manusia.
Contoh larutan, koloid, dan suspensi
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering bersinggungan dengan sistem koloid
sehingga sangat penting untuk dikaji. Sebagai contoh, hampir semua bahan pangan
mengandung partikel dengan ukuran koloid, seperti protein, karbohidrat, dan lemak. Emulsi
seperti susu juga termasuk koloid. Dalam bidang farmasi, kebanyakan produknya juga berupa
koloid, misalnya krim, dan salep yang termasuk emulsi.
Dalam industri cat, semen, dan industri karet untuk membuat ban semuanya
melibatkan sistem koloid. Semua bentuk seperti spray untuk serangga, cat, hair spray, dan
sebagainya adalah juga koloid. Dalam bidang pertanian, tanah juga dapat digolongkan
sebagai koloid. Jadi sistem koloid sangat berguna bagi kehidupan manusia.
Contoh larutan, koloid, dan suspensi

Makna Koloid
Selama ini Anda memahami bahwa campuran ada dua macam, yaitu campuran
homogen (larutan sejati) dan campuran heterogen (suspensi). Di antara dua keadaan ini, ada
satu jenis campuran yang menyerupai larutan sejati, tetapi sifat-sifat yang dimilikinya
berbeda sehingga tidak dapat digolongkan sebagai larutan sejati maupun suspensi.
Berdasarkan ukuran partikel, sistem koloid berada di antara suspense kasar dan
larutan sejati. Ukuran partikel koloid lebih kecil dari suspense kasar sehingga tidak
membentuk fasa terpisah, tetapi tidak cukup kecil jika dibandingkan larutan sejati. Dalam
larutan sejati, molekul, atom, atau ion terlarut secara homogen di dalam pelarut. Dalam
sistem koloid, partikel-partikel koloid terdispersi secara homogen dalam mediumnya. Oleh
karena itu, partikel koloid disebut
sebagai fasa terdispersi dan mediumnya disebut sebagai medium pendispersi.
Penggolongan Koloid
Sama seperti larutan sejati, dalam sistem koloid zat terdispersi maupun pendispersi
dapat berupa gas, cairan, maupun padatan. Oleh sebab itu, ada delapan macam sistem koloid
seperti disajikan pada tabel berikut.
Jika ditinjau dari tabel tersebut maka sistem koloid mencakup hampir semua materi baik
yang dihasilkan dari proses alam maupun yang dikembangkan oleh manusia.
a. Koloid Liofil dan Liofob
Berdasarkan tingkat kestabilannya, koloid dapat digolongkan menjadi dua macam,
yaitu koloid liofob dan liofil. Koloid liofob memiliki kestabilan rendah, sedangkan koloid
liofil memiliki kestabilan tinggi.
Liofob berasal dari bahasa Latin yang artinya menolak pelarut, sedangkan liofil
berarti menyukai pelarut. Jika medium pendispersi dalam koloid adalah air maka digunakan
istilah hidrofob dan hidrofil sebagai pengganti liofob dan liofil.
Koloid hidrofil relatif stabil dan mudah dibuat, misalnya dengan cara pelarutan. Gelatin,
albumin telur, dan gom arab terbentuk dari dehidrasi (penghilangan air) koloid hidrofil.
Dengan menambahkan medium pendispersi, gelatin dapat terbentuk kembali menjadi koloid
sebab prosesnya dapat balik (reversible). Koloid hidrofob umumnya kurang stabil dan
cenderung mudah mengendap. Waktu yang diperlukan untuk mengendap sangat beragam
bergantung pada kemampuan agregat (mengumpul) dari koloid tersebut. Lumpur adalah
koloid jenis hidrofob. Lumpur akan mengendap dalam waktu relatif singkat. Namun, ada juga
koloid hidrofob yang berumur panjang, misalnya sol emas. Sol emas dalam medium air dapat
bertahan sangat lama. Sol emas yang dibuat oleh Michael Faraday pada 1857 sampai saat ini
masih berupa sol emas dan disimpan di museum London.
Koloid hidrofob bersifat tidak dapat balik (irreversible). Jika koloid hidrofob
mengalami dehidrasi (kehilangan air), koloid tersebut tidak dapat kembali ke keadaan semula
walaupun ditambahkan air. Sejumlah kecil gelatin atau koloid hidrofil sering ditambahkan ke
dalam sol logam yang bertujuan untuk melindungi atau menstabilkan koloid logam tersebut.
Koloid hidrofil yang dapat menstabilkan koloid hidrofob disebut koloid protektif atau koloid
pelindung. Koloid protektif bertindak melindungi muatan partikel koloid dengan cara
melapisinya agar terhindar dari koagulasi. Protein kasein bertindak sebagai koloid protektif
dalam air susu. Gelatin digunakan sebagai koloid pelindung dalam es krim untuk menjaga
agar tidak membentuk es batu.
b. Jelifikasi (Gelatinasi)
Pada kondisi tertentu, sol dari koloid liofil dapat mengalami pemekatan dan berubah
menjadi material dengan massa lebih rapat, disebut jeli. Proses pembentukan jeli disebut
jelifikasi atau gelatinasi. Contoh dari proses ini, yaitu pada pembuatan kue dari bahan agar-
agar, kanji, atau silikagel.
Pembentukan jeli terjadi akibat molekul-molekul bergabung membentuk rantai panjang.
Rantai ini menyebabkan terbentuknya ruang-ruang kosong yang dapat diisi oleh cairan atau
medium pendispersi sehingga cairan terjebak dalam jaringan rantai. eristiwa medium
pendispersi terjebak di antara jaringan rantai pada jeli ini dinamakan swelling. Pembentukan
jeli bergantung pada suhu dan konsentrasi zat. Pada suhu tinggi, agar-agar sukar mengeras,
sedangkan pada suhu rendah akan memadat. Pembentukan jeli juga menuntut konsentrasi
tinggi agar seluruh pelarut dapat terjebak dalam jaringan.
Kepadatan jeli bergantung pada zat yang didispersikan. Silikagel yang mengandung
medium air sekitar 95% membentuk cairan kental seperti lendir. Jika kandungan airnya lebih
rendah sekitar 90% maka akan lebih padat dan dapat dipotong dengan pisau.
Jika jeli dibiarkan, volumenya akan berkurang akibat cairannya keluar. Gejala ini
dinamakan sinersis. Peristiwa sinersis dapat diamati pada agar-agar yang dibiarkan lama. Jeli
dapat dikeringkan sampai kerangkanya keras dan dapat membentuk kristal padat atau serbuk.
Jeli seperti ini mengandung banyak pori dan memiliki kemampuan mengabsorpsi zat lain.
Silikagel dibuat dengan cara dikeringkan sampai mengkristal. Silikagel digunakan
sebagai pengering udara, seperti pada makanan kaleng, alat-alat elektronik, dan yang lainnya.
Untuk memahami jeli, Anda dapat melakukan kegiatan berikut.

Sifat-Sifat Koloid
a. Efek Tyndall
Efek Tyndall ialah gejala penghamburan berkas sinar (cahaya) oleh partikel-partikel
koloid. Hal ini disebabkan karena ukuran molekul koloid yang cukup besar. Efek Tyndall
merupakan satu bentuk sifat optik yang dimiliki oleh sistem koloid. Pada tahun 1869, Tyndall
menemukan bahwa apabila suatu berkas cahaya dilewatkan pada sistem koloid maka
berkas cahaya tadi akan tampak. Tetapi apabila berkas cahaya yang sama dilewatkan pada
dilewatkan pada larutan sejati, berkas cahayatadi tidak akan tampak. Singkat kata efek
Tyndall merupakan efek penghamburan cahaya oleh sistem koloid. Pengamatan mengenai
efek Tyndall dapat dilihat pada gambar Efek Tyndall Koloid Hamburan cahaya oleh koloid.
b. Gerak Brown
Gerak Brown ialah gerakan partikel-partikel koloid yang senantiasa bergerak lurus
tapi tidak menentu (gerak acak/tidak beraturan). Jika kita amati koloid dibawah mikroskop
ultra, maka kita akan melihat bahwa partikelpartikel tersebut akan bergerak membentuk
zigzag.
Pergerakan zigzag ini dinamakan gerak Brown. Partikelpartikel suatu zat senantiasa
bergerak. Gerakan tersebut dapat bersifat acak seperti pada zat cair dan gas ( dinamakan
gerak Brown), sedangkan pada zat padat hanya beroszillasi di tempat (tidak termasuk gerak
Brown). Untuk koloid dengan medium pendispersi zat cair atau gas, pergerakan partikel-
partikel akan menghasilkan tumbukan dengan partikel-partikel koloid itu sendiri. Tumbukan
tersebut berlangsung dari segala arah.
c. Adsorpsi
Zat-zat yang terdispersi dalam sistem koloid dapat memiliki sifat listrik pada
permukaannya. Sifat ini menimbulkan gaya an der aals bahkan ikatan valensi yang dapat
mengikat partikel-partikel zat asing. Gejala penempelan zat asing pada permukaan partikel
koloid disebut adsorpsi Zat-zat teradsorpsi dapat terikat kuat membentuk lapisan yang
tebalnya tidak lebih dari satu atau dua lapisan partikel.
Jika permukaan partikel koloid mengadsorpsi suatu anion maka koloid akan
bermuatan negatif. Jika permukaan partikel koloid mengadsorpsi suatu kation maka koloid
akan bermuatan positif. Jika yang diadsorpsi partikel netral, koloid akan bersifat netral.

Oleh karena kemampuan partikel koloid dapat mengadsorpsi.

d. Koagulasi
Koagulasi adalah penggumpalan partikel koloid dan membentuk endapan. Dengan
terjadinya koagulasi, berarti zat terdispersi tidak lagi membentuk koloid. Koagulasi dapat
terjadi secara fisik seperti pemanasan, pendinginan dan pengadukan atau secara kimia seperti
penambahan elektrolit, pencampuran koloid yang berbeda muatan.
e. Koloid Pelindung
Koloid pelindung ialah koloid yang mempunyai sifat dapat melindungi koloid lain
dari proses koagulasi.
f. Dialisis
Dialisis adalah suatu teknik pemurnian koloid yang didasarkan pada perbedaan
ukuran partikel-partikel koloid. Dialisis dilakukan dengan cara menempatkan dispersi koloid
dalam kantong yang terbuat dari membrane semipermeabel, seperti kertas selofan dan
perkamen.
Selanjutnya merendam kantong tersebut dalam air yang mengalir. Oleh karena ion-ion
atau molekul memiliki ukuran lebih kecil dari partikel koloid maka ion-ion tersebut dapat
pindah melalui membran dan keluar dari sistem koloid.

2.4. Kerangka Berfikir dalam Penurunan Hipotesis

Penerapan model pembelajaran quantum teaching merupakan salah satu wujud


aplikasi pembelajaran bermakna dalam mata pelajaran kimia. Melalui model pembelajaran
quantum teaching, siswa dilibatkan secara holistik baik aspek fisik, emosional, dan
intelektualnya. Disis lain, materi koloid memerlukan kokritisasi konsep-konsep koloid yang
masih bersifat abstrak. Dengan memadukan pemahaman secara fisik, dan intelektual dalam
menanalisis konsep yang konkrit untuk memunculkan konsep yang abstrak, diharapkan
tingkat pemahaman siswa akan dapat ditingkatkan.
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMAN 1 Merangin pada semester genap bulan Januari
sampai Maret 2015 dengan menyesuaikan jam pelajaran kimia kelas XI IPA SMAN 1
Merangin.

3.2. Subyek Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi subyek penelitian adalah siswa kelas XI
IPA 2 SMA Negeri 1 Merangin tahun ajaran 2015/2016 yang terdiri dari 30 siswa
dengan komposisi 10 laki-laki dan 20 perempuan.

3.3 Langkah-Langkah Penelitian


Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilakukan secara kolaboratif.
Penelitian tindakan dilakukan secara bersama antara pihak yang melakukan tindakan yakni
guru peneliti dan pihak yang mengamati proses jalannya tindakan yakni observer. Penelitian
ini lebih ideal karena pada pelaksanaan penilaian tindakan tidak dinilai oleh peneliti sendiri,
akan tetapi dinilai oleh observer dari teman sejawat, guru pamong dan dosen pembimbing.

Prosedur penelitian tindakan kelas ini merujuk pada model Kurt Lewin yang terdiri
atas beberapa siklus dan setiap siklus terdiri dari empat komponen pokok penelitian kelas
yakni:

1. Perencanaan (planning),

2. Tindakan (acting),

3. Pengamatan (observing), dan

4. Refleksi (reflecting).

Menurut Aqib (2007:21), model Kurt Lewin dapat diganbarkan sebagai berikut.
adapun kegiatan pada siklus pertama adalah :

3.3.1. Perencanaan Tindakan


Pada perencanaan ini materi yang kami bahas adalah mengenai sifat-sifat
koloid. Dimana pada materi ini siswa sulit memahami materi ini dan juga sulit mengerjakan
soal-soal mengenai dan membedakannya serta siswa tidak tertarik dalam mengikuti proses
pembelajaran dikelas mengenai koloid. Oleh karena itu dalam menyelesaikan permasalahan
tersebut digunakan model pembelajaran Quantum Teaching dimana diharapkan siswa dapat
termotivasi dan tertarik dalam mengikuti proses pembelajaran pada materi sifat-sifat koloid.
Dalam penggunaan model ini dibutuhkan media untuk menunjang proses
pembelajaran. Media tersebut diantaranya power point,buku penunjang,LCD
proyektor,laptop,internet,listrik dan diesel.
Materi Sifat-Sifat Koloid

Materi koloid merupakan bahagian dari materi mata pelajaran kimia pada kelas XI
IPA SMA. Dalam kehidupan sehari-hari kita sering bersinggungan dengan sistem koloid
sehingga sangat penting untuk dikaji. Sebagai contoh, hampir semua bahan pangan
mengandung partikel dengan ukuran koloid, seperti protein, karbohidrat, dan lemak. Emulsi
seperti susu juga termasuk koloid. Dalam bidang farmasi, kebanyakan produknya juga berupa
koloid, misalnya krim,dan salep yang termasuk emulsi.
Dalam industri cat, semen, dan industri karet untuk membuat ban semuanya
melibatkan sistem koloid. Semua bentuk seperti spray untuk serangga, cat, hair spray, dan
sebagainya adalah juga koloid. Dalam bidang pertanian, tanah juga dapat digolongkan
sebagai koloid. Jadi sistem koloid sangat berguna bagi kehidupan manusia.
Contoh larutan, koloid, dan suspensi
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering bersinggungan dengan sistem koloid
sehingga sangat penting untuk dikaji. Sebagai contoh, hampir semua bahan pangan
mengandung partikel dengan ukuran koloid, seperti protein, karbohidrat, dan lemak. Emulsi
seperti susu juga termasuk koloid. Dalam bidang farmasi, kebanyakan produknya juga berupa
koloid, misalnya krim, dan salep yang termasuk emulsi.
Dalam industri cat, semen, dan industri karet untuk membuat ban semuanya
melibatkan sistem koloid. Semua bentuk seperti spray untuk serangga, cat, hair spray, dan
sebagainya adalah juga koloid. Dalam bidang pertanian, tanah juga dapat digolongkan
sebagai koloid. Jadi sistem koloid sangat berguna bagi kehidupan manusia.
Contoh larutan, koloid, dan suspensi

Makna Koloid
Selama ini Anda memahami bahwa campuran ada dua macam, yaitu campuran
homogen (larutan sejati) dan campuran heterogen (suspensi). Di antara dua keadaan ini, ada
satu jenis campuran yang menyerupai larutan sejati, tetapi sifat-sifat yang dimilikinya
berbeda sehingga tidak dapat digolongkan sebagai larutan sejati maupun suspensi.
Berdasarkan ukuran partikel, sistem koloid berada di antara suspense kasar dan
larutan sejati. Ukuran partikel koloid lebih kecil dari suspense kasar sehingga tidak
membentuk fasa terpisah, tetapi tidak cukup kecil jika dibandingkan larutan sejati. Dalam
larutan sejati, molekul, atom, atau ion terlarut secara homogen di dalam pelarut. Dalam
sistem koloid, partikel-partikel koloid terdispersi secara homogen dalam mediumnya. Oleh
karena itu, partikel koloid disebut sebagai fasa terdispersi dan mediumnya disebut sebagai
medium pendispersi.

Penggolongan Koloid
Sama seperti larutan sejati, dalam sistem koloid zat terdispersi maupun pendispersi
dapat berupa gas, cairan, maupun padatan. Oleh sebab itu, ada delapan macam sistem koloid
seperti disajikan pada tabel berikut.

Jika ditinjau dari tabel tersebut maka sistem koloid mencakup hampir semua materi baik
yang dihasilkan dari proses alam maupun yang dikembangkan oleh manusia.
a. Koloid Liofil dan Liofob
Berdasarkan tingkat kestabilannya, koloid dapat digolongkan menjadi dua macam,
yaitu koloid liofob dan liofil. Koloid liofob memiliki kestabilan rendah, sedangkan koloid
liofil memiliki kestabilan tinggi.
Liofob berasal dari bahasa Latin yang artinya menolak pelarut, sedangkan liofil
berarti menyukai pelarut. Jika medium pendispersi dalam koloid adalah air maka digunakan
istilah hidrofob dan hidrofil sebagai pengganti liofob dan liofil.
Koloid hidrofil relatif stabil dan mudah dibuat, misalnya dengan cara pelarutan. Gelatin,
albumin telur, dan gom arab terbentuk dari dehidrasi (penghilangan air) koloid hidrofil.
Dengan menambahkan medium pendispersi, gelatin dapat terbentuk kembali menjadi koloid
sebab prosesnya dapat balik (reversible). Koloid hidrofob umumnya kurang stabil dan
cenderung mudah mengendap. Waktu yang diperlukan untuk mengendap sangat beragam
bergantung pada kemampuan agregat (mengumpul) dari koloid tersebut. Lumpur adalah
koloid jenis hidrofob. Lumpur akan mengendap dalam waktu relatif singkat. Namun, ada juga
koloid hidrofob yang berumur panjang, misalnya sol emas. Sol emas dalam medium air dapat
bertahan sangat lama. Sol emas yang dibuat oleh Michael Faraday pada 1857 sampai saat ini
masih berupa sol emas dan disimpan di museum London.
Koloid hidrofob bersifat tidak dapat balik (irreversible). Jika koloid hidrofob
mengalami dehidrasi (kehilangan air), koloid tersebut tidak dapat kembali ke keadaan semula
walaupun ditambahkan air. Sejumlah kecil gelatin atau koloid hidrofil sering ditambahkan ke
dalam sol logam yang bertujuan untuk melindungi atau menstabilkan koloid logam tersebut.
Koloid hidrofil yang dapat menstabilkan koloid hidrofob disebut koloid protektif atau koloid
pelindung. Koloid protektif bertindak melindungi muatan partikel koloid dengan cara
melapisinya agar terhindar dari koagulasi. Protein kasein bertindak sebagai koloid protektif
dalam air susu. Gelatin digunakan sebagai koloid pelindung dalam es krim untuk menjaga
agar tidak membentuk es batu.
b. Jelifikasi (Gelatinasi)
Pada kondisi tertentu, sol dari koloid liofil dapat mengalami pemekatan dan berubah
menjadi material dengan massa lebih rapat, disebut jeli. Proses pembentukan jeli disebut
jelifikasi atau gelatinasi. Contoh dari proses ini, yaitu pada pembuatan kue dari bahan agar-
agar, kanji, atau silikagel.
Pembentukan jeli terjadi akibat molekul-molekul bergabung membentuk rantai panjang.
Rantai ini menyebabkan terbentuknya ruang-ruang kosong yang dapat diisi oleh cairan atau
medium pendispersi sehingga cairan terjebak dalam jaringan rantai. eristiwa medium
pendispersi terjebak di antara jaringan rantai pada jeli ini dinamakan swelling. Pembentukan
jeli bergantung pada suhu dan konsentrasi zat. Pada suhu tinggi, agar-agar sukar mengeras,
sedangkan pada suhu rendah akan memadat. Pembentukan jeli juga menuntut konsentrasi
tinggi agar seluruh pelarut dapat terjebak dalam jaringan.
Kepadatan jeli bergantung pada zat yang didispersikan. Silikagel yang mengandung
medium air sekitar 95% membentuk cairan kental seperti lendir. Jika kandungan airnya lebih
rendah sekitar 90% maka akan lebih padat dan dapat dipotong dengan pisau.
Jika jeli dibiarkan, volumenya akan berkurang akibat cairannya keluar. Gejala ini
dinamakan sinersis. Peristiwa sinersis dapat diamati pada agar-agar yang dibiarkan lama. Jeli
dapat dikeringkan sampai kerangkanya keras dan dapat membentuk kristal padat atau serbuk.
Jeli seperti ini mengandung banyak pori dan memiliki kemampuan mengabsorpsi zat lain.
Silikagel dibuat dengan cara dikeringkan sampai mengkristal. Silikagel digunakan
sebagai pengering udara, seperti pada makanan kaleng, alat-alat elektronik, dan yang lainnya.
Untuk memahami jeli, Anda dapat melakukan kegiatan berikut.

Sifat-Sifat Koloid
a. Efek Tyndall
Efek Tyndall ialah gejala penghamburan berkas sinar (cahaya) oleh partikel-partikel
koloid. Hal ini disebabkan karena ukuran molekul koloid yang cukup besar. Efek Tyndall
merupakan satu bentuk sifat optik yang dimiliki oleh sistem koloid. Pada tahun 1869, Tyndall
menemukan bahwa apabila suatu berkas cahaya dilewatkan pada sistem koloid maka
berkas cahaya tadi akan tampak. Tetapi apabila berkas cahaya yang sama dilewatkan pada
dilewatkan pada larutan sejati, berkas cahayatadi tidak akan tampak. Singkat kata efek
Tyndall merupakan efek penghamburan cahaya oleh sistem koloid. Pengamatan mengenai
efek Tyndall dapat dilihat pada gambar Efek Tyndall Koloid Hamburan cahaya oleh koloid.
b. Gerak Brown
Gerak Brown ialah gerakan partikel-partikel koloid yang senantiasa bergerak lurus
tapi tidak menentu (gerak acak/tidak beraturan). Jika kita amati koloid dibawah mikroskop
ultra, maka kita akan melihat bahwa partikelpartikel tersebut akan bergerak membentuk
zigzag.
Pergerakan zigzag ini dinamakan gerak Brown. Partikelpartikel suatu zat senantiasa
bergerak. Gerakan tersebut dapat bersifat acak seperti pada zat cair dan gas ( dinamakan
gerak Brown), sedangkan pada zat padat hanya beroszillasi di tempat (tidak termasuk gerak
Brown). Untuk koloid dengan medium pendispersi zat cair atau gas, pergerakan partikel-
partikel akan menghasilkan tumbukan dengan partikel-partikel koloid itu sendiri. Tumbukan
tersebut berlangsung dari segala arah.
c. Adsorpsi
Zat-zat yang terdispersi dalam sistem koloid dapat memiliki sifat listrik pada
permukaannya. Sifat ini menimbulkan gaya an der aals bahkan ikatan valensi yang dapat
mengikat partikel-partikel zat asing. Gejala penempelan zat asing pada permukaan partikel
koloid disebut adsorpsi Zat-zat teradsorpsi dapat terikat kuat membentuk lapisan yang
tebalnya tidak lebih dari satu atau dua lapisan partikel.
Jika permukaan partikel koloid mengadsorpsi suatu anion maka koloid akan
bermuatan negatif. Jika permukaan partikel koloid mengadsorpsi suatu kation maka koloid
akan bermuatan positif. Jika yang diadsorpsi partikel netral, koloid akan bersifat netral.
Oleh karena kemampuan partikel koloid dapat mengadsorpsi.
d. Koagulasi
Koagulasi adalah penggumpalan partikel koloid dan membentuk endapan. Dengan
terjadinya koagulasi, berarti zat terdispersi tidak lagi membentuk koloid. Koagulasi dapat
terjadi secara fisik seperti pemanasan, pendinginan dan pengadukan atau secara kimia seperti
penambahan elektrolit, pencampuran koloid yang berbeda muatan.
e. Koloid Pelindung
Koloid pelindung ialah koloid yang mempunyai sifat dapat melindungi koloid lain
dari proses koagulasi.
f. Dialisis
Dialisis adalah suatu teknik pemurnian koloid yang didasarkan pada perbedaan
ukuran partikel-partikel koloid. Dialisis dilakukan dengan cara menempatkan dispersi koloid
dalam kantong yang terbuat dari membrane semipermeabel, seperti kertas selofan dan
perkamen.
Selanjutnya merendam kantong tersebut dalam air yang mengalir. Oleh karena ion-ion
atau molekul memiliki ukuran lebih kecil dari partikel koloid maka ion-ion tersebut dapat
pindah melalui membran dan keluar dari sistem koloid.

Model yang digunakan : Quantum Teaching

Quantum adalah interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya. Quantum teaching
dengan demikian adalah orkestrasi bermacam-macam interaksi yang ada di dalam dan di
sekitar momen belajar. Semua unsur yang menopang kesuksesan belajar harus diramu
menjadi sebuah akumulasi yang benar-benar menciptakan suasana belajar.

Secara aplikatif, pembelajaran quantum teaching berasaskan sistem TANDUR, yakni:


Jika dicermati, model pembelajaran quantum teaching bertalian erat dengan teori belajar
behavioristik dan teori perkembangannya Piaget. Pandangan behaviouristik, yang melahirkan
teori belajar koneksionisme dan teori belajar kondisioning. Teori belajar koneksionisme
dengan tokohnya Thorndike berpendapat bahwa belajar merupakan proses pembentukan
koneksi-koneksi antara stimulus dan respon. Bilamana terjadi koneksi antara R - S dan diikuti
dengan keadaan yang memuaskan, maka koneksi itu menjadi lebih kuat. Sebaliknya bila
koneksi, diikuti dengan keadaan yang tidak memuaskan, maka kekuatan koneksi akan
menjadi berkurang (Hilgard dan Bower dalam TIM MKDK IKIP Semarang, 1990:110).

Hal lain yang mendasari pentingnya penerapan model pembelajaran Quantum


Teaching adalah paradigma pembelajaran efektif yang , yakni: belajar mengetahui (learning
to know), belajar bekerja (learning to do), belajar hidup bersama (learning to live together),
dan belajar menjadi diri sendiri (learning to be) (Depdiknas, 2001:5).
SILABUS MATA PELAJARAN KIMIA
(Peminatan Bidang MIPA)
Satuan Pendidikan : SMA
Kelas : XI
Kompetensi Inti
KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
KI 2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli
(gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan proaktif, dan
menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam
menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia
KI 3 : Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual,
konseptual,prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian,
serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai
dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah
KI 4 : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait
dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak
secara efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan
Materi
Kompetensi Dasar Pembelajaran Penilaian Alokasi Waktu
Pokok
1.1 Menyadari adanya keteraturan  Faktor- Orientasi siswa Tugas 3 mgg x 4 jp
dari sifat hidrokarbon, faktor pada masalah  Merancang percobaan
termokimia, laju reaksi, penentu  Mencariinformasi faktor-faktor yang
kesetimbangan kimia, larutan dan laju reaksi dengancaramemb mempengaruhi laju
koloid sebagai wujud kebesaran aca/ melihat/ reaksi
Tuhan YME dan pengetahuan mengamatireaksi
tentang adanya keteraturan yang berjalan Observasi
tersebut sebagai hasil pemikiran sangat cepat dan  Sikap ilmiah dalam
kreatif manusia yang reaksi yang melakukan percobaan
kebenarannya bersifat tentatif. berjalan sangat dan presentasi,
lambat. misalnya: melihat
 Mengajukan skala volume
pertanyaan terkait dan suhu,cara
hasil observasi menggunakan pipet,
mengapa ada cara menimbang,
reaksi yang keaktifan, kerja sama,
lambat dan reaksi komunikatif,
yang cepat tanggungjawab, dan
Mengorganisasikan peduli lingkungan,
siswa untuk belajar dsb)
 Mendiskusikan
pengertian laju Portofolio
reaksi  Laporan percobaan
 Mendiskusikan
faktor-faktor yang Tes tertulis uraian
mempengaruhi  Menganalsis data hasil
laju reaksi percobaan faktor-
 Merancang dan faktor yang
mempresentasikan mempengaruhi laju
hasil rancangan reaksi
faktor-faktor yang  Membuat grafik laju
mempengaruhi reaksi berdasarkan
laju reaksi data
(ukuran,  Menganalisis data
konsentrasi, suhu hasil percobaan untuk
dan katalis) untuk menentukan orde
menyamakan reaksi dan persamaan
persepsi laju reaksi
 Melakukan
percobaan faktor
luas permukaan
yang
mempengaruhi
laju reaksi.
 Mengamati dan
mencatat data
hasil percobaan
Membimbing
penyelidikan
individu maupun
kelompok

 Mengolah dan
menganalisis data
hasil percobaan
faktor luas
permukaan yang
mempengaruhi
laju reaksi.
Mengembangkan
dan menyajikan
hasil karya
 Membuat laporan
hasil percobaan
dengan
menggunakan tata
bahasa yang
benar.
 Mempresentasika
n hasil
percobaandengan
benar.
Menganalisis dan
mengevaluasi
proses pemecahan
masalah
 Membuat
kesimpulan dari
hasil percobaan
dengan
menggunakan tata
bahasa yang
benar.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP)
Mata Pelajaran : Kimia
Kelas / Semester : XI (sebelas)
Alokasi Waktu : 180 menit ( 4 jam pelajaran)
Materi : Sifat- Sifat Koloid
I. Standar Kompetensi
Menjelaskan sistem dan sifat koloid serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
II. Kompetensi Dasar
1. Membuat berbagai sistem koloid dengan bahan-bahan yang ada di sekitarnya.
2. Mengelompokkan sifat-sifat koloid dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
III. Indikator
1. Memahami perbedaan antara larutan, suspense, dan koloid.
2. Memahami makna koloid
3. Mengetahui jenis-jenis koloid
4. Memahami sifat-sifat koloid
5. Memahami kestabilan koloid
IV. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa dapat mengetahui perbedaan antara larutan, suspense, dan koloid
2. Siswa dapat memahami makna koloid
3. Siswa dapat mengetahui jenis-jenis koloid
4. Siswa dapat memahami sifat-sifat koloid
5. Siswa dapat menjelaskan kestabilan koloid
V. Materi Pelajaran
Materi (terlampir)
Pertemuan I
1. Pengertian koloid
2. Pengolongan koloid
3. Sifat-sifat koloid
Pertemuan II
1. Sifat-sifat koloid
2. Kestabilan koloid
VI. Alat dan Sumber Belajar
Sumber belajar
Buku Kimia SMA/MA kelas XI BSE dan buku lain yang relevan
LKS
Internet
Alat belajar
Proyektor slide, komputer
Beberapa alat praktikum (gelas kimia, spatula)
VII. Metode Pembelajaran
Ceramah
Diskusi
Ekspositori
Demonstrasi
Praktikum
VIII. Kegiatan Pembelajaran

(Skenario terlampir)

IX. Penilaian
Teknik : Postest
Bentuk Instrumen : PG, Essay

Soal-Soal Instrumen ( terlampir )


SKENARIO PEMBELAJARAN

SKENARIO PEMBELAJARAN
PERTEMUAN 1
Alokasi Waktu : 90 menit
Tahap Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran
Pendahuluan
( 10 menit)
1. Salam
2. Berdoa
3. Mengecek daftar hadir
4. Apersepsi
Inti
( 60 menit )
A. Eksplorasi
Guru membimbing peserta didik dalam
pembentukan kelompok
B. Elaborasi
Guru memberikan fenomena berupa contoh dari
koloid (mendemonstrasikan contoh koloid)
Peserta didik (dibimbing guru) mendiskusikan :
- Pengertian larutan dan suspensi
- Pengertian koloid
- Contoh koloid
Perwakilan dari tiap kelopok contoh koloid
Setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi
secara klasikal
Guru menanggapi hasil diskusi dan memberikan
informasi yang sebenarnya
Guru menyampaikan materi mengenai
penggolongan koloid
Mendiskusikan sifat-sifat koloid (sebagian)
C. Konfirmasi
Beberapa peserta didik diminta untuk
Tahap Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran
menyimpulkan materi pelajaran yang telah
diterimanya
Penutup
( 20 menit )
Guru menyebutkan kembali materi yang telah
dipelajari
Guru menyebutkan materi yang akan dipelajari pada
pertemuan berikutnya
Guru memberikan tugas untuk melakukan
percobaan pembuatan jel
Guru memberikan penghargaan kepada kelompok
yang memiliki kinerja terbaik
Doa
Salam
PERTEMUAN 2
Alokasi Waktu : 90 menit
Tahap Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran
Pendahuluan
(10 menit)
1. Salam
2. Doa
3. Mengecek daftar hadir
4. Motivasi
Inti
(65 menit)
A. Eksplorasi
Guru meminta salah satu peserta didik untuk
mereview pelajaran pada pertemuan sebelumnya
Guru meminta beberapa peserta didik untuk
mengungkapkan tugas yang telah diberikan
mengenai pembuatan jel
Guru menampilkan video mengenai macam-macam
sifat koloid
B. Elaborasi
Guru meminta peserta didik untuk memberikan
komentar terhadap video yang telah ditayangkan
Peserta didik memperhatikan penjelasan guru
mengenai sifat-sifat koloid
Guru meminta beberapa peserta didik untuk
menjelaskna sifat koloid
Siswa mendiskusikan kestabilan koloid
Guru menanggapi dan menjelaskan mengenai
kestabilan koloid
C. Konfirmasi
Peserta didik menyebutkan kembali sifat-sifat koloid
Guru meminta salah satu siswa untuk menjelaskan
kestabilan koloid
Penutup
(15 menit)
Guru mempersilahkan siswa untuk bertanya
Guru meminta laporan hasil percobaan tugas
sebelumnya
Guru menyebutkan materi yang akan dipelajari pada
pertemuan selanjutnya
Guru memberikan tugas untuk mempelajari lembar
kerja siswa
Salam

Merangin, Januari 2015


Guru kimia Peneliti,

Kartini, S.Pd Mila Fizialanita


NIM. 0610101001
3.3.2. Pelaksanaan Tindakan
Pada pelaksanaan tindakan, tindakan ini dilakukan sesuai dengan RPP yang telah
dibuat pada tahap perencanaan. Pada 10 menit pertamahal yang dilakukanadalah guru
membuka kegiatan pembelajaran dan memeriksa kehadiran siswanya.Setelah itu guru
memberikan pretest.Selanjutnya guru menyampaikan topic, indikator, dan tujuan
pembelajaran. Guru menjelaskan prosedur percobaan dan memberikan kesempatan kepada
siswa untuk bertanya. Pada 10 menit kedua,guru membagi siswa menjadi enam
kelompok.Setiap kelompok terdiri dari enam sampai tujuh orang.
Pada 30 menitselanjutnya, guru mengamati dan membimbing siswa dalam melakukan
percobaan .Setelah itu, guru mengarahkan siswa untuk teliti dalam melakukan percobaan.
Guru memantau siswa dalam melakukan percobaan. Serta guru mendorong siswa dalam
mengorganisasikan data pengamatan. Pada 30 menit kedua, guru meminta siswa untuk
mempersentasikan hasil pengamatan di depan kelas. Pada 10 menit terakhir meminta siswa
untuk menarik kesimpulan, dan pada tahap akhir guru memberikan post test..

3.3.3. Pengamatan/ Pengumpulan Data


LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS SISWA

(Siklus....Tindakan...)

Hari/Tanggal : waktu :

n Aktivitas siswa Skor Nilai


o
1 2 3
1. Mempersiapkan buku catatan dan
buku pelajaran.
2. Menduduki atau menempati tempat
yang telah ditetapkan.
3. Mengikuti dengan seksama segala
sesuatu yang sedang disampaikan
4. Siswa menyimak pertanyaan atau
isu yang terkait dengan pelajaran.
5. Siswa dianjurkan untuk bersikap
kritis dalam menyimak pertanyaan
– pertanyaan atau menjawab
pertanyaan – pertanyaan yang
diajukan guru.
6. Memperhatikan dengan sungguh –
sungguh, mencatatnya.
7. Melakukan diskusi aktif dengan
pasangannya
8. Mencoba mengemukakan pendapat
sendiri mengenai apa yang
difikirkannya juga mencatat segala
sesuatu dalam diskusi.
9. Siswa saling berbagi dan
bekerjasama dengan pasangannya.
10. Siswa berani dan aktif dalam
mengemukakan pendapatnya.
11. Siswa dalam kelompoknya haruslah
beranggapan bahwa mereka
“sehidup sepenanggungan
bersama”
12. Siswa bertanggung jawab atas
segala sesuatu didalam
kelompoknya, seperti milik mereka
sendiri.
13. Siswa haruslah melihat bahwa
semua anggota di dalam
kelompoknya memiliki tujuan yang
sama.
14. Siswa haruslah membagi tugas dan
tanggung jawab yang sama diantara
anggota kelompoknya.
15. Siswa akan dikenakan evaluasi atau
diberikan hadiah/ penghargaan
yang juga akan dikenakan untuk
semua anggota kelompok.
16. Siswa berbagi kepemimpinan dan
mereka membutuhkan ketrampilan
untuk belajar bersama dalam proses
belajarnya.
17. Siswa akan diminta
mempertanggung jawabkan secara
individual materi yang ditangani
dalam kelompok kooperatif
Jumlah
Rata – rata

Merangin, Januari 2015

Observer

Keterangan :

0-1 = tidak baik (TB)

1,1-2 =kurang baik ((KB)

2,1-3 = baik (B)


LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS GURU

(Siklus.....Tindakan.....)

Hari/Tanggal : Waktu :

N Aktivitas Guru Skore Nilai


o 1 2 3
1 Pendahuluan (Kegiatan Awal)
. a. Guru membuka pelajaran
b. Guru mengkondisikan kelas dan
siswa pada situasi belajar yang
kondusif
c. Guru mengadakan apersepsi, sebagai
penggaliaan pengetahuan awal siswa
terhadap materi yang akan diajarkan
d. Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran
2 Kegiatan inti
. e. Guru mengajukan pertanyaan atau
isu yang terkait dengan pelajaran dan
siswa diberi waktu untuk
memikirkan pertanyaan tersebut
secara mandiri
f. Guru meminta para siswa untuk
berpasangan dan mendiskusikan
mengenai apa yang telah difikirkan
g. Guru meminta pasang – pasangan
tersebut untuk berbagi atau
bekerjasama dengan kelas secara
keseluruhan mengenai apa yang telah
mereka bicarakan
h. Menugaskan pasangan yang tidak
sedang melaporkan untuk
menanggapi dengan bertanya dan
memberi komentar
i. Merefleksikan dengan menugaskan
siswa untuk mengaitkan
pembelajaran dalam kehidupan
sehari – hari
3 Penutup (Kegiatan Akhir)
. j. Membimbing siswa untuk
menyimpulkan pembelajaran.
k. Tindak lanjut dan memberi PR
Jumlah
Rata – rata
Keterangan :

0-1 =tidak baik (TB) Merangin,..............2015

1,1-2 =kurang baik ((KB) Observer,

2,1-3 = baik (B)


3.3.4. Evaluasi
Di dalam evaluasi ini, yang akan kita evaluasi adalah lembar observasi guru dan
lembar observasi siswa.

3.3.5. Analisis
Pada tahap ini yang akan dianalaisis adalah lembar dari hasil evaluasi lembar
observasi guru dan lembar observasi siswa.

3.3.6. Refleksi
Setelah mengkaji hasil belajar koloid siswa dan hasil pengamatan aktivitas guru, serta
menyesuaikan dengan ketercapaian indikator kinerja maka peneliti melakukan refleksi dan
menyusun rekomendasi untuk siklus berikutnya.

3.4. Alat Pengumpulan Data


Cara pengambilan data dalam penelitian ini antara lain, sebagai berikut:

1. Observasi partisipatif

Dilakukan bersamaan dengan implementasi tindakan. Fokus observasi aktivitas-


aktivitas siswa yang meliputi kuantitas (hasil belajar) dan kemampuan bertanya atau
menjawab pertanyaan.

2. Angket

Angket diberikan untuk memperoleh data respon siswa berupa tanggapan siswa
terhadap kegiatan pembelajaran dengan menjawab sesuai kriteria yang disediakan, yaitu
senang atau tidak senang, mudah atau tidak mudah, paham atau tidak paham.

3. Tes

Pemberian tes dilakukan dua kali sebelum dan sesudah pembelajaran. Penilaian ini
digunakan untuk menentukan efektifitas model pembelajaran terhadap pencapaian tujuan
pembelajaran, yaitu dengan menggunakan tes hasil belajar.
3.5. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini data yang dianalisis adalah data hasil belajar siswa pada subtopik
faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi. Data hasil belajar dianalisis dengan
menghitung persentase siswa yang mempunyai nilai di atas KKM. Indikator keberhasilan
penelitian ini adalah sebanyak 70% siswa mempunyai nilai hasil belajar di atas KKM.
Teknik analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
 Data Observasi
Data obsevasi ini di ambil melalui pengamatan yang dilakukan oleh kolaborator
sebagai observer, yang dilakukan pada saat berlangsungnya kegiatan pembelajaran di
kelas. Pengolahannya dengan menggunakan rumus :
𝐴
𝑥 100%
𝐵
Dimana A = Jumlah siswa yang aktif
B = Jumlah siswa keseluruhan
 Data Angket
Menganalisis data hasil angket dengan menggunakan rumus sebagai berikut.
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝑟𝑒𝑠𝑝𝑜𝑛𝑑𝑒𝑛𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙
𝑥 100%
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑟𝑒𝑠𝑝𝑜𝑛𝑑𝑒𝑛
 Data Tes Hasil Belajar
Peneliti menentukan nilai setiap siswa dari hasil pretes dan postes masing-masing
siklus dengan pemberian nilai skala 100, dimana KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal)
untuk pelajaran Kimia adalah 70. Kemudian menentukan banyaknya siswa yang
mendapat nilai diatas atau sama dengan 70 (siswa yang sudah tuntas). Banyaknya
siswa yang mendapat nilai ≥ 70 di hitung prosentasenya dengan menggunakan rumus
:
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎𝑦𝑎𝑛𝑔𝑡𝑢𝑛𝑡𝑎𝑠
𝑥 100%
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎
Sementara skor nilai rata-rata diperoleh dengan cara menjumlahkan skor nilai seluruh
siswa dibagi dengan jumlah siswa.
 Data Jurnal Harian
Peneliti sebagai orang yang terlibat secara aktif dalam pelaksanaan tindakan, dan juga
guru lain sebagai observer menyimpulkan dan mendeskripsikan kejadian selama
penelitian berlangsung baik pada siklus I maupun siklus II.
DAFTAR PUSTAKA
Agus Suprijono. 2009. Cooperative Learning, Teori dan Aplikasi PAIKEM. Surabaya:
Pustaka Pelajar
Hamzah B. Uno. 2006. Teori Motivasi dan Pengukurannya: Analisis di Bidang
Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Nana Sutresna. 2007. Cerdas Belajar Kimia untuk kelas XI. Bandung: Grafindo Media
Pratama
Oemar Hamalik. 2001. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem.
Jakarta: Bumi Aksara
Oemar Hamalik. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana
UnggulSudarmo.2013.Kimia untuk SMA Kelas XI.Jakarta : Erlangga

You might also like