Professional Documents
Culture Documents
TINJAUAN PUSTAKA
Antikonvulsan
a. Pemberian obat antikonvulsan intermiten
Yang dimaksud dengan obat antikonvulsan intermiten adalah obat antikonvulsan yang
diberikan hanya pada saat demam. Profilaksis intermiten diberikan pada kejang demam dengan
salah satu faktor risiko di bawah ini:
• Kelainan neurologis berat, misalnya palsi serebral
• Berulang 4 kali atau lebih dalam setahun
• Usia <6 bulan
• Bila kejang terjadi pada suhu tubuh kurang dari 39 derajat Celsius
• Apabila pada episode kejang demam sebelumnya, suhu tubuh meningkat dengan cepat.
Obat yang digunakan adalah diazepam oral 0,3 mg/kg/kali per oral atau rektal 0,5
mg/kg/kali (5 mg untuk berat badan <12 kg dan 10 mg untuk berat badan >12 kg), sebanyak 3
kali sehari, dengan dosis maksimum diazepam 7,5 mg/kali. Diazepam intermiten diberikan
selama 48 jam pertama demam. Perlu diinformasikan pada orangtua bahwa dosis tersebut cukup
tinggi dan dapat menyebabkan ataksia, iritabilitas, serta sedasi.
2.2 Faringitis
2.2.1 Defenisi Faringitis[8]
Faringitis merupakan peradangan akut membrane mukosa faring dan struktur lain
disekitarnya. Karena letaknya sangat dekat dengan hidung dan tonsil, jarang terjadi hanya infeksi
lokal faring atau tonsil. Oleh karena itu, pengertian faring secara luas mencakup tonsillitis,
nasofaringitis dan tonsilofaringitis. Infeksi pada daerah faring dan sekitarnya ditandai dengan
keluhan nyeri tenggorokan.
2.2.3 Patogenesis[8]
Bakteri maupun virus dapat secara langsung menginfasi mukosa faring yang kemudian
menyebabkan respon peradangan lokal. Rinovirus menyebabkan iritasi mukosa faring sekunder
akibat sekresi nasal. Sebagian besar peradangan melibatkan nasofaring, uvula dan palatum mole.
Perjalanan penyakitnya adalah terjadi inokulasi dari agen infeksius di faring yang menyebabkan
peradangan loka, sehingga menyebabkan eritema faring, tonsil, atau keduanya. Infeksi
strepthococcus ditandai dengan infeksi lokal serta pelepasan toksin ekstraseluler dan protease.
Transmisi dari virus yang khusus dan SBHGA terutama terjadi akibat kontak tangan dan sekret
hidung dibandingkan dengan kontak oral. Gejala akan tampak setelah masa inkubasi yang
pendek yaitu 24-27 jam.
2.2.5 Penatalaksanaan[8]
Pemberian antibiotic pada faringitis harus berdasarkan gejala klinis dan hasil kultur
positif pada pemeriksaan usapan. Antibiotic pilihan pada faringitis akut streptococcus grup A
adalah penicillin P oral 15-30 mg/Kg/hari dibagi 3 dosis selama 10 hari atau benzatin penicillin
G i.m dosis tunggal dengan dosis 600000 IU (BB<30 Kg) dan 1200000 IU (BB>30Kg).
Amoxicilin dapat digunakan sebagai pengganti penicillin pada anak yang lebih kecil
karena selain efeknya yang sama amoxicillin juga memiliki rasa yang lebih enak. Amoxicillin
dengan dosis 50mg/KgBB/hari dibagi dua selama 6 hari, efektifitasnya sama dengan penicillin P
oral selama 10 hari. Unruk anak yang alergi penicillin dapat diberikan eritromisin etil suksinat 40
mg/KgBB/hari, eritromisin estolat 20-40mg/kgBB/hari dengan pemberian 2,3, atau 4 kali perhari
selama 10 hari atau dapat juga diberikan golongan makrolida baru seperti azitromisin dengan
dosis tunggal 10mg/kgBB/hari selama 3 hari berturut-turut. Antibiotik golongan sefalosporin
generasi 1 dan 2 dapat juga memberikan efek yang sama, tetapi pemakaiannya tidak dianjurkan,
karena selain mahal resiko resistensinya juga lebih besar.
1. Arief, Rifqi Fadly. Penatalaksanaan Kejang Demam. CDK-232/ vol. 42 no. 9, th. 2015 :
Kalbemed
4. Gunawan, W., Kari, Komang., Soetjiningsih (2008, July). Knowledge, attitude,and practices
of parents with children of first time and reccurent febrileseizure.Pediatrica Indonesiana, 48.
193-198
6. Dasmayanti, Yulia dkk.. 2015. Hubungan Kadar Hemoglobin dengan Kejang Demam pada
Anak Usia Balita, Vol. 16, No. 5, Februari 2015 : 351-5 : Sari Pediatri
8. IDAI. 2008.Buku Ajar Respirologi Anak Edisi Pertama. Jakarta : Ikatan Dokter Anak
Indonesia
9. Bina Kefarmasian Dan Alat Kesehatan.2005. Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Infeksi
Saluran Pernapasan. Jakarta : Depertemen Kesehatan RI