Professional Documents
Culture Documents
Trianik Widyaningrum
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Ahmad Dahlan
trianik.widyaningrum@pbio.uad.ac.id
ABSTRAK
1. PENDAHULUAN online.com,2008).
Mangga merupakan salah satu
Indonesia berpotensi sebagai jenis buah yang mempunyai sumber
produsen bioetanol terbesar di dunia, vitamin dan mineral yang banyak
menurut Yudiarto, (http//www.trubus- terdapat di Indonesia. Selain dapat
online.com, 2008). Etanol hasil dikonsumsi sebagai buah segar, mangga
fermentasi dari ragi dapat digunakan di juga dapat diolah menjadi berbagai
bidang industri sebagai sumber bahan macam makanan dan minuman,
bakar, penerangan atau pembangkitan seperti sirup mangga, puding mangga,
tenaga, selain itu sebagai pelarut bahan maupun buah kaleng segar. Pada
kimia, obat-obatan, deterjen, oli, dan umumnya bagian mangga yang sering
lilin. Penggunaan lainnya yaitu di dikonsumsi adalah buahnya saja
bidang kedokteran, laboratorium, dan sedangkan kulitnya hanya dibuang
keperluan rumah tangga (Narita, 2005). sebagai sampah padahal kulit mangga
Periset di Balai Besar Teknologi mempunyai struktur yang cukup baik
Pati menyebutkan bahwa ada 3 dan mempunyai manfaat seperti pada
kelompok tanaman sumber bioetanol bagian dagingnya. Pada buah – buahan
yaitu tanaman yang mengandung pati ini umumnya mengandung senyawa-
seperti gandum, tanaman yang bergula senyawa pektin yang terdapat pada
seperti tebu dan tanaman yang bagian yang dianggap sebagai sampah
berselulosa seperti Mangga (Mangifera yaitu pada bagian kulitnya.
indica) (http//www.trubus- Pektin merupakan polisakarida
1239
THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta
1240
THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta
1241
THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta
1242
THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta
1243
THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta
1244
THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta
pendapat Madigan (2012) yaitu bahwa dengan adanya peningkatan dosis ragi dan
semakin lama waktu fermentasi maka waktu fermentasi terdapat peningkatan
kadar etanol yang dihasilkan semakin dosis bioetanol kulit mangga karena pada
banyak, dan selanjutnya ragi saat fermentasi, botol fermentor
(Saccharomyces cerevisiae) mengalami ditempatkan pada suhu ruang yang optimal.
fase pertumbuhan diperlambat dan Suhu mikroba untuk tumbuh yaitu sekitar
mengalami fase kematian sehingga 25 oC, suhu fermentasi mempengaruhi
aktivitas ragi untuk mengubah glukosa lama fermentasi karena pertumbuhan
semakin menurun. Selain itu, etanol yang mikroba dipengaruhi suhu lingkungan
dihasilkan telah diubah menjadi asam fermentasi. Mikroba memiliki kriteria
asetat oleh ragi sehingga dosis etanol yang pertumbuhan yang berbeda‐beda. Menurut
dihasilkan mengalami penurunan. Fardiaz, (1992) dalam Azizah (2012),
Pengukuran pH dilakukan setelah substrat Saccharomyces cerevisiae memiliki kisaran
dimasukkan ke dalam botol fermentor suhu pertumbuhan antara 20 ‐ 30°C.
sebelum proses fermentasi. Hasil
pengukuran pH sebelum proses fermentasi 4. KESIMPULAN DAN SARAN
menunjukkan kondisi pH 5-7 tetapi setelah Berdasarkan penelitian Pengaruh Dosis
dilakukan proses fermentasi kondisi pH Ragi Dan Waktu Fermentasi Terhadap
mulai menurun. Pada fermentasi 48 jam Kadar Bioetanol kulit mangga dapat
menunjukkan pH 4 hal ini sesuai dengan dirumuskan kesimpulan sebagai berikut:
pendapat Azizah (2012), bahwa 1. Dosis ragi dan waktu fermentasi
pertumbuhan mikroba optimal pada kondisi berpengaruh terhadap kadar
pH kisaran antara 3,5-6,5 sedangkan pada bioetanol kulit mangga.
kondisi basa tidak akan tumbuh. 2. Dosis ragi dan waktu fermentasi
Lingkungan yang terlalu asam atau basa yang paling optimum dalam
membuat mikroorganisme sulit untuk menghasilkan kadar bioetanol kulit
beradaptasi. Selama fermentasi perubahan mangga adalah dosis 0,50 gram
pH dapat disebabkan oleh hasil fermentasi dengan waktu fermentasi 4 hari (96
yang merupakan asam atau basa yang jam).
dihasilkan selama pertumbuhan Sebagai tindak lanjut hasil penelitian
mikroorganisme dan komponen organik dapat dirumuskan saran yaitu perlu adanya
dalam medium (Keenan dkk, (1990) dalam penyampaian informasi kepada masyarakat
(Rahmawati, 2010)). Kecenderungan media tentang pemanfaatan kulit mangga yang
fermentasi semakin asam disebabkan dapat dijadikan sebagai bahan dasar
amonia yang digunakan sel khamir sebagai pembuatan bioetanol dan perlu dilakukan
sumber nitrogen diubah menjadi NH4+. penelitian lebih lanjut mengenai pembuatan
Molekul NH4+ akan menggabungkan diri bioetanol berbahan dasar kulit mangga
ke dalam sel sebagai R-NH3. Dalam proses dengan menggunakan enzim sellulase
ini H+ ditinggalkan dalam media, sehingga untuk mendapatkan kadar boetanol yang
semakin lama waktu fermentasi semakin lebih tinggi
rendah pH media (Judoamidjojo dkk, 5. DAFTAR PUSTAKA
(1989) dalam (Rahmawati, 2010)).
Analisis regresi pengaruh dosis ragi Ajila C.M., Bhat S.G., Prasada Rao U.J.S.,
dan waktu fermentasi terhadap dosis Valuable components of raw and
bioetanol kulit mangga terlihat hubungan ripe peels from two Indian mango
yang linear. Persamaan garis regresi Y = varieties. Food Chem., 2007, 102,
0.061- 0.470X1 + 0.041X2 dengan Rhitung 1006–1011.
sebesar 0,756 dan Rtabel 0.532. Hal tersebut Anonim, 2008, http//www.trubus-
berarti bahwa dengan penambahan dosis online.com,/ethanol
ragi dan waktu fermentasi memberikan Atmojo. 2010. Bioetanol Bahan Bakar
pengaruh positif yang berarti bahwa Nabati.
1245
THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta
1246
THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta
1247