You are on page 1of 43

FARMAKOLOGI DALAM KEPERAWATAN

MANFAAT EKSTRAK KULIT BUAH MANGGIS TERHADAP


PENYEMBUHAN JERAWAT PADA KULIT BERMINYAK

MAKALAH

Oleh

Dema Billy Lorenza


NIM 152310101159

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS JEMBER
2016

i
FARMAKOLOGI DALAM KEPERAWATAN

MANFAAT EKSTRAK KULIT BUAH MANGGIS TERHADAP


PENYEMBUHAN JERAWAT PADA KULIT BERMINYAK

MAKALAH

diajukan guna melengkapi tugas mata kuliah Farmakologi Dalam Keperawatan


dengan dosen Ns. Wantiyah, S. Kep., M. Kep

Oleh

Dema Billy Lorenza


NIM 152310101159

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS JEMBER
2016

ii
HALAMAN PENGESAHAN

Tugas Analisa Pemanfaatan Hasil-hasil Pertanian dalam Pengobatan dengan Judul

“Manfaat Ekstrak Kulit Buah Manggis Terhadap Penyembuhan Jerawat Pada


Kulit Berminyak”

Yang disusun oleh:

Nama : Dema Billy Lorenza

NIM : 152310101159

Telah disetujui untuk diseminarkan dan dikumpulkan pada:

Hari/tanggal: Senin, 24 Agustus 2016

Makalah ini disusun dengan pemikiran sendiri, bukan hasil jiplakan atau
reproduksi ulang makalah yang telah ada.

Penyusun,

Dema Billy Lorenza


Mengetahui,

Penanggung jawab mata kuliah DosenPembimbing

Wantiyah, S.Kep., Ns., M.Kep Ns. Mulia Hakam, M.Kep,Sp.Kep.MB


NIP 198107122006042001 NIP 198103192014041001

iii
PRAKATA

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan karunia-Nya
penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Manfaat Ekstrak Kulit
Buah Manggis Terhadap Penyembuhan Jerawat Pada Kulit Berminyak”.

Dalam penyusunan makalah ini, penulis telah banyak mendapatkan bantuan serta
bimbingan dari semua pihak yang terlibat. Penulis mengucapkan terimakasih
kepada :

1. Ns. Wantiyah, S.Kep., M.Kep. selaku dosen penanggung jawab mata kuliah
Farmakologi dalam keperawatan

2.Ns. Mulia Hakam, M.Kep,Sp.Kep.MB selaku dosen pembimbing tugas makalah


yang berjudul " Manfaat Ekstrak Kulit Buah Manggis Terhadap Penyembuhan
Jerawat Pada Kulit Berminyak ".

3. semua pihak yang terlibat dalam penyusunan makalah ini.

Makalah ini telah penulis susuan dengan maksimal, Namun, terlepas dari itu
semua karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman, penulis menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu penulis
berharap kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan penulisan
makalah ini. Penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan wawasan
dan tambahan pengetahuan bagi penulis sendiri khususmya dan juga bagi
pembaca serta memberikan manfaat yang lebih. Jika terdapat kekurangan dalam
penbuatan makalah ini, penulis memohon maaf.

iv
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL

HALAMAN JUDUL ................................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... iii

PRAKATA ................................................................................................... iv

DAFTAR ISI ................................................................................................ v

BAB 1. PENDAHULUAN .......................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1

1.2 Tujuan .............................................................................................. 2

BAB 2. KONSEP DASAR OBAT TRADISIONAL ................................. 3

2.1 Definisi ............................................................................................ 3

2.2 Tingkatan Obat Tradisional ......................................................... 4

2.3 Syarat-Syarat Obat Tradisional (Safety Drug) ............................ 8

2.4 Peraturan terkait Obat dan Pengobatan Tradisional .......... 16

BAB III. ANALISA ARTIKEL ................................................................. 19

3.1 Jenis Buah Manggis ........................................................................ 19

3.2 Kandungan Dalam Buah Manggis sebagai Obat .......................... 24

3.3 Farmasetika ..................................................................................... 28

3.4 Farmakokinetik ............................................................................... 29

v
3.5 Farmakodinamik ............................................................................. 29

3.6 Dosis .................................................................................................. 31

3.7 Indikasi dan Kontraindikasi .......................................................... 31

3.8 Efek Samping Obat ......................................................................... 33

3.9 Hal yang Diperhatikan .................................................................. 33

3.10 Implikasi Keperawatan ................................................................ 34

BAB IV. PENUTUP .................................................................................... 35

4.1 Kesimpulan ..................................................................................... 35

4.2 Saran ............................................................................................... 35

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

vi
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sampai saat ini, telah banyak pemanfaatan tanaman obat tradisional oleh
masyarakat Indonesia untuk menanggulangi beberapa penyakit. Manfaat
penggunaan obat tradisional tersebut secara luas telah dirasakan oleh masyarakat.
Hal ini juga tercermin dengan semakin meningkatnya penggunaan obat
tradisional, atau meningkatnya produksi obat dari industri-industri obat
tradisional. Seiring dengan ada slogan “back to nature”, maupun krisis ekonomi
yang berkepanjangan sehingga mengakibatkan daya beli masyarakat terutama
masyarakat golongan menengah ke bawah, penggunaan obat tradisional menjadi
alternatif pengobatan disamping obat modern. Pemanfaatan tanaman obat tersebut
meliputi pencegahan, pengobatan maupun pemeliharaan kesehatan. Banyak
tanaman obat tradisional yang telah dipasarkan antara lain sebagai pencegahan
ataupun pengobatan suatu penyakit. Meskipun demikian, bukti ilmiah
keberkhasiatan berbagai tanaman obat terkait, belum dilaporkan.
Indonesia merupakan negara terbesar kedua di dunia setelah Brazil yang
mempunyai biodiversitas (keanekaragaman hayati). Biodiversitas tersebut
meliputi : ekosistem, jenis maupun genetik. Hal ini jelas merupakan suatu
anugerah besar bagi masyarakat Indonesia apabila dimanfaatkan secara optimal.
Termasuk dalam biodiversitas jenis adalah keanekaragaman tanaman di Indonesia
yang sangat besar, termasuk tanaman yang berpotensi sebagai obat. Mengingat
fakta tersebut mestinya upaya pemanfaatan tanaman sebagai sumber suatu obat
menjadi pilihan utama saat ini bagi para peneliti obat di Indonesia. Proses
penemuan suatu obat dari suatu tanaman merupakan sesuatu yang tidak mudah
dan membutuhkan waktu yang lama. Proses tersebut meliputi : studi
etnofarmakologi, kemotaksonomi, skrining senyawa bioaktif, kemungkinan upaya
sintesis senyawa tunggal, studi pre-klinik maupun klinik, hingga produksi skala
besar untuk tujuan medik. Salah satu tanaman Indonesia yang bisa dimanfaatkan
untuk tujuan tersebut adalah buah manggis (G. mangostana L.), terutama
pemanfaatan kulit buahnya. Manggis merupakan salah satu buah favorit yang

1
digemari oleh masyarakat Indonesia. Kulit buah manggis yang dibuang, ternyata
dapat dikembangkan sebagai kandidat obat. Pada artikel kali ini akan disajikan
mengenai pemanfaatan kulit buah manggis (G.mangostana L.) dalam upaya
penemuan suatu obat baru.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan karya tulis ini selain untuk memenuhi salah
satu tugas mata kuliah Farmakologi tetapi juga untuk memberikan informasi
kepada masyarakat agar tahu tentang pemanfaatan kulit buah manggis.

2
BAB 2. KONSEP DASAR OBAT TRADISIONAL

2.1 Definisi Obat Tradisional

Obat tradisional adalah obat-obatan yang dibuat dari bahan alami secara
tradisional. Obat ini merupakan resep yang berdasarkan nenek moyang atau sudah
ada sejak jaman dahulu. Obat tradisional telah dikenal dan digunakan secara turun
temurun oleh masyarakat, kebanyakan obat tradisiona lebih berperan pada
pencegahan. Namun terdapat beberapa pula yang menjadikan untuk pengobatan
suatu penyakit. Menurut Undang-Undang No 23 tahun 1992 obat tradisional
diartikan sebagai ramuan bahan dimana bahannya berupa tumbuhan, bahaan
hewan, bahan minerla, sediaan sarian (galenik), atau campuran dari bahan-bahan
tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan
berdasarkan pengalaman (Handayani dan Surmiati, 2006). Obat tradisional yang
telah diramu dan siap untuk dipasarkan lazim disebut dengan jamu (jawa)
(Menurut UU No 9 tahun 1960, tentang pokok-pokok Kesehatan dan UU No 7
tahun 1963 tentang Farmasi) (Manurung dan Syahputri, 2006). Obat tradisional
merupakan obat yang dilarang menggunakan bahan kimia hasil isolasi atau
sintetik berkhasiat obat yang sering disebut dengan Bahan Kimia Obat (BKO)
(Handayani dan Sumiarti, 2006). Sedangkan pengobatan tradisional adalah semua
pengetahuan dan praktik, baik yang mampu dijelaskan maupun yang tidak bisa
dijelaskan, yang digunakan untuk menetapkan diagnosis, pencegahan, dan
penyembuhan terhadap sebuah gangguan keseimbangan tubuh baik fisik maupun
mental (WHO Technical Report Series 622, 1978 dalam Manurung dan Syahputri,
2006). Sedangkan tanaman obat adalah suatu jenis tanaman yang sebagian,
seluruh tanaman, dan atau eksudat (sel) tanaman digunakan sebagai bahan utnuk
ramuan obat, dan tanaman obat tradisional merupakan jenis tanaman yang
merupakan jenis tanamaan yang dipercaya masyarakat memiliki khasiat obat dan
telah digunakan sebagai bahan abku obat tradisional (Fakultas Kedokteran
Universitas Sriwijaya, 2008).

3
Terdapat beberapa jenis obat tradisional. Kepala Badan POM RI No
HK.00.05.4.2411 memberikan keputusan bahwa tentang ketentuan pokok
pengelompokan dan penandaan obat bahan alam Indonesia, obat tradisiona
diklasifikasikan menjadi tiga jenis yaitu jamu, obat herbal terstandar, dan
fitofarmaka (Dewoto, 2007).

Gambar 2.1 Jenis-jenis obat tradisional berdasarkan klasifikasinya (dewoto, 2007)

2.2 Tingkat Obat Tradisional

a. Jamu (Empirical Based Herbal Medicine)

Jamu adalah obat tradisional yang diwariskan oleh nenek moyan atau leluhur.
Jamu juga diartikan sebagai obat tradisional yang berisi seluuh bahan tanamna
yang menjadi penyusun jamu tersebut. Jamu disusun dari tanaman obat yang
jumlahnya antara 5-10 macam, bahkan bisa lebih. Jamu tidak membutuhkan

4
pembuktian klinis cukup dengan bukti empiris, yang sesuai dengan persyaratan
keamanan dan standar mutu. Di pasaran, akan banyak dijumpai dalam bentuk
herbal kering siap seduh atau siap rebus, dapat pula dalambentuk jadi berupa
rebusa (jamu godhok) seperti yang sering dijual atau didistribusikan oleh jamu
gending. Saat ini untuk lebih praktis jamu juga telah dikemas dalam bentuk kapsul
dan pil yang siap langsung guna. Jamu memiliki logo seperti berikut:

Gambar 2.2 Logo Jamu (Handayani dan Sunarmiati, 2006)

Pada umumnya jamu pada klasifikasi ini dibuat bedasarkan resep peninggalan
leluhut, yang belum diteliti secara ilmiah. Khasiat dan keamanannya baru dikenal
secara empiris (berdasarkanpengalaman turun menurun).

b. Obat Herbal Terstandar (Standarrized Based Herbal Medicine)

Obat herbal terstandar adalah obat tradisional yang disajikan dari hasil ekstraksi
atau penyaringan bahan alam, baik tanaman obat, binatang, ataupun mineral.
Dalam proses pembuatannya, dibutuhkan peralatan yang tidak sederhana dan
lebih mahal dari pembuatan jamu. Selain itu kualitas tenaga kerja yang digunakan
juga harus didukung dengan perngetahuan dan keterampilan membuat ekstrak.
Obat herbal umumnya ditunjang oleh pembuktian ilmiah berupa penilitian
praklinis, yang berisi standarisasai kandungan senyawa berkhasuat dalam bahan
penyusun, standarisasi pembuatan ekstrak yang higienis, serta uji toksisitas akut
maupun konis. Herbal yang mengalami penelitian khasiat dan kemanannya

5
biasanya pengujiannya dilakukan terhadap hewan di laboratorium. Obat ini juga
memiliki logo seperti berikut:

Gambar 2.3 Logo Obat Herbal Tersstandar (Handayani dan Sunarmiati, 2006)

Disebut dengan herbal terstandar karena standar kandungan bahan, proses


pembuatan ekstak, higienitas, serta uji toksisitas (untuk mengetahui ada atau
tidaknya kandungan racun dalam herbal tersebut) telah diterapkan dalam proses
pengujiannya.

c. Fitofarmaka (Clinical Based Herbal Medicine)

Fitofarmaka adalah jamu dengan kasta tertinggi atau dapat disejajarkan dengan
obat modern karena khasiat, keamanan, serta standar proses pembuatan dan
bahnnya telah diuji secara klinis. Jamu berstatus sebagai fitofarmaka juga dijual
di apotek dan sering diresepkan oleh dokter. Dalam pembuatannya dibutuhkan
peralatan dengan teknologi modern, tenaga ahli, dan biaya yang tidak sedikit. Saat
uji klinis melalui hewan dosis yang diberikan pada hewan akan disesuaikan ke
dosis aman yang diperuntukkan ke manusia, dari uji tersebut nanti akan dapat
diketahui persamaan efek pada hewan percobaan dan manusia. Kemungkinan
ketika obat tersebut ampuh dicobakan pada hewan maka belum tentu akan tepat
ketika diberikan pada manusia. Uji klinis terdiri atas single center yang dilakukan
di laboratorium penelitian dan multicenter di berbagai lokasi agar lebih obyektif.
Setelah lolos uji fitofarmaka, produsen dapat mengklaim produknya sebagai obat.
Namun demikian, klaim tidak boleh menyimpang dari materi uji klinis
sebelumnya.

6
Fitofarmaka memiliki logo yang mirip dengan herbal sehingga perlu diperhatikan
saat pemberiannya, berikut adalah logo untuk obat fitofarmaka:

Gambar 2.4 Logo Fitofarmaka (Handayani dan Sunarmiati, 2006)

Secara singkat pengklasifikasian obat tradisional dan perbedaannya akan


dituliskan pada gamba berikut:

Gambar 2.5 Logo Obat Tradisional (Handayani dan Sunarmiati, 2006)

7
2.3 Syarat Obat Tradisional

1. RAJANGAN

Rajangan adalah sediaan obat tradisional berupa simplisia,campuran simplisia,


atau campuran simplisia dengan sediaan galenik, yang penggunaannya dilakukan
dengan pendidihan atau penyeduhan dengan air panas. Dengan syarat:

a. Kadar air tidak lebih dari 10%, penetapan dilakukan menurut cara yang tertera
pada Farmakope Indonesia atau Materia Medika Indonesia;
b. angka lempeng total tidak lebih dari 10o untuk rajangan yang penggunaannya
dengan cara pendidihan dan penyeduhan;
c. angka kapang dan khamirnya tidak lebih dari 10o;
d. mikropatogennya harus negatif;
e. aflatoksin tidak lebih dari 30 bagian per juta (bpj);
f. wadah dan penyimpanan di dalam wadah tertutup baik disimpan pada suhu
kamar, ditempat kering dan terlindung dari sinar matahari.

2. SERBUK

Serbuk adalah sediaan obat tradisional berupa butiran homogen dengan derajar
halus yang cocok, bahan bakunya berupa simplisia sediaan galenik, atau
campurannnya. Keseragaman bobot tidak lebih dari dua bungkus serbuk, yang
masing-masing bobot isinya menyimpang dari bobot isi rata-rata lebih besar dari
harga yang ditetapkan dalam kolom A, dan tidak ada bungkus yang bbot isinya
menyimpang dari bobot isi rata-rata lebih besar dari harga yang ditetapkan dalam
kolom B.

8
Gambar 2.6 Tabel batas komposisi serbuk pada obat tradisional (Keputusan Menteri
Kesehatan RI No 661/MENKES/SK VII/1994 )

Dengan syarat:

a. Kadar air tidak lebih dari 10%;


b. angka lempeng total tidak lebih dari 106;
c. angka kapang dan khamir tidak lebih dari 104 ;
d. mikroba patogen harus negatif;
e. aflatoksin tidak lebih dari 30 bpj;
f. pengawet serbuk dengan bahan baku simplisia dilarang ditambahkan bahan
pengawet serbuk dengan bahan baku sediaan galenik dengan penyari air atau
campuran etanol air bila diperlukan dapat ditambahkan bahan pengawet.
Pengawet tidak lebih dari 0,1 %, dan pengawet yang diperbolehkan adalah
metil p-hidroksi benzoat (Nipagin), propil p-hidroksi benzoat (nipasol), asam
sorbat atau garamnya, dan garam natirum bezoat dalam suasana asam.
g. penyimpanan dalam wadah tetutup baik, disimpan pada suhu kamar, ditempat
kering dan terlindung dari sinar matahari.

3. PIL

Pil adalah sediaan obat tradisional berupa massa bulat, bahan bakunya berupa
serbuk simplisia, sediaan galenik, atau campurannya. Dengan syarat:

a. Kadar air tidak lebih dari 10%;


b. waktu hancur pil tidak lebih dari 60 menit ;
c. angka lempeng total tidak lebih dari 105;

9
d. angka kapang dan khamir tidak lebih dai 103;
e. mikroba patogen harus negatif;
f. aflatoksin tidak lebih dari 30 bpj;
g. bahan tambahan: pengawet tidak lebih dari 0,1 %, dan pengawet yang
diperbolehkan adalah metil p-hidroksi benzoat (Nipagin), propil p-hidroksi
benzoat (nipasol), asam sorbat atau garamnya, dan garam natirum bezoat
dalam suasana asam;
h. penyimpanan dalam wadah tetutup baik, disimpan pada suhu kamar, ditempat
kring dan terliindung dari sinar matahari.

Dari 20 pil, tidak lebih dari dua pil yang masing-masing bobotnya menyimpang
dari bobot rata-rata lebih besar dari harga yang ditetapkan dalam kolom A dan
tidak ada pil yang bobotnya menyimpang dari bobot rata-rata lebih besar dari
harga yang ditetapkan dalam kolom B yang tertera dalam daftar berikut:

Gambar 2.7 Tabel batas komposisi Pil pada obat tradisional (Keputusan Menteri
Kesehatan RI No 661/MENKES/SK VII/1994 )

Timbang pil satu persatu lalu hitung pula pil 20 sekaligus, kemudian hitung bobot
rata-rata

4. DODOL ATAU JENANG

Dodol atau jenang adalah bahan sediaan padat obat tradisional bahan bakunya
berupa serbuk simplisia, sediaan galenik atau campurannya. Syaratnya adalah:

a. Angka lempeng total tidak lebih dari 105 ;


b. angka kapang dan khamir tidak lebih dari 103;

10
c. mikroba patogen negatif;
d. aflatoksin tidak lebih dari 30 bpj;
e. bahan tambahan: pengawet tidak lebih dari 0,1 %, dan pengawet yang
diperbolehkan adalah metil p-hidroksi benzoat (Nipagin), propil p-hidroksi
benzoat (nipasol), asam sorbat atau garamnya, dan garam natirum bezoat
dalam suasana asam;
f. penyimpanan dalam wadah tertutup denganbaik, disimpan pada suhu kamar,
di tempat kering dan terlindung dari sinar matahari.

5. PATILES

Pastiles adalah bahan sediaan obat padat berupa lempengan pipih umumnya
beerbentuk segi empat, bahan bauknya berupa campuran sedikit simplisia sediaan
galenikan atau campuran keduanya, memiliki syarat:

a. Kadar air tidak lebih dari 10%;


b. angka lempeng total tidak lebih dari 104 ;
c. angka kapang dan khamir tidak lebih dari 103;
d. mikroba patogen negatif;
e. aflatoksin tidak lebih dari 30 bpj;
f. penyimpanan dalam wadah tertutup yang baik, disimpan pada suhu kamar, di
tempat kering dan terlindung dari sinar matahari.

6. KAPSUL

Kapsul adalah sediaan obat tradisonal yang berbungkus cangkang keras atau
lunak, bahan bakunya terbuat dari sediaan galenik dengan atau tanpa bahan
tambahan, memiliki syarat:

a. Waktu hancur tidak lebih dari 15 menit;


b. kadar air pada isi kapsul tidak lebih dari 10%;
c. angka lempeng total tidak lebih dari 10%;
d. angka kapang dan khamir tidak lebih dari 103;

11
e. mikroba patogen negatif;
f. aflatokin tidak lebih dari 30 bpj;
g. bahan tambahan: pengawet tidak lebih dari 0,1 %, dan pengawet yang
diperbolehkan adalah metil p-hidroksi benzoat (Nipagin), propil p-hidroksi
benzoat (nipasol), asam sorbat atau garamnya, dan garam natirum bezoat
dalam suasana asam;
h. penyimpanan dalam wadah tertutup yang baik, disimpan pada suhu kamar dan
di tempat kering serta terlindung dari matahari.

Kapsul yang berisi obat tradisional kering tidak lebih dari dua kapsul yang masing
– masing bobot isinya menyimpang dari bobot isi rata-ratanya lebih besar dari
harga yang ditetapkan dalam kelompok A dan tidak satu kapsul pun yang bobot
isinya menyimpang dari bobot isi rata-rata lebih besar dari harga yang ditetapkan
dalam kolom B

Gambar 2.8 Tabel batas komposisi bobot kapsul pada obat tradisional (Keputusan Menteri
Kesehatan RI No 661/MENKES/SK VII/1994 )

Timbang satu kapsul, keluarkan isi kapsul, timbang bagian cangkangnya hitung
bobot isi kapsul.Ulangi penetapan terhadap 19 kapsul dan hitung bobot rata-rata
isi 20 kapsul. Untuk kapsul yang berisi obat tradisional cair tidak lebih dari satu
kapsul yang masing-masing bobot isinya menyimpang dari bobot isi rata-rata
lebih besar dari 7,5% dan tidak satu kapsulpun yang bobot isinya menyimpang
dari bobot isi rata-rata lebih besar dari 15 %.

Timbang satu kapsul, keluarkan isi kapsul, cuci cangkangnya dengan eter P.
Buang cairan, biarkan hingga tidak berbau eter dan ditimbang lalu hitung bobot isi

12
kapsul. Ulangi penetapan terhadap 9 kapsul dan hitung bobot isi rata-rata10
kapsul.

7. TABLET

Tablet adalah sediaan obat tradisional padat kompak, dibuat secara kempa cetak,
dalam bentuk tabung pipih, silindris, atau bentuk lain, kedua permukaannya rata
atau cembung dan terbuat dari sediaan galenik dengan atau tanpa bahan tambahan.
Dengan syarat sebagai berikut:

a. Waktu hancur tidak lebih dari 20 menit untuk tablet tidak bersalut dan tidak
lebih dari 60 menit untuk tabel bersalut,
b. kadar air pada isi kapsul tidak lebih dari 10%,
c. angka lempeng total tidak lebih dari 103,
d. angka kapang dan khamir tidak lebih dari 104,
e. mikroba patogen negatif,
f. aflatokin tidak lebih dari 30 bpj,
g. bahan tambahan: pengawet tidak lebih dari 0,1 %, dan pengawet yang
diperbolehkan adalah metil p-hidroksi benzoat (Nipagin), propil p-hidroksi
benzoat (nipasol), asam sorbat atau garamnya, dan garam natirum bezoat
dalam suasana asam,
h. penyimpanan dalam wadah tertutup yang baik, disimpan pada suhu kamar dan
di tempat kering serta terlindung dari matahari.

Dari 20 tablet tidak lebih dari dua tablet yang masing-masing bobotnya
menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih besar dari pada harga yang ditetapkan
dalam kolom A dan tidak satu tablet pun yang bobotnya menyimpang dari bobot
rata-ratanya lebih besar dari harga yang ditetapkan dalam kolom B, yang tertera
pada daftar berikut:

13
Gambar 2.9 Tabel batas komposisi tablet pada obat tradisional (Keputusan Menteri
Kesehatan RI No 661/MENKES/SK VII/1994 )

Timbang tablet satu persatu, lalu timbang 20 tablet sekaligus kemudian hitung
bobt rata-rata.

8. SARI JAMU

Sari jamu adalah cairan obat dalam dengan tujuan tertentu dan diperbolehkan
mengandung etanol, syarat sari jamu adalah sebagai berikut:

a. Angka lempeng total tidak lebih dari 105,


b. mikroba patogen negatif,
c. bahan tambahan: pengawet tidak lebih dari 0,1 %, dan pengawet yang
diperbolehkan adalah metil p-hidroksi benzoat (Nipagin), propil p-hidroksi
benzoat (nipasol), asam sorbat atau garamnya, dan garam natirum bezoat
dalam suasana asam,
d. penyimpanan dalam wadah tertutup yang baik, disimpan pada suhu kamar dan
di tempat kering serta terlindung dari matahari.

9. PAREM, PILI, DAN TAPEL

Parem, pilis, dan tapel adalah sediaan obat tradisional bahan bakunya berupa
serbuk simplisia, sediaan galenik, atau campurannya dan digunakan sebagai obat
luar, yang di buat dengan syarat:

14
a. Kadar air tidak lebih dari 10%
b. angka lempeng total tidak lebih dari 105,
c. angka kapang dan khamir tidak lebih dari 104,
d. mikroba patogen negatif,
e. penyimpanan dalam wadah tertutup baik, disimpan pada suhu kamar dan
terlindung dari sinar matahari,
f. pada etiket harus tertera juga obat luar.

10. KOYOK

Koyok adalah sediaaan obat tradisional berupa pita kain yang cocok dan tahan air
yang dilapisi dengan serbuk simplisia dan atau sediaan galenik, digunakan sebagai
obat luar dan pemakaiannya ditempelkan pada kulit, dan memiliki syarat:

a. Angka lempeng total tidak lebih dari 105,


b. mikroba patogen negatif,
c. wadah penyimpanan tertutup secara baik, disimpan dalam suhu kamar, dan
terlindung dari sinar matahari,
d. pada etiket harus tertera obat luar.

11. CAIRAN OBAT LUAR

Cairan obat luar adalah sediaan obat tradisional berupa larutan suspensi atau
emulsi, bahan bakunya berupa simplisia, sediaan galenik dan digunakan sebagai
obat luar. Syara cairan obat luar adalah;

a. Angka lempeng total tidak lebih dari 105,


b. mikroba patogen negatif,
c. bahan tambahan: pengawet tidak lebih dari 0,1 %, dan pengawet yang
diperbolehkan adalah metil p-hidroksi benzoat (nipagin), propil p-hidroksi
benzoat (nipasol), asam sorbat atau garamnya, dan garam natirum bezoat
dalam suasana asam,

15
d. penyimpanan dalam wadah tertutup yang baik, disimpan pada suhu kamar dan
di tempat kering serta terlindung dari matahari,
e. pada penandaan harus tertera tanda “obat luar”, dan untuk sediaan berbentuk
suspensi atau emulsi harus juga tertea peringatan “kocok dahulu”.

12. SALEP/KRIM

Salep/krim adalah sediaan obat seetengah padat yang mudah dioleskan. Bahan
bakunya dapat berupa sediaan galenik yang larut atau terdipersi homogen dalam
dasar salep/krim yang cocok dan digunakan sebagai obat luar. Terdapat beberapa
syarat untuk pembuatan salep/krim:

a. Tidak berbau tengik,


b. angka lempeng total tidak lebih dari 105,
c. mikroba patogen negatif ,
d. bahan tambahan: pengawet tidak lebih dari 0,1 %, dan pengawet yang
diperbolehkan adalah metil p-hidroksi benzoat (nipagin), propil p-hidroksi
benzoat (nipasol), asam sorbat atau garamnya, dan garam natirum bezoat
dalam suasana asam,
e. pada penandaan harus tertera tanda “obat luar”,
f. penyimpanan dalam wadah tertutup yang baik, disimpan pada suhu kamar dan
di tempat kering serta terlindung dari matahari.

2.4 Peraturan Terkait Obat dan Pengobatan Tradisional

Terdapat beberapa peraturan pemerintah di Indonesia yang mengatur tentang obat


dan pengobatan tradisional beberapa di antaranya adalah sebagai berikut:

1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 103 Tahun 2014 Tentang


Pelayanan Kesehatan Tradisional;

2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3821);

16
3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 5063);

4. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 1998 tentang Pengamanan Sediaan


Farmasi dan Alat Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1998 Nomor 138, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3781);

5. Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas,


Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga
Pemerintah Non Departemen sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
dengan Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2013;

6. Keputusan Presiden Nomor 110 Tahun 2001 tentang Unit Organisasi dan
Tugas Eselon I Lembaga Pemerintah Non Departemen, sebagaimana telah
beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun
2013;

7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 007 Tahun 2012 tentang Registrasi Obat
Tradisional (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 226);

8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 033 Tahun 2012 tentang Bahan


Tambahan Pangan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor
757);

9. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 261/Menkes/SK/IV/2009 tentang


Farmakope Herbal Indonesia Edisi Pertama;

10. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 2109/Menkes/SK/X/2011 tentang


Pemberlakuan Suplemen I Farmakope Herbal Indonesia;

11. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 2345/Menkes/SK/XI/2011 tentang


Pemberlakuan Suplemen II Farmakope Herbal Indonesia;

17
12. Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor
02001/SK/KBPOM Tahun 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan
Pengawas Obat dan Makanan, sebagaimana telah diubah dengan Keputusan
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor HK.00.05.21.4231 Tahun
2004;

13. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor


HK.00.05.41.1384 Tahun 2005 tentang Kriteria dan Tata Laksana Pendaftaran
Obat Tradisional, Obat Herbal Terstandar dan Fitofarmaka;

14. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 36 Tahun 2013
tentang Batas Maksimum Penggunaan Bahan Tambahan Pangan Pengawet
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 800);

15. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 37 Tahun 2013
tentang Batas Maksimum Penggunaan Bahan Tambahan Pangan Pewarna
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 801);

16. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 4 Tahun 2014
tentang Batas Maksimum Penggunaan Bahan Tambahan Pangan Pemanis
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 562)

18
BAB 3. ANALISA ARTIKEL

3.1 Jenis Buah Manggis

Manggis merupakan salah satu buah yang digemari oleh masyarakat


Indonesia. Tanaman manggis berasal dari hutan tropis yang teduh di kawasan
Asia Tenggara, yaitu hutan belantara Indonesia atau Malaysia. Dari Asia
Tenggara, tanaman ini menyebar ke daerah Amerika Tengah dan daerah tropis
lainnya seperti Filipina, Papua New Guinea, Kamboja, Thailand, Srilanka,
Madagaskar, Honduras, Brazil dan Australia Utara. Manggis merupakan salah
satu buah unggulan Indonesia yang memiliki peluang ekspor cukup menjanjikan.
Dari tahun ke tahun permintaan manggis meningkat seiring dengan kebutuhan
konsumen terhadap buah yang mendapat julukan ratu buah (Queen of Fruits).
Ekspor manggis dari Indonesia mengalami peningkatan seiring dengan kebutuhan
buah manggis dunia terutama Hongkong, Singapura, dan Inggris. Pada tahun
1999, volume ekspor 4.743.493 kg dengan nilai ekspor 3.887.816 US$ dan tahun
2000 volume ekspor mencapai 7.182.098 kg dengan nilai ekspor 5.885.038 US$
(Prihatman, 2000; ICUC, 2003). Di Indonesia manggis mempunyai berbagai
macam nama lokal seperti manggu (Jawa Barat), manggus (Lampung),
Manggusto (Sulawesi Utara), manggista (Sumatera Barat). Pohon manggis dapat
tumbuh di dataran rendah sampai di ketinggian di bawah 1.000 m dpl.
Pertumbuhan terbaik dicapai pada daerah dengan ketinggian di bawah 500-600 m
dpl. Pusat penanaman pohon manggis adalah Kalimantan Timur, Kalimantan
Tengah, Jawa Barat (Jasinga, Ciamis, Wanayasa), Sumatera Barat, Sumatera
Utara, Riau, Jawa Timur dan Sulawesi Utara (Prihatman, 2000; ICUC, 2003).
Buah manggis dapat disajikan dalam bentuk segar, sebagai buah kaleng, dibuat
sirop/sari buah. Secara tradisional buah manggis digunakan sebagai obat
sariawan, wasir dan luka. Kulit buah dimanfaatkan sebagai pewarna termasuk
untuk tekstil dan air rebusannya dimanfaatkan sebagai obat tradisional. Batang
pohon dipakai sebagai bahan bangunan, kayu bakar/ kerajinan (Prihatman, 2000).
Berikut Klasifikasi Buah Manggis:

19
3.1.1 KLASIFIKASI

Kingdom : Plantae ( Tumbuhan )

Subkingdom : Viridiplantae

Infra Kingdom : Streptophyta

Super divisi : Embryophyta

Divisi : Tracheophyta

Sub Divisi : Spermatophytina

Kelas : Magnoliopsida ( berkeping dua / dikotil )

Super Ordo : Rosanae

Ordo : Malpighiales

Famili : Clusiaceae

Genus : Garcinia L.

Spesies : Garcinia Mangostana L.

3.1.2 MORFOLOGI

Manggis merupakan tanaman tahunan yang masa hidupnya dapat


mencapai puluhan tahun. Pohon manggis selalu hijau dengan tinggi 6-20 meter.
Manggis mempunyai batang tegak, batang pohon jelas, kulit batang coklat, dan
memiliki getah kuning. Daun menggis tunggal, duduk daun berhadapan atau
bersilang berhadapan.
Manggis mempunyai bunga betina 1-3 di ujung batang, susunan
menggarpu, dan garis tengah 5-6 cm. kelopak daun manggis dengan dua daun
kelopak terluar hijau kuning, dua yang terdalam lebih kecil, bertepi merah,
melengkung kuat, tumpul.

20
Menggis mempunyai 4 daun mahkota, bentuk telur terbalik, berdaging tebal, hijau
kuning, tepi merah atau hampir semua merah.
Benang sari mandul (staminodia) biasanya dalam tukal (kelopak). Bakal
buah be-ruang 4-8, kepala putik berjari-jari 5-6. Buah menggis berbentuk bola
tertekan, garis tengah 3,5-7 cm, ungu tua, dengan kepala putik duduk (tetap),
kelopak tetap, dinding buah tebal, berdaging, ungu, dengan getah kuning. Biji 1-3,
diselimuti oleh selaput biji yang tebal berair, putih, dapat dimakan (termasuk biji
yang gagal tumbuh sempurna). Manggis mempunyai waktu berbunga antara bula
Mei – Januari. (Rukmana, 1995)
Manggis merupakan tumbuhan pepohonan, yang memiliki tinggi hingga
15 meter. Mempunyai batang berkayu, bulat, tegak bercabang simodial dan
berwarna hijau kotor. Berdaun tunggal, lonjong, ujung runcing, pangkal tumpul
tepi rata, pertulangan menyirip, panjang 20-25 cm lebar 6-9 cm, tebal, tangkai
silindris hijau. Bunga tunggal, berkelamin dua, diketiak daun. Buah seringkali,
bersalut lemak berdiameter 6-8 cm dengan warna coklat keunguan. Biji bulat
berdiameter 2 cm, dalam satu buah terdapat 5-7 biji (Hutapea, 1994).

Gambar 3.1 Pohon Buah Manggis

21
Gambar 3.2 Daun Buah Manggis

Gambar 3.3 Buah Manggis

22
Gambar 3.4 Perkembangan Buah Manggis

3.1.2 CONTOH PRODUK KULIT BUAH MANGGIS UNTUK JERAWAT

Gambar 3.5 Produk Kulit Buah Manggis

Chomnawang dari Unversitas Mahidol meneliti manfaat atau khasiat dari kulit
manggis sebagai antibakteri. Hasil risetnya menyatakan bahwa kulit manggis
menghambat perkembangan bakteri propionibacterium acnes dan staphylococcus

23
epidermidis. Efek mikroba diukur dengan dua cara yaitu disc diffusion yaitu
dengan cara mengukur efek melawan bakteri yang tumbuh di media agar dan
broth diffusion yaitu dengan cara mengukur efek melawan bakteri di media kaldu.
Hasilnya ekstrak kulit manggis paling kuat menghambat perkembangan bakteri
penyebab jerawat.
Bukan hanya Chomnawang yang meneliti tentang khasiat kulit manggis ini, tetapi
produsen jamu PT. Industri Jamu Borobudur Semarang juga melakukannya.
Mereka menguji khasiat kulit manggis untuk kesehatan kulit. Sejumlah 20
karyawan berjerawat diberi 2 kapsul ekstrak kulit manggis 2 x sehari, setelah 2
minggu 75% responden menyatakan jerawat berkurang.

3.2 Kandungan Dalam Buah Manggis sebagai Obat

Manggis mengandung lebih dari 40 senyawa kimia alami bernama


Xhanthones. Di antaranya ada Alpha mangostin, gamma-mangostin, dan
garcinone E. Xhanthones disebut-sebut sebagai antioksidan paling aktif yang
pernah ditemukan di alam. Manggis juga mengandung senyawa bermanfaat lain
seperti catechin, polisakarida, kuinon, stilbene, dan polifenol.
Tak hanya itu, manggis merupakan sumber makanan yang kaya akan serat
dan karbohidrat. Buah ini juga memiliki kandungan vitamin A, vitamin C, zat
besi, kalsium, magnesium, dan potasium yang tinggi. Manggis pun mengandung
vitamin B kompleks seperti tiamin, niacin, dan asam folat dalam jumlah sedang.

Pada gambar, kita bisa melihat kandungan manggis dalam sajian 100 gram

24
(sumber: USDA National Nutrient data base)

Beragam nutrisi yang ada di dalam manggis membuatnya memiliki banyak


manfaat bagi kesehatan tubuh kita. Berikut ini adalah khasiat buah manggis:

25
a. Melawan radikal bebas dan membantu mengurangi risiko kanker
Dari 40 lebih Xhanthones yang ada di manggis, masing-masing senyawa
tersebut punya komposisi kimia tersendiri dan memiliki fungsi yang spesifik.
Misalnya saja alpha-mangostin yang berfungsi sebagai antioksidan dan Garcinone
E sebagai agen anti tumor yang kuat.
Manggis juga memiliki catechin yang antioksidannya lima kali lebih kuat dari
vitamin C. Polisakarida pun berpotensi sebagai senyawa anti kanker dan anti
bakteri. Cara kerjanya adalah dengan menghambat kemampuan sel termutasi
untuk menempel di sel sehat agar kanker tidak tersebar.
Tak hanya itu, manggis juga mengandung quinon dan stilbene yang berfungsi
sebagai antioksidan yang kuat. Polifenol di dalam manggis pun diketahui lebih
kuat daripada vitamin E. Hasil tes laboratorium ORAC (Oxygen Radical
Absorbance Capacity) bahkan menunjukkan bahwa jus manggis memiliki
kemampuan 20 hingga 30 kali lebih banyak untuk menahan radikal bebas
dibandingkan buah dan sayuran lain dalam jumlah sama.
b. Meningkatkan sistem imun
Manggis kaya akan vitamin C, yakni mencukui sekitar 12% kebutuhan harian
tubuh per 100 g. Vitamin C merupakan salah satu antioksidan alami larut air yang
berfungsi menangkal radikal bebas. Mencukupi kebutuhan vitamin C membantu
Anda meningkatkan daya tahan tubuh untuk melawan kuman penyakit penyebab
flu, hingga radikal bebas penyebab kanker.
c. Mengandung senyawa anti inflamasi dan anti jamur
Manggis sudah banyak digunakan oleh masyarakat Asia Tenggara selama
ratusan tahun untuk mengobati infeksi, mengurangi rasa sakit, menurunkan
demam, dan penyakit tropis lainnya. Hal ini dikarenakan manggis mengandung
gamma-mangostin yang merupakan anti inflamasi kuat.
Hasil penelitian yang diterbitkan di “Nutrition Journal” menunjukkan bahwa
mereka yang meminum jus manggis dua kali sehari mengalami penurunan
peradangan di aliran darahnya secara signifikan. Manggis juga dapat
dimanfaatkan untuk menyembuhkan penyakit gusi seperti periodontitis.

26
Manggis yang dibuat salep pun sering dipakai untuk menyembuhkan eksim
dan penyakit kulit lain. Sementara bagian kulitnya yang direbus dapat dioleskan
ke tubuh sebagai lotion astringent. Akar pohon manggis juga dapat dimanfaatkan
untuk mengurangi rasa sakit menjelang menstruasi.
d. Obat disentri, diare, dan masalah kandung kemih
Bagian kulit pada manggis dapat dikeringkan, diiris, dan ditumbuk untuk
mengobati disentri. Kulit manggis juga biasa digunakan untuk mengobati diare,
radang kandung kemih, kencing nanah, dan gleet. Cara menggunakannya, rebus
kulit manggis semalaman dan berikan pada penderita diare kronis. Masyarakat
Filipina juga sering membuat jamu dari daun dan kulit kayu manggis untuk
merawat penyakit yang sama.
e. Membantu meningkatkan metabolisme
Manggis mengandung berbagai macam vitamin B kompleks termasuk tiamin,
folat, dan niacin. Vitamin-vitamin tersebut bertindak sebagai kofaktor yang
membantu meningkatkan metabolisme tubuh untuk mengolah karbohidrat, lemak,
serta protein.
Manggis pun memiliki kalori yang sangat rendah, hanya 63 kalori per 100 g,
dan bebas lemak jenuh maupun kolesterol. Manggis justru kaya akan serat
pangan, sekitar 13% kebutuhan harian per 100 g, sehingga cocok dikonsumsi oleh
mereka yang ingin menurunkan berat badan.
f. Menjaga tekanan darah dan detak jantung tetap normal
Manggis mengandung mineral bermanfaat seperti potasium dan magnesium.
Potasium berguna untuk mengontrol tekanan darah agar tetap normal. Manggis
pun mampu melancarkan tekanan darah sehingga menurunkan risiko terkena
atherosclerosis, penyumbatan jantung, dan sakit di bagian dada. Magnesium juga
diyakini dapat mengatur fungsi elektrik pada jantung agar detak jantung dan
tekanan darah terjaga.
g. Membantu pengobatan TB
Salah satu penelitian di Thailand menunjukkan bahwa alfa mangostin, beta
mangostin, dan garcinone B dapat menghambat infeksi mycobacterium
tuberculosis yang menyebabkan penyakit TB (dulu disebut TBC). Manggis juga

27
membantu meningkatkan daya tahan tubuh yang sangat diperlukan bagi pasien
penderita TB.
h. Menjaga kesehatan kulit
Fungsi anti bakteri dalam manggis juga bermanfaat dalam menjaga kesehatan
kulit agar terhindar dari jerawat, noda, dan kulit berminyak. Xanthone juga dapat
memperbaiki sel kulit yang rusak dan melindunginya dari efek negatif radikal
bebas. Seperti diketahui, radikal bebas dapat memicu penuaan dini yang merusak
penampilan manusia.

3.3 Farmasetika

Manggis, buah yang kaya akan antioksidan. Banyak penyakit bisa sembuh
setelah pasien mengonsumsi ekstrak, seduhan, bahkan jus kulit manggis dalam
kemasan botol.
Proses pembuatan krim kulit manggis mudah. Kulit manggis yang merupakan
limbah diekstrasi, yang diawali dengan maserasi atau perendaman. Tujuannya
mengeluarkan senyawa aktif dari kulit manggis yang larut dari perendaman.
Larutan senyawa lantas dikeringkan menggunakan teknologi spray drying, hingga
menghasilkan serbuk atau ekstrak kering kulit manggis. Ekstrak ini menjadi bahan
baku utama krim maupun masker. Ekstrak kulit manggis dicampur. Ada fase air
dan fase minyak dipanaskan. Setelah semuanya lebur, dimasukkan ke mortit atau
alat penggerus (lumpang) keramik. Setelah terbentuk krim, ditambahkan bahan
lain krim. Ada gliserin, propylene glycol, gliserin monostearat, asam stearat, tea,
methyl paraben, dan aqua. Jadilah krim pelembab kulit buah manggis.
Ekstrak kulit buah manggis juga menjadi bahan baku utama masker wajah.
Setelah dioleskan ke wajah dan ditunggu sesaat, masker mengering, membentuk
lapisan sehingga bisa dikelupas. Rasa fresh akan didapat setelah masker
dikelupas. Komedo akan terangkat seiring bersihnya kulit, jerawat juga sulit
mendekat. Ada pun bahannya, lapisan film, gliserin, polyfinel alkohol, polyvinyl
pirolidon (PP-K30). ”Tahapan pembuatan, bahan baku ada yang dilarutkan
dengan air, diaduk, jadi masker

28
1.4 Farmakokinetik

Farmakokinetik atau kinetika obat adalah nasib obat dalam tubuh atau efek
tubuh terhadap obat. Seperti yang diketahui bahwasannya terdapat empat proses
dala famakokinetik yaitu absorpsi, distribusi, metabolisme, dan ekskresi.
Absorbsi meupakan pergerakan artikel dari gastrointestial ke dalam cairan tubuh
melalui absorbsi pasif, aktif, ataupun pinositosis. Sediaan obat dari Rh2 dari
tanaman buah manggis adalah berupa kapsul, yang masuk ke tubuh melalui oral.
Obat oral berarti akan diabsorbsi di usus halus melalui kerja permukaan vili
mukosa yang luas. Kapsul ini akan membutuhkah karier baik berupa enzim
maupun protein, untuk dapat melalui atau menembus membran gastrointestinal
karena merupakan kapsul sangat mudah larut dalam air.
Pengobatan akne (jerawat) tergantung apakah jerawat itu sebagian besar meradang
atau komedonal. Bila jerawat tidak resfonsif terhadap sediaan topikal, sediaan oral
mungkin diperlukan. Antibiotika topikal seperti eritromisin dan klindamisin
mungkin efektif untuk jerawat terinfeksi atau komedonal.
Antibiotik topikal digunakan untuk jerawat dengan tingkat keparahan ringan
sampai sedang. Sediaan topikal eritromisin, tetrasiklin, klindamisin, cukup
berguna untuk kebanyakan pasien dengan jerawat yang lebih ringan, obat-obat ini
dapat menimbulkan iritasi kulit yang ringan tetapi jarang menimbulkan sensitisasi.

1.5 Farmakodinamik

Eritromisin menekan sintesis protein bakteri. Mula kerja dari preparat oral
adalah 1 jam, waktu untuk mencapai puncak adalah 4 jam, dan lama kerjanya 6
jam.

A. EFEK SAMPING DAN REAKSI YANG MERUGIKAN

Efek samping dan reaksi yang merugikan dari eritromisin adalah gangguan
gastrointrestinal, seperti mual dan muntah, diare, dan kejang abdomen. Reaksi
alergi terhadap eritromisin jarang terjadi. Hepatotoksisitas (toksisitas hati) dapat
terjadi jika obat dipakai bersama obat-obat hepatotoksik lainnya, seperti

29
asetaminofen (dosis tinggi ), fenotiazin, dan sulfonamid. Eritromisin estolat
(ilosone), nampaknya lebih mempunyai efek toksik pada liver di bandingkan
dengan eritormisin lainnya.Kerusakan hati biasanya bersifat reversibel jika obat
dihentikan.Eritromisin tidak boleh dipakai bersama lindamisin atau linkomisin
karena mereka bersaing untuk mendapatkan reseptor.

EFEK SAMPING YANG LAIN:


1. Gangguan epigastrik Efek samping ini paling sering dan dapat
mengakibatkan ketidakpatuhan pasien terhadap eritromisin
2. Ikterus Kolestatik Efek samping ini terjadi terutama pada eritromisin
estolat. Reaksi ini timbul pada hari ke 10-20 setelah dimulainya terapi.
Gejalanya berupa nyeri perut yang menyerupai nyeri pada kolestasis
akut, mual, muntah, kemudian timbul ikterus, demam, leukositosis dan
eosinofilia; transaminase serum dan kadar bilirubin meninggi;
kolesitogram tidak menunjukkan kelainan.
3. Ototoksisitas
adalah Ketulian sementara berkaitan dengan eritromisin terutama dalam
dosis tinggi.
4. Reaksi Alergi Reaksi alergi mungkin timbul dalam bentuk demam,
eosinofilia dan eksantem yang cepat hilang bila terapi dihentikan.Efek
samping yang berat akibat pemakaian eritromisin dan turunanya jarang
terjadi.Reaksi alergi mungkin timbul dalam bentuk demam, eosinofilia
dan eksantem yang cepat hilang bila terapi dihentikan. Hepatitis
kolestatik adalah reaksi kepekaan yang terutama ditimbulkan oleh
eritromisin estolat (sekarang tidak dipasarkan di Indonesia). Reaksi ini
timbul pada hari ke 10-20 setelah dimulainya terapi. Gejalanya berupa
nyeri perut yang menyerupai nyeri pada kolesistitis akut, mual dan
muntah.kemudian timbul ikterus, demam leukositosis dan eosinofilia,
transaminase serum dan kadar bilirubin meninggi, kolesistogram tidak
menunjukkan kelainan. Gejala klinis dan patologis sangat mirip dengan
gangguan yang ditimbulkan oleh klorpromazin. Kelainan ini biasanya

30
menghilang dalam beberapa hari setelah terapi dihentikan. Efek samping
ini dijumpai pula pada penggunaan eritromisin etilsuksinat tetapi jarang
sekali terjadi. Eritromisin oral (terutama dalam dosis besar) sering
menimbulkan iritasi saluran cerna seperti mual, muntah dan nyeri
epigastrium. Suntikan IM lebih dari 100mg menimbulkan sakit yang
sangat hebat. Pemberian 1g dengan infus IV sering disusul oleh
timbulnya tromboflebitis.Ketulian sementara dapat terjadi bila
eritromisin diberikan dalam dosis tinggi melalui IV. Eritromisin
dilaporkan meningkatkan toksisitas karbamazepin, kortikosteroid,
siklosporin, digoksin, warfarin, dan teofilin

3.6 Dosis

Pemberian ekstrak kulit manggis hingga 500 mg per kg bobot tubuh per hari tidak
menyebabkan keracunan pada pemeriksaan darah. Dalam uji praklinis itu,
melibatkan 6 grup tikus masing-masing terdiri atas 30 ekor berbobot 170-190 g. Ia
memberikan 10 mg, 100 mg, 500 mg, dan 1.000 mg ektrak kulit per kg bobot
tubuh kepada 4 grup berbeda selama 6 bulan.
Hasilnya, dosis itu aman, tidak menunjukkan gangguan pada kandungan darah.
Pada dosis 500 mg terdapat peningkatan produksi alanine transminase, nitrogen
urea darah, dan kreatinin pada darah, tetapi masih di bawah ambang batas.3.7
Indikasi dan Kontraindikasi.

3.7. Indikasi

Mengonsumsi Garcia dalam dosis yang tepat mampu memberikan kesehatan yang
sempurna dan vitalitas, serta mencegah macam-macam penyakit yang dapat
menyerang. Inilah minuman kesehatan kelas premium :
KESEHATAN TUBUH YANG MENYELURUH:
i. Memperkuat sistem kekebalan.
j. Menyembuhkan peradangan.
k. Memperbaiki komunikasi antarsel.
l. Menggagalkan kerusakan DNA.

31
m. Alat bantu sistem getah bening.
n. Memelihara optimal fungsi kelenjar gondok.
o. Mengurangi resistansi insulin.
p. Membantu penurunan berat badan.
q. Menyembuhkan kerusakan urat saraf.
r. Menyeimbangkan sistem kelenjar endokrin. Alat bantu dari sinergi tubuh.
s. Meringankan wasir.
t. Membantu menurunkan kadar gula dalam darah (hypoglycemia).
u. Meringankan penyakit kulit kemerah-merahan/bersisik (psoriasis).
v. Membantu menyembuhkan luka.
w. Meringankan sakit akibat carpal tunnel syndrome (penyakit yang terjadi
pada pergelangan tangan serta jari yang disebabkan oleh tekanan yang
sering terjadi pada bagian tersebut. Dan biasanya sering diakibatkan
karena terlalu sering memakai keyboard dan mouse).
x. Menghilangkan penyakit kulit kering bersisik kronis (neurodermatitis).
y. Kandungan anti peradangan dari manggis dapat mengurangi sisik dan
gatal pada penyakit kulit
3.7.2 Kontraindikasi

Efek samping kulit manggis bagi kesehatan dapat dirasakan pada sebagian
orang yang pasalnya akan terjadi gangguan pada ginjal dan juga usus. Kulit
manggis mengandung resin, tanin, dan juga serat kasar yang jika mengendap
dapat membahayakan ginjal dan juga usus Anda.
Meskipun kulit manggis bermanfaat sebagai penangkal radikal bebas, anti-
diabetes, anti peradangan, anti bakteri, bahkan juga anti kanker namun endapan
yang dihasilkan akan membahayakan organ ginjal dan juga usus karena susah
diserap.
Efek samping lain yang sering dirasakan orang setelah mengkonsumsi
kulit manggis adalah perut akan menjadi kembung atau terasa seperti kembung.
Efek ini dikarenakan ada kecenderungan bahwa pasien memiliki jenis penyakit
lain yang timbul selain dari penyakit utama yang ditemukan.

32
Misalnya pasien dengan keluhan menderita penyakit maag ternyata merasa
kembung setelah mengkonsumsi kulit manggis besar kemungkinan pasien tersebut
menderita penyakit pencernaan lain selain maag karena manggis memiliki sifat
asam. Dianjurkan jika Anda merasa kembung, Anda dapat mengkonsumsi kunyit
dan juga temulawak.

3.8 Efek Samping Obat

Seperti yang telah disebutkan, efek samping dari kulit manggis akan sering
berpengaruh pada ginjal. Efek samping yang akan dirasakan oleh para penderita
gangguan ginjal akan muncul jika pengolahan kulit manggis tidak tepat. Jika
Anda mengkonsumsi seduhan kulit manggis, Anda harus mengimbanginya
dengan memperbanyak minum air putih.
Jika tidak senyawa atau endapan yang tidak dapat diserap oleh ginjal akan
mengendap dan pada akhirnya akan menghambat kinerja ginjal Anda. Dengan
banyak minum air putih dapat mengurangi pengendapan dalam ginjal Anda. Anda
juga dapat mengkonsumsi adas, jintan atau daun sembung yang bersifat diuretik.
Menurut penelitian yang dilakukan beberapa instansi, konsumsi kulit manggis
untuk jangka pendek masih aman untuk digunakan selama masih dalam takaran
dibawah 750 gram. Ukuran tersebut masih aman jika dikonsumsi.
Kulit manggis atau ekstrak kulit manggis tidak termasuk racun atau toxic
sehingga tidak akan mempengaruhi profil kimia dalam darah, ginjal, dan juga hati
jika dikonsumsi masih dalam dosis tidak lebih dari 750 gram. Tentu efek samping
kulit manggis pasti ada, namun jika kita mengkonsumsinya masih dalam batasan
wajar akan lebih aman. Karena sesuatu yang berlebihan memang tidak akan
memberikan dampak yang baik

3.9 Hal yang Diperhatikan

Manfaat dan khasiat kulit manggis tidak bekerja secara spontan akan tetapi
manfaat kulit manggis bekerja secara perlahan-lahan namun bekerja secara
efektif, oleh karena itu mengkonsumsi kulit manggis harus secara rutin dan
berkesinambungan. Walaupun begitu agar tidak menyalahi prosedur

33
pengobatan terhadap penyakit yang di derita lebih baik mengkonsultasikan
kepada dokter atau ahli herbal.

3.10 Implikasi Keperawatan

Seorang perawat harus bisa memahami bagaimana konsep dasar tentang


farmakologi baik itu tentang obat tradisional maupun modern. Pemberian obat
merupakan salah satu tugas seorang perawat yang perlu diperhatikan dengan
benar. Perawat merupakan orang atau tenaga kesehatan terpenting dalam proses
pemberian obat kepada klien. Perawat memiliki tanggung jawab pada yang telah
diberikan perawat juga harus memastikan tentang kebenaran obat yang diberikan
pada klien. Obat yang diberikan kepada klien, merupakan bagian integral dari
rencana keperawatan. Perawat merupakan tenaga kesehatan yang paling mengerti
tentang kebutuhan dan respon pasien terhadap pengobatan karena perawat adalah
tenaga kesehatan yang terus memantau keadaan klien. Intervensi dalam
keperawatanan harus mencangkup rencana pemberian obat, pengetahuan tentang
kerja dan interaksi obat, efek samping, lama kerja obat. Oleh karena itu perawat
harus memahani bagaimanan kerja dan interaksi obat, efek samping, waktu paruh
Obat antibakteri oleh ekstra kulit manggis, sehingga dalam pemberian obat
ekstrak kulit manggis maka perawat bisa mengetahui terlebih dahulu bagaimana
kondisi klien, apakah tubuh klien dapat memberikan respon yang baik dari
pemberian obat. Terdapat beberapa implikasi perawat dalam pemberian obat
tradisional pada klien diantaranya:

1. Sebelum menganjurkan untuk mengkonsumsi obat ekstrak kulit manggis ini


maka perawat harus memperhatikan terlebih dahulu tentang identitas klien,
2. setiap obat dengan nama dagang dengan isi sestansi yang sama harus diperiksa
labelnya sebelum obat tersebut diberikan
3. observasi respon klien terhadap pemberian obat tersebut,
4. terapkan prinsip 12 benar

34
BAB 4. KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Manggis merupakan tanaman tahunan yang masa hidupnya dapat mencapai
puluhan tahun. Pohon manggis selalu hijau dengan tinggi 6-20 meter. Manggis
mempunyai batang tegak, batang pohon jelas, kulit batang coklat, dan memiliki
getah kuning. Daun menggis tunggal, duduk daun berhadapan atau bersilang
berhadapan.
Manggis mengandung lebih dari 40 senyawa kimia alami bernama
Xhanthones. Di antaranya ada Alpha mangostin, gamma-mangostin, dan
garcinone E. Xhanthones disebut-sebut sebagai antioksidan paling aktif yang
pernah ditemukan di alam. Manggis juga mengandung senyawa bermanfaat lain
seperti catechin, polisakarida, kuinon, stilbene, dan polifenol.

4.2 Saran

Pemahaman perawat tentang farmakokinetika adalah menjadi hal yang perlu


untuk dipelajari, karena perawat merupakan orang yang akan bertanggung jawab
penuh secara moril terhadap efek obat pada klien. Diharapkan pada makalah yang
lain akan dapat membahas lebih dalam tentang bagaimana farmakokinetika dan
farmakodinamika dari obat ekstrak kulit buah manggis ini. sebaiknya perawat
harus lebih terbuka dan update dengan obat-obat tradisional yang mulai booming
dan mulai menjadi pilihan utama bagi beberapa kalangan masyarakat, baik
masyarakat modern maupun tradisional.

35
DAFTAR PUSTAKA

Agus.2012 . Menilik Lebih Jauh Manfaat Kulit Manggis Bagi Kesehatan (online),
(http://manfaatkulitmanggis.com/, diakses 24 oktober 2016)
AnneAhira.2012 .Dasyatnya Manfaat Buah Manggis (online),
(http://www.anneahira.com/manfaat-buah-manggis.htm, diakses 24
oktober 2016)
Blogger.2011. Manfaat Kulit Manggis yang berlimpah (online),
(http://www.seputarwanitasehat.com/2012/10/manfaat-kulit-manggis-dan-
kandungan.html, diakses 24 oktober 2016)
Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya. 2008. Kumpulan Kuliah Farmakologi
Edisi 2.Jakarta:EGC
Pitojo, Setijo dan Hesti Nira Puspita. 2007. Budidaya Manggis. Semarang: Aneka
Ilmu.
Rukmana, Rahmat. 2003. Bibit Manggis. Yogyakarta: Kaninus.
Winarsi, Hery.2007. Antioksidan Alami dan Radikal Bebas. Yogyakarta:
Kaninus.

36
LAMPIRAN

37

You might also like