Professional Documents
Culture Documents
MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Keperawatan Medikal Bedah 2
yang dibina oleh Ibu Laili Nur Azizah, S. Kep. Ners., M. Kep.
oleh :
Kelompok 2
1. Amalia Choyrotun Nisa (03/162303101007)
2. Amiruz Zamroni (04/162303101010)
3. Ana Yuniar Miladini (05/162303101011)
4. Diyah Ika Damayanti (12/162303101033)
5. Inge Oktavioni (21/162303101061)
6. Muntiyatul Choiro Safitri (28/162303101081)
7. Rinda Nora Septia (39/162303101110)
8. Shinta Dewi Okky E. S. (42/162303101119)
9. Ulfatul Hasanah (44/162303101129)
10. Wahyu Anggoro Jati (45/162303101131)
Tingkat 3A
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha pengasih lagi Maha
penyayang, dipanjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya, sehingga makalah tentang
“Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Steven Johnson Sindrom (SJS)” ini
dapat diselesaikan.
Makalah ini telah disusun dengan semaksimal mungkin dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah
ini. Untuk itu disampaikan banyak terima kasih Ibu Laili Nur Azizah, S. Kep.
Ners., M. Kep. selaku dosen matakuliah Keperawatan Medikal Bedah 2 D3
Keperawatan Universitas Jember Kampus Lumajang yang telah memberi tugas
mengenai “Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Steven Johnson Sindrom
(SJS)” dan kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan
makalah ini.
Terlepas dari semua itu, tentu masih ada kekurangan baik dari segi
susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu diharapkan saran dan
kritik dari pembaca agar dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata diharapkan semoga makalah tentang “Asuhan Keperawatan
pada Klien dengan Steven Johnson Sindrom (SJS)” ini, dapat memberikan
manfaat terhadap pembaca, mahasiswa khususnya.
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
COVER....................................................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
DAFTAR TABEL...................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................vi
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................vii
BAB 1. PENDAHULUAN.....................................................................................8
1.1 Latar Belakang........................................................................................8
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................9
1.3 Tujuan.....................................................................................................10
1.3.1 Tujuan Umum...................................................................................10
1.3.2 Tujuan Khusus..................................................................................10
1.4 Manfaat..................................................................................................10
1.4.1 Manfaat Teoritis................................................................................10
1.4.2 Manfaat Praktis.................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................33
iv
LEAFLET.............................................................................................................44
DAFTAR ISTILAH..............................................................................................45
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vii
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Menganalisis masalah tentang Asuhan Keperawatan pada Klien
dengan Steven Johnson Sindrom (SJS) dalam konteks ilmu Keperawatan
Medikal Bedah.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Mengetahui definisi dari Steven Johnson Sindrom (SJS).
b. Mengetahui etiologi Steven Johnson Sindrom (SJS).
c. Mengetahui patofisiologi Steven Johnson Sindrom (SJS).
d. Mengetahui manifestasi klinis Steven Johnson Sindrom (SJS).
e. Mengetahui pemeriksaan diagnostik/ penunjang Steven Johnson Sindrom
(SJS).
f. Mengetahui penatalaksanaan Steven Johnson Sindrom (SJS).
g. Mengetahui prognosis Steven Johnson Sindrom (SJS).
h. Mengetahui konsep Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Steven
Johnson Sindrom (SJS).
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat Teoritis
a. Untuk pengembangan keilmuan di bidang pembelajaran Keperawatan
Medikal Bedah.
b. Untuk menambah pengetahuan tentang Asuhan Keperawatan pada Klien
dengan Steven Johnson Sindrom (SJS) dalam konteks ilmu Keperawatan
Medikal Bedah.
1.4.2 Manfaat Praktis
a. Manfaat Bagi Penulis
Manfaat yang dapat dirasakan langsung oleh penulis dapat berupa
pengalaman berharga dalam menyusun karya tulis ilmiah tentang Steven
Johnson Sindrom (SJS) ini, serta penulis juga bisa memperoleh informasi
secara langsung dari berbagai macam sumber ilmiah tentang definisi,
etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, pemeriksaan diagnostik/
penunjang, penatalaksanaan, prognosis, dan konsep asuhan keperawatan
11
2.1.2 Etiologi
Penyebab Steven Johnson ini paling banyak dipicu oleh penggunaan obat-
obatan atau dengan kata lain, penyebab Steven Johnson ini adalah karena alergi
obat-obat tertentu, biasanya adalah penggunaan obat antibiotik. Selain alergi obat
penyebab lainnya adalah karena adanya infeksi virus, bakteri, atau jamur tertentu,
karena makanan seperti coklat, ketidakcocokan lingkungan misal udara dingin,
panas matahari dan bahkan bisa juga dipicu oleh penyakit keganasan lainnya
misal kanker. Etiologi sindrom Stevens-Johnson bersifat multifaktorial, sedangkan
etiologi pasti belum diketahui. Faktor yang diduga kuat sebagai etiologinya adalah
reaksi alergi obat secara sistemik, infeksi bakteri, virus, jamur, protozoa,
neoplasma, reaksi pascavaksinasi, terapi radiasi, alergi makanan, bahan-bahan
kimia dan penyakit kolagen (Ramayanti, 2011).
Alergi obat tersering adalah golongan obat analgetik (pereda nyeri),
antipiretik (penurun demam) sekitar 45%, golongan karbamazepin sekitar 20%
dan sisanya adalah jenis jamu-jamuan. Beberapa faktor yang dapat dianggap
sebagai penyebab adalah:
13
2.1.3 Patofisiologi
14
pada mukosa bibir meluas sampai tepi sebelah luar bibir dan sudut mulut (gambar
2.4).
Pada palatum mole maupun palatum durum dapat terjadi lesi oral. Lesi
oral diawali oleh vesikel maupun bula yang mudah pecah menjadi erosi,
ekskoriasi dan ulkus. Erosi seringkali ditutupi pseudomembran dan dikelilingi
daerah berwarna kemerahan. Ulkus dapat meluas terutama terjadi pada palatum
durum (gambar 2.5). Pada mukosa pipi terjadi juga pola perkembangan lesi
seperti lidah, vesikel atau bula di mukosa pipi jarang ditemukan utuh, hanya
berupa erosi atau ulkus yang ditutupi dengan pseudomembran.
b. Pemeriksaan darah lengkap (CBC) dapat menunjukkan kadar sel darah putih
yang normal atau leukositosis nonspesifik. Penurunan tajam kadar sel darah
putih dapat mengindikasikan kemungkinan infeksi bakterial berat.
c. Determine renal function and evaluate urine for blood.
d. Pemeriksaan elektrolit.
e. Kultur darah, urine, dan luka diindikasikan ketika infeksi dicurigai terjadi.
f. Pemeriksaan bronchoscopy, esophagogastro duodenoscopy (EGD), dan
kolonoskopi dapat dilakukan.
g. Chest radiography untuk mengindikasikan adanya pneumonitis.
h. Pemeriksaan histopatologi dan imonohistokimia dapat mendukung
ditegakkannya diagnosa.
i. Tes lainya :
Biopsi kulit memperlihatkan luka superiderma, adanya mikrosis sel
epidermis, dan nfiltrasi limposit pada daerah ferivaskulator
2.1.6 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan menurut Adithan (2006):
a. Kortikosteroid
Bila keadaan umum baik dan lesi tidak menyeluruh cukup diobati dengan
prednisone 30-40 mg sehari. Namun bila keadaan umumnya buruk dan lesi
menyeluruh harus diobati secara tepat dan cepat.Kortikosteroid merupakan
tindakan live-saving dan digunakan deksametason intravena dengan dosis
permulaan 4-6 x 5 mg sehari. Umumnya masa kritis diatasi dalam beberapa hari.
Pasien steven-Johnson berat harus segera dirawat dan diberikan deksametason
6×5 mg intravena. Setelah masa krisis teratasi, keadaan umum membaik, tidak
timbul lesi baru, lesi lama mengalami involusi, dosis diturunkan secara cepat,
setiap hari diturunkan 5 mg. Setelah dosis mencapai 5 mg sehari, deksametason
intravena diganti dengan tablet kortikosteroid, misalnya prednisone yang
diberikan keesokan harinya dengan dosis 20 mg sehari, sehari kemudian
diturunkan lagi menjadi 10 mg kemudian obat tersebut dihentikan. Lama
pengobatan kira-kira 10 hari.
Seminggu setelah pemberian kortikosteroid dilakukan pemeriksaan
elektrolit (K, Na dan Cl). Bila ada gangguan harus diatasi, misalnya bila terjadi
hipokalemia diberikan KCL 3 x 500 mg/hari dan diet rendah garam bila terjadi
hipermatremia. Untuk mengatasi efek katabolik dari kortikosteroid diberikan diet
19
d. Topikal
Terapi topical untuk lesi di mulut dapat berupa kenalog in orabase.Untuk
lesi di kulit yang erosif dapat diberikan sufratulle atau krim sulfadiazine perak.
Perawatan membutuhkan pendekatan tim, yang melibatkan spesialis luka
bakar, penyakit dalam, mata, dan kulit. Cairan elektrolit dan makanan cairan
dengan kalori tinggi harus diberi melalui infus untuk mendorong kepulihan.
Antibiotik diberikan bila dibutuhkan untuk mencegah infeksi sekunder seperti
sepsis. Obat nyeri, misalnya morfin, juga diberikan agar pasien merasa lebih
nyaman.
Pada umumnya penderita SJS datang dengan keadaan umum berat sehingga
terapi yang diberikan biasanya adalah:
1) Terapi cairan dan elektrolit, serta kalori dan protein secara parenteral.
2) Antibiotik spektrum luas, selanjutnya berdasarkan hasil biakan dan uji
resistensi kuman dari sediaan lesi kulit dan darah.
3) Kotikosteroid parenteral: deksamentason dosis awal 1mg/kg BB bolus,
kemudian selama 3 hari 0,2-0,5 mg/kg BB tiap 6 jam. Penggunaan steroid
20
2.1.7 Prognosis
Prognosis yang terbaik adalah ketika:
a. Pasien berusia <50 tahun
b. Luas permukaan tubuh total (TBSA) yang terlibat rendah
c. Pasien dipindahkan ke pusat luka bakar
d. Pasien tidak mengalami sepsis
21
2.1.8 Komplikasi
Komplikasi yang tersering ialah bronko-pneumoni, yang didapati sekitar
16% diantara seluruh kasus yang datang berobat. Komplikasi yang lain ialah
kehilangan cairan/darah, gangguan keseimbangan elektrolit dan syok. Pada mata
dapat terjadi kebutaan karena gangguan lakrimasi. Sepsis dan keratokonjungtivitis
merupakan komplikasi sindrom steven johnson. Sepsis yang tidak dikenali dan
tidak diatasi dapat membawa kematian. Keratokonjungtivitis dapat mengganggu
penglihatan dan mengakibatkan retraksi serta pembentukan sikatriks pada
konjungtiva dan lesi kornea (Smeltzer, 2010).
3.1 Simpulan
Sindrom Steven Johnson adalah sindroma yang mengenai kulit, selaput
lendir di orifisium dan mata dengan keadaan umum bervariasi dari ringan sampai
berat, kelainan pada kulit berupa eritema, vesikel/bula, dapat disertai purpura
(Mochtar Hamzah, 2007). Penyebab Steven Johnson ini paling banyak dipicu oleh
penggunaan obat-obatan atau dengan kata lain, penyebab Steven Johnson ini
adalah karena alergi obat-obat tertentu, biasanya adalah penggunaan obat
antibiotik. Selain alergi obat penyebab lainnya adalah karena adanya infeksi
virus, bakteri, atau jamur tertentu, karena makanan seperti coklat, ketidakcocokan
lingkungan misal udara dingin, panas matahari dan bahkan bisa juga dipicu oleh
penyakit keganasan lainnya misal kanker.
Keadaan umumnya bervariasi dari ringan sampai berat. Pada yang berat
kesadarannya menurun, penderita dapat soporous sampai koma. Mulainya
penyakit akut dapat disertai gejala prodromal berupa demam tinggi, malaise, nyeri
kepala, batuk, pilek dan nyeri tenggorokan. Diagnosis keperawatan pada penyakit
Sindrom Steven Johnson antara lain kerusakan integritas kulit, ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, nyeri akut dan risiko infeksi.
3.2 Saran
Makalah yang kami susun semoga dapat membantu kita untuk lebih
memahami tentang asuhan keperawatan pada klien dengan Steven Johnson
Sindrom (SJS). Dan sebagai mahasiswa keperawatan yang kedepannya akan
melakukan pelayanan keperawatan, maka kita harus lebih memahami tentang
asuhan keperawatan pada klien dengan Steven Johnson Sindrom (SJS). Sehingga
diharapkan kedepannya kita bisa memberikan pelayanan keperawatan pada klien
dengan Steven Johnson Sindrom (SJS) dengan lebih baik dan lebih bermutu atau
berkualitas.
31
DAFTAR PUSTAKA
Hamzah, M. 2007. Erupsi Obat Alergik. In: Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 5th
ed. Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran
Universtas Indonesia.
Mansjoer, A., dkk. 2002. Erupsi Alergi Obat. Jakarta: Kapita Selekta Kedokteran.
Muttaqin, Arif dan Kumala Sari. 2012. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem
Integumen. Jakarta : Salemba Medika
Sharma, V.K. 2006. Management of Stevens Johnson Syndrome (SJS) and Toxic
Epidermal Necrolysis (TEN). Proposed IADVL Consensus Guidelines.
Smeltzer, Suzanne. 2010. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Alih bahasa
Agung Waluyo. Edisi 2 : Jakarta : EGC.
A. ANALISIS SITUASI
1. Audien
a. Jumlah 40 orang.
b. Latar belakang pendidikan adalah Mahasiswa.
2. Penyuluh
a. Mampu mengkomunikasikan kegiatan penyuluhan tentang Penyakit
Steven Johnson Sindrom (SJS) dengan metode dan media yang sesuai.
3. Ruangan
a. Cukup luas.
b. Penerangan dan ventilasi kondusif.
B. TUJUAN INTRUKSIONAL
1. Tujuan umum
Setelah mendapatkan penyuluhan diharapkan audien memahami tentang
Penyakit Steven Johnson Sindrom (SJS) dan cara perawatannya.
2. Tujuan khusus
Setelah mendapatkan penyuluhan diharapkan audien dapat:
a. Menjelaskan pengertian Penyakit Steven Johnson Sindrom (SJS).
b. Menyebutkan penyebab terjadinya Penyakit Steven Johnson Sindrom
(SJS).
35
C. KEGIATAN PENYULUHAN
Tahap Kegiatan Kegiatan Metode Waktu
Kegiatan Penyuluh Peserta
Pembukaan 1. Salam Memperhatikan Ceramah 10 menit
pembukaan dan menjawab
2. Perkenalan diri salam
3. Menjelaskan
tujuan umum dan
tujuan khusus
4. Apersepsi
tentang Penyakit
Steven Johnson
Sindrom (SJS)
5. Kontrak waktu
Penyajian Penyampaian materi: Mendengarkan dan Ceramah 30 menit
1. Menjelaskan memperhatikan dan
pengertian microsoft
Penyakit Steven power
Johnson Sindrom point
(SJS).
2. Menjelaskan
penyebab
terjadinya
Penyakit Steven
Johnson Sindrom
(SJS).
3. Menjelaskan
tanda dan gejala
Penyakit Steven
Johnson Sindrom
(SJS).
4. Menjelaskan
tindakan yang
bisa dilakukan
untuk perawatan
Penyakit Steven
Johnson Sindrom
(SJS).
Penutup a. Memberi Bertanya dan Ceramah 10 menit
kesempatan menjawab dan tanya
36
D. MATERI
dan sisanya adalah jenis jamu-jamuan. Beberapa faktor yang dapat dianggap
sebagai penyebab adalah:
1) Alergi obat secara sistemik (misalnya penisilin, analgetik, arti piuretik)
a) Penisilline dan semisintetiknya
(1) Sthreptomicine
(2) Sulfonamida
(3) Tetrasiklin
b) Anti piretik atau analgesik (derifat, salisil/pirazolon, metamizol,
metampiron dan paracetamol)
(1) Kloepromazin
(2) Karbamazepin
(3) Kirin Antipirin
(4) Tegretol
2) Infeksi mikroorganisme (bakteri, virus, jamur dan parasit)
3) Neoplasma dan faktor endokrin
4) Faktor fisik (udara dingin, sinar matahari, radiasi, sinar-X)
5) Makanan
c. Tanda dan Gejala Penyakit Steven Johnson Sindrom (SJS).
Keadaan umumnya bervariasi dari ringan sampai berat. Pada yang berat
kesadarannya menurun, penderita dapat soporous sampai koma. Mulainya
penyakit akut dapat disertai gejala prodromal berupa demam tinggi, malaise, nyeri
kepala, batuk, pilek dan nyeri tenggorokan. Trias Steven Johnson menurut Hudak
& Gallo (2010) adalah:
1) Kelainan kulit
Kelainan kulit terdiri dari eritema, vesikel dan bula. Vesikel dan bula
kemudian memecah sehingga terjadi erosi yang luas. Disamping itu dapat juga
terjadi purpura. Pada bentuk yang berat kelainannya generalisata.
hidung dan anus jarang (masing-masing 8% dan 4%). Kelainan berupa vesikel dan
bula yang cepat memecah sehingga menjadi erosi dan ekskoriasi dan krusta
kehitaman. Juga dalam terbentuk pseudomembran. Dibibir kelainan yang sering
tampak ialah krusta berwarna hitam yang tebal. Kelainan dimukosa dapat juga
terdapat difaring, traktus respiratorius bagian atas dan esopfagus. Stomatitis ini
dapat menyebabkan penderita sukar tidak dapat menelan. Adanya pseudomembran
di faring dapat menyebabkan keluhan sukar bernafas.
3) Kelainan mata
Kelainan mata merupakan 80% diantara semua kasus yang tersering ialah
konjungtivitis kataralis. Selain itu juga dapat berupa kongjungtifitis purulen,
perdarahan, ulkus korena, iritis dan iridosiklitis. Disamping trias kelainan tersebut
dapat pula terdapat kelainan lain, misalnya: nefritis dan onikolisis.
0,9% atau burow. Kompres dengan asam salisilat 0,1% dapat diberikan untuk
perawatan lesi pada kulit. Kerjasama antara dokter gigi dan dokter spesialis
ilmu penyakit kulit dan kelamin sangat diperlukan.
2) Perawatan pada mata
Perawatan pada mata memerlukan kebersihan mata yang baik, memberikan
kompres dengan larutan salin serta lubrikasi mata dengan air mata artificial
dan ointment. Pada kasus yang kronis,suplemen air mata seringkali digunakan
untuk mencegah terjadinya corneal epithelial breakdown. Antibiotik topikal
dapat digunakan untuk menghindari terjadinya infeksi sekunder.
3) Perawatan pada genital
Larutan salin dan petroleum berbentuk gel sering digunakan pada area genital
penderita. Penderita sindrom Stevens-Johnson yang seringkali mengalami
gangguan buang air kecil akibat uretritis, balanitis, atau vulvovaginitis, maka
kateterisasi sangat diperlukan untuk memperlancar buang air kecil. (RK
Landow, 1983)
4) Perawatan pada oral
Rasa nyeri yang disebabkan lesi oral dapat dihilangkan dengan pemberian
anastetik topical dalam bentuk larutan atau salep yang mengandung lidokain
2%.Campuran 50% air dan hydrogen peroksida dapat digunakan untuk
menyembuhkan jaringan nekrosis pada mukosa pipi.Antijamur dan antibiotik
dapat digunakan untuk mencegah superin-feksi.Lesi pada mukosa bibir yang
parah dapat diberikan perawatan berupa kompres asam borat 3%.Lesi oral
pada bibir diobati dengan boraks-gliserin atau penggunaan triamsinolon
asetonid.Triamsinolon asetonid merupakan preparat kortikosteroid
topical.Kortikosteroid yang biasa digunakan pada lesi oral adalah bentuk
pasta.Pemakaian pasta dianjurkan saat sebelum tidur karena lebih
efektif.Sebelum dioleskan, daerah sekitar lesi harus dibersihkan terlebih
dahulu kemudian dikeringkan menggunakan spons steril untuk mencegah
melarutnya pasta oleh saliva. Apabila pasta larut oleh saliva, obat tidak dapat
bekerja dengan optimum sehingga tidak akan diperoleh efek terapi yang
diharapkan.
40
2. METODE PENYULUHAN
1. Metode penyuluhan langsung (ceramah dan tanya jawab)
2. Pendekatan massal
3. Metode kombinasi (melihat dan mendengarkan)
3. PENGORGANISASIAN
Penyaji :
1. Amalia Choyrotun Nisa (03/162303101007)
2. Amiruz Zamroni (04/162303101010)
3. Diyah Ika Damayanti (12/162303101033)
4. Inge Oktavioni (21/162303101061)
5. Muntiyatul Choiro Safitri (28/162303101081)
6. Rinda Nora Septia (39/162303101110)
7. Shinta Dewi Okky E. S. (42/162303101119)
8. Ulfatul Hasanah (44/162303101129)
Dokumentasi:
Wahyu Anggoro Jati (45/162303101131)
4. EVALUASI
1. Apa yang dimaksud dengan Penyakit Steven Johnson Sindrom (SJS)?
2. Apa saja penyebab terjadinya Penyakit Steven Johnson Sindrom (SJS)?
3. Apa saja tanda dan gejala Penyakit Steven Johnson Sindrom (SJS)?
4. Bagaimana cara perawatan Penyakit Steven Johnson Sindrom (kulit, mata,
genital, dan oral)?
41
DAFTAR PUSTAKA
Hamzah, M. 2007. Erupsi Obat Alergik. In: Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 5th
ed. Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran
Universtas Indonesia.
LEAFLET
43
DAFTAR ISTILAH
44