You are on page 1of 12

BAHAN AJAR

WAKTU DAN TEMPAT GEOGRAFIS

Oleh :
TIM WIDYAISWARA
BALAI DIKLAT KEAGAMAAN SURABAYA

Disampaikan pada :

DIKLAT TEKNIS SUBSTANTIF


TENAGA HISAB RUKYAT

SITUBONDO
2016
BAB I

0
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Dalam kehidupan sehari-hari sering dijumpai adanya perbedaan
waktu antara satu kota dengan kota yang lain dalam jadwal sholat lima waktu
meskipun keduanya berada dalam satu wilayah ( zone waktu ) yang sama,
tetapi kenyataan dalam waktu standar antar kedua kota tidak ada perbedaan
waktu.
Demikian pula antar dua kota yang terletak dalam bujur yang sama
kadang dijumpai adanya perbedaan dalam pelaksanaan waktu sholat, yang
secara pembagian waktu standar kedua kota tesebut menunjukkan waktu yang
sama.
Fenomena alam terutama pergerakan Matahari yang menyinari kita
kadang terlupakan oleh kita selaku ahli astronomi atau pencinta Ilmu Falak
terutama dalam peredaran semu, waktu matahari berada persis di katulistiwa
maupun waktu terjadinya perjalanan balik matahari baik di belahan Utara
maupun perjalanan balik di belahan Selatan.
Hal-hal demikian yang mendorong kita untuk mempelajari adanya
perbedaan waktu hubungannya dengan posisi pengamat yang kita sebut
dengan istilah waktu dan Tempat geografis
Banyak hal yang perlu kita dalami terutama bagaimana menentukan
posisi pengamat ditinjau dari lintang dan bujur tempat, menentukan waktu
matahari, mengenal Equation of Time, menentukan LMT ( Lokal Mean
Time ), menentukan konversi antara sudut dan waktu, menentukan Zone
waktu, dan menentukan waktu Standar

BAB II

1
PEMBAHASAN

A. LINTANG DAN BUJUR TEMPAT

1. Pengertian Lintang dan Bujur Tempat


Lintang tempat adalah jarak yang diukur dari tempat dimaksud ke garis
khatulistiwa bumi sepanjang garis lingkaran paralel bumi.

Ada dua garis lintang yaitu :


Lintang Utara yang nilainya 0⁰ LU - 90 ⁰ LU yang diukur dari khatulistiwa
( 0 ⁰ ) ke arah kutub Utara (90 ⁰ ) yang biasanya diberi tanda positip.
Lintang Selatan yang nilainya 0 ⁰ LS - 90 ⁰ LS yang diukur dari
khatulistiwa ( 0 ⁰ ) ke arah kutub Selatan (90 ⁰ ) yang biasanya diberi
tanda negatip.
Adapun garis edar Matahari adalah sebagai berikut :
1). θ = 0o pada equator (khatulistiwa) bumi
2). θ = + 23o 30' pada garis balik Utara (LU atau U)
3). θ = + 90o pada kutub Utara (LU atau U)
4). θ = - 23o 30' pada garis balik Selatan (LS atau S)
5). θ = - 90o pada kutub Selatan (LS atau S)

GBU 22 JUNI 23½⁰ LU

21 MARET 23 SEPT 21 MARET 0⁰

GBS 22 DES 23½⁰ LS

2
Bujur tempat adalah jarak yang diukur dari tempat dimaksud ke garis bujur
melalui kota Greenwich (dekat London) sepanjang garis bujur bumi.

Ada dua garis bujur yaitu :


a. Bujur Barat yaitu garis bujur yang terletak di sebelah Barat Greenwich
yang nilainya 0 º BB - 180 º BB yang biasanya diberi tanda negatip.
b. Bujur Timur yaiotu garis bujur yang terletak di sebelah Timur Greenwich
yangnilainya 0 ºBT - 180 º BT yang biasanya diberi tanda positip.

Hubungan Meridian / bujur tempat dengan waktu :

a. 1 putaran ditempuh 360o sama dengan 24 jam


b. ½ putaran ditempuh 180o sama dengan 12 jam
c. ¼ putaran ditempuh 90o sama dengan 6 jam
d. 15o sama dengan 1 jam (60 menit)
e. 1o sama dengan 4 menit
f. 0o 4' sama dengan 1 menit

2. Cara menentukan Lintang dan Bujur Tempat

Adapun untuk mengetahui posisi di mana kita berada dapat ditentukan


melalui beberapa cara, antara lain:

1. Pencarian posisi bumi dengan dengan Global Positioning System (GPS).


2. Pencarian melalui situs internet
( misalnya www.infoplease.com/atlas/laitude-longitude.html )
3. Pencarian melalui software komputer (misalnya Encarta)
4. Penghitungan interpolasi dengan tempat lain
5. Penghitungan interpolasi dari data Lintang dan Bujur yang ada di atlas
atau peta
6. Penghitungan bayang-bayang tongkat istiwa
7. Penghitungan alat bidik (theodolite)
8. Pencarian melalui tabel yang tersedia

3
Tidak semua kota tersedia data lintang dan bujur tempat dalam daftar
buku, peta Geografis, hanya kota penting saja yang tersedia datanya secara
lengkap. Untuk kota-kota atau tempat-tempat yang tidak terdapat dalam
daftar tersebut, harus diukur atau dihitung sendiri.

Tidak jelas bagi kita di titik mana di kota itu angka koordinat
lintang dan bujur tempat tersebut berlaku. Misalnya Surabaya (kota)
berukuran lintang 7º 15' LS dan 112º 45’ BT. Tidak jelas angka inii berlaku
tepat di posisi mana. di Tanjung Perak, di pusat Pemerintahan atau mungkin di
Pasar Wonokromo.

Untuk lebih akuratnya sebaiknya kita gunakan data lintang dan bujur
tempat yang relatif dekat dengan kota yang hendak kita tentukan data
lokasinya

Langkah pertama yang harus kita tempuh adalah mencari dua buah
kota terdekat dengan tempat yang akan dicari lintang dan bujurnya, yang
koordinat geograflsnya tercantum dalam daftar tersebut. Misalkan kota (B)
berkoordinat 6° 37' LS, 106° 48' BT dan kota (C) yang berkoordinat 6°51’,
107°08' BT. Kita dapat menentukan koordinat kota lain yang berjarak tertentu
dari kedua kota tersebut. Perhatikan gambar berikut :

A
E
B
D

Bila satu kotak berukuran 1 cm x 1 cm dan diketahui Lintang dan bujur Kota
A (7⁰ 23’ 108⁰22’) dan Kota C (-5⁰ 43’ 116⁰32’), tentukan Koordinat Lintang
dan Bujur kota-kota yang lain.

Untuk menyelesaikan permasalahan di atas, maka perlu memperhatikan


ketentuan sebagai berikut :

4
1) Bila kota yang hendak ditentukan koordinat lintang tempat berada di
sebelah Selatan kota yang diketahui lintangnya maka nilai lintang
tempat = nilai lintang kota asal – selisih lintang hasil perhitungan.
2) Bila kota yang hendak ditentukan koordinat lintang tempat berada di
sebelah Utara kota yang diketahui lintangnya maka nilai lintang
tempat = nilai lintang kota asal + selisih lintang hasil perhitungan.
3) Bila kota yang hendak ditentukan koordinat bujur tempat berada di
sebelah Timur kota yang diketahui bujurnya maka nilai bujur tempat =
nilai bujur kota asal + selisih bujur hasil perhitungan.
4) Bila kota yang hendak ditentukan koordinat bujur tempat berada di
sebelah Barat kota yang diketahui bujurnya maka nilai bujur tempat =
nilai bujur kota asal - selisih bujur hasil perhitungan.
Untuk menentukan lintang dan bujur kota B, D dan E adalah sebagai
berikut :
a) Selisih jarak vertikal antara kota A dan C = 5 cm
b) Selisih lintang antara kota A dan C = (7⁰ 23’- (-5⁰ 43’) = 13⁰ 06’

Lintang kota B = 2 x 13⁰ 06’ = 08⁰ 44’


5
Lintang kota B = lintang kota A – selisih lintang kota B
= 7⁰ 23’ - 08⁰ 44’
= - 01⁰ 21’
a) Selisih jarak mendatar antara kota A dan C = 10 cm
b) Selisih bujur antara kota A dan C = (116⁰ 32’- 108⁰ 22’) = 08⁰ 10’

Bujur kota B = 4 x 08⁰ 10’ = 03⁰ 16’


10
Bujur kota B = Bujur kota A + selisih bujur kota B
= 108⁰ 22’ + 03⁰ 16’
= 111⁰ 38’
Jadi letak kota B adalah (- 01⁰ 21’ ; 111⁰ 38’ )
Dengan cara yang sama silahkan Saudara tentukan koordinat kota
D dan E ( selamat mencoba )

5
B. WAKTU MATAHARI

Yang dimaksud waktu bintang adalah waktu yang diperlukan oleh


bintang melakukan perputaran semu pada bumi satu kali putaran. Adanya
waktu bintang diakibatkan oleh rotasi bumi. Akibat dari rotasi bumi,
bintang-bintang terlihat dari bumi seperti bergerak dari timur ke barat.
Pergerakan bintang semu ini memerlukan waktu 23 jam 56 menit 4 detik.
Epok waktu bintang secara numerik adalah sudut waktu dari titik semi
(vernal equinox/haml). Pada titik inilah waktu bintang menunjukkan pukul
0. Satu hari bintang adalah interval waktu antara dua kulminasi atas yang
berurutan dari titik semi menengah di meridian tertentu. Jam nol (00:00)
suatu hari bintang adalah pada saat titik semi (menengah) berkulminasi
atas. Waktu bintang sejati tidak digunakan sebagai ukuran interval waktu
karena kecepatannya yang tidak uniform, yang disebabkan oleh
bervariasinya kecepatan rotasi bumi dan juga arah dari sumbu rotasi bumi
itu sendiri

Sudut waktu atau sudut jam disebut juga sudut jam lokal (local
hour angle / LHA) benda langit adalah panjang busur benda langit
sepanjang gerak hariannya dihitung dari meridian langit tempat kulminasi
atasnya. Dapat diartikan pula sebagai besar sudut pada kutub langit utara
atau selatan yang diapit oleh garis meridian dan lingkaran deklinasi yang
melalui benda langit tersebut. Seperti halnya Asensio rekta (), Sudut
Waktu (t) dinyatakan dalam satuan jam. Untuk mempermudahkan
pemahaman ruang dan perhitungan seringkali dinyatakan dalam satuan
derajat busur, dengan konversi setiap jam = 15 o. Sudut waktu matahari
disebut t matahari atau to dan sudut waktu bulan disebut t bulan atau tc.
Harga sudut waktu bulan maupun matahari adalah 0o sampai 180o.
Harga t = 0o pada saat bulan atau matahari tepat berada di titik kulminasi
atas di meridian langit, sedangkan 180o saat berada di titik kulminasi
bawahnya.Karena perhitungan sudut jam dari meridian ke arah barat atau
searah dengan gerak semu harian benda langit, maka harga t bulan maupun

6
matahari akan berharga positif (+) jika terletak di barat meridian.
Sebaliknya jika berada di timur meridian atau belum mencapai titik
kulminasi atas berharga negatif (-).
Sudut jam merupakan koordinat equator yang dipakai dalam
observasi benda langit. Besaran ini dapat diperoleh dari sudut jam titik
Aries (jam bintang atau jam sideris) dikurangi Asensio rekta benda langit.
Harga sudut waktu dapat dihitung dengan rumus:
Cos t = - tan  tan  + sin h : cos : cos 
C. EQUATION OF TIME

Equation of Time, ta’dil al waqt / ta’dil al syams ( ‫ تـعـديـل‬/ ‫تـعـديـل الـوقـت‬


‫ ) الـشـمـس‬dikenal dalam bahasa Indonesia sebagai Perata Waktu.

Data ini adalah selisih antara waktu kulminasi matahari hakiki dengan
waktu kulminasi matahari rata-rata. Data ini biasanya dinyatakan dengan
huruf "e" kecil dan diperlukan dalam menghisab bayang-bayang kiblat,
waktu shalat dan awal bulan.

D. LOCAL MEAN TIME ( LMT )

Waktu merupakan ciptaan Allah yang mengiringi penciptaan seluruh


makhluknya. Semua makhluk tunduk pada hukum ruang dan waktu. Setiap
makhluk dan kejadian yang ada di alam ini selalu memiliki dimensi ruang
tempat berada atau tempat terjadinya sesuatu serta dimensi waktu keetika apa
dan selama apa sesuatu itu ada atau suatu kejadian itu berlangsung. Ada dua
aspek waktu yang dipakai untuk menandai keberadaan sesuatu atau terjadinya
sesuatu, yaitu:

1. Waktu epok (kala), yaitu waktu yang menunjukkan


bertepatannya sesuatu keadaan atau kejadian dengan momentum tertentu.
Hal ini dapat kita contohkan ke sistem waktu yang dipakai zaman dahulu
untuk menandai peristiwa tertentu seperti kelahiran. Untuk mengingat

7
kapan lahirnya seorang anak ditunjukkan oleh peristiwa lainnya yang
terjadi saat itu. Anak yang lahir pada tanggal 17 Agustus 1945 dapat
ditunjukkan oleh waktu epok, yaitu kemerdekaan RI. Demikian pula
matahari terbit, misalnya, terjadi ketika beranjak dari ketinggian 0° di ufuk
timur.
2. Waktu interval, yaitu waktu yang diperlukan atau berselang
antara dua epok; misalnya waktu siang terjadi antara matahari terbit dan
terbenam. Waktu interval ini dapat diukur melalui satuan waktu yang
disepakati seperti abad, dasawarsa, tahun, bulan, minggu, hari, jam, menit,
dan detik. Setiap satuan waktu tersebut memerlukan interval yang
berlangsung antara permulaan dan penghujung waktu tersebut.

Ada 3 Sistem Waktu:

1. Waktu Bintang (sidereal time) dan Waktu Matahari (universal/solar time)


yang berdasarkan rotasi harian Bumi.
2. Waktu Dinamik, yang berdasarkan pada pergerakan benda-benda langit
(celestial bodies) dalam sistem matahari.
3. Waktu Atom, yang berdasarkan pada osilasi elektromagnetik yang
dikontrol atau dihasilkan oleh transisi kuantum dari suatu atom.

Sudut waktu dari titik semi sejati dinamakan Waktu Bintang Sejati
(Apparent Sideral Time, AST). Bila referensinya meridian Greenwich
maka dinamakan GAST (Greenwich Apparent Sideral Time), dan bila
referensinya meridian lokal dinamakan LAST (Local Apparent Sideral
Time). Sudut waktu dari titik semi menengah dinamakan Waktu Bintang
Menengah (Mean Sideral Time, MST). Bila referensinya meridian
Greenwich maka dinamakan GMST (Greenwich Mean Sideral Time), dan
bila referensinya meridian lokal dinamakan LMST (Local Mean Sideral
Time)

E. ZONE WAKTU

8
Zone Waktu adalah waktu yang ditempuh dalam 1 kali putaran 360⁰ sama
dengan waktu 24 jam. Setiap zone waktu setempat besarnya 15 o atau 360 ⁰
/ 24 = 15o = 1 jam = 60 menit.

Dengan demikian perbedaan setiap zone waktu besarnya 15o = 1 jam.

Waktu lokal (Local Mean Time) adalah waktu yang sesuai dengan waktu
bujur setempat. Misalnya : 105 ⁰ (WIB) berbeda 7 jam dari UT (waktu
Greenwich).

Jadi 105o / 15o = 7 WIB, 120o / 15o = 8 WITA,135o / 15o = 9 WIT.

F. WAKTU STANDAR

Data Matahari dan Bulan tersebut di atas disajikan berdasarkan waktu


Greenwich/ Greenwich Mean Time (GMT).

Untuk mengubah GMT menjadi waktu-waktu daerah di Indonesia,


digunakan rumus-rumus sebagai berikut :

a. Waktu Indonesia Barat (WIB) = GMT + 7 jam


b. Waktu Indonesia Tengah (WITA) = GMT + 8 jam
c. Waktu Indonesia Timur (WIT) = GMT + 9 jam
Atau sebaliknya :
a. GMT = WIB - 7 jam
b. GMT = WITA - 8 jam
c. GMT = WIT - 9 jam
BAB III
PENUTUP DAN KESIMPULAN

Mempelajari bola bumi, banyak hal yang bisa kita dalami, terutama
bagaimana menentukan posisi pengamat ditinjau dari lintang dan bujur tempat,
menentukan waktu matahari, mengenal Equation of Time, menentukan LMT (

9
Lokal Mean Time ), menentukan konversi antara sudut dan waktu, menentukan
Zone waktu, dan menentukan waktu Standar
Dalam bola bumi terdapat garis-garis khayal, yaitu garis bujur dan garis
lintang yang masing-masing memiliki peran yang berbeda. Garis bujur memiliki
fungsi untuk menentukan pembagian daerah waktu, sedang garis lintang
menentukan letak edar matahari. Kedua garis khayal ini sangat menentukan
terutama dalam ilmu Falak, yaitu hubungannya dengan penentuan masuknya
waktu shalat, penentuan pergantian bulan Hijriyah dan terjadinya gerhana
Matahari maupun gerhana Bulan.
Ada beberapa istilah yang harus difahami dalam menerapkan koordinat
geografis ini, antara lain : waktu matahari, equation of time (perata waktu), Lokal
Mean Time (LMT), Zone waktu dan waktu standar yang berpedoman pada
Greenwich Mean Time (GMT).

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous, Lintas Tata Surya. BP. Planetarium dan Observatorium Jakarta.

Bourgeois, Paulette.2002. Menjelajahi Ruang Angkasa: Matahari. PT. Elex Media


Komputindo, Jakarta.

10
Bourgeois, Paulette. 2003. Menjelajahi Ruang Angkasa: Bulan. PT. Elex Media
Komputindo, Jakarta.

Khazin, Muhyiddin. 2005. Ilmu Falak dalam Teori dan Praktik. Buana Pustaka,
Yogyakarta.

Raharto, Moedji. 2001. Sistem Penanggalan Syamsiah/Masehi. Penerbit ITB,


Bandung.

11

You might also like