You are on page 1of 14

Analisis Rasio Keuangan Pemerintah Daerah

Analisis rasio keuangan adalah suatu proses yang mengidentifikasikan ciri-ciri yang penting
tentang keadaan keuangan dan kegiatan perusahaan berdasarkan laporan keuangan yang
tersedia. Salah satu alat ukur kinerja adalah analisis rasio keuangan yang dapat digunakan
sebagai konsep pengelolaan organisasi pemerintah untuk menjamin pertanggungjawaban
publik oleh lembaga-lembaga pemerintah kepada masyarakat luas.

Dengan menggunakan analisis rasio pada laporan keuangan (analisis rasio keuangan)
dimungkinkan untuk dapat menentukan tingkat likuiditas, solvabilitas, keefektifan operasi
serta derajat keuntungan suatu perusahaan (profitability perusahaan). Untuk dapat
menentukan atau mengukur hal-hal tersebut diperlukan alat pembanding dan rasio dalam
industri sebagai keseluruhan yang sejenis di mana perusahaan menjadi anggotanya dapat
digunakan sebagai alat pembanding dari angka rasio suatu perusahaan. (Munawir, 2007:65)

Macam-macam rasio pada APBD di sini mengacu kepada dua literatur, yaitu buku yang
ditulis oleh Abdul Halim dan buku yang ditulis oleh Mahmudi. Beberapa rasio yang dapat
dikembangkan berdasarkan data keuangan yang bersumber dari APBD antara lain :

 Rasio Kemandirian Keuangan Daerah

Rasio kemandirian keuangan daerah menunjukkan kemampuan pemda dalam


membiayai sendiri kegiatan pemerintahan, pembangunan, dan pelayanan kepada
masyarakat yang telah membayar pajak dan retribusi sebagai sumber pendapatan yang
diperlukan daerah. Rasio kemandirian keangan daerah dirumuskan :

𝑃𝐴𝐷
Rasio Kemandirian Keuangan Daerah =𝐵𝑎𝑛𝑡𝑢𝑎𝑛 𝑃𝑒𝑚𝑒𝑟𝑖𝑛𝑡𝑎ℎ 𝑃𝑢𝑠𝑎𝑡 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑃𝑟𝑜𝑣𝑖𝑛𝑠𝑖

 Rasio Efektivitas dan Efisiensi Pendapatan Asli Daerah

Rasio efektivitas menggambarkan kemampuan pemda dalam merealisasikan PAD


yang direncanakan dibandingkan dengan target yang ditetapkan berdasarkan potensi
riil daerah. Rasio efektivitas dirumuskan :

𝑅𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝑃𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎𝑎𝑛 𝑃𝐴𝐷


Rasio Efektivitas = 𝑇𝑎𝑟𝑔𝑒𝑡 𝑃𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎𝑎𝑛 𝑃𝐴𝐷
Rasio efisiensi adalah rasio yang menggambarkan perbandingan antara besarnya
biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan dengan realisasi pendapatan
yang diterima. Secara jelas rasio ini dirumuskan sebagai berikut :

𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟𝑘𝑎𝑛 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑚𝑒𝑚𝑢𝑛𝑔𝑢𝑡 𝑃𝐴𝐷


Rasio Efisiensi = 𝑅𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝑃𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎𝑎𝑛 𝑃𝐴𝐷

 Rasio Akivitas dengan menggunakan Rasio Keserasian

Rasio ini menggambarkan bagaimana pemda memprioritaskan alokasi dananya pada


belanja rutin dan belanja pembangunan secara optimal. Secara sederhana rasio
keserasian tersebut dapat diformulasikan sebagai berikut :

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐵𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎 𝑅𝑢𝑡𝑖𝑛


Rasio Belanja Rutin = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑃𝐵𝐷

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐵𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎 𝑃𝑒𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔𝑢𝑛𝑎𝑛


Rasio Belanja Pembangunan = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑃𝐵𝐷

 Rasio Pertumbuhan
Rasio pertumbuhan (growth ratio) mengukur seberapa besar kemampuan pemda
dalam meningkatkan keberhasilan yang telah dicapainya dari periode ke periode
berikutnya.
 Derajat Desentralisasi
Menunjukkan derajat kontribusi PAD terhadap total penerimaan daerah. Rasio
dirumuskan dengan membagi antara Pendapatan Asli Daerah dengan Total
Pendapatan Daerah. Semakin tinggi kontribusi PAD maka semakin tinggi kemampuan
pemerintah daerah dalam penyelenggaraan desentralisasi. Rumusnya adalah :
𝑃𝐴𝐷
Derajat Desentralisasi = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝐷𝑎𝑒𝑟𝑎ℎ

 Rasio Ketergantungan Keuangan Daerah

Dihitung dengan cara membandingkan jumlah pendapatan transfer yang diterima oleh
daerah dengan total penerimaan daerah. Rumusnya adalah :

𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑇𝑟𝑎𝑛𝑠𝑓𝑒𝑟
RKKD = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝐷𝑎𝑒𝑟𝑎ℎ

 Rasio Efektivitas Pajak Daerah


Rasio Efektivitas pajak daerah menunjukkan kemampuan pemerintah daerah dalam
mengumpulkan pajak daerah sesuai dengan jumlah penerimaan pajak daerah yang
ditargetkan. Rumusnya adalah :

𝑅𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝑃𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎𝑎𝑛 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘 𝐷𝑎𝑒𝑟𝑎ℎ


Rasio Efektivitas Pajak Daerah = 𝑇𝑎𝑟𝑔𝑒𝑡 𝑃𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎𝑎𝑛 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘 𝐷𝑎𝑒𝑟𝑎ℎ

 Derajat Kontribusi BUMD

Rasio ini bermanfaat untuk mengetahui tingkat kontribusi perusahaan daerah dalam
mendukung pendapatan daerah. Rasio ini dapat dituliskan dalam rumus sebagai
berikut :

𝑃𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎𝑎𝑛 𝐵𝑎𝑔𝑖𝑎𝑛 𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑈𝑀𝐷


Derajat Kontribusi BUMD = 𝑃𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎𝑎𝑛 𝑃𝐴𝐷

 Rasio Efisiensi Belanja

Rasio efisiensi belanja ini digunakan untuk mengukur tingkat penghematan anggaran
yang dilakukan pemerintah. Angka yang dihasilkan dari perhitungan rasio ini tidak
bersifat absolut, tetapi relatif. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut :

𝑅𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝐵𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎
Rasio Efisiensi Belanja = 𝐴𝑛𝑔𝑔𝑎𝑟𝑎𝑛 𝐵𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎

Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif, dalam hal ini mendapatkan gambaran tentang kinerja
keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Boyolali apabila ditinjau melalui analisis
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Jenis penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah survey.

2. Data dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder dalam
penelitian ini adalah Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Tahun Anggaran 2008-2010. APBD tersebut diperoleh dari Pemerintah Daerah
Kabupaten Boyolali.
3. Metode Analisis Data

Analisis data yang digunakan adalah deskriptif komparatif. Data yang berasal dari
APBD dianalisis dengan menggunakan beberapa rasio keuangan.

Hasil Penelitian

1. Rasio Kemandirian Keuangan Daerah

Hasil perhitungan Rasio Kemandirian adalah sebagai berikut :

𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝐴𝑠𝑙𝑖 𝐷𝑎𝑒𝑟𝑎ℎ


Rasio Kemandirian =
𝑇𝑟𝑎𝑛𝑠𝑓𝑒𝑟 𝑃𝑢𝑠𝑎𝑡+𝑃𝑟𝑜𝑝𝑖𝑛𝑠𝑖+𝑃𝑖𝑛𝑗𝑎𝑚𝑎𝑛

Tabel IV.1

Hasil Perhitungan Rasio Kemandirian Kabupaten Boyolali

Tahun Anggaran 2008-2010

Transfer
PAD Rasio
TA Total Pendapatan % Pusat/Propinsi/Pinjaman % Ket.
Kemandirian
Rp Perkemb. Rp Perkemb.
Rendah
2008 782,528,354,413.00 63,733,408,461.00 - 8.14% 699,147,168,702.00 - 89.34% 9.12%
sekali
Rendah
2009 836,169,374,817.00 70,004,658,137.00 9.84% 8.37% 726,825,916,680.00 3.96% 86.92% 9.63%
sekali
Rendah
2010 917,898,637,498.00 86,485,635,223.00 23.54% 9.42% 717,675,907,607.00 -1.26% 78.19% 12.05%
sekali
Rata-rata 16.69% 8.65% 1.35% 84.82% 10.27%

Dilihat dari tahun 2008 ke 2010 kemandirian cenderung mengalami kenaikan.


Kemandirian keuangan Kabupaten Boyolali pada tahun 2008 adalah sebesar 9,12%.
Dimana realisasi PAD nya hanya dapat memberikan kontribusi terhadap pendapatan
daerah sebesar Rp 63.733.408.461,00 atau 8,14%. Jadi, dilihat dari prosentase
kontribusi PAD terhadap pendapatan, Kabupaten Boyolali masih belum mandiri.
Kemandirian keuangan Kabupaten Boyolali pada tahun 2009 adalah sebesar 9,63%.
PAD nya mengalami kenaikan daripada tahun sebelumnya, tapi hanya dapat
memberikan kontribusi sebesar 8,37% terhadap pendapatan daerah. Jadi, dilihat dari
prosentase kontribusi PAD terhadap pendapatan, Kabupaten Boyolali masih belum
mandiri. Kemandirian keuangan Kabupaten Boyolali pada tahun 2010 adalah sebesar
12,05%. Seiring dengan penurunan PAD, realisasi PAD nya hanya dapat memberikan
kontribusi sebesar 9,42% terhadap pendapatan daerah. Jadi, dilihat dari prosentase
kontribusi PAD terhadap pendapatan, Kabupaten Boyolali tetap masih belum mandiri.
2. Rasio Efektivitas dan Efisiensi PAD
Rasio Efektivitas PAD

Hasil perhitungan Rasio Efektivitas adalah sebagai berikut :

𝑅𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝑃𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎𝑎𝑛 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝐴𝑠𝑙𝑖 𝐷𝑎𝑒𝑟𝑎ℎ


Rasio Efektivitas = 𝑇𝑎𝑟𝑔𝑒𝑡 𝑃𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎𝑎𝑛 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝐴𝑠𝑙𝑖 𝐷𝑎𝑒𝑟𝑎ℎ

Tabel IV.2

Hasil Perhitungan Rasio Efektivitas Kabupaten Boyolali

Tahun Anggaran 2008-2010

2008 2009 2010


Uraian
Anggaran Realisasi Anggaran Realisasi Anggaran Realisasi

Pendapatan Asli Daerah 58,623,725,000.00 63,733,408,461.00 68,261,319,000.00 70,004,658,137.00 79,625,590,000.00 86,485,635,223.00

Pendapatan Pajak Daerah 10,649,690,000.00 11,155,035,906.00 10,719,190,000.00 12,896,540,751.00 12,637,835,000.00 14,094,132,345.00

Pendapatan Retribusi Daerah 35,227,506,000.00 38,959,749,828.00 45,479,644,000.00 43,917,458,154.00 24,111,739,000.00 25,382,928,677.00


Pendapatan Hasil Pengelolaan
Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 2,719,004,000.00 2,752,499,538.00 2,916,735,000.00 9,856,080,607.00 4,507,530,000.00 4,513,283,314.00
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah
yang Sah 10,027,525,000.00 10,866,123,189.00 9,145,750,000.00 6,961,763,270.00 38,368,486,000.00 42,495,290,887.00

Rasio Efektivitas 108.72% 102.55% 108.62%

Pada tahun 2008 PAD Kabupaten Boyolali dapat terealisasi sebesar 108,72%.
Kemudian tahun 2009 turun ke prosentase angka 102,55%. Realisasi dan anggaran
PAD pada tahun ini sebenarnya naik, tapi pencapaian untuk memenuhi target
menurun. Pada tahun 2010 meningkat lagi sampai kisaran angka 108,62%. Penetapan
target atau anggaran PAD ditetapakan berdasar potensi riil daerah. Sebenarnya hampir
semua elemen PAD naik dari tahun sebelumnya. Target PAD pada tiga tahun ini
cukup baik, Kabupaten Boyolali dan dapat merealisasikannya dengan lebih tinggi..
Jadi, dilihat dari rasio efektivitas PAD ini kinerja keuangan dari segi rasio efektivitas
PAD yang paling baik adalah pada tahun 2008.

3. Rasio Efisiensi PAD

Hasil perhitungan Rasio Efisiensi adalah sebagai berikut :

𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟𝑘𝑎𝑛 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑚𝑒𝑚𝑢𝑛𝑔𝑢𝑡 𝑃𝐴𝐷


Rasio Efisiensi = 𝑅𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝑃𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎𝑎𝑛 𝑃𝐴𝐷
Tabel IV.3

Hasil Perhitungan Rasio Efisiensi Kabupaten Boyolali

Tahun Anggaran 2008-2010

Tahun Anggaran
Uraian
2008 2009 2010
Biaya Untuk Memungut PAD 2,505,739,286.70 2,840,699,945.25 1,973,853,051.10
Realisasi PAD 63,733,408,461.00 70,004,658,137.00 86,485,635,223.00
Rasio Efisiensi 3.93% 4.06% 2.28%

Pada Tahun 2008 biaya yang dikeluarkan untuk memungut PAD sebesar Rp
2.505.739.286,70 dan PAD yang berhasil diperoleh sebesar Rp 63.733.408.461,00.
Dengan demikian diperoleh Rasio Efisiensi sebesar 3,93% yang berarti bahwa upaya
Pemerintah Daerah Kabupaten Boyolali dalam mengumpulkan PAD sudah efisien.
Pada Tahun 2009 PAD yang diperoleh sebesar Rp 2.840.699.945,25 dan biaya yang
digunakan untuk memungut PAD pun juga mengalami kenaikan sebesar Rp
70.004.658.137,00 sehingga diperoleh Rasio Efisiensi sebesar 4,06%. Hal ini berarti
bahwa kinerja Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Boyolali dalam
upayanya mengumpulkan PAD sudah efisien. Pada Tahun 2010 PAD yang diperoleh
sebesar Rp 86.485.635.223,00 tetapi biaya yang digunakan untuk memungut PAD
pun mengalami penurunan sebesar Rp 1.973.853.051,10 sehingga diperoleh Rasio
Efisiensi sebesar 2,28%. Hal ini berarti kinerja Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah Kabupaten Boyolali dalam upayanya mengumpulkan PAD sudah efisien.

4. Rasio Aktivitas
Hasil perhitungan Rasio Aktivitas adalah sebagai berikut :
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐵𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎 𝑅𝑢𝑡𝑖𝑛
Rasio Belanja Rutin = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑃𝐵𝐷

Tabel IV.4
Hasil Perhitungan Rasio Aktivitas Belanja Rutin Kabupaten Boyolali
Tahun Anggaran 2008-2010

Tahun Anggaran
Uraian
2008 2009 2010
Total Belanja Rutin 663,115,703,998.00 713,725,383,770.00 806,507,488,699.00
Total APBD 793,262,107,869.00 808,017,387,034.00 912,584,586,077.00
Rasio Aktivitas 83.59% 88.33% 88.38%
Disebutkan dalam buku Mahmudi, (2007: 150). Pada umumnya proporsi belanja
operasi total belanja daerah, yaitu antara 60-90%. Dari Tabel IV.4 dapat dilihat bahwa
Rasio Aktivitas Belanja Rutin Pemerintah Kabupaten Boyolali dari tahun 2008-2010
semakin meningkat yaitu sebesar 83,59%; 88,33% dan 88,38%. Dilihat dari kriteria
pada umumnya proporsi belanja operasi total belanja daerah, yaitu antara 60-90%,
dapat dikatakan bahwa belanja rutin/operasi Kabupaten Boyolali masuk dalam kriteria
tersebut dan bahkan masih mendominasi dari total belanja daerah.
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐵𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎 𝑃𝑒𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔𝑢𝑛𝑎𝑛
Rasio Belanja Pembangunan = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑃𝐵𝐷

Tabel IV.5
Hasil Perhitungan Rasio Aktivitas Belanja Pembangunan Kabupaten Boyolali
Tahun Anggaran 2008-2010

Tahun Anggaran
Uraian
2008 2009 2010
Total Belanja Pembangunan 124,533,005,357.00 86,596,626,087.00 100,101,216,583.00
Total APBD 793,262,107,869.00 808,017,387,034.00 912,584,586,077.00
Rasio Aktivitas 15.70% 10.72% 10.97%

Dari Tabel IV.5 dapat dilihat bahwa Rasio Aktivitas Belanja Pembangunan
Pemerintah Kabupaten Boyolali dari tahun 2008-2010 semakin menurun yaitu sebesar
15,70%; 10,72% dan 10,97%. Pada umumnya proporsi belanja modal terhadap total
belanja daerah adalah antara 5%-20%. (Mahmudi, 2007:150-151). Dilihat dari
pergerakannya, belanja modal pembangunan Kabupaten Boyolali terus mengalami
penurunan, walaupun begitu, dapat dikatakan bahwa kinerja untuk mengalokasikan
belanja pembangunan baik, Kabupaten Boyolali mampu meningkatkan belanja untuk
alokasi pembangunan.

5. Rasio Pertumbuhan Rasio Pertumbuhan PAD


Hasil perhitungan Rasio Pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah adalah sebagai
berikut:

𝑅𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝑃𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎𝑎𝑛 𝑃𝐴𝐷 𝑋𝑛−𝑋𝑛−1


Rasio Pertumbuhan PAD = 𝑅𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝑃𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎𝑎𝑛 𝑃𝐴𝐷 𝑋𝑛−1
Tabel IV.6
Hasil Perhitungan Rasio Pertumbuhan PAD Kabupaten Boyolali
Tahun Anggaran 2008-2010

Tahun Anggaran
No Uraian
2008 2009 2010
1 Realisasi Penerimaan PAD 63,733,408,461.00 70,004,658,137.00 86,485,635,223.00
2 Rasio Pertumbuhan PAD - 9.84% 23.54%

Pada tahun 2008 PAD sebesar Rp 63.733.408.461,00 mengalami kenaikan ditahun


2009 sebesar Rp 70.004.658.137,00 sehingga diperoleh Rasio Pertumbuhan PAD
tahun 2009 sebesar 9,84%. Hal ini berarti kemampuan Pemerintah Daerah Kabupaten
Boyolali dalam mempertahankan dan meningkatkan perolehan PAD dari Tahun 2008
ke Tahun 2009 sebesar 9,84%. Tahun 2010 PAD juga mengalami kenaikan sebesar
Rp 86.485.635.223,00 sehingga diperoleh Rasio Pertumbuhan PAD Tahun 2010
sebesar 23,54%. Hal ini berarti kemampuan Pemerintah Daerah Kabupaten Boyolali
dalam mempertahankan dan meningkatkan perolehan PAD dari Tahun 2009 ke Tahun
2010 sebesar 23,54%.

6. Rasio Pertumbuhan Jumlah Pendapatan


Hasil perhitungan Rasio Pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah adalah sebagai
berikut:
𝑅𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑋𝑛−𝑋𝑛−1
Rasio Pertumbuhan Jumlah Pendapatan = 𝑅𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑋𝑛−1

Tabel IV.7
Hasil Perhitungan Rasio Pertumbuhan Pendapatan Kabupaten Boyolali
Tahun Anggaran 2008-2010

Tahun Anggaran
No Uraian
2008 2009 2010
1 Realisasi Jumlah Pendapatan 782,528,354,413.00 836,169,374,817.00 917,898,637,498.00
2 Rasio Pertumbuhan Jumlah Pendapatan - 6.85% 9.77%

Pada tahun 2008 Pendapatan sebesar Rp 782.528.354.413,00 mengalami kenaikan


ditahun 2009 sebesar Rp 836.169.374.817,00 sehingga diperoleh Rasio Pertumbuhan
Jumlah Pendapatan tahun 2009 sebesar 6,85%. Hal ini berarti kemampuan Pemerintah
Daerah Kabupaten Boyolali dalam mempertahankan dan meningkatkan perolehan
Jumlah Pendapatan dari Tahun 2008 ke Tahun 2009 sebesar 6,85%. Tahun 2010
Pendapatan juga mengalami kenaikan sebesar Rp 917.898.637.498,00 sehingga
diperoleh Rasio Pertumbuhan Jumlah PendapatanTahun 2010 sebesar 9,77%. Hal ini
berarti kemampuan Pemerintah Daerah Kabupaten Boyolali dalam mempertahankan
dan meningkatkan perolehan Pendapatan dari Tahun 2009 ke Tahun 2010 sebesar
9,77%.
7. Rasio Pertumbuhan Belanja Operasi
Hasil perhitungan Rasio Pertumbuhan Belanja Operasi adalah sebagai berikut :
𝑅𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝑏𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑋𝑛−𝑋𝑛−1
Rasio Pertumbuhan Belanja Operasi = 𝑅𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝑏𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑋𝑛−1

Tabel IV.8
Hasil Perhitungan Rasio Pertumbuhan Belanja Operasi Kabupaten Boyolali
Tahun Anggaran 2008-2010

Tahun Anggaran
No Uraian
2008 2009 2010
1 Realisasi Belanja Operasi 663,115,703,998.00 713,725,383,770.00 806,507,488,699.00
2 Rasio Pertumbuhan Belanja Operasi - 7.63% 13.00%

Belanja Operasi Tahun 2008 sebesar Rp 663.115.703.998,00 mengalami kenaikan


ditahun 2009 menjadi Rp 713.725.383.770,00 sehingga diperoleh Rasio Pertumbuhan
Belanja Operasi Tahun 2009 sebesar 7,63%. Belanja Operasi Tahun 2010 menjadi Rp
806.507.488.699,00 sehingga diperoleh Rasio Pertumbuhan Belanja Operasi Tahun
2010 sebesar 13,00%.

8. Rasio Pertumbuhan Belanja Modal


Hasil perhitungan Rasio Pertumbuhan Belanja Modal adalah sebagai berikut :

𝑅𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝑏𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎 𝑚𝑜𝑑𝑎𝑙 𝑋𝑛−𝑋𝑛−1


Rasio Pertumbuhan Belanja Modal = 𝑅𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝑏𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎 𝑚𝑜𝑑𝑎𝑙 𝑋𝑛−1
Tabel IV.9
Hasil Perhitungan Rasio Pertumbuhan Belanja Modal Kabupaten Boyolali
Tahun Anggaran 2008-2010

Tahun Anggaran
No Uraian
2008 2009 2010
1 Realisasi Belanja Modal 124,533,005,357.00 86,596,626,087.00 100,101,216,583.00
2 Rasio Pertumbuhan Belanja Modal - -30.46% 15.59%

Belanja Modal Tahun 2008 adalah sebesar Rp 124.533.005.357,00 semakin


mengalami penurunan ditahun 2009 menjadi Rp 86.596.626.087,00 sehingga
diperoleh Rasio Pertumbuhan Belanja Modal Tahun 2009 sebesar -30,46%. Belanja
Modal mengalami kenaikan ditahun 2010 menjadi Rp 100.101.216.583,00 sehingga
diperoleh Rasio Pertumbuhan Belanja Modal Tahun 2010 sebesar 15,59%. Hal ini
berarti kinerja keuangan Kabupaten Boyolali dilihat dari perolehan Rasio
Pertumbuhan Belanja Modal semakin baik.

9. Derajat Desentralisasi
Hasil perhitungan Derajat Desentralisasi adalah sebagai berikut :
𝑃𝐴𝐷
Derajat Desentralisasi = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝐷𝑎𝑒𝑟𝑎ℎ

Tabel IV.10
Hasil Perhitungan Derajat Desentralisasi Kabupaten Boyolali
Tahun Anggaran 2008-2010

Tahun Anggaran
Uraian
2008 2009 2010
PAD 63,733,408,461.00 70,004,658,137.00 86,485,635,223.00
Total Pendapatan 782,528,354,413.00 836,169,374,817.00 917,898,637,498.00
Derajat Desentralisasi 8.14% 8.37% 9.42%

Pada tahun 2008 prosentase kontribusi PAD terhadap total pendapatan yaitu sebesar
8,14%, yang berarti kemampuan pemerintah dalam menyelenggarakan desentralisasi
pada tahun ini adalah baik karena kontribusi PAD terhadap total pendapat daerah
tinggi. Kemudian pada tahun 2009 mengalami kenaikan, yaitu ditunjukkan dengan
prosentase rasio sebesar 8,37 % yang berarti kemampuan desentralisasi semakin baik.
Hal ini pencapaian PAD sebagai faktor penentu keberhasilan desentralisasi
meningkat. Pada tahun ini sebenaranya PAD naik dan juga diiringi oleh kenaikan total
pendapatan. Pada tahun 2010 lebih meningkat lagi yaitu dengan prosentase rasio
9,42%. Berarti kemampuan desentraliasi pada tahun 2010 ini baik dibanding tahun-
tahun sebelumnya.

10. Rasio Ketergantungan Daerah

Hasil perhitungan Rasio Ketergantungan Daerah adalah sebagai berikut :

𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑡𝑟𝑎𝑛𝑠𝑓𝑒𝑟
Rasio Ketergantungan Keuangan Daerah = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑒𝑟𝑎ℎ

Tabel IV.11

Hasil Perhitungan Rasio Ketergantungan Daerah Kabupaten Boyolali

Tahun Anggaran 2008-2010

Tahun Anggaran
Uraian
2008 2009 2010
Pendapatan Transfer 699,147,168,702.00 745,921,666,680.00 806,875,997,275.00
Total Pendapatan 782,528,354,413.00 836,169,374,817.00 917,898,637,498.00
Rasio Ketergantungan Daerah 89.34% 89.21% 87.90%

Pada tahun 2008 rasio ketergantungan keuangan daerah berada pada angka 89,34%,
Pada tahun 2009 angka ketergantungan telah mengalami penurunan sebesar 89,21%
dan demikian halnya yang terjadi pada tahun 2010 mengalami penurunan lagi sebesar
87,90%. Rasio tertinggi ditunjukkan pada tahun 2008 yang berarti tingkat
ketergantungannya tinggi. Dan rasio yang paling rendah adalah tahun 2010 yang
berarti ketergantungan pada tahun 2010 kecil.
11. Rasio Efektivitas Pajak Daerah

Hasil perhitungan Rasio Efektivitas Pajak Daerah adalah sebagai berikut :

𝑅𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝑝𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑗𝑎𝑘 𝑑𝑎𝑒𝑟𝑎ℎ


Rasio Efektivitas Pajak Daerah = 𝑇𝑎𝑟𝑔𝑒𝑡 𝑝𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑗𝑎𝑘 𝑑𝑎𝑒𝑟𝑎ℎ

Tabel IV.12

Hasil Perhitungan Rasio Efektivitas Pajak Daerah Kabupaten Boyolali

Tahun Anggaran 2008-2010

Tahun Anggaran
Uraian
2008 2009 2010
Realisasi Penerimaan Pajak
11,155,035,906.00 12,896,540,751.00 14,094,132,345.00
Daerah
Target Penerimaan Pajak Daerah 10,649,690,000.00 10,719,190,000.00 12,637,835,000.00
Rasio Efektivitas Pajak Daerah 104.75% 120.31% 111.52%

Pada tahun 2009 rasionya mengalami kenaikan dan semakin tinggi diabandingan
tahun-tahun sebelumnya bahkan kenaikannya drastis yaitu mencapai angka 120,31%,
artinya kemampuan pemda dalam merealiasikan perolehan pajak daerahnya membaik,
semua jenis pajaknya pada tahun ini hampir semua mengalami kenaikan. Kenaikan ini
perlu diperhitungkan, yaitu dalam pemungutannya tepat atau tidak. Pada tahun 2010
mengalami penurunan menempati angka 111,52%, seperti dilihat realisasi penerimaan
pajak daerah pada tahun ini turun. Oleh karena itu dalam sistem pengelolaan maupun
pungutan pajak parkir perlu adanya walauapun sedikit, karena memang menurunnya
hanya sedikit, hal itu dilakukan agar tidak terjadi penurunan di tahun-tahun
berikutnya. Dilihat dari standar keefektivan pajak daerah, selama tiga tahun ini
perolehan pajak daerah Kabupaten Boyolali telah efektif karena lebih dari 100%.

12. Rasio Efisiensi Belanja

Hasil perhitungan Rasio Efisiensi Belanja adalah sebagai berikut :

𝑅𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝐵𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎
Rasio Efisiensi Belanja = 𝐴𝑛𝑔𝑔𝑎𝑟𝑎𝑛 𝐵𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎
Tabel IV.13

Hasil Perhitungan Rasio Efisiensi Belanja Daerah Kabupaten Boyolali

Tahun Anggaran 2008-2010

Tahun Anggaran
Uraian
2008 2009 2010
Realisasi Belanja 793,262,107,869.00 808,017,387,034.00 912,584,586,077.00
Anggaran Belanja 845,747,630,000.00 892,987,309,000.00 991,399,517,628.00
Rasio Efisiensi Belanja Daerah 93.79% 90.48% 92.05%

Dari perhitungan table IV.12 tersebut pada tahun 2008, 2009 dan 2010 diperoleh
Rasio Efisiensi Belanja Daerah sebesar 93,79%; 90,48% dan 92, 05%. Hal ini berarti
belanja pemda Kabupaten Boyolali tahun 2009 dan 2010 relative lebih efisisen
dibandingkan tahun 2008. Pemda Kabupaten Boyolali dinilai telah melakukan
efisiensi anggaran karena rasio efisiensinya kurang dari 100%.

13. Derajat Kontribusi BUMD

Hasil perhitungan Derajat Kontribusi BUMD adalah sebagai berikut :

𝑃𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎𝑎𝑛 𝐵𝑎𝑔𝑖𝑎𝑛 𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑈𝑀𝐷


Derajat Kontribusi BUMD = 𝑃𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎𝑎𝑛 𝑃𝐴𝐷

Tabel IV.14

Hasil Perhitungan Derajat Kontribusi BUMD Kabupaten Boyolali

Tahun Anggaran 2008-2010

Tahun Anggaran
Uraian
2008 2009 2010
Penerimaan Bagian Laba BUMD 4,187,591,125.24 6,848,336,416.72 7,862,800,105.72
Penerimaan PAD 63,733,408,461.00 70,004,658,137.00 86,485,635,223.00
Derajat Kontribusi BUMD 6.57% 9.78% 9.09%
Pada tahun 2008, 2009 dan 2010 diperoleh Derajat Kontribusi BUMD Kabupaten Boyolali
sebesar 6,57%; 9,78% dan 9,09%. Derajat kontribusi BUMD ini menunjukkan seberapa besar
kontribusi perusahaan daerah pada PAD. Derajat kontribusi BUMD pada Kabupaten Boyolali
menunjukkan angka yang cenderung mengalami kenaikan.

Hasil penelitian dengan menggunakan rasio keuangan menunjukkan bahwa rasio kemandirian
mengalami kenaikan, rasio efektivitas menunjukkan realisasi penerimaan PADnya telah dapat
melampaui anggaran yang ditetapkan dan rasio efisiensi mengalami kenaikan, rasio aktivitas
menunjukkan pelaksanaan pembangunan semakin menurun dari tahun ke tahun, rasio
pertumbuhan mengalami kenaikan, derajat desentralisasi mengalami kenaikan, rasio
ketergantungan menurun, rasio efektivitas pajak daerah meningkat, rasio efisiensi belanja
menurun dan derajat kontribusi BUMD meningkat.

You might also like