Professional Documents
Culture Documents
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
2.2 Epidemiologi
Menurut Warlow, dari penelitian pada populasi masyarakat, infark
aterotrombotik merupakan penyebab stroke paling sering terjadi, yaitu ditemukan
pada 50% penderita aterotrombotik bervariasi antara 14-40%. Infark aterotrombotik
terjadi akibat adanya proses aterotrombotik pada arteri ekstra dan intrakranial.
2. 4 Etiologi
Pada tingkatan makroskopik, stroke non hemoragik paling sering disebabkan
oleh emboli ekstrakranial atau trombosis intrakranial. Selain itu, stroke non
hemoragik juga dapat diakibatkan oleh penurunan aliran serebral. Pada tingkatan
seluler, setiap proses yang mengganggu aliran darah menuju ke otak akan
menyebabkan timbulnya kaskade iskemik yang berujung pada terjadinya kematian
neuron dan infark serebri.
1. Emboli
Sumber embolisasi dapat terletak di arteri karotis atau vertebralis akan tetapi
dapat juga di jantung dan sistem vaskuler sistemik.
a. Embolus yang dilepaskan oleh arteri karotis atau vertebralis, dapat berasal
dari “plaque atherosclerotic” yang berulserasi atau dari trombus yang
melekat pada intima arteri akibat trauma tumpul pada daerah leher
b. Embolisasi kardiogenik dapat terjadi pada :
Penyakit jantung dengan shunt yang menghubungkan bagian kanan dengan
bagian kiri atrium atau ventrikel
Penyakit jantung rheumatoid akut atau menahun yang meninggalkan
gangguan pada katup mitralis
Fibrilasi atrium
Infarksio kordis akut
Embolus yang berasal dari vena pulmonalis
Kadang-kadang pada kardiomiopati, fibrosis endokardial, jantung
miksomatosus sistemik
c. Embolisasi akibat gangguan sistemik dapat terjadi sebagai :
Emboli septik, misalnya dari abses paru atau bronkiektasis
Metastasis neoplasma yang sudah tiba di paru
Embolisasi lemak dan udara atau gas.
Emboli dapat berasal dari jantung, arteri ekstrakranial, ataupun dari right sided
circulation(emboli paradoksikal). Penyebab terjadinya emboli kardiogenik adalah
trombi valvular seperti pada mitral stenosis, endokarditis, katup buatan, trombi
mural (seperti infark miokard, atrial fibrilasi, kardiomiopati, gagal jantung
kongestif) dan atrial miksoma. Sebanyak 2-3% stroke emboli diakibatkan oleh
infark miokard dan 85% diantaranya terjadi pada bulan pertama setelah terjadinya
infark miokard.
2. Trombosis
Stroke trombotik dapat dibagi menjadi stroke pada pembuluh darah besar
(termasuk sistem arteri karotis) dan pembuluh darah kecil (termasuk sirkulus
Willisi dan sirkulus posterior). Tempat terjadinya trombosis yang paling sering
adalah titik percabangan arteri serebral utamanya pada daerah distribusi dari arteri
karotis interna. Adanya stenosis arteri dapat menyebabkan terjadinya turbulensi
aliran darah (sehingga meningkatkan resiko pembentukan trombus aterosklerosis
atau ulserasi plak, dan perlengketan platelet.
1. Stroke iskemik
a. Transient Ischemic Attack (TIA)
b. Thrombosis serebri
c. Embolia serebri
2. Stroke Hemoragik
a. Perdarahan intraserebral
b. Perdarahan subarachnoid
2.5 Patofisiologi
Stroke iskemik ini dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
1. Stroke trombotik/ateriosklerotik fokal
Jenis stroke ini terjadi ketika gumpalan darah (trombus) terbentuk di salah satu
arteri yang memasok darah ke otak yang berangsur-angsur menyempit dan akhirnya
tersumbat. Bekuan biasanya terbentuk di kawasan yang rusak oleh aterosklerosis
yaitu penyakit di mana arteri tersumbat oleh timbunan lemak (plak). Proses ini
dapat terjadi dalam satu dari dua arteri karotis leher yang membawa darah ke otak,
serta di arteri lain dari leher atau otak. Trombosis (penyakit trombo-oklusif)
merupakan penyebab stroke yang paling sering. Arteriosklerosis serebral dan
perlambatan sirkulasi serebral adalah penyebab utama trombosis serebral. Tanda-
tanda trombosis serebral bervariasi, sakit kepala adalah awitan yang tidak umum.
Beberapa pasien mengalami pusing, perubahan kognitif atau kejang dan beberapa
awitan umum lainnya. Secara umum trombosis serebral tidak terjadi secara tiba-
tiba, dan kehilangan bicara sementara, hemiplegia atau parestesia pada setengah
tubuh dapat mendahului awitan paralisis berat pada beberapa jam atau hari.
Proses aterosklerosis ditandai oleh plak berlemak pada pada lapisan intima
arteri besar. Bagian intima arteri sereberi menjadi tipis dan berserabut, sedangkan
sel – sel ototnya menghilang. Lamina elastika interna robek dan berjumbai,
sehingga lumen pembuluh sebagian terisi oleh materi sklerotik tersebut. Plak
cenderung terbentuk pada percabangan atau tempat-tempat yang melengkung.
Trombi juga dikaitkan dengan tempat-tempat khusus tersebut. Pembuluh-pembuluh
darah yang mempunyai resiko dalam urutan yang makin jarang adalah sebagai
berikut: arteria karotis interna, vertebralis bagian atas dan basilaris bawah.
Hilangnya intima akan membuat jaringan ikat terpapar. Trombosit menempel pada
permukaan yang terbuka sehingga permukaan dinding pembuluh darah menjadi
kasar. Trombosit akan melepasakan enzim, adenosin difosfat yang mengawali
mekanisme koagulasi. Sumbat fibrinotrombosit dapat terlepas dan membentuk
emboli, atau dapat tetap tinggal di tempat dan akhirnya seluruh arteria itu akan
tersumbat dengan sempurna.
2. Stroke embolik
Penderita embolisme biasanya lebih muda dibanding dengan penderita
trombosis. Kebanyakan emboli serebri berasal dari suatu trombus dalam jantung,
sehingga masalah yang dihadapi sebenarnya adalah perwujudan dari penyakit
jantung. Setiap bagian otak dapat mengalami embolisme, tetapi embolus biasanya
embolus akan menyumbat bagian-bagian yang sempit. Tempat yang paling sering
terserang embolus sereberi adalah arteria sereberi media, terutama bagian atas.
3. Hipoperfusi sistemik
Berkurangnya aliran darah ke seluruh bagian tubuh karena adanya gangguan
denyut jantung.
Ada suatu penilaian sederhana yang dikenal dengan singkatan FAST (Face,
Arms drive, Speech, dan Three of signs) yang merupakan gejala awal stroke yang
harus diwaspadai.
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan klinis
3. Pemeriksaan klinis neurologis :
Pada pemeriksaan ini dicari tanda-tanda (sign) yang muncul, bila
dibandingkan antara keduanya akan didapatkan hasil sebagai berikut:
Kaku kuduk + –
Afasia ++ –
Astereognosis ++ –
Graphesthesi terganggu ++ –
Extinction phenomenon ++ –
Dystonic posture – ++
(0) Tidak
(1) Ya
2. Muntah X2 +
Ateroma
a. DM
Crossing phenomen
Perdarahan retina dan korpus Silver wire artries
a. Funduskopi vitreum
b. Pungsi lumbal
– Tekanan Meningkat Normal
d. CT Scan *
e. MRI **
Tabel 6. Perbedaan jenis stroke dengan menggunakan alat bantu
Interval antara onset
dan pemeriksaan CT
Jenis Stroke Scan Temuan pada CT Scan
< 24 jam
24-48 jam
– Efek masa dengan pendataran girus yang ringan
atau penurunan ringan densitas substansia alba dan
substansia grisea
3-5 hari
– Didapatkan area hipoden (hitam ringan sampai
berat)
> 2 bulan
2.8 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan umum pasien dengan stroke iskemik adalah :
1. Terapi umum
a. Stabilisasi jalan nafas dan pernafasan
b. Observasi status neurologis, nadi, tekanan darah, suhu tubuh, dan saturasi
oksigen
c. Perbaikan jalan nafas dengan pemasangan pipa orofaring/ETT, bila > dua
minggu dianjurkan trakeostomi
d. Pada pasien hipoksia saturasi O2 < 95%, diberi suplai oksigen
e. Pasien stroke iskemik akut yang non hipoksia tidak perlu terapi O2
2. Stabilisasi hemodinamik
a. Berikan cairan kristaloid atau koloid intravena (hindari cairan hipotonik)
b. Optimalisasi tekanan darah
c. Bila tekanan darah sistolik < 120 mmHg dan cairan sudah mencukupi, dapat
diberikan obat-obat vasopressor titrasi dengan target TD sistolik 140 mmHg
d. Pemantauan jantung harus dilakukan selama 24 jam pertama
e. Bila terdapat CHF, konsul ke kardiologi
2. Edukasi
1. clopidogrel tab 75 mg
Isi : Clopidogrel 75 mg
Cara Pemberian : 1×1 per oral
Fungsi : Antiplatlet
2. Citicolin 500 mg
Isi : Citicoline (500mg)
Cara Pemberian : 2 x 500 IV
Fungsi : Neuroprotektor, terbukti efektif pada stroke akut
iskemik
3. Inj. Metycobalamin 1×1 amp
Isi : Vitamin B12
Cara Pemberian : 1×1 amp IV
Fungsi : pembentukkan sel saraf dan sel darah merah baru,
pemeliharaan fungsi saraf.
2.9 Komplikasi
2.10 Prognosis
Sebagian besar penderita stroke baru datang ke rumah sakit 48-72 jam
setelah terjadinya serangan. Tindakan yang perlu dilakukan adalah pemulihan.
Tindakan pemulihan ini penting untuk mengurangi komplikasi akibat stroke dan
berupaya mengembalikan keadaan penderita kembali normal seperti sebelum
serangan stroke. Upaya untuk memulihkan kondisi kesehatan penderita stroke
sebaiknya dilakukan secepat mungkin, idealnya dimulai 4-5 hari setelah kondisi
pasien stabil. Tiap pasien membutuhkan penanganan yang berbeda-beda,
tergantung dari kebutuhan pasien. Proses ini membutuhkan waktu sekitar 6-12
bulan.