You are on page 1of 12

PORTOFOLIO

Topik: Hipertensi Urgensi

Tanggal (kasus): 5 Agustus 2017 Presenter: dr. Siti Mentari

Tangal presentasi: Pendamping: dr. Nazira MPH

Tempat presentasi: RSUD dr. Fauziah Bireun

Obyektif presentasi:
□ Keilmuan □ Keterampilan □ Penyegaran □ Tinjauan pustaka

□ Diagnostik □ Manajemen □ Masalah □ Istimewa

□Neonatus □ Bayi □ Anak □ Remaja □ Dewasa □ Lansia □ Bumil

□ Deskripsi: Perempuan 60 tahun, sakit kepala berdenyut, hipertensi urgensi

□ Tujuan: Melakukan penegakkan diagnosis serta penatalaksanaan awal pada pasien dengan
hipertensi urgensi

Bahan bahasan: □ Tinjauan pustaka □ Riset □ Kasus □ Audit

Cara membahas: □ Diskusi □Presentasi dan □ E‐mail □ Pos


diskusi

Data pasien: Nama: Ny. M Umur : 60 tahun

Data utama untuk bahan diskusi:

• Diagnosis/ Gambaran Klinis: Hipertensi Urgensi

Sakit kepala berdenyut sejak 30 menit sebelum masuk rumah sakit. Pada pemeriksaan fisik,
sensorium compos mentis, GCS E4 V5 M6, TD 220/130.

2. Riwayat Pengobatan : Captopril

3. Riwayat kesehatan/penyakit : Hipertensi

4. Riwayat keluarga/masyarakat: Riwayat keluhan serupa dan penyakit lain pada anggota
keluarga disangkal

5. Riwayat pekerjaaan : Ibu rumah tangga

6. Lain‐lain : tidak ada


Daftar Pustaka:
• Roesma J. Krisis Hipertensi. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 2 Edisi VII. Jakarta.
Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI, 2014.
• Mohani C. I. Hipertensi Primer. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 2 Edisi VII. Jakarta.
Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI, 2014.
• Devicaesaria A. Hipertensi Krisis. Jakarta. Medicinus, 2014
Hasil pembelajaran:

• Definisi Hipertensi Urgensi


• Etiologi, faktor risiko, dan patogenesis Hipertensi Urgensi
• Manifestasi klinis Hipertensi Urgensi
• Penegakkan diagnosis Hipertensi Urgensi
• Penatalaksanaan Hipertensi Urgensi
• Edukasi Hipertensi Urgensi

Subjektif

Pasien datang ke UGD RSUD dr. Fauziah Bireun dengan keluhan sakit kepala sejak 30 menit
sebelum ke rumah sakit. Sakit kepala dirasakan seperti berdenyut terutama di bagian depan.
Pasien menyangkal adanya mual, muntah, dan pandangan yang kabur.

Objektif

Pemeriksaan fisik

Tanda Vital:

Keadaan umum : Tampak sakit sedang

Kesadaran : Compos mentis (E4 V5 M6)

Tekanan darah : 220/130 mmHg

Nadi : 72 kali/menit

Suhu : 36,6 oC

Pernafasan : 20 kali/menit
Status Generalis

• Mata : Konjungtiva anemis (-/-), Sklera Ikterik (-/-), Refleks Cahaya Langsung dan
Tidak Langsung (+/+), pupil bulat, isokor, perdarahan subkonjungtiva (-/-)
• Hidung : Septum ditengah, sekret (-/-)
• Telinga : Normotia, sekret (-/-)
• Mulut : Lidah kotor (-), mukosa bibir kering (-)
• Leher : KGB tidak teraba membesar
• Paru :
• Inspeksi : simetris kiri dan kanan, retraksi sela iga (-)
• Palpasi : fremitus kiri = kanan
• Perkusi : sonor kedua lapangan paru
• Auskultasi : vesikuler, wheezing -/- , rhonki -/-
• Jantung :
• Inspeksi : Iktus cordis tidak terlihat
• Palpasi : Iktus teraba 1 jari medial LMCS ICS V
• Perkusi : Batas jantung dalam batas normal
• Auskultasi : BJ I-II reguler, murmur (-), pulsus deficit (-)
• Abdomen : Supel, bising usus (+), hepatomegali (-), splenomegali (-)
• Ekstremitas : Akral dingin (-), oedem (-), CRT < 2 detik

Pemeriksaan penunjang
Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang.

Assessment

Setelah dilakukan anamnesis (subjektif), pemeriksaan fisik (objektif) dan pemeriksaan


penunjang pada pasien, ditegakkan diagnosis Hipertensi Urgensi.

Definisi
Krisis hipertensi adalah suatu keadaan klinis yang ditandai oleh tekanan darah yang
sangat tinggi (tekanan darah sistolik ≥ 180 mmHg dan/ atau diastolik ≥ 120 mmHg) yang
membutuhkan penanganan segera.
Klasifikasi Krisis Hipertensi
• Hipertensi darurat (Emergency hypertension)

Kenaikan tekanan darah mendadak (sistolik ≥ 180 mmHg dan atau diastolik ≥ 110
mmHg) dengan kerusakan organ target yang bersifat progresif, sehingga tekanan darah
harus diturunkan segera dalam hitungan menit sampai jam.

• Hipertensi mendesak (Urgency hypertension)


Kenaikan tekanan darah mendadak (sistolik ≥ 180 mmHg dan atau diastolik ≥ 120
mmHg) tanpa kerusakan organ target yang progresif atau minimal. Sehingga penurunan
tekanan darah bisa dilaksanakan lebih lambat dalam hitung jam sampai hari.

Menurut The Seventh Report of The Joint National Committe on Prevention, Detection,
Evaluaion, and Treatment of High Blood Pressure (JNC 7) klasifikasi tekanan darah pada
orang dewasa terbagi menjadi kelompok normal, prahipertensi, hipertensi derajat 1 dan derajat
2. (Tabel 2.1)

Tabel 2.1 Klasifikasi tekanan darah menurut JNC 7

Klasifikasi Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)


Normal <120 dan <80
Prahipertensi 120-139 atau 80-89
Hipertensi Derajat I 140-159 atau 90-99
Hipertensi Derajat II ≥160 atau ≥100

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hipertensi


Faktor faktor yang mendorong timbulnya kenaikan tekanan darah tersebut adalah:

• Faktor resiko, seperti diet, asupan garam, stress, ras, obesitas, merokok, dan genetik.

• Sistem saraf simpatis (tonus simpatis dan variasi diurnal).

• Keseimbangan antara modulator vasodilatasi dan vasokonstriksi.


• Pengaruh sistem otokrim setempat yang berperan pada sistem renin, angiotensin, dan
aldosteron.

Patofisiologi

Banyak faktor yang dapat menyebabkan hipertensi menjadi krisis hipertensi. Hipertensi
kronis jarang menyebabkan terjadinya krisis hipertensi karena adaptasi pembuluh darah
sehingga kerusakan organ target dapat dicegah. Krisis hipertensi terjadi karena peningkatan
tahanan vaskuler sistemik. Endotel memiliki peranan penting dalam mengatur homeostasis
tekanan darah dengan mensekresikan beberapa substansi seperti nitrit oxide (NO) dan
prostasiklin. Peningkatan vasoreaktif dapat dipresipitasi oleh pelepasan substansi
vasokonstriksi seperti angiotensin II, norepinefrin atau keadaan yang menyebabkan suatu
kondisi hipovolemia. Aktivasi sistem renin-angiotensin-aldosteron (RAAS) berperan penting
pada proses hipertensi berat. Angiotensin II menyebabkan cedera pada pembuluh darah
sehingga terjadi aktivasi gen proinflamatori seperti interleukin 6 dan NF-kβ. Selama terjadi
peningkatan tekanan darah, endotel mengkompensasi dengan melepaskan vasodilator seperti
NO. Saat endotel tidak lagi mampu mengkompensasi maka akan terjadi peningkatan tekanan
darah dan kerusakan endotel.

Kegagalan mekanisme tubuh dalam mengkompensasi menyebabkan peningkatan


resistensi pembuluh darah dan kerusakan endotel. Mekanisme pasti kerusakan endotel belum
diketahui secarapasti. Hali ini mungkin berhubungan dengan respon imun sehingga terjadi
pelepasan sitokin, vasokonstriktor endotelin dan peningkatan ekspresi endothelial adhesion
molecules. Peningkatan ekspresi cell adhesion molecules seerti P-selectin, atau intracellular
adhesion molecule 1 oleh sel endotel menyebabkan terjadinya inflamasi yang menyebabkan
bertambahnya kerusakan fungsi sel endotel, peningkatan permeabilitas endotel, menghambat
aktivitas fibrinolitik endotel dan aktivasi kaskade koagulasi. Agregasi trombosit dan
degranulasi pada endotel yang mengalami kerusakan akan memicu terjadinya inflamasi lebih
lanjut, thrombosis dan vasokonstriksi.

Kerusakan Organ Target


Hipertensi dapat menimbulkan kerusakan organ tubuh, baik secara langsung maupun
tidak langsung. Kerusakan organ organ target yang umum ditemui pada pasien hipertensi
adalah:2

• Jantung

• Hipertrofi ventrikel kiri

• Angina atau infark miokardium

• Gagal jantung

• Otak (stroke atau transient ischemic attack)

• Penyakit ginjal kronis

• Penyakit arteri perifer

• Retinopati

Gambaran Klinis Krisis Hipertensi

Sebagian besar penderita dengan hipertensi tidak mempunyai gejala spesifik yang
menunjukkan kenaikan tekanan darahnya dan hanya diidentifikasi dari pemeriksaan fisik,
sehingga peninggian tekanan darah tidak jarang merupakan satu satunya tanda pada hipertensi.
Gejala yang ditimbulkan berbeda-beda tergantung tingginya tekanan darah. Kadang-kadang
hipertensi esensial berjalan tanpa gejala dan baru timbul gejala setelah terjadi komplikasi pada
organ target seperti pada ginjal, mata, otak dan jantung. Gejala seperti sakit kepala, epistaksis
dan migren dapat ditemukan sebagai gejala klinis hipertensi esensial meskipun tidak jarang
yang tanpa gejala. Pada hasil observasi mengenai hipertensi di Paris, dari 1771 pasien
hipertensi yang tidak dapat diobati, gejala sakit kepala menduduki urutan pertama, diikuti oleh
palpitasi, nokturia, pusing dan tinnitus. Pada observasi tersebut tidak didapatkan korelasi
antara tingginya tekanan darah dan gejala yang timbul.

Pada survey hipertensi di Indonesia tercatat sebagai keluhan yang dihubungkan dengan
hipertensi. Pada penelitian A. Gani,dkk. Gejala klinisi seperti pusing, cepat marah dan telinga
berdenging merupakan gejala yang sering dijumpai, selain gejala lain seperti mimisan, sukar
tidur dan sesak nafas. Penelitian ini tidak berbeda dengan Harmaji,dkk yang melaporkan
mendapatkan keluhan pusing, rasa berat di tengkuk dan sukar tidur adalah gejala yang paling
sering dijumpai pada pasien hipertensi, rasa mudah lelah dan cepat marah juga banyak
dijumpai, sedangkan mimisan jarang ditemukan.

DIAGNOSIS
Diagnosis krisis hipertensi harus ditegakkan sedini mungkin, karena hasil terapi
tergantung kepada tindakan yang cepat dan tepat. Pada pemeriksaan yang menyeluruh kita
sudah dapat mendiagnosis suatu krisis hipertensi.

• Anamnesis meliputi:
• Lamanya menderita hipertensi dan derajat tekanan darah
• Indikasi adanya hipertensi sekunder
• Keluarga dengan penyakit ginjal (ginjal polikistik).
• Adanya penyakit ginjal, infeksi saluran kemih, hematuri, pemakaian obat obat
analgesik dan obat/bahan lain.
• Episode berkeringat, sakit kepala, kecemasan, palpitasi (feokromositoma).
• Episode lemah otot dan tetani (aldosteronisme).
• Faktor faktor risiko
• Riwayat hipertensi atau kardiovaskular pada pasien atau keluarga.
• Riwayat hiperlipidemia pada pasien atau keluarga.
• Riwayat diabetes melitus pada pasien atau keluarga.
• Kebiasaan merokok.
• Pola makan.
• Kegemukan, intesnitas olah raga
• Kepribadian.
• Gejala kerusakan organ
• Otak dan mata: sakit kepala, vertigo, gangguan penglihatan, transient ischemic
attacks, defisit sensoris atau motoris.
• Jantung: palpitasi, nyeri dada, sesak napas, bengkak di kaki.
• Ginjal: haus, poliuri, nokturia, dan hematuria.
• Arteri perifer: ekstremitas dingin, klaudikasio intermiten.
• Pengobatan antihipertensi sebelumnya
• Faktor faktor pribadi, keluarga dan lingkungan

• Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik dilakukan pengukuran tekanan darah dikedua lengan, mencari
kerusakan organ sasaran (retinopati, gangguan neurologi, payah jantung kongestif,
diseksi aorta). Palpasi denyut nadi di keempat ekstremitas. Auskultasi untuk
mendengar ada atau tidaknya bruit pembuluh darah besar, bising jantung dan ronki
paru. Selain itu harus juga dicari berbagai komplikasi krisis hipertensi lainnya dengan
kegawatan neurologi ataupun payah jantung kongestif dan edema paru. Perlu dicari
penyakit penyerta lain seperti penyakit jantung koroner.

Pengukuran tekanan darah:


• Pengukuran rutin di kamar periksa
Pengukuran di kamar periksa dilakukan pada posisi duduk di kursi setelah pasien
istirahat selama 5 menit, kaki di lantai dan lengan pada posisi setinggi jantung. Ukuran
dan peletakan manset (panjang 12-13 cm, lebar 35 cm untuk standar orang dewasa) dan
stetoskop harus benar (gunakan suara Korotkoff fase I dan V untuk penentuan sistolik
dan diastolik). Pengukuran dilakukan dua kali, dengan sela antara 1 sampai 5 menit,
pengukuran tambahan dilakukan jika hasil kedua pengukuran sebelumnya sangat
berbeda. Konfirmasi pengukuran pada lengan kontralateral dilakukan pada kunjungan
pertama dan jika didapatkan kenaikan tekanan darah. Pengukuran denyut jantung
dengan menghitung nadi (30 detik) dilakukan saat duduk segera sesudah pengukuran
tekanan darah. Untuk orang usia lanjut, diabetes dan kondisi lain dimana diperkirakan
ada hipotensi ortostatik, perlu dilakukan juga pengukuran tekanan darah pada posisi
berdiri.
• Pengukuran 24 jam (Ambulatory Blood Pressure Monitoring-ABPM)
Beberapa indikasi penggunaan ABPM antara lain:
• Hipertensi yang borderline atau yang bersifat episodik
• Adanya disfungsi saraf otonom
• Hipertensi sekunder
• Sebagai pedoman dalam pemilihan obat antihipertensi
• Tekanan darah yang resisten terhadap pengobatan antihipertensi
• Gejala hipotensi yang berhubungan dengan pengobatan antihipertensi.
• Pengukuran sendiri oleh pasien
Pengukuran sendiri di rumah memiliki kelebihan dan kekurangan. Kekurangannya
adalah masalah ketepatan pengukuran, sedang kelebihannya antara lain dapat
memberikan banyak hasil pengukuran. Beberapa peneliti bahwa pengukuran di rumah
lebih mewakili kondisi tekanan darah sehari hari. Pengukuran tekanan darah di rumah
juga diharapkan dapat meningkatkan kepatuhan pasien dan menigkatkan keberhasilan
pengendalian tekanan darah serta menurunkan biaya.

3. Pemeriksaan Penunjang
- Pemeriksaan laboratorium awal : Urinalisis, darah lengkap dan elektrolit

- Pemeriksaan penunjang : Elektrokardiografi dan foto thoraks

- Pemeriksaan penunjang lainnya bila memungkinkan : CT Scan Kepala,

Echocardiogram.

TERAPI

Tujuan penatalaksanaan krisis hipertensi adalah menurunkan tekanan darah sesegera


mungkin. Setelah itu dapat dilakukan pengobatan terdiri dari terapi non farmakologis dan
farmakologis. Terapi non farmakologis harus dilaksanakan oleh semua pasien hipertensi
dengan tujuan menurunkan tekanan darah dan mengendalikan faktor faktor resiko serta
penyakit penyerta lainnya.

• Non farmakologi
• Menurunkan berat badan (5-20 mmHg/10 kg)

• Menghentikan rokok

• Menurunkan berat badan berlebih

• Menurunkan konsumsi alkohol yang berlebihan (2-4 mmHg)

• Latihan fisik; 30 menit/hari (4-9 mmHg)

• Menurunan asupan garam ; 2,4 gram-6 gram (2-8 mmHg)

• Meningkatkan konsumsi buah dan sayur serta menurunkan asupan lemak.

• Farmakologi
Penatalaksanaa hipertensi urgensi cukup dengan obat oral yang bekerja cepat sehingga
menurunkan tekanan darah dalam beberapa jam.
Tabel. Obat hipertensi oral yang dipakai di Indonesia
Obat Dosis Efek Lama Kerja Perhatian khusus
Captopril 12,5 ulangi per 30 15-30 min 6-8 jam Stenosis a.renalis
- 25 mg min
Clonidine 75 ulangi per 30-60 min 8-16 jam mengantuk, mulut
- 150 ug, jam kering
Propanolol 10 ulangi setiap 15-30 min 3-6 jam Bronkokonstriksi,
- 40 mg PO 30 min blok jantung,
Nifedipine 5 ulangi setiap 5 -15 min 4-6 jam Gangguan koroner
- 10 mg 15 menit

Tujuan pengobatan pasien hipertensi adalah:


• Target tekanan darah < 140/90 mmHg, untuk individu beresiko tinggi (diabetes, gagal
ginjal, proteinuria < 130/80 mmHg).
• Penurunan morbiditas dan mortalitas kardiovaskular.
• Menghambat laju penyakit ginjal proteinuria.
Selain pengobatan hipertensi, pengobatan terhadap faktor resiko atau kondisi penyerta lainnya
seperti diabetes melitus atau dislipidemia juga harus dilaksanakan hingga mencapai target
terapi masing-masing kondisi.
Plan
• Diagnosis : Hipertensi Urgensi

• Pengobatan :

Non-Farmakologi :
• Periksa ulang tekanan darah pasien setelah 30 menit diberikan captopril 25mg
sublingual

• Hasil pemeriksaan ulang setelah 30 menit diberikan terapi :

• Tekanan darah pasien menuruh menjadi 180/120

• Keluhan sakit kepala pasien membaik

• Meminta pasien untuk disiplin meminum obat hipertensi dan rajin memeriksa
tekanan darah

Farmakologi :

• O2 3 liter/menit

• Captopril 25mg sublingual (dosis awal)

• Captopril 3x12,5mg

• Amlodipin 1x10mg

• Ibuprofen 3x400mg

• Edukasi :

Menjelaskan kepada keluarga pasien tentang penyakit, dan komplikasi yang


dapat timbul dari hipertensi urgensi.

You might also like