You are on page 1of 5

Dosen Praktikum : Dr.

drh Andriyanto, MSi


Hari, tanggal : Rabu, 26 September 2018
Kelompok :1

LAPORAN PRAKTIKUM TOKSIKOLOGI VETERINER


DETOKSIKASI

Anggota Kelompok :

Nirmawati Mohamad B04130040

Fauzi Chandra B04149002

Bintang Nurul Iman B04150070

Ellana Diah Pravitaningsih B04150071

DIVISI FARMAKOLOGI DAN TOKSIKOLOGI


DEPARTEMEN ANATOMI FISIOLOGI DAN FARMAKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2018
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Proses detoksikasi atau biotransformasi adalah proses kimia yang terjadi didalam
tubuh. Proses ini menghasilkan metabolit dari senyawa asal dan selajutnya membentuk
konjugat. Metabolit yang terjadi adalah zat yang aktivitasnya sama dengan zat asalnya. Hasil
metabolit umumnya tidak toksik atau kurang toksik dikarenakan proses detoksikasi.
Sedangkan proses bioaktivasi sifatnya lebih aktif dari senyawa asalnya. Obat juga
mempunyai efek toksik dalam jaringan, terutama di hati dan ginjal. Hati merupakan organ
yang berpotensi menderita keracunan lebih dahulu sebelum organ lain (Robbin & Kumar
1995).

Proses biotransformasi pada umumnya melalui dua reaksi atau tahap. Tahap yang
pertama adalah reaksi oksidasi, reduksi, atau hidrolisa. Sebagian hasil tahap satu akan
mengalami tahap kedua. Kemudian tahap kedua adalah reaksi dengan konjugasi atau disebut
reaksi senyawa metabolit dengan zat endogen. Reaksi ini melibatkan beberapa jenis endogen
seperti pembetukan glukoronat, konjugasi sulfat, metilasi, asetilasi, konjugasi asam amino,
dan konjugasi glutasi (Maurin W 2018). Proses biotransformasi dapat mengubah senyawa
yang lipofilik menjadi hidrofilik sehingga lebih mudah untuk di keluarkan oleh ginjal.
Proses eliminasi oleh ginjal sangat penting, jika tidak terjadi pengeluaran akan terjadi
absorpsi kembali oleh tubulus ginjal. Setiap spesies memiliki hati yang digunakan untuk
tempat utama biotransformasi senyawa kimia. Perbedaan spesies akan memengaruhi laju
dan jenis biotransformasi di dalam tubuh.

Tujuan
Tujuan dari percobaan detoksikasi adalah mempelajari hati sebagai organ
yang mendetoksikasi xenobiotika.

TINJAUAN PUSTAKA

CCl4 (karbon tetraklorida) merupakan xenobiotik yang lazim digunakan untuk


menginduksi peroksidasi lipid dan keracunan. CCl4 berbentuk cairan tak berwarna, tidak
larut dalam air, dan digunakan dalam industri sebagai pelarut organik. Dalam endoplasmik
reticulum hati, CCl4 dimetabolisme oleh sitokrom menjadi radikal bebas triklorometil
(CCl3). Triklorometil dengan oksigen akan membentuk radikal triklorometilperoksi
(Cl3COO-) dapat menyerang lipid endoplasmik retikulum dengan kecepatan yang melebihi
radikal bebas triklorometil. Selanjutnya triklorometilperoksi menyebabkan peroksidasi lipid
sehingga mengganggu homeostasis Ca2+, dan akhirnya menyebabkan kematian sel
(Shanmugasundaram dan venkataraman 2006). Pemberian CCl4 dapat menyebabkan
kerusakan hati, seperti peningkatan kadar bilirubin total, enzim ALT, AST, dan ALP,
sebaliknya kadar protein total dalam serum mengalami penurunan (Panjaitan et al 2007).

Phenobarbital merupakan obat hipnotik dan sedatif golongan barbiturate yang


tersedia dalam bentuk injeksi intravena dan sangat sukar larut dalam air (Isadiartuti dan
Martodihardjo 2000). Phenobarbital memiliki bioavailabilitas 90%. Dalam plasma darah
puncaknya mencapai 8-12 jam dan akan berada dalam tubuh sekitar 2-7 hari serta mengikat
protein 20-40%. Obat ini akan di metabolisme di hati, terutama melalui hidroksilasi,
glukoronidasi, dan menginduksi banyak enzim dari sistem sitokrom P450 (Scott dan Donald
1993). Obat golongan barbiturat bekerja bekerja pada seluruh sistem saraf pusat, walaupun
pada tiap spesies tidak sama kuatnya. Dosis non anestesi terutama menekan respon pasca
sinaps. Penghambatan hanya terjadi pada sinaps GABA-nergik. Barbiturat memperlihatkan
beberapa efek yang berbeda pada eksitasi dan inhibisi transmisi sinaps, kapasitas barbiturat
membantu kerja GABA sebagian menyerupai kerja benzodiazepamin, namun pada dosis
yang lebih tinggi bersifat antagonis GABA-nergik, sehingga dalam dosis tinggi barbiturate
dapat menimbulkan depresi sistem saraf pusat yang berat (Mycek dan Mary 2001).

METODE PRAKTIKUM
Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum ini berlangsung pada hari Rabu, 26 September 2018 pukul 8.30-11.00
WIB. Bertempat di Ruang Praktikum FIFARM Fakultas Kedokteran Hewan, Institut
Pertanian Bogor.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah syringe. Bahan-bahan yang
digunakan adalah 2 ekor mencit, larutan pentothal/phenobarbital 2%, dan CCl4 dalam
mineral oil.
Prosedur Percobaan
1. Salah satu mencit telah dirusak hatinya dengan memberikan CCl4 per oral, 24 dan 48
jam sebelum percobaan sebanyak 0.01-0.05 ml/gr BB
2. Mencit yang lain tidak diberikan perlakuan apapun
3. Amati keadaan kedua mencit sebelum percobaan
4. Suntik masing-masing mencit dengan larutan pentothal/phenobarbital 2% secara
subcutan dengan dosis yang telah disesuaikan
5. Amati onset dan durasi anestesi pada kedua ekor tikus
6.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 1. Onset dan durasi pemberian obat pada mencit

Status Mencit Bobot badan Dosis Onset Durasi


Mencit tidak 25 gram 0.5 ml ∞ ∞
diberi CCl4
Mencit diberi 28 gram 0.58 ml 37 menit 53 menit
CCl4

Gambar 1. Mencit yang diinjeksi phenobarbital 2%

Percobaan kali ini menggunakan larutan phenobarbital sebagai anastesi pendek


untuk mengamati kerja hati sebagai organ yang mendetoksikasi xenobiotika dengan
melihat onset dan durasi pada mencit yang tidak diberi larutan karbon tetraklorida
(CCl4) dan mencit yang diberi larutan karbon tetraklorida (CCl4) yang merusak hati.
Mencit yang tidak diberi CCl4 mengalami onset dan durasi tidak terhingga karena
sepanjang waktu pengamata mencit tidak teranastesi (tidur), phenobarbital hanya
bekerja sebgai sedasi (menenangkan), hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor
salah satunya kesalahan dari praktikan dalam pemberin phenobarbital yang kurang
dari dosis (Tjay dan Rahardja 2002).

Mencit yang diberi larutan CCl4 mengalami onset 37 menit dan durasi 53
menit, mencit teranastesi sempurna akan tetapi durasi lama, hal ini menunjukan
bahwa hati yang mengalami kelainan (rusak) sehingga lama memetabolisme obat
untuk dialirkan ke darah dan di bawa menuju sistem saraf pusat. Menurut Tjay dan
Rahardja (2002) mekanisme kerja golongan obat barbiturat salah satunya
phenobarbital yang bekerja sebagai depresan sistem syaraf pusat (SSP),
menghasilkan efek dari sedasi ringan sampai teranastesi total.

Hati adalah organ utama yang bertanggung jawab pada reaksi biotransfromasi.
Penyakit hepatitis akut atau kronis, sirosis hati dan nekrosis hati secara signifikan
dapat menurunkan laju metabolisme xenobiotika. Pada gangguan hati terjadi
penurunan sintesa sistem enzim dan penurunan laju aliran darah melalui hati.
Penurunan laju aliran darah di hati secara signifikan akan menurunkan laju
metabolismenya (Coffman et al. 1998).

SIMPULAN
Hati merupakan salah satu organ vital pada tubuh yang berfungsi untuk
mendetoksikasi. Hati yang telah rusak memiliki fungsi detoksikasi yang rendah. Hal ini
dapat dilihat dari onset dan durasi dari obat anasthesi yang diberikan, terlihat mencit yang
hatinya rusak memiliki onset lebih cepat dan durasi lebih lama dibandingkan dengan mencit
yang memiliki hati sehat.

DAFTAR PUSTAKA
Coffman BL, King CD, Rios GR, Tephly TR. (1998). The Glucuronidation of opioids other
xenobiotics and androgens. Drug Metab Dispos. 26: 73-77

Isadiartuti D, Martodiharjo S. 2000. Pengaruh senyawa hidroksipropil- β-siklodekstrin


terhadap kelarutan fenobarbital. Majalah Farmasi Indonesia 11 (4) : 205-208

Maurin W. 2018. Gambaran histopatologik hati tikus wistar yang diberikan sari buah naga
merah (Hylocereus polyhisus) dan parasetamol. J. Biomed (6) :17-18.
Mycek, Mary J. 2001. Farmakologi : Ulasan Bergambar. Terjemahan oleh Azwar A.
Jakarta (ID) :Widya Medika
Panjaitan RGP et al. 2007. Pengaruh pemberian karbon tetraklorida terhadap fungsi hati dan
ginjal tikus. Makara Kesehatan 11(1): 11-16.
Robbin SL, Kumar VMD. 1995. Patologi. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Shanmugasundaram P, Venkataraman S.J. 2006. Ethnopharmacol. 104 : 124-128.

Scott, Donald M. 1993. Sejarah Kota Epileptic Therapy. French : Taylor & Francis.

Tjay, Rahardja. 2002. Obat-Obat Penting, Khasiat, Pengunaan dan Efek Sampingnya. Ed
ke-V. Jakarta (ID): Gramedia.

You might also like