You are on page 1of 29

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN ANAK

TENTANG MALNUTRISI

DI PUSKESMAS BUKIT HINDU

Disusun Oleh

Dewi Puspitasari PO.62.20.1.16.131

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES PALANGKA RAYA
PROGRAM STUDI DIV KEPERAWATAN
2018

1
A. DEFINISI MALNUTRISI
Definisi malnutrisi menurut Oxford Medical Dictionary adalah
keadaan dimana tubuh tidak mendapat asupan gizi yang cukup. Malnutrisi
dapat juga disebut keadaaan yang disebabkan oleh ketidakseimbangan di
antara pengambilan makanan dengan kebutuhan gizi untuk
mempertahankan kesehatan. Ini bisa terjadi karena asupan makan terlalu
sedikit ataupun pengambilan makanan yang tidak seimbang. Selain itu,
kekurangan gizi dalam tubuh juga berakibat terjadinya malabsorpsi
makanan atau kegagalan metabolik (Rani, 2013). Malnutrisi adalah suatu
keadaan di mana tubuh mengalami gangguan dalam penggunaan zat gizi
untuk pertumbuhan, perkembangan dan aktivitas.

B. ETIOLOGI
Malnutrisi dapat disebabkan oleh kurangnya asupan makanan
maupun adanya gangguan terhadap absorbsi, pencernaan dan penggunaan
zat gizi dalam tubuh. Selain itu, malnutrisi bisa disebabkan apabila asupan
kalori yang berlebih dari kebutuhan harian, dan mengakibatkan
penyimpangan energi dalam bentuk bertambahnya jaringan adiposa.
Masalah nutrisi yang terjadi pada anak antara lain malnutrisi kurang energi
protein (kwashiorkor, marasmus, marasmik-kwashiorkor), malnutrisi
vitamin, mineral, dan obesitas (Lita, 2012).

C. MACAM-MACAM MALNUTRISI
Masalah nutrisi yang terjadi pada anak antara lain malnutrisi kurang energi
protein (kwashiorkor, marasmus, marasmik-kwashiorkor), malnutrisi
vitamin, mineral, dan obesitas (Lita, 2012).
1. Malnutrisi Kurang Energi Protein
a. Pengertian KEP
KEP adalah gangguan gizi yang disebabkan oleh kekurangan
protein dan atau kalori, serta sering disertai dengan kekurangan zat
gizi lain. Malnutrisi energy protein dapat primer, karena asupan

2
protein dan atau sumber energy yang tidak memadai, atau sekunder
karena penyakit yang mengganggu asupan atau penggunaan zat
gizi atau penyakit yang meningkatkan kebutuhan zat gizi atau
kehilangan metabolic, seperti keganasan , malabsorbsi usus,
penyakit peradangan usus besar, AIDS dan gagal ginjal kronik
(Isselbacher et all, 1997).

Tabel 1. Kebutuhan Energi Harian


UMUR ENERGI
0-6 bulan 550
7-12 bulan 650
1-3 tahun 1000
4-6 tahun 1550
7-9 tahun 1800
Sumber : http://www.gizi.net)

b. Patofisiologi KEP
Kelainan bawaan, infeksi kronis,
Ekonomi, Pendidikan,
kelainan pencernaan dan metabolik
Pengetahuan

Peningkatan kebutuhan nutrisi, penyerapan


nutrisi menurun, peningkatan kehilangan nutrisi

Penurunan asupan nutrisi

Pembakaran cadangan karbohidrat, lemak dan


protein melalui proses katabolik

Stress katabolik

Defisiensi protein

c. Jenis Malnutrisi KEP


1) Marasmus
a) Pengertian

3
Marasmus adalah salah satu bentuk gizi buruk yang
sering ditemui pada balita. Sinonim marasmus diterapkan
pada pola penyakit klinis yang menekankan satu atau lebih
tanda defisiensi protein dan kalori (Kliegman et all, 1996)
Marasmus adalah malnutrisi berat pada bayi sering ada di
daerah dengan makanan tidak cukup atau higiene kurang.
Energi yang diperoleh oleh tubuh bukan hanya diperoleh
dari proses katabolisme zat gizi yang tersimpan dalam
tubuh, tetapi juga berasal dari energi yang terkandung
dalam makanan yang kita konsumsi.

b) Manifestasi Klinis
Marasmus sering dijumpai pada usia 0 - 2 tahun.
Menuut Kliegman et all (1996) manifetasi klinik pada
marasmus diawali adanya kegagalan menaikkan berat
badan, disertai dengan kehilangan berat sampai berakibat
kurus, dengan kehilangan turgor pada kulit sehingga
menjadi berkerut dan longgar karena lemak subkutan
hilang. adalah hilangnya lemak subkutan, terutama pada
wajah. Berat badan turun menjadi kurang dari 60% berat
badan menurut usianya. Atrofi otot juga terjadi pada kasus
ini Tulang rusuk tampak lebih jelas. Dinding perut
hipotonus dan kulitnya longgar. Suhu tubuh subnormal,
nadi lambat, dan angka metabolisme basal cenderung
menurun .
Selain itu manifestasi marasmus adalah sebagai berikut :
- Badan kurus kering
- tampak seperti orangtua
- Lethargi
- Irritable
- Kulit keriput (turgor kulit jelek)
- Ubun-ubun cekung pada bayi

4
- Jaringan subkutan hilang
- Malaise
- Kelaparan
- Apatis

c) Patofisologi
Dalam keadaan kekurangan makanan, tubuh
selalu berusaha untuk mempertahankan hidup dengan
memenuhi kebutuhan pokok atau energi. Kemampuan
tubuh untuk menggunakan karbohidrat, protein, dan lemak
merupakan hal yang sangat penting untuk mempertahankan
kehidupan; karbohidrat (glukosa) dapat dipakai oleh
seluruh jaringan tubuh sebagai bahan bakar, tetapi
kemampuan tubuh untuk menyimpan karbohidrat sangat
sedikit, sehingga setelah 25 jam sudah dapat terjadi
kekurangan. Akibatnya katabolisme protein terjadi setelah
beberapa jam dengan menghasilkan asam amino yang
segera diubah menjadi karbohidrat di hepar dan di ginjal.
Selama puasa jaringan lemak dipecah jadi asam lemak,
gliserol dan keton bodies. Otot dapat mempergunakan asam
lemak dan keton bodies sebagai sumber energi kalau
kekurangan makanan ini berjalan menahun. Tubuh akan
mempertahankan diri untuk mencegah terjadi katabolisme
protein lagi setelah kira-kira kehilangan protein separuh
dari tubuhnya.

5
2) Kwashiorkor
a) Pengertian
Kwashiorkor merupakan sindrom klinis akibat dari defisiensi
protein berat dan masukan kalori tidak cukup (Kliegman et all,
1996). Berbeda dengan marasmus, yaitu disebabkan oleh intake
dengan kualitas yang normal namun kurang dalam jumlah.

b) Manifestasi Klinis
Tanda atau gejala yang dapat dilihat pada anak dengan
Malnutrisi protein berat-Kwashiorkor, antara lain:
- Gagal untuk menambah berat badan
- Pertumbuhan linear terhenti
- Oedem menyeluruh (muka sembab, punggung kaki, perut
yang membuncit)
- Diare yang tidak membaik
- Dermatitis, perubahan pigmen kulit (deskuamasi dan
vitiligo).
- Perubahan warna rambut menjadi kemerahan dan mudah
dicabut.
- Penurunan masa otot
- Perubahan mental seperti lethargia, iritabilitas dan apatis
dapat terjadi.
- Perubahan lain yang dapat terjadi adala perlemakan hati,
gangguan fungsi ginjal, dan anemia.
- Pada keadaan akhir (final stages) dapat mengakibatkan
shock, coma dan berakhir dengan kematian.

c) Patofisiologi
Kekurangan protein dalam makanan menyebabkan asam
amino essensial yang diperlukan oleh tubuh tidak adekuat.
Asam amino essensial dalam serum diperlukan untuk sintesis
dan metabolisme, terutama sebagai pertumbuhan dan perbaikan

6
sel. Semakin berkurangnya asam amino menyebabkan
pembentukan kurangnya albumin oleh hepar
(hipoalbuminemia). Berkurangnya produksi albumin
menyebabkan depigmentasi yaitu kulit akan tampak bersisik
dan kering. Selain itu, peran albumin adalah untuk
mempertahankan tekanan osmotik koloid. Hipoalbuminemia
menyebabkan tekanan osmotik koloid menurun sehingga cairan
akan berpindah dari intravaskuler kompartemen ke interstitial
kemudian timbul edema.

3) Marasmik-Kwashiorkor
Merupakan gabungan antara marasmus dan kwashiorkor

4) Pemeriksaan Diagnostik
a) Pemeriksaan Fisik
- Mengukur tinggi badan (TB) dan berat badan (BB)
- Menghitung indeks massa tubuh, yaitu BB (kilogram)
dibagi dengan TB (meter)
- Mengukur ketebalan lipatan kulit dilengan atas sebelah
(lipatan trisep) ditarik menjauhi lengan, sehingga lapisan
lemak dibawah kulitnya dapat diukur, biasanya dangan
menggunakan jangka lengkung (kaliper). Lemak dibawah
kulit banyaknya adalah 50% dari lemak tubuh.
- Status gizi juga dapat diperoleh dengan mengukur lingkar
lengan Atas (LLA) untuk memperkirakan jumlah otot

7
rangka dalam tubuh (lean body massa, massa tubuh yang
tidak berlemak).
b) Pemeriksaan laboratorium : albumin, kreatinin, nitrogen,
elektrolit,Hb, Ht, transferin.

5) Pencegahan
Tindakan pencegahan dapat dilaksanakan dengan baik bila
penyebab diketahui. Usaha-usaha tersebut memerlukan sarana dan
prasarana kesehatan yang baik untuk pelayanan kesehatan dan
penyuluhan gizi.
a) Pemberian air susu ibu (ASI) sampai umur 2 tahun merupakan
sumber energi yang paling baik untuk bayi.
b) Ditambah dengan pemberian makanan tambahan yang bergizi
pada umur 6 tahun ke atas
c) Pencegahan penyakit infeksi, dengan meningkatkan kebersihan
lingkungan dan kebersihan perorangan
d) Pemberian imunisasi
e) Mengikuti program keluarga berencana untuk mencegah
kehamilan terlalu kerap.
f) Penyuluhan/pendidikan gizi tentang pemberian makanan yang
adekuat merupakan usaha pencegahan jangka
panjangPemantauan (surveillance) yang teratur pada anak
balita di daerah yang endemis kurang gizi, dengan cara
penimbangan berat badan tiap bulan

6) Pengobatan
a) Memberikan makanan yang mengandung banyak protein
bernilai biologi tinggi, tinggi kalori, cukup cairan, vitamin dan
mineral.
b) Makanan harus mudah dicerna dan diserap
c) Makanan diberikan secara bertahap, karena toleransi terhadap
makanan sangat rendah.

8
d) Penanganan terhadap penyakit penyerta
e) Tindak lanjut berupa pemantauan kesehatan penderita dan
penyuluhan gizi tambahan.

2. Malnutisi Vitamin
a. Vitamin Larut Lemak
Vitamin adalah nutrisi penting yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah
kecil untuk berbagai peran dalam tubuh manusia. Vitamin dibagi
menjadi dua kelompok: yang larut dalam air (B kompleks dan C) dan
larut dalam lemak (A, D, E dan K). Tidak seperti vitamin yang larut
dalam air yang perlu diganti secara teratur dalam tubuh, vitamin yang
larut dalam lemak disimpan dalam jaringan hati dan lemak, dan
dibuang jauh lebih lambat dari vitamin yang larut dalam air.
Karena vitamin yang larut dalam lemak disimpan untuk waktu yang
lama, mereka umumnya menimbulkan risiko lebih besar untuk
toksisitas dari vitamin yang larut air bila dikonsumsi berlebihan.
Makan diet seimbang yang normal tidak akan menyebabkan toksisitas
pada individu yang sehat. Namun, mengkonsumsi suplemen vitamin
yang mengandung mega dosis vitamin A, D, E dan K dapat
menyebabkan keracunan.
Pada anak, beberapa kondisi dapat menyebabkan terjadinya
ketidakseimbangan vitamin. Hal ini sering terjadi pada ibu hamil dan
bayi dengan kekurangan asupan vitamin yang adekuat dalam
makanan yang dikonsumsi.

b. Vitamin Larut Air


Substansi yang terdapat di dalam tubuh manusia terdiri dari vitamin,
mineral, lemak dan beberapa substansi lainnya. Tubuh manusia
membutuhkan sedikitnya 13 jenis vitamin, yang terdiri dari vitamin
larut dalam lemak dan vitamin larut dalam air. Vitamin larut dalam air
adalah vitamin B complex dan vitamin C.

9
3. Malnutrisi Mineral
Mineral merupakan nutrien penting dan 4% tubuh manusia terdiri dari
mineral. Mineral digolongkan menjadi dua jenis, yaitu makromineral dan
mikromineral. Makromineral dibutuhkan lebih dari 100 mg perhari, antara
lain kalsium (Ca), fosfor (P), natrium (Na), dan kalium (K), magnesium
(Mg), sulfur (S), dan klorida (Cl).
Mikromineral atau elemen renik ialah mineral yang dibutuhkan kurang
dari 100 mg perhari, yaitu besi (Fe), seng (Zn), iodium (I), dan selenium
(Se). Masalah terbesar pada mineral adalah terjadinya defisiensi, teutama
zat besi, kalsium, fosfor, magnesium, dan zink. Kadar zink yang rendah
dapat menyebabkan gagal tumbuh akibat nutrisi.
Regulasi keseimbangan mineral di dalam tubuh merupakan proses yang
kompleks. Diet ekstrim asupan mineral dapat menyebabkan sejumlah
interaksi mineral-mineral yang dapat mengakibatkan defisiensi atau
kelebihan mineral yang tidak diharapkan. Defisiensi juga dapat terjadi jika
zat-zat dalam diet berinteraksi dengan mineral. Misalnya, zat besi, seng,
dan kalsium dapat membentuk kompleks yang tidak larut dengan fitrat
dan/atau oksalat (zat yang banyak terdaat dalam protein tanaman), yang
mengganggu biovailabilitas mineral. Dalam komposisi air keringat, tiga
mineral utama yaitu natrium, kalium & klorida merupakan mineral dengan
konsentrasi terbesar yang terdapat di dalamnya. Sehingga dengan semakin
besar laju pengeluaran keringat, maka laju kehilangan natrium , kalium
dan klorida dari dalam tubuh juga akan semakin besar. Di antara
ketiganya, natrium dan klorida merupakan mineral dengan konsentrasi
tertinggi yang terbawa keluar tubuh melalui kelenjar keringat (sweat
glands).

4. Obesitas
a. Definisi
Menurut WHO (2002) obesitas adalah kondisi abnormal atas
akumulasi lemak yang berlebihan pada jaringan adiposa. Obesitas

10
merupakan peningkatan berat badan yang mengakibatkan akumulasi
lemak tubuh yang berlebihan terhadap standar massa tubuh.

b. Tanda dan Gejala


1) Pipi yang tembam
2) Wajah membulat
3) Dagu berlipat
4) Leher yang pendek
5) Perut buncit

c. Faktor-faktor Penyebab Obesitas


1) Faktor genetic
Faktor genetik merupakan faktor keturunan dari orang-tua yang
sulit dihindari. Apabila ayah atau ibu memiliki kelebihan berat
badan, hal ini dapat diturunkan pada anaknya. Parental fatness
merupakan faktor genetik yang berperanan besar. apabila kedua
orang tua obesitas maka 80% anaknya menjadi obesitas. Selain itu,
jika salah satu orang tua obesitas maka kejadian obesitas menjadi
40% dan apabila kedua orang tua tidak obesitas maka
prevalensinya menjadi 14%.
2) Kebiasaan makan
Kebiasaan makanan sebagai tingkah laku manusia atau kelompok
manusia dalam memenuhi kebutuhannya akan makanan meliputi
sikap, kepercayaan dalam pemilihan makanan. Pada penelitian
tentang hubungan pola makana dan aktivitas fisik pada anak
dengan obesitas pada anak usia 6-7 tahun pada tahun 2003
menyebutkan bahwa frekuensi makan lebih dari tiga kali setiap hari
memiliki risiko terjadinya obesitas 2,1x dibandingkan dengan
makan kurang atau sama dengan tiga kali sehari.
3) Kebiasaan Sarapan
Penelitian membuktikan bahwa ketika mengkonsumsi sarapan,
seorang anak akan memiliki tingkah laku dan prestasi belajar yang

11
lebih baik dibandingkan ketika tidak mengkonsumsi sarapan.
Pollitt, dkk dalam penelitiannya menemukan anak usia 9-11 tahun
dengan gizi baik yang melewatkan sarapan menunjukkan sebuah
penurunan respon yang akurat dalam memecahkan masalah, namun
meningkat dalam kekuratan berpikir jangka pendek. Anak
perempuan lebih menyukai sarapan di rumah (46%) dibandingkan
anak laki-laki, dan sekitar 20% dari anak usia 10 tahun melewatkan
sarapannya setiap hari.
4) Konsumsi makanan cepat saji
Konsumsi makanan cepat saji yang banyak mengandung energi
dari lemak, karbohidrat, dan gula akan mempengaruhi kualitas diet
dan meningkatkan risiko obesitas.
5) Konsumsi minuman ringan
Minuman ringan (soft drink) terbukti memiliki kandungan gula
yang tinggi sehingga berat badan akan cepat bertambah bila
mengkonsumsi minuman ini. Rasa yang nikmat dan menyegarkan
menjadikan anak-anak sangat menggemari minuman ini.
6) Kebiasaan Jajan
Makanan jajan yang umumnya disukai anak-anak adalah berupa
kue-kue yang sebagian besar terbuat dari tepung dan gula. Oleh
karena itu, makanan jajanan tersebut hanya memberikan
sumbangan energi saja, sedangkan tambahan zat pembangunan dan
pengatur sangat sedikit.
7) Kebiasaan makan cemilan saat menonton TV
TV dapat berdampak pada fisik anak. Semakin lama anak
menonton TV makin besar angka kejadian obesitas pada anak.
Anak yang menonton TV lebih dari satu jam akan meningkatkan
resiko obesitas sebesar 2%. Oleh karena itu, anak cenderung
mengunyah cemilan yang gurih atau manis dengan konsumsi yang
besar tanpa diimbangi dengan gerak yang cukup. Komputer dan
video games turu andil dalam kejadian obesitas pada anak.
Keduanya menjadi berbahaya karena termasuk dalam aktivitas

12
sedentary Ketika bermain video games, anak-anak biasanya
memilih untuk makan cemilan tanpa berpikir panjang dan tidak
melakukan interaksi dengan anakanak lain di luar rumah atau
melakukan aktivitas yang menguras energi.
8) Susu dan olahannya
Meskipun selama ini susu disebut-sebut sebagai makanan yang
baik untuk anak-anak, namun tidak berarti susu merupakan
makanan yang sempurna. Susu tidak dapat tahan lama dan cepat
basi. Susu sedikit mengandung zat besi dan beberapa vitamin,
namun kaya akan lemak dan kolesterol. Susu dapat menyebabkan
obesitas apabila dikonsumsi secara berlebihan baik dalam produk
susu maupun produk makanan yang merupakan olahan susu.
9) Aktivitas Fisik
Kurangnya aktivitas fisik menjadi salah satu penyebab obesitas.
Anak-anak dan remaja obesitas sedikit bergerak atau beraktivitas
daripada anak dengan berat badan normal. Kegiatan fisik sangat
diperlukan oleh anak-anak dan anak belajar menikmati beraktivitas
fisik. Oleh karena itu, peran orang tua sangat besar dalam
mencagah obesitas pada anak untuk mengajarkan anak-anak
berolahraga setiap harinya.

d. Penatalaksanaan
1) Modifikasi Pola Makan
Program penurunan berat dengan derajat kesuksesan
apapun mengintegrasikan perubahan pilihan makanan
dengan latihan, dan seringkali dengan modifikasi
kebiasaan, edukasi nutrisi, dan dukungan psikologis. Ketika
penanganan ini gagal memberikan hasil yang diinginkan,
medikasi dapat ditambahkan ke dalam program dan, pada
kasus obesitas yang ekstrem (BMI lebih dari sama dengan
40), intervensi pembedahan dapat diperlukan.
Rekomendasi

13
Program penurunan berat badan harus dikombinasikan
dengan rejimen diet gizi seimbang dengan modifikasi
latihan dan gaya hidup. Memilih strategi penanganan yang
sesuai tergantung pada tujuan dan risiko kesehatan dari
pasien. Pilihan penanganan termasuk antara lain:
a) Diet rendah kalori, peningkatan aktivitas fisik, dan
modifikasi gaya hidup
b) Farmakoterapi
c) Terapi bedah
d) Pencegahan dari penambahan berat badan melalui
penyeimbangan energi.

2) Diet Pembatasan Energi


Diet pembatasan energi yang seimbang merupakan metode
penurunan berat badan yang paling sering diresepkan. Diet
tersebut harus cukup secara nutrisi kecuali untuk energi, yang
dikurangi hingga poin di mana penyimpanan lemak harus dapat
dimobilisasi untuk mencapai kebutuhan energi harian. Defisit
kalori dari 500 hingga 1000 kkal setiap harinya biasanya dapat
mencapai tujuan tersebut. Tingkat energi bervariasi pada setiap
individu menurut ukuran dan aktivitasnya, umumnya berkisar
dari 1200 hingga 1800 kkal setiap harinya. Tanpa
memerhatikan tingkat restriksi kalori, pola makan sehat harus
diajarkan, dan rekomendasi untuk peningkatan aktivitas fisik
harus diikutsertakan.
Diet rendah kalori harus diindividualisasikan untuk karbohidrat
(50% hingga 55% dari total kilokalori), menggunakan sumber-
sumber seperti sayur-sayuran, buah-buahan, kacang-kacangan,
dan biji-bijian. Diet juga harus meliputi protein, sekitar 15%
hingga 23% kilokalori, untuk mencegah konversi protein
menjadi energi. Konten lemak harus tidak melebihi 30% dari
total kalori. Tambahan dari serat juga direkomendasikan untuk

14
menurunkan densitas kalori, untuk memberi rasa kenyang
dengan memperlambat waktu pengosongan lambung, dan
untuk sedikit menurunkan efisiensi absorpsi usus.
Penghitungan lemak sebagai persentase kalori terbukti efektif
dalam mendukung asupan rendah energi. Aturan dasar adalah
untuk membagi kadar kalori ideal menjadi 4 setiap asupan 25%
lemak (misal, asupan 1800 kkal harus mencakup 450 kkal dari
lemak, atau sekitar 50 g lemak). Hal tersebut memberikan hasil
yaitu asupan rendah energi tanpa kelaparan. Total kalori juga
harus diperhatikan.
Jumlah asupan alkohol dan makanan dengan kadar gula tinggi
haruslah dikurangi sebagai sumber energi yang tidak
sibutuhkan. Alkohol bersifat seoerti lemak dalam tubuh, karena
ia memisahkan lemak sehingga tidak teroksidasi. Pada
peminum alkohol berat, justru akan menyebabkan nafsu makan
berturun pesat hingga bisa terjadi malnutrisi, namun pada
peminum sedang, akan menaikkan berat badan karena alkohol
dianggap sebagai justru menambah jumlah kalori yang masuk.
Pemanis buatan atau pengganti lemak tidak terbukti memiliki
makna besar dalam menurunkan berat badan.
Suplemen vitamin dan mineral yang disesuaikan usia sangat
dianjurkan untuk dikonsumsi dalam program penurunan berat
badan. Pada wanita dibutuhkan kurang dari 1200 kcal dan 1800
kcal pada pria.

3) Diet Formula atau Makanan Pengganti


Makanan pengganti ini merupakan makanan atau minuman
siap saji yang digunakan sebagai pengganti makanan lainnya
yang berkalori tinggi. Umumnya, terkandung di dalamnya 5 g
serat, 10-14 g protein, dan sejumlah karbohidrat, 10 g lemak
dan 25% – 30% RDfu vitamin dan mineral.

15
Dengan mengganti makanan utaman atau ringan 2 kali sehati
dapat membantu mengurangi berat badan atau menjaga berat
badan secara signifikan.

4) Pembatasan Energi Secara Berlebih dan Puasa


Yang dimaksud dengan pembatasan energi masukan secara
berlebih apabila jumlahnya kurang dari 800 kcal per hari atau
puasa dibawah 200kcal per hari. Puasa memang bisa menjadi
salah satu pilihan terapi namun terkadang dapat menyebabkan
gangguan neurologis, hormonal, dan efek samping lainnya.
Lebih dari 50% jumlah berat badan yang akan berkurang
adalah cairan tubuh yang dapat menyebabkan hipotensi. Dapat
pula terjadi akumulasi asam urat atau memunculkan batu
empedu. Selain itu puasa ekstrim ini dapat berujung pada
anoreksia.

5) Diet Kalori Sangat Rendah


Yang dimaksut diet kalori sangat rendah adalah apabila
masukan kalori hariannya berkisar antara 200-800 kcal.
Umumnya diet ini rendah kalori namun tinggi protein (0.8-1.5
g/kg IBW per hari). Diet ini termasuk konsumsi vitamin,
mineral, elektrolit, asam lemak. Lama yang dianjurkan untuk
diit ini adalah 12-16 minggu. Karena efek samping yang
mungkin ditimbulkan maka diet ini dianjurkan untuk pasien
dengan BMI diatas 30. Efek sampingnya antara lain, tidak
tahan dingin, pusing, gugup, euforia, konstipasi atau diare, kulit
kering, rambut menipis dan kemerahan, anemia, menstruasi
yang reguler.

6) Modifikasi Gaya Hidup


Modifikasi tingkah laku telah menjadi hal yang penting dalam
intervensi obesitas. Hal ini terfokus pada membentuk ulang

16
lingkungan pasien untuk mengurangi tingkah laku atau
kebiasaan yang berkontribusi terhadap obesitas. Sebagai
tambahan pada nutrisi dan aktivitas fisik, komponen kunci dari
program modifikasi tingkah laku meliputi self-monitoring,
penetapan tujuan, kontrol stimulus, penyelesaian masalah,
restrukturisasi kognitif, dan pencegahan kekambuhan.
Self-monitoring dengan rekaman data dan waktu setiap harinya
mengenai asupan makanan, disertai pula dengan pemikiran dan
perasaan, membantu mengidentifikasikan aturan fisik dan
emosi yang terjadi saat makan. Aktivitas fisik biasanya dicatat
dalam menit atau kalori yang dihabiskan. Hal ini juga
menyediakan feedback dalam kemajuan dan menempatkan
tanggung jawab untuk berubah pada pasien.
Kebanyakan program tingkah laku mencoba untuk mencapai
0,5 – 1 kg penurunan berat per minggu dengan target kalori,
gram lemak, dan aktivitas fisik, yang dibahas saat fase
penetapan tujuan. Kontrol stimulus mencakup modifikasi dari
(1) rantai kejadian yang mendahului makan, (2) jenis makanan
yang dikonsumsi saat makan, dan (3) konsekuensi dari makan.
Pasien diajari untuk memperlambat laju makan dan menjadi
lebih sadar akan rasa kenyang dan mengurangi asupan
makanan. Strategi seperti menaruh alat makan di antara
kunyahan merupakan salah satu cara untuk memperlambat
proses makan. Penyelesaian masalah adalah proses untuk
mendefinisikan masalah makan atau masalah berat,
menciptakan solusi yang mungkin, mengevaluasi solusi,
memilih yang terbaik, melakukan tingkah laku yang baru,
mengevaluasi hasilnya, dan mereevaluasi solusi alternatif jika
solusi sebelumnya tidak berhasil. Restrukturisasi kognitif
mengajarkan pasien untuk mengidentifikasi, menantang, dan
menghilangkan pikiran-pikiran negatif yang sering
menurunkan usaha mereka dalam pemeliharaan berat badan.

17
Program yang komprehensif dari modifikasi gaya hidup
menghasilkan penurunan berat badan kira-kira 10% dari berat
badan awal dalam 16-26 minggu.

7) Terapi Farmakologi Obesitas


Obat anti obesitas umumnya anoreksan atau penekan nafsu
makan golongan simpatomimetik dan pemberiannya sementara.
Obat ini dapat menimbulkan toleransi dan lama-lama efek obat
ini akan berkurang. Umumnya obat-obat ini merangsang SSP
sehingga akan menyebabkan adiksi. Obat ini sering bekerja
dengan meningkatkan neurotransmitter anoreksigenik seperti
NE, serotonin, dan dopamin.

D. PATHWAY

Pola makan tidak teratur, tidak nafsu makan, mual, muntah

Berkurangnya pemasukan makanan Berlebihnya pemasukan makanan

Kekosongan lambung Zat makanan tersimpan di jaringan adipose


dipakai sebagai energi
Erosi pada lambung (gesekan)

Berat tubuh meningkat


Produksi HCL meningkat

Kelebihan Nutrisi
Asam lambung refleks

Berkurangnya pemasukan makanan Obesitas

Intake makanan tidak adekuat

18
Kekurangan Nutrisi

E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Umumnya obesitas pada anak ditentukan berdasarkan tiga metode
pengukuran antropometri, sebagai berikut:
1. Berat badan dibandingkan dengan tinggi badan (BB | TB). Obesitas
pada anak didefinisikan sebagai berat badan menurut tinggi badan
diatas persentil 90% atau 120% lebih banyak dibandingkan berat
badan ideal. Sedangkan berat badan 140% lebih besar dibandingkan
berat badan ideal didefinisikan sebagai superobesitas.
2. WHO pada tahun 1997, NIH (The National Institutes of Health) pada
tahun 1998 dan The Expert Committee on Clinical Guidelines for
Overweight in 45 Adolescent Preventive Services telah
merekomendasikan Body Mass Index (BMI) atau Indeks Massa
Tubuh (IMT) sebagai baku pengukuran obesitas pada anak dan remaja
di atas 2 tahun. IMT merupakan penunjuk kelebihan berat badan
berdasarkan Indeks Quatelet (berat badan kg dibandingkan dengan
tinggi badan m2). Interpretasi IMT berdasarkan umur dan jenis
kelamin anak, karena anak laki-laki dan perempuan mempunyai
lemak tubuh yang berbeda. IMT adalah cara termudah untuk
memperkirakan obesitas serta berkorelasi tinggi dengan massa lemak
tubuh. Nilai batas IMT (cut off point) untuk kelebihan berat badan
pada anak dan remaja ialah persentil ke-95.
3. Pengukuran langsung lemak sub-kutan dengan mengukur tebal lemak
lipatan kulit (TLK). Ada empat macam pengukuran TLK yang ideal,
yaitu TLK bisep, TLK trisep, TLK subskapula, dan TLK suprailiaka.
Indeks antropomteri yang umum digunakan dalam menilai status gizi
anak ialah IMT (indeks massa tubuh). Untuk anak-anak, IMT
dibedakan menurut umur dan jenis kelamin atau disebut BMI for age
atau di Indonesia menjadi IMT | U. Hal tersebut disebabkan karena

19
IMT berubah secara substansial pada anak-anak sesuai pertambahan
umur, IMT | U merupakan alat ukur yang dapat digunakan untuk
anak-anak usia 2-20 tahun. Berikut ini adalah tabel yang
menunjukkan batas persentil dalam menentukan status gizi anak usia
2-20 tahun dengan IMT | U.

20
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN MARASMUS
PENGKAJIAN
1. Identitas
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, pekerjaan, nomor
register, agama, tanggal masuk RS.
2. Keluhan utama
Tidak ada nafsu makan dan muntah
3. Riwayat penyakit sekarang
Malnutrisi biasanya ditemukan nafsu makan kurang kadang disertai
muntah dan tubuh terdapat kelainan kulit.
4. Riwayat penyakit dahulu
Apakah ada riwayat penyakit infeksi , anemia, dan diare sebelumnya.
5. Riwayat kesehatan keluarga
Apakah ada keluarga yang lain menderita gizi buruk.
6. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi
1) Mata : agak menonjol
2) Wajah : membulat dan sembab
3) Kepala : rambut mudah rontok dan kemerahan
4) Abdomen : perut terlihat buncit
5) Kulit : adakah Crazy pavement dermatosis, keadaan turgor kulit,
edema
b. Palpasi
Pembesaran hati 1 inchi
c. Auskultasi
Peristaltic usus abnormal

7. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah meliputi Hb, albumin, globulin, protein total,
elektrolit serum, biakan darah.

21
b. Pemeriksaan urin
Pemeriksaan urin meliputi urin lengkap dan kulture urin
c. Uji faal hati
d. foto X paru

Pathway Keperawatan

Social ekonomi rendah Malabsorbsi, infeksi, Kegagalan melakukan


anoreksia sintesis protein

Intake kurang dari


kebutuhan

Hilangnya bantalan lemak Defisiensi protein dan Kurang pengetahuan


kalori

Turgor kulit menurun dan Daya tahan tubuh menurun Asam amino esensial menurun
keriput dan produksi albumin menurun

Kerusakan integritas Keadaan umum lemah


kulit Atrofi / pengecilan otot

Resiko infeksi
Keterlambatan
prtumbuhan dan
perkembangan

Resiko Infeksi saluran


pencernaan

22
Anoreksia, diare Deficit volume cairan

Nutrisi kurang dari


kebutuhan tubuh

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakseimbangan nutisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake yang kurang.
2. Defisit volume cairan berhubungan dengan diare.
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status nutrisi.
4. Resiko infeksi berhubungan dengan daya tahan tubuh menurun
5. Keterlambatan tumbuh kembang berhubungan dengan malnutrisi
6. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, diit, perawatan, dan pengobatan
berhubungan dengan kurangnya informasi.

C. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Ketidakseimbangan nutisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake yang kurang.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan
masalah dapat teratasi
Kriteria hasil :
a. Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan berat badan ideal
sesuai dengan tinggi badan.
b. Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi.
c. Tidak ada tanda-tanda malnutrisi.
d. Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti.
Intervensi :
a. Kaji riwayat diet
R: untuk mengetahui diet sebelumnya
b. Monitor kalori dan intake nutrisi

23
R: untuk mengetahui gizi klien
c. Monitor berat badan anak
R: mengetahui apakah BB anak ideal atau tidak
d. Sajikan makanan dalam porsi sedikit tapi sering
R: memberikan gizi sesuai kebutuhan anak
e. Dorong orang tua atau anggota keluarga lain untuk menyuapi anak atau
ada disaat makan
R: meningkatkan nafsu makan anak
f. Berikan pujian pada anak saat berhasil menghabiskan makanan.
R : meningkatkan semangat anak untuk makan

2. Defisit volume cairan berhubungan dengan diare. (Carpenito, 2001)


Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan tidak
terjadi dehidrasi
Kriteria hasil : Mukosa bibir lembab, tidak terjadi peningkatan suhu, turgor kulit
baik.
Intervensi :
a. Monitor tanda-tanda vital dan tanda-tanda dehidrasi
R: mengetahui keadaan umum anak
b. Monitor jumlah dan tipe masukan cairan
R: menghindari dehidrasi
c. Ukur haluaran urine dengan akurat
R: mengetahui keseimbangan intake-output klien

3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status nutrisi.


Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan
masalah dapat teratasi
Kriteria hasil :
a. Integritas kulit baik dan bisa dipertahankan.
b. Tidak ada luka / lesi pada kulit.
c. Perfusi jaringan baik.

24
d. Menunjukan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencegah
terjadinya cedera berulang.
e. Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembapan kulit dan
perawatan alami.
Intervensi :
a. Monitor kulit akan adanya kemerahan.
R: kemerahan menandakan adanya tanda-tanda infeksi
b. Oleskan lotion pada derah yang tertekan.
R: menghindarkan kulit dari kerusakan karena tekanan
c. Mobilisasi pasien setiap 2 jam sekali.
R: menghindari luka tekan
d. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering.
R: kulit yang bersih dan kering akan terhindar dari infeksi

4. Resiko infeksi berhubungan dengan daya tahan tubuh menurun


Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan
masalah dapat teratasi
Kriteria hasil :
a. Kenali faktor resiko infeksi
b. Mengubah gaya hidup untuk mengurangi resiko.
c. Monitor perubahan status kesehatan.
d. Mendorong gaya hidup yang baik untuk meningkatkan status
kesehatan (dari status kesehatan yang buruk ke status kesehatan yang
baik).
e. Menunjukan perilaku hidup sehat.
Intervensi :
a. Monitor tanda dan gejala infeksi.
R: untuk mengetahui ada atau tidak tanda dan gejala infeksi
b. Monitor kerentanan terhadap infeksi.
R: menghindari infeksi
c. Batasi pengunjung.
R: mengurangi bakteri yang di bawa dari luar

25
d. Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan dan panas.
R: kemerahan dan panas termasuk ke dalam tanda-tanda infeksi
e. Ajarkan teknik menghindari infeksi.
R: agar klien dan keuarga mengerti cara menghindari infeksi secara
mandiri
f. Instrusikan pasien untuk minum obat antibiotik sesuai resep.
R: memberikan terapi sesuai indikasi

5. Keterlambatan tumbuh kembang berhubungan dengan malnutrisi


(Carpenito, 2011)
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan
anak mampu tumbuh dan berkembang sesuai dengan usianya.
Kriteria hasil : Terjadi peningkatan dalam perilaku personal, sosial, bahasa,
kognitif atau aktifitas motorik sesuai dengan usianya.
Intervensi :
a. Ajarkan pada orangtua tentang tugas perkembangan yang sesuai
dengan kelompok usia.
R: meningkatkan pengetahuan orang tua tentang tugas perkembangan
yang sesuai dengan usia
b. Kaji tingkat perkembangan anak dengan Denver II
R: mengetahui normal/tidak nya perkembangan anak
c. Berikan kesempatan bagi anak yang sakit memenuhi tugas
perkembangan
R: agar tugas perkembangan anak terpenuhi
d. Berikan mainan sesuai usia anak.
R: meningkatkan kempuan motorik anak

6. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, diit, perawatan, dan pengobatan


berhubungan dengan kurangnya informasi.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan
masalah dapat teratasi
Kriteria hasil :

26
a. Menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis, dan
program pengobatan.
b. Mampu malaksanakan prosedur yang dijelaskan.
c. Mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat / tim
kesehatan lainnya.
Intervensi :
a. Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien/keluarga tentang
proses penyakit.
R: untuk mengetahui tingkat pengetahuan pasien/keluarga
b. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit.
R: meningkatkan pengetahuan pasien/keluarga
c. Gambarkan proses penyakitnya.
R: meningkatkan pengetahuan pasien/keluarga
d. Berikan informasi pada pasien tentang kondisi dengan cara tepat.
R: agar keluarga mengerti kondisi pasien saat ini
e. Diskusikan pilihan terapi atau penanganan
R: memberikan penanganan yang tepat untuk klien dengan
keikutsertaan keluarga

D. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan
spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan
ditujukan pada nursing order untuk membantu klien mencapai tujuan yang
diharapkan. Tujuan dari pelaksanaan adalah mencapai tujuan yang telah
ditetapkan, yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit,
pemulihan kesehatan, memfasilitasi koping. Pendekatan tindakan keperawatan
meliputi independent (suatu tindakan yang dilaksanakan oleh perawat tanpa
petunjuk/ perintah dari dokter atau tenaga kesehatan
lainnya). Dependent (suatu tindakan dependent berhubungan dengan
pelaksanaan rencana tindakan medis, tindakan tersebut menandakan suatu cara
dimana tindakan medis dilaksanakan) dan interdependent suatu tindakan yang

27
memerlukan kerja sama dengan tenaga kesehatan lainnya, misalnya tenaga
social, ahli gizi, fisioterapi dan dokter

E. EVALUASI
Evaluasi adalah tindakan intelektuan untuk menilai seberapa jauh diagnosa
keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaan sudah berhasil dicapai dan
menilai keberhasilan proses keperawatan dengan kriteria hasil yang sudah
ditentukan. Tujuannya untuk melihat kemampuan pasien dalam mencapai
tujuan, sehingga perawat yang mengambil keputusan mengakhiri tindakan,
momodifikasi, atau meneruskan intervensi.
Macam- macam evaluasi :
a. Evaluasi formatif : berfikus pada perubahan aktivitas dari proses
keperawatan
b. Evaluasi sumatif : berfokus pada perubahan perilaku atau status kesehatan
klien pada akhir tindakan keperawatan. Berdasarkan SOAP.

28
DAFTAR PUSTAKA
Kliegman et all. 1996. Ilmu Kesehatan Anak Nelson Vol.1 Edisi 15. Jakarta :
EGC
NANDA .2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda 2005-2006: Definisi &
Klasifikasi, Alih Bahasa: Budi Santoso. Prima
Medikaml.scribd.com/doc/86340996/MALNUTRISI-PADA-ANAK

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21367/5/Chapter%20I.pdf usu,
2009 dodownload pada tanggal 17/09/2018

http://www.scribd.com/doc/129850206/DEFINISI-MALNUTRISI rani, 2013


dodownload pada tanggal 17/09/2018

29

You might also like