You are on page 1of 10

KEMAS 10 (1) (2014) 33 - 42

Jurnal Kesehatan Masyarakat


http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/kemas

PENGETAHUAN, SIKAP DAN AKTIVITAS REMAJA SMA


DALAM KESEHATAN REPRODUKSI DI KECAMATAN BULELENG

I Made Kusuma Wijaya1, Ni Nyoman Mestri Agustini1, Gede Doddy Tisna MS2

Jurusan Penjaskesrek Fakultas Olahraga Dan Kesehatan UNDIKSHA, Bali, Indonesia.


1

Jurusan Ilmu Keolahragaan Fakultas Olahraga Dan Kesehatan UNDIKSHA, Bali, Indonesia.
2

Info Artikel Abstrak


Sejarah Artikel: Berbagai permasalahan remaja banyak disoroti saat ini di Bali, antara lain adalah
Diterima 15 April 2014 pergaulan bebas hingga pelecehan seksual yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi
Disetujui 5 Mei 2014 remaja dimana dampaknya dapat menentukan kualitas hidup remaja. Tujuan penelitian
Dipublikasikan Juli 2014
ini adalah untuk mengetahui pengetahuan dan sikap remaja SMA tentang kesehatan
Keywords: reproduksi serta hubungannya dengan aktivitas remaja SMA dalam menjaga kesehatan
reproduksi. Penelitian ini menggunakan desain studi analitik observasional dengan
Knowledge; pendekatan cross-sectional. Sampel penelitian adalah siswa SMA/SMK yang ada pada
Attitude; wilayah Puskesmas Buleleng yang berjumlah 346 orang. Sampel dalam penelitian ini
Activity; diambil dengan teknik random sampling, Variabel penelitian diukur menggunakan
Reproductive Health kuesioner dan analisis hubungan antar variabel menggunakan analisis korelasi bivariate
pearson. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat hubungan yang positif dan
signifikan antara variabel pengetahuan dengan sikap remaja SMA (p=0.000; r=0,383),
pengetahuan dengan aktivitas remaja SMA (P=0,000; r=0,284) dan sikap dengan
aktivitas remaja SMA (p=0,000; r=0,269). Dapat disimpulkan bahwa remaja SMA yang
memiliki pengetahuan yang baik akan diikuti dengan sikap yang baik, remaja SMA yang
memiliki pengetahuan yang baik akan diikuti dengan aktivitas yang positif dan remaja
SMA yang memiliki sikap yang baik akan diikuti juga dengan aktivitas yang positif.

KNOWLEDGE, ATTITUDES AND ACTIVITY OF HIGH SCHOOL ADOLESCENTS


ABOUT REPRODUCTIVE HEALTH IN THE REGION OF BULELENG

Abstract
There are now a variety of adolescent problems in Bali, such as promiscuity and sexual
harassment related to adolescent reproductive health which can determine the impact on
the quality of life of teenagers. The purpose of this study was to determine the knowledge and
attitudes of high school adolescents about reproductive health and its relationship to high
school adolescent activity in maintaining reproductive health. This study used an observa-
tional analytic study design with cross-sectional. Samples were students in high school/vo-
cational school health centers that exist in the region of Buleleng, amounting to 346 people.
The samples in this study were taken with random sampling techniques, research variables
were measured using questionnaires and analysis of relationships between variables using
Pearson bivariate correlation analysis. The results showed that there is a positive and sig-
nificant relationship between the variables of knowledge to high school adolescent attitude
(p=0.000; r=0.383), knowledge to the activity of high school adolescents (P=0.000; r=0.284)
and attitude to the activity of high school adolescents (p=0,000; r = 0.269). It is concluded
that high school teenagers who have a good knowledge will be followed with a good attitude,
high school teenager who has a good knowledge will be followed by a positive activities and
high school teens who have a good attitude will be followed by a positive activities.

© 2014 Universitas Negeri Semarang



Alamat korespondensi: ISSN 1858-1196
Jln. Udayana no 11 Singaraja.
Email : imadekusumawijaya@yahoo.co.id
Phone: 08175760647
I Made Kusuma Wijaya, dkk / KEMAS 10 (1) (2014) 33 - 42

Pendahuluan Peningkatan kejadian HIV/AIDS sangat


terkait dengan meningkatnya kejadian infek-
Remaja adalah suatu periode transisi si menular seksual (IMS). Kejadian IMS pada
dari masa awal anak-anak hingga masa awal kelompok usia muda, termasuk remaja menin-
dewasa. Jumlah remaja di Indonesia terus men- gkat lebih besar daripada kelompok usia dewa-
galami peningkatan dari tahun ke tahun. Di In- sa. Data Dinas Kesehatan Kabupaten Buleleng
donesia menurut Biro Pusat Statistik (2009) ke- menyebutkan bahwa pada tahun 2009, pada
lompok umur 10-19 tahun adalah sekitar 22% kelompok umur remaja, kasus IMS di Kabupa-
dari jumlah penduduk, yang terdiri dari 50,9% ten Buleleng menduduki urutan keenam. Salah
remaja laki-laki dan 49,1% remaja perempuan. satu upaya pemerintah dalam menangani per-
Berdasarkan data Departemen Kesehatan masalahan remaja adalah dengan pembentu-
(Depkes) Republik Indonesia tahun 2006, re- kan Program Pelayanan Kesehatan Peduli Re-
maja Indonesia berjumlah sekitar 43 juta jiwa maja (PKPR). Di Kabupaten Buleleng, program
atau sekitar 20% dari jumlah penduduk. Ini se- PKPR baru mulai dilaksanakan pada tahun
suai dengan proporsi remaja di dunia, dimana 2007 di Puskesmas Buleleng I.
jumlah remaja diperkirakan 1,2 miliar atau se- Berdasarkan wawancara dengan pe-
kitar 1/5 dari jumlah penduduk dunia. (Agus- megang program pelayanan kesehatan peduli
tini, 2013) remaja (PKPR) di Puskesmas Buleleng, pe-
Perkembangan yang sangat menonjol laksanaan kegiatan PKPR dilakukan baik seca-
terjadi pada masa remaja adalah pencapaian ra perorangan maupun berkelompok, melalui
kemandirian serta identitas (pemikiran sema- pemberian informasi dan edukasi, pelayanan
kin logis, abstrak, dan idealistis) dan semakin klinis, konseling, pendidikan ketrampilan hi-
banyak menghabiskan waktu di luar keluarga. dup sehat, peer konselor, dan pelayanan ruju-
Remaja pada masa perkembangannya dihadap- kan. Berdasarkan catatan kunjungan ke PKPR,
kan pada tuntutan yang sering berten­tangan, ditemukan bahwa angka kejadian IMS pada
baik dari orangtua, guru, teman sebaya, mau- remaja menduduki urutan pertama, yaitu seki-
pun masyarakat di sekitar. Sehingga mere­ka tar 50% dari total konseling yang dilakukan
juga sering dihadapkan pada berbagai kesem- pada tahun 2009. Disebutkan bahwa maraknya
patan dan pilihan, yang semuanya itu da­pat kasus tersebut terjadi akibat pergaulan bebas
menimbulkan permasalahan bagi mereka. yang terkait dengan kesehatan reproduksi pada
Permasalahan tersebut salah satunya yaitu re- remaja. Terdapat berbagai faktor yang berpen-
siko-resiko kesehatan reproduksi. Resiko-resi- garuh terhadap hal tersebut, antara lain faktor
ko itu adalah seks bebas, kehamilan yang tidak biologi, psikologis dan perkembangan kognitif,
diinginkan (KTD), aborsi, penyakit menular aktivitas seksual, etika dan pelayanan keseha-
seksual (PMS), HIV/AIDS, kekerasan seksual, tan khusus remaja (Endarto, 2006; Suryopu-
serta masalah keterbatasan akses terhadap in- tro,2006).
formasi dan pelayanan kesehatan (Rizki, 2012, Melihat kompleksnya permasalahan ke-
Lakmiwati, 2003) sehatan reproduksi serta dampaknya dalam
Salah satu permasalahan kesehatan re- menentukan kualitas hidup remaja, oleh karena
maja yang banyak disoroti saat ini adalah se- itu dirasakan mendesak untuk semakin ditin-
makin meningkatnya angka kejadian HIV/ gkatkannya perhatian pada kesehatan repro-
AIDS pada remaja. Di Bali, angka kejadian duksi remaja. Berdasarkan hal tersebut, maka
HIV/AIDS tercatat sebanyak 1615 kasus dan perlu diketahuinya tingkat pengetahuan dan
50% dari jumlah tersebut adalah rentangan sikap remaja, dalam hal ini siswa sekolah me-
usia 19-25 tahun. Angka kejadian HIV/AIDS nengah atas (SMA) di kecamatan Buleleng ten-
di Kabupaten Buleleng pada tahun 2009 sudah tang kesehatan reproduksi, serta hubungannya
menempati urutan kedua setelah Kota Madya dengan aktivitas remaja SMA dalam menjaga
Denpasar, yaitu sebanyak 650 kasus. Sebaran kesehatan reproduksi. Lawrence Green menya-
umur kejadian HIV/AIDS cukup mengejutkan takan bahwa perilaku seseorang, dalam hal ini
karena peningkatan banyak terjadi pada ke- aktivitas remaja dalam menjaga kesehatan re-
lompok umur muda. produksi, dipengaruhi oleh faktor predisposisi

34
I Made Kusuma Wijaya, dkk / KEMAS 10 (1) (2014) 33 - 42

(pengetahuan dan sikap), faktor pendukung pada kelompok usia remaja. Populasi dalam
(pendidikan kesehatan reproduksi), dan fa- penelitian ini adalah semua siswa kelas X, XI,
ktor penguat (aktivitas petugas kesehatan dan dan XII Sekolah Menengah Atas yang berada
tokoh). di wilayah kerja Puskesmas Buleleng I, yaitu
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk sebanyak 3269 orang. Sampel dalam penelitian
mengetahui tingkat pengetahuan dan sikap re- ini diambil dengan teknik random sampling,
maja SMA tentang kesehatan reproduksi serta dengan perhitungan jumlah sampel menggu-
hubungannya dengan aktivitas remaja SMA da- nakan tabel Krejcie, yang mempunyai keper-
lam menjaga kesehatan reproduksi di kecama- cayaan 95%. Besar sampel yang didapatkan
tan Buleleng. Dengan mengetahui hal tersebut dalam penelitian ini adalah 346 siswa.
akan memberikan sumbangan pemikiran bagi Adapun rancangan penelitian yang
pemerintah dan jajarannya untuk dapat mem- dipergunakan dalam penelitian ini adalah
berikan pelayanan kesehatan reproduksi bagi menggunakan pendekatan teori perilaku dari
remaja yang sesuai dengan kebutuhannya. Lawrence Green yang sudah dimodifikasi. Ber-
dasarkan teori ini, perilaku seseorang, dalam
Metode hal ini aktivitas remaja dalam menjaga keseha-
tan reproduksi, dipengaruhi oleh faktor predis-
Penelitian ini adalah penelitian analitik posisi, faktor pendukung, dan faktor penguat.
observasional, dengan menggunakan pendeka-
tan potong lintang (cross-sectional) yang akan Kriteria penilaian pengetahuan:
memaparkan tentang pengetahuan remaja ten- 1. Untuk pengetahuan akan diberikan skor
tang kesehatan reproduksi, sikap remaja ter- 1 untuk jawaban yang benar dan 0 untuk
hadap kesehatan reproduksi dan hubungannya jawaban yang salah.
dengan aktivitas remaja dalam menjaga keseha- 2. Persentase pengetahuan diperoleh dengan
tan reproduksi di Kecamatan Buleleng. membandingkan total skor yang didapat
Penelitian ini dilakukan pada remaja dibagi dengan jumlah skor maksimal kemu-
SMA di Kecamatan Buleleng dengan meng- dian dikali 100%.
khususkan pada Sekolah Menengah Atas yang Pengetahuan remaja mengenai kesehatan re-
berada di wilayah kerja Puskesmas Bueleleng I. produksi dikategorikan menjadi 3 yaitu:
Pemilihan tempat ini didasarkan pada pertim- 1. Pengetahuan baik, jika persentase pengeta-
bangan bahwa menurut data Puskesmas Bule- huannya lebih dari 75%
leng I, terjadi peningkatan angka kejadian IMS 2. Pengetahuan cukup, jika persentase peng-

Faktor Pengetahuan
Pengetahuan Sikap Sikap
predisposisi siswasiswa siswa siswa

Aktivitas siswa Kesehatan


Aktivitas siswa Kesehatan
Faktor Pendidikan kesehatan
Pendidikan kesehatan terhadap kesehatan reproduksi
terhadap kesehatan reproduksi
pendukung reproduksi
reproduksi reproduksi
reproduksi terjaga
terjaga

Faktor Aktivitas
Aktivitas petugas
petugas kesehatan
penguat kesehatan danmasyarakat
dan tokoh tokoh
masyarakat
Keterangan gambar:

: Diteliti

: Tidak diteliti

Gambar 1. Kerangka konsep penelitian disesuaikan dari teori aktivitas L. Green


Sumber: (Notoadmodjo 2005)

35
I Made Kusuma Wijaya, dkk / KEMAS 10 (1) (2014) 33 - 42

etahuannya antara 50-75%. Hasil dan Pembahasan


3. Pengetahuan kurang, jika persentase peng-
etahuannya kurang dari 50% Siswa yang dijadikan sampel penelitian
Kriteria penilaian sikap remaja mengenai kes- ini adalah siswa dari sekolah menengah atas
ehatan reproduksi: yang ada dalam wilayah Puskesmas Buleleng
1. Bersifat positif, diberikan skor untuk jawa- I, yaitu: SMA Bhaktiyasa, SMA Kerta Wisata,
ban setuju 3, ragu-ragu 2, dan tidak setuju 1. SMA Muhamadyah, SMA Santo Paulus, SMA
2. Bersifat negatif, diberikan skor untuk jawa- Saraswati, SMA Dwijendra, SMA LAB Undik-
ban setuju 1, ragu-ragu 2, dan tidak setuju 3. sha, SMAN 1 Singaraja, SMAN 4 Singaraja,
3. Persentase sikap diperoleh dengan memba- SMKN 1 Singaraja, SMK TP 45 Singaraja dan
gi jumlah total skor yang diperoleh dengan SMA Widya Paramita yang keseluruhannya
skor maksimal kemudian dikali 100%. berjumlah 346 siswa.
Sikap remaja mengenai kesehatan reproduksi Responden dalam penelitian ini dibeda-
dikategorikan menjadi 3 yaitu: kan menurut jenis kelamin dan umur. Jumlah
1. Sikap remaja baik, jika total skornya lebih sampel berjenis kelamin perempuan yaitu sebe-
dari 75%. sar 51.3% (170 responden) dan sampel berje-
2. Sikap remaja cukup, jika total skornya 50– nis kelamin laki-laki yaitu sebesar 48.7% (170
75%. responden). Berdasarkan hal tersebut diketahui
3. Sikap remaja kurang, jika persentase sika- bahwa jumlah sampel yang berjenis kelamin
pnya kurang dari 50% perempuan lebih banyak dari sampel yang ber-
Kriteria penilaian aktivitas: jenis kelamin laki-laki.
1. Untuk aktivitas akan diberikan skor 1 untuk
aktivitas yang tepat dan 0 untuk aktivitas Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan
yang kurang tepat. Umur
2. Persentase aktivitas diperoleh dengan mem-
bagi jumlah total skor dengan skor maksi- Umur Responden Frekuensi Persen (%)
mal kemudian dikalikan 100%. 14 8 2.3
Aktivitas remaja mengenai kesehatan re- 15 111 31.8
produksi dikategorikan menjadi 2 yaitu: 16 119 34.1
a. Aktivitas remaja baik, jika persentase aktivi- 17 88 25.2
tasnya lebih atau sama dengan 75% 18 19 5.4
b. Aktivitas remaja kurang, jika persentase ak- 19 4 1.1
tivitasnya kurang dari 75% Total 349 100
Sumber: data primer
Data mengenai pengetahuan, sikap dan
aktivitas remaja SMA dalam kesehatan re- Dari Tabel. 1 dapat diuraikan frekuensi
produksi dalam penelitian ini dikumpulkan jumlah sampel dan persentasi jumlah sampel
dengan menggunakan kuesioner yang telah dalam penelitian ini berdasarkan umur re-
dipersiapkan. Dari hasil kumulatif tiap orang, sponden, dimana persentase paling besar ada-
selanjutnya dikategorikan ke dalam kategori- lah umur 16 tahun yaitu sebesar 34.1% (119
kategori sesuai dengan definisi operasional, responden), yang kemudian diikuti oleh siswa
kemudian dicari frekuensi tiap kategori. Selan- yang berumur 15 tahun sebesar 31.8% (111 re-
jutnya, dilakukan tabulasi silang untuk men- sponden), siswa yang berumur 17 tahun sebe-
cari kecenderungan (trend) dari masing-mas- sar 25.2% (88 responden), siswa yang berumur
ing variabel. Analisis data untuk mengetahui 18 tahun sebesar 5.4% (19 responden), siswa
hubungan antar variabel menggunakan analisis yang berumur 14 tahun sebesar 2.3% (8 re-
korelasi bivariate pearson. Data yang terkum- sponden), dan yang paling kecil adalah siswa
pul dianalisis dengan bantuan komputer den- yang berumur 19 tahun sebesar 1.1% (4 re-
gan program SPSS 16. sponden).
Setelah dilakukan tabulasi data men-
genai pengetahuan responden terhadap kes-

36
I Made Kusuma Wijaya, dkk / KEMAS 10 (1) (2014) 33 - 42

ehatan reproduksi didapatkan hasil dimana Jika dilihat dari umur yaitu remaja dari
tingkat pengetahuan responden terhadap kes- umur 14 tahun sampai 19 tahun maka dapat
ehatan reproduksi kita kategorikan menjadi 3 dilihat pada umur 18 tahun mempunyai tingkat
yaitu baik, cukup dan kurang. Secara umum pengetahuan baik yang paling besar yaitu se-
tingkat pengetahuan remaja sekolah menengah banyak 6 (66,7%) responden sedangkan sisanya
atas se-kecamatan buleleng tentang kesehatan 9 (47,4%) responden tingkat pengetahuannya
reproduksi cendrung cukup dan kurang, dima- cukup, 4 (21,1%) responden tingkat pengeta-
na dari hasil penelitian didapatkan siswa yang huannya kurang dan selanjutnya pada umur 15
mempunyai pengetahuan baik sebesar 148 tahun yang mempunyai tingkat pengetahuan
(42,4%) responden sedangkan sisanya sebesar baik sebanyak 51 (45,9%) responden sedangkan
164 (47%) responden mempunyai pengetahuan sisanya 56 (50,5%) responden tingkat pengeta-
yang cukup dan 37 (10,6%) responden mem- huannya cukup, 4 (3,6%) tingkat pengetahuan-
punyai tingkat pengetahuan kurang. Dari hasil nya kurang, selanjutnya umur 16 tahun yang
tersebut menunjukan bahwa masih banyak mempunyai tingkat pengetahuan baik seban-
siswa remaja yang belum memiliki pengeta- yak 54 (45,4%) responden sedangkan sisanya
huan yang baik tentang kesehatan reproduksi. 55 (46,2%) responden tingkat pengetahuannya
Jika dilihat dari jenis kelamin maka re- cukup, 10 (8,4%) responden tingkat pengeta-
maja yang berjenis kelamin perempuan mem- huannya kurang, selanjutnya umur 17 tahun
punyai tingkat pengetahuan baik yang lebih yang mempunyai tingkat pengetahuan baik
tinggi daripada remaja yang berjenis kelamin sebanyak 36 (40,9%) responden sedangkan si-
laki-laki, dimana hasil yang diperoleh adalah sanya sebanyak 36 (40,9%) responden tingkat
dari 349 responden didapatkan yang mempun- pengetahuannya cukup, 16 (18,2%) responden
yai tingkat pengetahuan baik pada remaja yang tingkat pengetahuannya kurang, selanjutnya
berjenis kelamin perempuan adalah sebanyak umur 14 tahun yang mempunyai tingkat peng-
92 (51,4%) reponden dan sisanya sebanyak 72 etahuan baik sebanyak 1 (12,5%) responden se-
(40,2%) responden mempunyai tingkat peng- dangkan sisanya sebanyak 7 (87,5%) responden
etahuan cukup, 15 (8,4%) responden memi- tingkat pengetahuannya cukup, 0 (0%) re-
liki tingkat pengetahuan kurang, sedangkan sponden tingkat pengetahuannya kurang, se-
pada remaja siswa sekolah menengah atas yang lanjutnya umur 19 tahun yang mempunyai
berjenis kelamin laki-laki mempunyai tingkat tingkat pengetahuan baik yang paling kecil
pengetahuan baik adalah sebanyak 56 (32,9%) yaitu sebanyak 0 (0%) responden, sedangkan
responden dan sisanya sebanyak 92 (54,1%) re- sisanya sebanyak 1 (25%) responden tingkat
sponden memiliki tingkat pengetahuan cukup, pengetahuannya cukup, 3 (75%) responden
22 (12,9%) responden memiliki tingkat peng- tingkat pengetahuannya kurang.
etahuan kurang.

Tabel 2. Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Umur

Umur Responden
Pengetahuan Total
14 15 16 17 18 19
0 4 10 16 4 3
Kurang 37
(0%) (3,6%) (8,4%) (18,2%) (21,1%) (75%)
7 56 55 36 9 1
Cukup 164
(87,5%) (50,5%) (46,2%) (40,9%) (47,4%) (25%)
1 51 54 36 6 0 148
Baik
(12,5%) (45,9%) (45,4%) (40,9%) (31,5%) (0%)
8 111 119 88 19
Total 4 (100%)
(100%) (100%) (100%) (100%) (100%)
Sumber: data primer

37
I Made Kusuma Wijaya, dkk / KEMAS 10 (1) (2014) 33 - 42

Setelah dilakukan tabulasi data men- pengetahuan baik). Responden dengan tingkat
genai sikap responden terhadap kesehatan re- pengetahuan cukup yang memiliki sikap baik
produksi didapatkan hasil sebagai berikut: se- adalah sebanyak 86%, dan persentase tersebut
bagian besar yaitu sebanyak 302 orang (86,5%) semakin menurun, dimana hanya 58,3% re-
memiliki sikap yang baik, kemudian diikuti sponden dengan tingkat pengetahuan kurang
43 orang (12,4%) memiliki sikap yang cukup yang memiliki sikap dengan kategori baik.
dan sisanya yaitu sebanyak 3 responden (0,9%) Aktivitas responden dalam kesehatan re-
memiliki sikap yang kurang. produksi dapat dikategorikan menjadi 2 yaitu
Bila dilihat berdasarkan jenis kelamin, positif dan negatif. Setelah dilakukan tabulasi
maka terdapat perbedaan tingkat sikap antara data mengenai aktivitas responden dalam kes-
jenis kelamin laki-laki dan perempuan. Seba- ehatan reproduksi didapatkan sebagian besar
nyak 78,1 % laki-laki memiliki sikap yang baik, yaitu sebanyak 132 orang (38,2%) memiliki ak-
sedangkan sisanya yaitu sebanyak 21,9% memi- tivitas yang mengarah ke negatif, dan sisanya
liki sikap cukup dan kurang. Pada responden yaitu sebanyak 214 responden (61,8%) memi-
dengan jenis kelamin perempuan, persentase liki aktivitas yang mengarah ke positif.
responden dengan sikap baik lebih besar, yaitu Berdasarkan jenis kelamin didapatkan
sebanyak 95% memiliki sikap baik sedangkan persentase aktivitas yang negatif pada laki-laki
sisanya yaitu 5% memiliki sikap yang cukup hampir berimbang dibandingkan dengan ak-
dan kurang. tivitas positifnya, yaitu sebanyak 45,5% laki-
Bila dilihat dari umur, maka ditemukan laki memiliki aktivitas yang negatif, dan se-
bahwa persentase sikap dengan kategori baik banyak 54,5% memiliki aktivitas yang positif.
terbesar dimiliki oleh kelompok umur 14 ta- Hal tersebut sedikit berbeda pada responden
hun yaitu 100%, diikuti oleh kelompok umur dengan jenis kelamin perempuan, persentase
16 tahun, 15 tahun, 17 tahun, 18 tahun dan responden dengan aktivitas positif lebih besar,
yang terkecil adalah kelompok umur 19 tahun. yaitu sebanyak 68,7% memiliki aktivitas yang
Begitu pula sebaliknya kelompok umur 19 ta- mengarah positif dan sisanya yaitu 31,3% me-
hun memiliki persentase sikap dengan kategori miliki aktivitas yang mengarah ke negatif.
cukup dan kurang paling besar, yaitu 75%. Hal Berdasarkan umur, ditemukan bahwa
tersebut dapat dilihat pada Tabel. 3: persentase aktivitas negatif ditemukan paling
Setelah dilakukan tabulasi silang antara besar pada responden dengan umur 18 tahun
tingkat pengetahuan dan sikap responden ter- yaitu sebesar 52,6%, diikuti oleh responden
hadap kesehatan reproduksi terlihat bahwa dengan umur 19 tahun, 16 tahun, 14 tahun, 15
responden dengan pengetahuan baik diikuti tahun dan terkecil adalah responden dengan
dengan sikap responden yang baik yaitu 94,6 umur 17 tahun sebesar 33,3%. Hal tersebut da-
% (140 responden dari 148 responden dengan pat dilihat pada Tabel. 4.

Tabel 3. Distribusi Sikap Responden Berdasarkan Umur

Sikap
Umur Kurang Cukup Baik Total
14 0 (0%) 0 (0%) 8 (100%) 8 (100%)
15 1 (0,9%) 12 (10,8%) 98 (88,3%) 111 (100%)
16 0 (0%) 9 (7,5%) 110 (92,5%) 119 (100%)
17 2 (2,3%) 14 (16%) 71 (81,7%) 87 (100%)
18 0 (0%) 5 (26,3%) 14 (73,7%) 19 (100%)
19 0 (0%) 3 (75%) 1 (25%) 4 (100%)
Total 3 43 302 348
Sumber: data primer

38
I Made Kusuma Wijaya, dkk / KEMAS 10 (1) (2014) 33 - 42

Tabel 4. Distribusi Aktivitas Responden Berdasarkan Umur

Sikap
Umur
Negatif Positif Total
14 3 (37,5%) 5 (62,5%) 8 (100%)
15 40 (36,4%) 70 (63,6%) 110 (100%)
16 48 (40,7%) 70 (59,3%) 118 (100%)
17 29 (33,3%) 58 (66,6%) 87 (100%)
18 10 (52,6%) 9 (47,4%) 19 (100%)
19 2 (50%) 2 (50%) 4 (100%)
Total 133 213 346
Sumber: data primer

Tabel 5. Korelasi Pengetahuan, Sikap dan Aktivitas

Pengetahuan Sikap Aktivitas


Pengetahuan Pearson Correlation 1 .382** .284**
Sig. (2-tailed) .000 .000
N 349 348 347
Sikap Pearson Correlation .382** 1 .269**
Sig. (2-tailed) .000 .000
N 348 348 347
Aktivitas Pearson Correlation .284** .269** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000
N 347 347 347
Sumber: data primer

Setelah dilakukan tabulasi silang antara sponden dengan sikap kategori kurang hanya
tingkat pengetahuan dan aktivitas responden sebanyak 33,3% yang memiliki aktivitas positif.
dalam kesehatan reproduksi terlihat bahwa Berdasarkan analsis hubungan antar va-
responden dengan pengetahuan baik diikuti riabel menggunakan analisis korelasi bivariate
dengan aktivitas responden yang positif, yaitu pearson didapatkan data seperti Tabel 5.
70% (103 responden dari 147 responden den- Berdasarkan hasil analisa korelasi vari-
gan pengetahuan baik). Persentase tersebut able pengetahuan, sikap dan aktivitas pada ta-
semakin menurun dengan menurunnya peng- bel di atas, didapatkan bahwa terdapat korelasi
etahuan responden. Responden dengan tingkat antara pengetahuan dengan sikap, pengetahuan
pengetahuan cukup hanya 61,3% yang memi- dengan aktivitas dan sikap dengan aktivitas se-
liki aktivitas positif, dan responden dengan cara signifikan. Adapun korelasi antara peng-
tingkat pengetahuan kurang hanya sebanyak etahuan dengan sikap adalah sebesar 0,382.
30,6% yang memiliki aktivitas positif. Korelasi antara pengetahuan dengan aktivitas
Setelah dilakukan tabulasi silang anta- sebesar 0,284. Korelasi antara sikap dengan ak-
ra sikap responden dan aktivitas responden tivitas sebesar 0,269. Adanya korelasi yang sig-
dalam kesehatan reproduksi terlihat bahwa nifikan antara pengetahuan, sikap dan aktivitas
responden dengan sikap baik diikuti dengan menunjukkan adanya hubungan antara ketiga
aktivitas responden yang positif, yaitu 63,6% variable tersebut meskipun korelasi yang dimi-
(192 responden dari 302 responden dengan si- liki dapat dikategorikan lemah (<0,5).
kap baik). Persentase tersebut semakin menu- Dari pemaparan hasil penelitian dapat
run dengan menurunnya sikap responden. Re- diketahui bahwa tingkat pengetahuan remaja
sponden dengan sikap kategori cukup, hanya siswa sekolah menengah atas se-kecamatan
48,8% yang memiliki aktivitas positif, dan re- buleleng cenderung cukup dan kurang yaitu

39
I Made Kusuma Wijaya, dkk / KEMAS 10 (1) (2014) 33 - 42

sebesar 201 (57,6%) responden, hanya sebagian jenis kelamin laki-laki. Hal ini dapat disebab-
kecil yang memiliki tingkat pengetahuan yang kan karena perbedaan pandangan terhadap ke-
baik tentang kesehatan reproduksi yaitu 148 sehatan reproduksi. Distribusi sikap responden
(42,4%) responden. Hal ini dapat disebabkan terhadap kesehatan reproduksi menurut umur,
karena kurangnya pendidikan ataupun cer- ditemukan bahwa persentase sikap dengan
amah-ceramah tentang kesehatan reproduksi kategori baik terbesar dimiliki oleh kelompok
yang diperoleh siswa tersebut. Atau dapat pula umur 14 hingga 16 tahun, sedangkan umur 17
disebabkan oleh karena metode ceramah yang hingga 19 lebih kecil. Hal ini dapat disebabkan
dilakukan kurang efektif karena siswa yang karena pada umur yang lebih muda, mereka
masih remaja ini kadang-kadang merasa malu memiliki pandangan yang lebih baik terhadap
untuk mengetahui hal-hal yang sebagian orang kesehatan reproduksi.
mungkin menganggap sebagai hal yang tabu Bila dibandingkan dengan pengetahuan
sehingga biasanya mereka senang bertanya yang dimiliki, ditemukan bahwa responden
pada teman sebayanya yang belum tentu memi- dengan pengetahuan baik diikuti dengan si-
liki pengetahuan yang baik tentang kesehatan kap responden yang baik yaitu 94,6 % (140
reproduksi ini. responden dari 148 responden dengan peng-
Dilihat dari jenis kelamin diketahui bah- etahuan baik). Persentase tersebut makin
wa remaja siswa sekolah menengah atas yang menurun dengan semakin menurunnya peng-
berjenis kelamin perempuan memiliki tingkat etahuan yang dimiliki. Hal ini erat kaitannya
pengetahuan baik yang lebih banyak yaitu se- dengan bahwa pengetahaun yang dimiliki sese-
banyak 92 (51,4%) reponden daripada remaja orang akan mempengaruhi sikap yang muncul.
siswa sekolah menengah atas yang berjenis Perilaku seksual merupakan perilaku
kelamin laki-laki yaitu sebanyak 56 (32,9%) re- yang bertujuan untuk menarik perhatian lawan
sponden. Hal ini dapat disebabkan oleh karena jenisnya. Perilaku ini sangat luas sifatnya dima-
siswa yang berjenis kelamin perempuan me- na perilaku ini timbul didasari oleh dorongan
miliki rasa ingin tahu yang lebih besar karena seksual. Dimana permasalahan yang sering di-
mereka lebih merasakan perubahan-peruba- hadapai remaja adalah dorongan seksual yang
han fisiologis pada diri mereka seperti misalnya sudah meningkat sementara secara normative
menstruasi untuk pertama kalinya sehingga mereka belum menikah, belum diijinkan untuk
mereka akan berusaha untuk mencari informa- melakukan hubungan seksual. Selain itu kema-
si baik dari buku-buku ataupun melalui semi- tangan seksual remaja belum diimbangi oleh
nar atau ceramah tentang kesehatan reproduksi kematangan psikososial, akibatnya kadang-
dan juga dengan teman sebayanya. kadang timbul rasa ingin tahu yang sangat
Berdasarkan teori mengenai sikap dike- kuat, keinginan bereksplorasi dan memenuhi
tahui bahwa sikap seseorang dipengaruhi oleh dorongan seksual mengalahkan pemahaman
tiga aspek yaitu aspek kognitif, afektif, dan ko- tentang norma, kontrol diri, pemikiran ra-
natif. Dalam peneliian ini teori tersebut tidak sional, sehingga tampil dalam bentuk perilaku
berlaku. Sikap responden yang tidak sesuai coba-coba berhubungan seks. Berbagai faktor
dengan pengetahuan yang dimilikinya ini da- dapat mempengaruhi perilaku seksual remaja
pat disebabkan oleh faktor lain. Sikap yang antara lain faktor biologis, pengaruh orang tua
ditimbulkan tidak saja ditentukan oleh kead- dan teman sebaya, faktor akademik, pemaha-
aan objek yang sedang dihadapi tapi juga oleh man dan penghayatan nilai-nilai keagamaan,
kaitannya dengan pengalaman-pengalaman kepribadian, pengalaman seksual serta banyak
masa lalu, situasi di saat sekarang dan harapan- lagi yang lainnya. Beberapa hal yang mungkin
harapan untuk masa yang akan datang (Azinar, dilakukan remaja untuk mengatasi dorongan
2013; Cahyo K, 2008). seksualnya yaitu bergaul dengan lawan jenis,
Bila dilihat berdasarkan jenis kelamin, berdandan untuk menarik perhatian, meyalur-
maka terdapat perbedaan tingkat sikap antara kan melalui mimpi basah, menahan diri den-
jenis kelamin laki-laki dan perempuan. Persen- gan berbagai cara, menyibukan diri dengan
tase responden dengan sikap baik lebih besar berbagai aktivitas, menghabiskan tenaga den-
pada jenis kelamin perempuan dibandingkan gan berolahraga, memperbanyak sembahyang,

40
I Made Kusuma Wijaya, dkk / KEMAS 10 (1) (2014) 33 - 42

berfantasi tentang seksual, mengobrol tentang Penutup


seks, menonton film pornografi, masturbasi/
onani, melakukan hubungan seksual non pen- Berdasarkan hasil penelitian dan ana-
etrasi, melakukan aktivitas penetrasi. lisis data yang telah dilakukan, di dapatkan
Bila dilihat berdasarkan jenis kelamin, hasil tingkat pengetahuan, sikap dan aktivitas
maka terdapat perbedaan tingkat perilaku remaja SMA terhadap kesehatan reproduksi di
antara jenis kelamin laki-laki dan perempuan. Kecamatan Buleleng sebagai berikut: 1) Dilihat
Persentase perilaku yang negatif pada laki-laki dari sikap dan pengetahuan yang dimiliki, dite-
hampir berimbang dibandingkan dengan per- mukan bahwa responden dengan pengetahuan
ilaku posotifnya, yaitu sebanyak 45,5% laki- baik diikuti dengan sikap responden yang baik.
laki memiliki perilaku yang negatif, dan se- Dan hal tersebut akan makin berkurang deng-
banyak 54,5% memiliki perilaku yang positif. an semakin menurunnya pengetahuan yang di-
Hal tersebut sedikit berbeda pada responden miliki responden. 2) Dilihat dari aktivitas dan
dengan jenis kelamin perempuan, persentase pengetahuan yang dimiliki, ditemukan bahwa
responden dengan perilaku positif lebih be- responden dengan pengetahuan baik diikuti
sar, yaitu sebanyak 68,7% memiliki perilaku dengan aktivitas responden yang positif. Dan
yang mengarah positif dan sisanya yaitu 31,3% akan semakin menurun dengan menurunnya
memiliki perilaku yang mengarah ke negatife. pengetahuan yang dimiliki responden. 3) Dili-
Perbedaan persentase antara jenis kelamin laki- hat dari aktivitas dan sikap yang dimiliki, dite-
laki dan perempuan ini dapat disebabkan ka- mukan bahwa responden dengan sikap baik
rena perempuan pada umumnya lebih menjaga diikuti dengan aktivitas responden yang positif.
perilakunya sehari-hari daripada laki-laki. Dan akan semakin menurun dengan menurun-
Responden dengan pengetahuan baik nya sikap responden. 4) Berdasarkan hasil ana-
diikuti dengan perilaku responden yang positif, lisa korelasi variable pengetahuan, sikap dan
yaitu 70% (103 responden dari 147 responden aktivitas, didapatkan bahwa terdapat korelasi
dengan pengetahuan baik). Persentase tersebut antara pengetahuan dengan sikap, pengetahuan
semakin menurun dengan menurunnya peng- dengan aktivitas dan sikap dengan aktivitas se-
etahuan responden. Hal ini dapat disebabkan cara signifikan. Adanya korelasi yang signifikan
karena pengetahuan dapat memberikan pen- antara pengetahuan, sikap dan aktivitas men-
garuh yang sejalan dengan perilaku yang dit- unjukkan adanya hubungan antara ketiga vari-
imbulkan. Semakin baik pengetahuan, maka able tersebut meskipun korelasi yang dimiliki
perilaku yang ditimbulkan juga semakin baik, dapat dikategorikan lemah.
begitu pula sebaliknya semakin kurang peng-
etahuan yang dimiliki maka perilaku yang dit- Ucapan Terimakasih
imbulkan juga semakin mengarah ke negative. Pada penelitian ini, peneliti mendapat
Distribusi responden dengan sikap baik bantuan support dan kerjasama dari 1) Kepala
diikuti dengan perilaku responden yang positif Puskesmas Buleleng I, 2) Kepala Sekolah SMA
dan persentase tersebut semakin menurun den- sewilayah Kecmatan Buleleng dan 3) para siswa
gan menurunnya sikap responden. Sebanyak SMA kelas X, XI dan XII di Kecamatan Bule-
63,6% responden dengan sikap baik memiliki leng, untuk itu peneliti mengucapkan terim-
perilaku yang baik pula, sedangkan responden kasih dan semoga penelitian ini dapat berman-
dengan sikap kategori cukup, hanya 48,8% faat .
yang memiliki perilaku positif, dan responden
dengan sikap kategori kurang hanya sebanyak
33,3% yang memiliki perilaku positif. Semakin Daftar Pustaka
menurunnya persentase perilaku responden
yang mengarah positif ini dapat disebabkan Agustini,M., Arsani,A. 2013. Remaja Sehat Melalui
karena sikap yang dimiliki memiliki pengaruh Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja Di
terhadap perilaku yang ditimbulkan oleh sese- Tingkat Puskesmas. Jurnal KEMAS 9 (1)
(2013): 66-73
orang.
Azinar,M. 2013. Perilaku Seksual Pranikah Beresiko

41
I Made Kusuma Wijaya, dkk / KEMAS 10 (1) (2014) 33 - 42

Terhadap Kehamilan Tidak Diinginkan. Lakmiwati, I.A.A. 2003. Transformasi Sosial dan
Jurnal KEMAS 8 (2) : 153-160 Aktivitas Reproduksi Remaja. E-journal.
Cahyo,K., Kurniawan,T.P., Margawati,A. Faktor- unud.ac.id
Faktor Yang Mempengaruhi Praktik Notoatmodjo,S, et al. 2005. Konsep Aktivitas
Kesehatan Reproduksi Remaja di SMA Negeri Kesehatan. Buku Promosi Kesehatan Teori
1 Purbalingga Kabupaten Purbalinggga. dan Aplikasi. Jakarta
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia 3(2): 86- Rizki N.A. 2012. Metode Focus Group Discussion
101 Dan Simulation Game Terhadap Peningkatan
Dinas Kesehatan Kabupaten Buleleng. 2009. Pengetahuan Kesehatan Reproduksi. Jurnal
Laporan Tahunan Program Kesehatan Lanjut Kemas 8(1): 13-29
Usia dan Program Kesehatan Remaja Tahun Suryoputro A, dkk. 2006. Faktor-faktor yang
2009. Buleleng Mempengaruhi Aktivitas Seksual Remaja
Endarto, Y., Parmadi, S.P. 2006. Hubungan Tingkat di Jawa Tengah: Implikasinya terhadap
Pengetahuan Kesehatan Reproduksi dengan Kebijakan dan Layanan Kesehatan Seksual
Aktivitas Seksual Berisiko pada Remaja di dan Reproduksi. Jurnal Makara Kesehatan
SMK Negeri 4 Yogyakarta. Jurnal Kesehatan 10(1): 29-40
Surya Medika Yogyakarta.

42

You might also like