Effects of Squeeze Casting Parameters on the Microstructure of LM13 Alloy
A. Maleki, A. Shafyei, B. Niroumand
1. Introduction
Penggunaan komponen alumunium telah meningkat sejak dekade
silam berkat kebutuhan sistem transportasi terhadap bahan yang ringan. Sebagai gantinya, hal ini berakibat menurunnya konsumsi energi dan perlindungan lingkungan yang lebih baik. oleh karena itu, paduan dari keluarga Al-Si-Mg-Ni-Cu sering digunakan sebab karakteristik pengecoran dan sifat mekaniknya sangat baik. Laju pembekuan, struktur makro dan mikro, morfologi partikel silikon eutektik, serta integritas struktural dan porositas adalah beberapa parameter yang memengaruhi sifat mekanis dan performa coran dari paduan-paduan tersebut.
Squeeze casting adalah proses pengecoran modern yang telah
terbukti mampu meningkatkan parameter-parameter yang mempengaruhi sifat-sifat mekanik benda coran apabila digunakan secara optimal. Proses ini dapat dikatakan sebagai kombinasi proses pengecoran dan penempaan (forging). Hal ini disebabkan adanya proses penekanan dengan tekanan tinggi pada logam cair, kemudian ditahan sepanjang proses solidifikasi. Pengaruh pembekuan di bawah tekanan pada sifat-sifat coran telah banyak diteliti dalam empat dekade terakhir. Penelitian berbeda oleh Vijian dan Arunachalam dan Yu, et. al. pada beberapa sistem paduan menunjukkan bahwa. Pengaplikasian tekanan di sepanjang proses solidifikasi dapat mengubah titik cair logam, meningkatkan laju solidifikasi, memperhalus struktur makro dan mikro, serta mengurangi gas dan porositas penyusutan pada benda coran. Kekokohan komponen hasil squeeze casting setelah diberi perlakuan panas dapat meningkatkan sifat-sifat mekaniknya.
Sifat-sifat ini menyebabkan proses squeeze casting mampu
memproduksi komponen berkualitas tinggi untuk benda-benda yang rentan terhadap pembebanan berat, seperti pada industri kendaraan otomotif.
Intensitas tekanan yang diberikan, temperatur leleh, dan temperatur
pemanasan awal die adalah parameter squeeze casting yang paling mempengaruhi struktur makro dan mikro, serta sifat-sifat mekanik komponen benda cor. Efek dari parameter-parameter ini terhadap densitas, makrostruktur, dan kekerasan paduan LM 13 pun pernah diteliti dalam jurnal lain. Jurnal ini berfokus pada mikrostruktur paduan alumunium LM 13 yang dibentuk melalui proses squeeze casting, serta meneliti efek dari parameter-parameter pengecoran pada struktur benda coran dalam skala terbatas.
2. Experimental Procedure
LM 13 adalah paduan alumunium yang digunakan secara luas dalam
produksi piston serta komponen-komponen otomotif lainnya. Standar rentang komposisi kimiawi pada paduan LM 13 (menurut Association of Light Alloys Refiners, 1983) dan komposisi kimiawi aktual yang digunakan pada penelitian ini ditunjukkan pada Tabel 1. Cairan coran disiapkan dalam tungku listrik (electric muffle furnace), kemudian dituang ke dalam die silinder yang telah dipanaskan sebelumnya. Diameter dalam silinder sepanjang 50 mm dan tingginya 100 mm. Tekanan hidrolik diberikan sebesar 100 ton dan ditahan hingga akhir proses solidifikasi. Tabel 2 menunjukkan kondisi eksperimental yang digunakan untuk mengecor spesimen.
Penelitian mikrostruktural dilakukan melalui analisis visual pada
potongan melintang setinggi 3 cm dari bagian bawah sampel. Aspek pengukuran mikrostruktural meliputi rerata jarak lengan dendrit sekunder (SDAS) dan rerata rasio aspek (aspect ratio) partikel silikon eutektik. Pengukuran SDAS didasari standar ASTM E112 (2004).
3. Results and Discussion
3.1. Effect of Pressure
Gambar 1 menunjukkan dampak dari tekanan eksternal
terhadap perubahan struktur mikro. Variasi tekanan eksternal ang diberikan sebesar 0, 20, 53, 106, 171, dan 211 MPa, dengan temperatur leleh sebesar 730°C dan temperatur die sebesar 200°C. Komponen utama pada mikrostruktur yang akan diamati adalah fase α primer (kaya Al) berwujud dendritik berwarna terang dan partikel silikon yang berwarna gelap. Daerah eutektik spesimen dapat dilihat lebih jelas pada Gambar 2, di mana perubahan morfologi partikel silikon eutektik akibat kenaikan tekanan dapat dengan mudah dikenali.
Pemberian tekanan selama pembekuan berlangsung
menyebabkan beberapa perubahan pada mikrostruktur spesimen:
3.1.1 Change in the Grain Size and the Secondary Dendrite Arm Spacing
Terlihat jelas dari struktur mikro yang tergambar
dalam Gambar 1 bahwa tekanan yang diberikan mengakibatkan pengurangan ukuran butir dan SDAS pada fase α primer.
Ada beberapa poin yang perlu digarisbawahi. Poin
pertama adalah peningkatan laju pendinginan yang mendadak disebabkan oleh adanya kontak antara permukaan die dan logam cair. Kedua, titik leleh sebagian besar jenis logam dan paduan meningkat di bawah tekanan berdasarkan persamaan Clausius-Clapeyron. Berdasarkan persamaan tersebut, kenaikan titik leleh paduan LM 13 sekitar 5.1×10-2°C/MPa. Oleh sebab itu, di bawah pengaruh kondisi eksperimental yang diterapkan pada penelitian ini, titik leleh paduan bisa jadi meningkat lebih dari 10°C akibat adanya tekanan eksternal. Sifat ini dapat dimanfaatkan untuk menciptakan undercooling (menurunkan suhu cairan/gas di bawah titik bekunya tanpa membuatnya beku) secara tiba-tiba pada cairan coran apabila suhu leleh dan waktu penekanan dikendalikan secara akurat. Sesungguhnya, undercooling terbesar dapat dicapai apabila besarnya tekanan yang diberikan ketika suhu leleh pada die lebih rendah daripada temperatur liquidus dan tepat di atas suhu yang diperlukan untuk kenaikan eksponensial cepat pada laju nukleasi (contohnya, sekitar 0.98 derajat dari titik leleh paduan). Laju pendinginan lebih tinggi, khususnya bila dipadukan dengan dorongan besar undercooling seperti yang telah disebutkan di atas, dapat menyebabkan penghalusan secara signifikan pada struktur spesimen squeeze cast.
Yang perlu diperhatikan, ukuran butir dan SDAS
spesimen squeeze casting dapat dibandingkan dengan coran yang diinokulasi secara konvensional. Penghalusan butiran termal yang dipicu oleh squeeze casting dapat menyeimbangkan penghalusan butiran kimiawi akibat perlakuan inokulasi. Di samping keuntungan ekonomis seperti tidak dibutuhkan lagi penambahan inokulan di dalam cairan coran, ada pula keuntungan teknis yang didapat. Pemudaran ataupun perubahan-perubahan terkait SDAS dengan waktu penahanan cairan coran tidak terjadi (karena tidak ada penambahan inokulan).
Gambar 3 menunjukkan variasi SDAS pada bagian
tengah sampel yang telah diberi tekanan. Laju pendinginan pada titik ini diperoleh dari substitusi nilai SDAS ke dalam general coarsening law pada paduan alumunium, meningkat dari 0.6° menjadi 1.5°C seiring tekanan meningkat dari tekanan atmosferik hingga mencapai 100 MPa. Tentunya, angka ini adalah laju pendinginan minimum pada tiap spesimen karena SDAS diukur di bagian tengah spesimen.
Perlu diperhatikan bahwa bagian lembah kurva amat
curam pada tekanan rendah. setelahnya, grafik menjadi lebih landai. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa pada tekanan eksternal sebesar 100 MPa kontak antara logam coran dan die terjadi secara sempurna. 3.1.2 Modification of Eutectic Silicon Particles Mikrostruktur di daerah eutektik pada spesimen di bawah tekanan atmosferik ditunjukkan pada Gambar 2a. Walaupun laju pembekuan relatif tinggi yang dikenakan oleh die logam telah mengubah sebagian partikel silikon eutektik, partikel-partikel yang relatif panjang masih banyak ditemukan. Perubahan mikrostruktur silikon eutektik diharapkan mampu menurunkan sifat-sifat mekanik benda coran. Perbandingan antara Gambar 2a-f menunjukkan bahwa adanya tekanan dan dampak kenaikan laju pendinginan mengakibatkan perubahan pada partikel silikon eutektik. Pada tekanan di atas 100 MPa jarang ditemukan partikel berukuran panjang pada stuktur mikro. Kembali lagi, manfaat secara ekonomis dan teknis dari modifikasi termal pada partikel silikon eutektik hasil squeeze casting dibandingkan dengan modifikasi secara kimiawi—dengan penambahan paduan Sr pada cairan coran—lebih jelas terlihat.
Gambar 4 menunjukkan efek penekanan terhadap
rerata rasio aspek (rasio panjang, a, terhadap lebar, b) pada partikel silikon eutektik. Rasio aspek menjadi satu kesatuan untuk partikel termodifikasi sempurna (bola) dan meningkat untuk bentuk yang kurang menyerupai bola. Apabila tekanan yang diberikan semakin meningkat, maka rasio aspek semakin menurun hingga menjadi hampir konstan pada tekanan di atas 100 MPa. Rasio aspek menurun dari 5 pada tekanan atmosfer menjadi 1.5 pada tekanan di atas 100 MPa, yang mana sesuai dengan partikel berbentuk mendekati bulat. Variasi rentang rasio aspek, diambil dari kurang lebih 40 pengukuran untuk tiap besar tekanan yang diberikan, juga ditunjukkan pada Gambar 4. Seperti pada gambar, variasi rentang menurun seiring naiknya tekanan yang diberikan. Hal ini menunjukkan bahwa meningkatkan tekanan yang diberikan pun berakibat pada pembentukan partikel silikon eutektik dengan bentuk yang lebih seragam. Penyempurnaan secara termal pada partikel silikon eutektik sebagai hasil dari perbaikan laju pendinginan dan undercooling yang lebih tinggi menjadikan sifat-sifat mekanik benda coran hasil squeeze casting lebih baik.
3.2. Effect of Melt Temperature
Pada pembahasan sebelumnya diperoleh kesimpulan bahwa
untuk paduan LM 13 dan kondisi eksperimental yang digunakan pada penelitian ini, besar tekanan yang paling memberikan efek pada logam coran sebesar 100 MPa atau lebih. Maka dari itu, dasar tekanan yang digunakan untuk menyelidiki efek temperatur leleh terhadap mikrostruktur logam adalah 171 MPa. Gambar 5 dan 6 menunjukkan mikrostruktur benda coran dengan suhu leleh yang berbeda (melt temperature) yang berkisar atara 630° hingga 780°C. Tekanan eksternal dan suhu pemanasan awal (preheating temperature) berturut-turut 171 MPa dan 200°C, sama untuk setiap suhu leleh. Pengamatan mikrostruktural pada spesimen menunjukkan tidak ditemukannya perbedaan bentuk fase α primer yang signifikan. Namun, perubahan partikel silikon eutektik seiring kenaikan suhu leleh kurang terlihat. Pada suhu leleh 780°, tampak partikel silikon yang relatif panjang. Gambar 7 dan 8 menunjukkan dampak suhu leleh pada SDAS fase α primer dan rerata rasio aspek pada partikel silikon eutektik. Kedua aspek tersebut sedikit berkurang dengan penurunan pada suhu leleh, karena laju solidifikasi atau pendinginan meningkat, menjadikan struktur mikro logam lebih bagus. 3.3. Effect of Die Temperature Pengaruh temperatur die pada mikrostruktur diteliti dengan memvariasikan temperatur pemanasan awal (150°, 200°, 250°, dan 300°C). Temperatur leleh dan tekanan eksternal sama untuk setiap variasi, yaitu 730°C dan 171 MPa. Gambar 9 dan 10 menunjukkan mikrostruktur spesimen. Efek temperatur cetakan pada SDAS fase α primer dan rerata rasio aspek pada partikel silikon eutektik ditunjukkan pada Gambar 11 dan 12. Pengaruhnya sama, tetapi lebih jelas terlihat dibandingkan dengan spesimen di bawah pengaruh temperatur leleh. Rerata SDAS fase α primer telah meningkat dari 32 menjadi 40 µm, dan rerata rasio aspek partikel silikon eutektik meningkat dari sekitar 1.45 menjadi 2.2 dengan peningkatan suhu cetakan dari 150° hingga 300°C. Partikel silikon yang lebih panjang terlihat pada Gambar 10d, di mana suhu die tercatat 300°C. Pengaruh temperatur die bergantung pada pengaruh laju pendinginan.
Menurut hasil yang telah dijabarkan, dan dalam rentang
kondisi penelitian yang digunakan, mikrostruktur paduan LM13 hasil squeeze casting yang paling halus didapatkan pada temperatur leleh 630°C dan temperatur die 150°C. Namun, temperatur leleh atau die rendah berdampak buruk pada kecairan/fluiditas logam cair dan dapat mengakibatkan cacat coran seperti misrun atau cold shuts. Pada kasus tersebut, meningkatkan temperatur leleh menjadi 680° atau 730°C mengakibatkan efek yang tidak diinginkan pada mikrostruktur akan lebih kecil. Di sisi lain, meningkatkan temperatur pemanasan awal die menjadi 200°C dapat menjadi pilihan apabila umur die tidak dipertimbangkan.
4. Conclusion
Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian paduan LM 13 hasil
squeeze casting ini adalah:
1. Pemberian tekanan menurunkan ukuran butir dan SDAS fase α
primer. SDAS menurun dari sekitar 47 µm pada tekanan atmosfer menjadi sekitar 34 µm pada tekanan eksternal sebesar 100 MPa. 2. Pemberian tekanan dapat mengubah dan menurunkan rerata aspek rasio partikel silikon eutektik. Rerata aspek rasio partikel silikon eutektik menurun drastis, dari 5 pada tekanan atmosfer menjadi 1.5 pada tekanan eksternal sebesar 100 MPa. Hal tersebut juga membuat morfologi partikel silikon eutektik lebih seragam. 3. Dampak penekanan pada SDAS fase α primer dan rasio aspek partikel silikon eutektik dapat diabaikan pada tekanan eksternal di atas 100 MPa. Dapat dibuktikan bahwa pada tekanan eksternal 100 MPa terjadi kontak secara sempurna antara logam dan permukaan die. 4. Tidak ada perubahan yang signifikan pada morfologi fase α primer yang diamati terhadap pengaruh temperatur leleh. Namun, SDAS fase α primer dan rerata rasio aspek partikel silikon eutektik sedikit menurun dengan penurunan pada suhu leleh menjadikan mikrostruktur spesimen lebih baik. 5. Efek temperatur pemanasan awal die serupa dengan poin di atas, namun lebih jelas daripada suhu leleh pada rentang yang diteliti. 6. Efek parameter pengecoran pada mikrostruktur paduan LM 13 dapat dijustifikasikan berdasarkan efek pemberian tekanan pada penyempurnaan butir secara termal atau perbaikan pada mikrostruktur. Hal ini mencakup perubahan pada titik leleh paduan, Kemungkinan terjadinya desakan besar undercooling pada cairan coran, dan peningkatan laju perpindahan panas di seluruh permukaan die-logam.