Professional Documents
Culture Documents
41
42
Cakrawala Pendidikan, Mei 2010, Th. XXIX, Edisi Khusus Dies Natalis UNY
43
lam kegiatan atau aksi-aksi yang ber- nyebab rusaknya ekonomi Indonesia
dampak merusak atau menghancurkan sekarang kita punya kambing hitam
diri bangsa kita sendiri (act of self dis- baru, konspirasi Amerika Serikat, IMF,
truction). Ketika bangsa-bangsa lain be- World Bank, dan akibat dominasi go-
kerja keras mengerahkan potensi ma- longan minoritas. Seandainya bangsa
syarakatnya untuk meningkatkan daya kita yang menyebabkan kita beratus-
saing negaranya, sebagian dari warga ratus tahun bisa dijajah oleh Belanda –
di Indonesia malah dengan bersema- kerajaan yang sangat kecil dari jumlah
ngat memakai energi masyarakat untuk penduduk dan luas wilayah; bisa men-
mencabik-cabik dirinya sendiri, dan se- jadi korban konspirasi Amerika Serikat,
bagian besar yang lain terkesan mem- IMF, Worldbank, dan kelompok mayo-
biarkannya. Memecahkan perbedaan ritas belum bisa menguasai sebagian
pendapat atau pandangan dengan meng- besar ekonomi di Indonesia? Pertanya-
gunakan kekerasan, yang secara siste- an terakhir ini jarang sekali dikemuka-
matik mengobarkan kebencian untuk kan, karena adanya arogansi bahwa
memicu konflik horizontal atas dasar ‘kami selalu benar’. Akibatnya, bangsa
SARA, dan menteror bangsa sendiri kita kurang bisa belajar dari peng-
adalah dua bentuk dari kegiatan me- alamannya sendiri, dan kurang mampu
rusak diri sendiri, seperti halnya; kasus berubah ke arah yang lebih baik karena
Trisakti , kasus “Koja Priok”. Hal ini merasa bahwa tak ada yang perlu di-
terjadi karena makin memudarnya perbaiki pada diri kita (Raka,2007:2).
nilai-nilai kemanusiaan yang mencakup Krisis karakter sudah waktunya
semangat dan kesediaan untuk tumbuh untuk diatasi secara struktural oleh
kembang bersama secara damai dalam bangsa Indonesia. Karena itu, pena-
kebhinekaan (Raka, 2007:2). nganan krisis karakter haruslah dimulai
Fenomena lain yang menunjukkan dari pemahaman akan penyebab krisis
krisis karakter adalah sikap mental di Indonesia sehingga solusi terhadap
yang memandang bahwa kemajuan bi- masalah krisis karakter didasarkan pa-
sa diperoleh secara mudah, tanpa kerja da sumber masalah. Di samping itu,
keras, bisa dicapai dengan menadahkan peran lembaga pendidikan diharapkan
tangan dan dengan menuntut ke kiri lebih proaktif, kreatif dan inovatif da-
dan ke kanan. Lebih lanjut, dijelaskan lam merancang proses pembelajaran
oleh Gede Raka bahwa kebiasaan me- yang benar-benar mampu memberikan
nimpakan kesalahan kepada orang lain kontribusi bagi pembangunan pendi-
merupakan salah satu karakter yang dikan karakter. Dalam konteks inilah ,
menghambat kemajuan. Hal ini bukan prosespendidikan karakter perlu diran-
kekuatan, namun kelemahan. Di masa cang dalam perspektif holistik dan kon-
lalu kita sering mendengarkan banyak tekstual sehingga mampu membangun
orang menyatakan bahwa sulitnya In- pemikiran yang dialogis-kritis dalam
donesia mencapai kemajuan lama se- membentuk manusia yang berkarakter,
sudah kemerdekaan adalah akibat ulah dalam semua level masyarakat yakni
penjajah Belanda. Dalam mencari pe-
Cakrawala Pendidikan, Mei 2010, Th. XXIX, Edisi Khusus Dies Natalis UNY
45
kekuatan atau modal fisik menjadi Saat ini, pendidikan harus menjadi
berjuang dengan mengandalkan ke- “the power in building character” dalam
kuatan atau modal maya. Beberapa era globalisasi yang membutuhkan ke-
pahlawan nasional kita, seperti Patti- kuatan adaptip bagi masyarakat terha-
mura, Diponegoro, Teuku Umar, dap perubahan. Kekuatan adaptasi ha-
mengangkat senjata, mengobarkan rus dibangun pada pada proses pendi-
peperangan untuk mengusir penjajah dikan karakter dengan mengembang-
Belanda dari bumi Indonesia. Me- kan energi pembelajaran secara optimal.
reka adalah tokoh-tokoh yang gagah Energi dasar ini perlu dienergikan un-
berani yang tidak takut memper- tuk pengembangan potensi secara opti-
taruhkan nyawanya untuk sebuah mal peserta didik maupun masyarakat
cita-cita luhur. Namun demikian, dalam rangka pembentukan karakter
mereka belum berhasil mengalahkan anak didik.
lewat kekuatan senjata.
Dalam analisis ESQ dijelaskan ada- PENDIDIKAN DAN PEMBANGUN-
nya tujuh krisis moral yang terjadi di AN KARAKTER
tengah-tengah masyarakat Indonesia Karakter adalah ‘distinctive trait, dis-
antara lain adalah krisis kejujuran, kri- tinctive quality, moral strength, the pattern
sis tanggung jawab, tidak berpikir jauh of behavior found in an individual or group’.
ke depan, krisis disiplin, krisis keber- Kamus Besar Bahasa Indonesia belum
samaan, krisis keadilan (Zuchdi, 2009: memasukkan kata karakter, yang ada
39-40). Berdasarkan paparan di atas da- adalah kata ‘watak’ yang diartikan se-
pat disimpulkan bahwa penyebab krisis bagai sifat batin manusia yang mem-
karakter bersifat multidimensional, se- pengaruhi segenap pikiran dan tingkah
hingga solusi terhadap masalah krisis laku, budi pekerti, tabiat. Dalam risalah
karakter harus diatasi secara struktural. ini, dipakai pengertian yang pertama,
Dengan pendekatan struktural mem- dalam arti bahwa karakter itu berkaitan
berikan efek perubahan pada dimensi dengan kekuatan moral, berkonotasi
struktur dan proses sosial dalam ma- ‘positif’, bukan netral. Jadi, ‘orang ber-
syarakat, sehingga pembentukan karak- karakter’ adalah orang punya kualitas
ter lebih dinamis. Hal ini bisa terjadi moral (tertentu) yang positif. Dengan
karena dimensi struktur terkait dengan demikian, pendidikan membangun ka-
pranata dan peran yang ada dalam rakter, secara implisit mengandung arti
masyarakat, sedangkan dimensi proses membangun sifat atau pola perilaku
menekankan pada interaksi sosial yang yang didasari atau berkaitan dengan di-
terjadi antar peran dalam kehidupan mensi moral yang positif atau yang
masyarakat. Lebih khusus lagi, peran baik, bukan negatif atau yang buruk
pendidikan sangat diharapkan menjadi (Raka, 2007:5).
kekuatan yang mampu memberikan Karakter merupakan “keseluruhan
kontribusi bagi pembangunan karakter disposisi kodrati dan disposisi yang te-
di Indonesia. lah dikuasai secara stabil yang men-
definisikan seorang individu dalam ke-
Cakrawala Pendidikan, Mei 2010, Th. XXIX, Edisi Khusus Dies Natalis UNY
47
bility for character education and at- yaitu: kejujuran, kepercayaan diri, apre-
tempt to adhere to same core values that siasi terhadap kebhinnekaan, semangat
guide chlidren. belajar, dan semangat kerja. Karakter
Character education require moral lea- ini sangat diperlukan sebagai modal
dership. dasar untuk memecahkan masalah be-
Program must be recruit parent and sar yang menjadi akar dari kemundur-
community member as full patners. an bangsa Indonesia selama ini, yaitu
Evaluation of chararter education sholud korupsi, konflik horizontal yang berke-
asses the program, the staff’s functioning panjangan, perasaan sebagai bangsa ke-
as character education and the extent to las dua, semangat kerja dan semangat
which are program is effective children. belajar yang rendah (Raka,2007). Di an-
Di samping prinsip-prinsip di atas, tara kelima jenis karakter tersebut ke-
proses pendidikan karakter tidak hanya jujuran sebagai salah satu karakter yang
untuk sebuah idealisme saja, tetapi me- sangat penting, tetapi justru mulai me-
miliki makna dalam membangun kese- lemah dalam kehidupan individu dan
jahteraan hidup masyarakat. Sebab itu, masyarakat kita. Padahal, nilai ini di-
pembangunan karakter pada tataran anggap sangat penting dalam berbagai
individu dan tataran masyarakat luas hal dan segala segmen dalam kehidup-
perlu bersifat kontekstual. Artinya, un- an. Nilai ini juga dijadikan salah satu
tuk Indonesia, perlu dirumuskan karak- hal kunci sukses seseorang, bahkan se-
ter apa saja yang perlu dikuatkan agar level CEO sekalipun nilai ini dianggap
bangsa Indonesia lebih mampu secepat yang paling penting. Jika kita melihat
mungkin meningkatkan kesejahteraan formulasi Stephen Covey dalam buku
masyarakat setempat. Speed of Trust tentang Hasil kerja , dia
Paterson dan Seligman, mengiden- merumuskan bahwa Result (R1) adalah
tifikasikan 24 jenis karakter yang baik Initiave (I) dikalikan Execution (E) (R1 = I
atau kuat (character strength). Sementara x E), jika komponen ini kemudian di-
peringkat karakter CEO IDEAL me- tambah nilai kejujuran maka proses ek-
ngembangkan beberapa karakter yang sekusi atau pelaksanaan semakin cepat
menjadi pilihan untuk dibudayakan an- dalam hal ini formula menjadi R1 = I x
tara lain honest, foward looking, com- E x T (Trust). Nilai kejujuran merupa-
petent, inspiring, intelligent, fair-minded, kan nilai fundamental yang diakui oleh
broad minded, supportive, straightfoward, semua orang sebagai tolak ukur ke-
dependable, cooperative, determined, imagi- baikan seseorang dalam kehidupan se-
native, ambitious, courageous, caring, ma- hari-harinya, bagaimanapun pintarnya,
ture, loyal, self-controlled, independent bagaimanapun berwibawa dan bijaksa-
(Zuchdi, 2009:44). Namun demikian, se- nannya seseorang jika dia tidak jujur
bagaimana dijelaskan oleh Gede Raka pada akhirnya tidak akan diakui orang
dari berbagai jenis karakter, untuk In- sebagai pemimpin yang baik atau
donesia ada lima jenis karakter yang bahkan dicap menjadi manusia yang
sangat penting dan sangat mendesak tidak baik. Untuk itu, marilah kita
dibangun dan dikuatkan sekarang ini, menjadikan nilai kejujuran menjadi hal
Cakrawala Pendidikan, Mei 2010, Th. XXIX, Edisi Khusus Dies Natalis UNY
49
yang sangat penting dalam kehidupan rut Widoyoko (2009:1-2). Pertama, per-
(Yasa, 2009). caya akan kompetensi/kemampuan di-
Menghargai kebhinekaan adalah si- ri, hingga tidak membutuhkan pujian,
kap positif yang harus dibangun dalam pengakuan, penerimaan, atau pun rasa
diri semua warga Indonesia. Perbedaan hormat orang lain. Kedua, tidak terdo-
bukan sumber konflik tetapi sebagai rong untuk menunjukkan sikap konfor-
bagian kekayaan modal budaya yang mis demi diterima oleh orang lain atau
seharusnya dapat dikelola sebagai po- kelompok. Ketiga, berani menerima
tensi bagi pengembangan karakter bang- dan menghadapi penolakan orang lain,
sa yang berbudaya. Sikap saling meng- berani menjadi diri sendiri. Keempat,
hargai dan menghormati harus diba- punya pengendalian diri yang baik (ti-
ngun sejak usia dini. Pendidikan berba- dak moody dan emosinya stabil). Ke-
sis budaya harus mulai digalakan kem- lima, memiliki internal locus of control
bali dari keluarga, sekolah dan masya- (memandang keberhasilan atau kega-
rakat. Negara harus memperhatikan galan, tergantung dari usaha diri sen-
potensi budaya sebagai sumber kekuat- diri dan tidak mudah menyerah pada
an untuk membangun identitas sosial nasib atau keadaan serta tidak tergan-
di tengah percaturan dan kekuatan bu- tung/mengharapkan bantuan orang la-
daya global. Nilai kearifan lokal harus in. Keenam, mempunyai cara pandang
digali kembali sebagai kekuatan buda- yang positif terhadap diri sendiri, ornag
ya yang mampu menggerakan dimensi lain dan situasi di luar dirinya. Ketujuh,
moral dalam tatanan masyarakat. memiliki harapan yang realistik terha-
Kepercayaan diri adalah sikap posi- dap diri sendiri, sehingga ketika harap-
tif seorang individu yang memam- an itu tidak terwujud, ia tetap mampu
pukan dirinya untuk mengembangkan melihat sisi positif dirinya dan situasi
penilaian positif baik terhadap diri sen- yang terjadi.
diri maupun terhadap lingkungan/situ- Membangun semangat belajar tidak
asi yang dihadapinya. Hal ini bukan mudah karena banyak faktor yang me-
berarti bahwa individu tersebut mam- nurunkan motivasi belajar. Oleh karena
pu dan kompeten melakukan segala se- itu, pendidikan perlu untuk memoti-
suatu seorang diri, alias “sakti”. Rasa vasi semangat belajar dengan cara (Suk-
percaya diri yang tinggi sebenarnya mana, 2008:2) memberi motivasi;
hanya merujuk pada adanya beberapa menjelaskan tujuan belajar; menjelas-
aspek dari kehidupan individu tersebut kan manfaat belajar dan memberi ke-
dimana ia merasa memiliki kompetensi, sempatan belajar; menciptakan suasana
yakin, mampu dan percaya bahwa dia bersaing; mencukupi sarana belajar;
bisa – karena didukung oleh pengalam- memberi contoh dan memberikan ha-
an, potensi aktual, prestasi serta harap- diah dan memberi hadiah. Dalam kehi-
an yang realistik terhadap diri sendiri. dupan keluarga, sekolah dan masya-
Beberapa ciri atau karakteristik indivi- rakat perlu dibangun sebuah konunitas
du yang mempunyai rasa percaya diri manusia pembelajar yang selalu termo-
yang proporsional, di antaranya menu- tivasi untuk menjadikan belajar sebagai
bagian dari dinamika kehidupannya dan golongan mereka, bahwa tidak ada
yang tak pernah berhenti. “Life long bangsa Indonesia yang sejahtera, berke-
education” perlu dibangun dalam pikir- adilan dan bermartabat di masa depan
an semua orang Indonesia yang sudah tanpa kemampuan untuk bersatu dan
tentu harus didukung oleh negara de- maju bersama dalam kebhinekaan, tan-
ngan memberikan kesempatan bagi se- pa kejujuran, tanpa kepercayaan diri,
mua orang untuk benar-benar dapat be- tanpa belajar dan tanpa kerja keras.
lajar sampai ke jenjang pendidikan Lebih khusus, lagi lima karakter yang
yang tertinggi. Semangat belajar tidak paling dasar yang dibutuhkan untuk
cukup sebagai “slogan”, tetapi yang ter- menghela kemajuan dan kemakmuran
penting adalah dibangun “conditioning” bangsa Indonesia yakni (Raka, 2007).
bagi semua orang untuk senang dan Membangun dan menguatkan kesa-
bersemangat untuk belajar. daran mengenai akan habisnya dan
Semangat bekerja menjadi modal rusaknya sumber daya alam di Indo-
penting bagi pembangunan perekono- neia.
mian bangsa ini. Melalui etos kerja da- Membangun dan menguatkan kesa-
pat dibangun sebuah “spirit” untuk daran serta keyakinan bahwa tidak
mengembangkan dinamika ekonomi ada keberhasilan sejati di luar kebi-
melalui berbagai cara-cara yang kreatif jakan.
dan inovatif dalam persaingan industri Membangun kesadaran dan keyakin-
dunia. Bangsa Indonesia sudah waktu- an bahwa kebhinekaan sebagai hal
nya menanamkan etos kerja melalui “ yang kodrati dan sumber kemajuan.
spirit kewirausahaan” sehingga setiap Membangun kesadaran an menguat-
orang mempunyai peran untuk berkre- kan kayakinan bahwa tidak ada mar-
asi dan berusaha kreatif dalam mem- tabat yang dapat dibangun dengan
perbaiki perekonomian yang semakin menadahkan tangan.
melemah dalam persaingan global. Menumbuhkan kebanggaan berkon-
Sosialisasi ke lima jenis karakter ini tribusi.
hendaknya menjadi tema pembangun- Kelima modal diatas sudah saatnya
an pada tataran nasional dan tidak ha- menjadi “spirit” bagi bangsa Indonesia
nya pada tataran individual saja . Oleh dalam menghadapi tantangan globalisa-
karena itu penerapan pendidikan siyang telah membawa pada kelemahan
karakter bersifat holistik dan konteks- dan kehancuran tatanan nilai , sehingga
tual pada masing-masing tataran kehi- terbangun kembali semangat juang dan
dupan harus disosialisaskan. Hal ini se- nasionalisme baru yang sangat dibu-
pendapat dengan pemikiran Gede Raka tuhkan untuk bangun dari keterpuruk-
bahwa dalam seluruh substansi, proses, an. Saat ini , tidak cukup dengan modal
dan iklim pendidikan di Indonesia, se- ekonomi yang selalu diperjuangkan
cara langsung atau tidak langsung hen- oleh negara untuk tetap dapat bertahan
daknya menyampaikan peran yang je- dalam mempertahankan keberlang-
las kepada setiap warga Indonesia, apa- sungan kehidupan masyarakatnya, te-
pun latar belakang suku, agama, ras tapi yang lebih utama adalah meng-
Cakrawala Pendidikan, Mei 2010, Th. XXIX, Edisi Khusus Dies Natalis UNY
51
kuatkan modal sosial, modal budaya tekstual terkait dengan nilai-nilai pokok
dan modal intelektual, bahkan modal yang diperlukan untuk membentuk ke-
maya yang akan mengkuatkan kekuat- kuatan karakter bangsa mulai diinter-
an modal ekonomi bangsa ini. Saat ini nalisasikan pada semua tataran nasya-
kehidupan kesejahteraan rakyat masih rakat. Dengan pendekatan yang holistik
jauh dari standar kehidupan masyara- dan kontestual dapat membentuk
kat modern, oleh karenanya sudah sa- orang-orang yang berkarakter dalam
atnya bangsa ini mencermati kembali semua tataran kehidupan. Sebagaimana
kekuatan nilai-nilai kehidupan yang dijelaskan oleh Thomas Lickona (1991)
cenderung materialistik, ke arah pe- mendefinisikan orang yang berkarakter
ngembangan nilai-nilai kehiduapan sebagai sifat alami seseorang dalam me-
yang lebih bermakna. respons situasi secara bermoral, yang
dimanifestasikan dalam tindakan nyata
PENDIDIKAN KARAKTER SECARA melalui tingkah laku yang bak, jujur,
HOLISTIK DAN KONTESKTUAL bertanggung jawab, menghormati
Sebagaimana telah dipaparkan se- orang lain serta karakter mulia lainnya.
belumnya, bahwa masalah krisis karak- Seperti yang diungkapkan Aristoteles
ter sudah bersifat struktural, maka pen- bahwa karakteristik itu erat kaitannya
didikan karakter harus dilakukan se- dengan habit atau kebiasaan yang dila-
cara holistik dan kontekstual. Secara kukan secara terus -menerus. Jadi kon-
struktural artinya membangun karakter sep yang dibangun dari model ini ada-
bangsa Indonesia dimulai dari keluar- lah habit of the mind, habit of the heart dan
ga, sekolah, masyarakat dan negara. habit of the hands (Ratna, 2005:1). Secara
Adapun model yang dikembangkan sederhana deskripsi tentang pendekat-
adalah usaha untuk melakukan pendi- an holistik dan kontekstual dalam pen-
dikan karakter secara holistik yang me- didikan karakter dapat digambarkan
libatkan aspek “knowledge, felling, loving, sebagai berikut.
dan acting” (Ratna, 2005:2). Aspek kon-
Negara
(Pemerintah)
Masyarakat
Sekolah
Keluarga
Kejujuran
Percaya Diri
Apresiasi terhadap Kebhinekaan
Semangat Belajar, Semangat Kerja
Gambar 1. Pendekatan Holistik dan Kontekstual dalam Pendidikan Karakter
Cakrawala Pendidikan, Mei 2010, Th. XXIX, Edisi Khusus Dies Natalis UNY
53
rasi muda yang berkarakter sesuai UU maka titik awalnya adalah trasformasi
Guru dan Dosen, UU No. 14 Tahun guru atau transformasi pendidikan.
2005, guru didefinisikan sebagai pen- Sebagai agen tranformasi, guru dan
didik profesional dengan tugas utama dosen diharapkan memahami dan me-
mendidik, mengajar, membimbing, me- nerapkan sebelas prinsip yang minimal
ngarahkan, melatih, menilai, dan meng- diperlukan dalam pendidikan karakter,
evaluasi peserta didik pada pendidikan yang kemudian disosialisasikan dengan
anak usia dini jalur pendidikan formal, integrated learning dalam proses pembe-
pendidikan dasar, dan pendidikan me- lajaran. Nilai-nilai yang dibutuhkan da-
nengah. Lebih jauh Slavin (1994) men- lam pendidikan karakter sebaiknya su-
jelaskan secara umum bahwa performa dah menyatu dalam diri seorang pen-
mengajar guru meliputi aspek kemam- didik, hal ini dimaksudkan agar sebagai
puan kognitif, keterampilan profesional seorang pendidik memiliki keyakinan
dan keterampilan sosial. Di samping baru, bahwa dalam dirinya sangat di-
itu, Borich (1990) menyebutkan bahwa tuntut untuk menjadi orang yang me-
perilaku mengajar guru yang baik da- miliki karakter yang kuat, sehingga da-
lam proses belajar-mengajar di kelas da- lam proses transformasi kepada anak
pat ditandai dengan adanya kemampu- didik dapat menjadi “model” atau “te-
an penguasaan materi pelajaran, ke- ladan” sebagai orang yang memiliki ka-
mampuan penyampaian materi pelajar- rakter. Ibaratnya pendidik adalah se-
an, keterampilan pengelolaan kelas, ke- buah “lilin”, maka pendidik akan gagal
disiplinan, antusiasme, kepedulian, dan menyalakan “lilin orang lain/anak di-
keramahan, guru terhadap siswa. dik”. Artinya, pendidik akan meng-
Dalam menghadapi tantangan glo- alami kesulitan membentuk generasi
bal, guru atau pendidik menjadi agen yang berkarakter, jika pendidik belum
transformasi. Dalam proses transforma- menjadi manusia berkarakter juga. As-
si melalui pendidikan formal di seko- pek lain yang perlu dimiliki oleh se-
lah, guru atau dosen memegang peran orang pendidik adalah tetap mengajar-
yang sangat penting. Menurut Gede kan nilai-nilai penting yang dibutuhkan
Raka, prestasi guru atau dosen dilihat dalam proses pendidikan, yakni care
dari keberhasilannya dalam membantu (kasih sayang), respect (saling menghor-
para peserta didik mentrasformasikan mati), responsible (bertanggung jawab),
diri ke tingkat kualitas pribadi yang le- integrity (integritas), harmony (keseim-
bih tinggi atau lebih baik. Hal ini di- bangan), resilience (daya tahan atau tang-
maknai bahwa guru dan dosen tidak guh), creativity (kreativitas), dan lain-
hanya sebagai agen transformasi pada lain.
tatanan individu atau peserta didik, Profil guru dan dosen transforma-
namun juga secara bersama-sama dapat sional menurut Raka (2006:2), yakni
berperan sangat besar dalam sebuah pendidik yang memiliki ciri-ciri: dapat
transformasi sebuah masyarakat atau melihat pekerjaan sebagai guru atau
bangsa. Artinya, titik awal dalam trans- dosen sebagai panggilan; tidak meman-
formasi pembentukan karakter bangsa, dang siswa atau mahasiswa sebagai de-
retan gelas kosong, tetapi bibit-bibit de- tuan melalui radio. Mereka dalam ke-
ngan potensi keunggulan yang bera- terbatasannya, memanfaatkan secara
gam; melihat inti dan fungsi pendidik- cerdas dan arif teknologi yang ada pada
an adalah mengembangkan potensi in- saat itu untuk membangun karakter
sani untuk kehidupan yang lebih ber- bangsa, terutama sekali: kepercayaan di-
makna; memandang sekolah sebagai ri bangsa, keberanian, kesediaan berkor-
komunitas belajar , bukan mesin; penuh ban, dan rasa persatuan. Sayangnya ke-
kepedulian; apresiatif; pembelajar pri- cerdasan dan kearifan yang telah ditun-
ma; berintegritas. jukkan generasi pejuang kemerdekaan
Gambaran tentang kualitas guru dalam memanfaatkan media massa un-
atau dosen transformasional bukan pe- tuk kepentingan bangsa makin sulit ki-
kerjaan yang sulit untuk dilakukan ta temukan sekarang. Sebagaimana di-
oleh seorang pendidik. Jika dalam diri paparkan oleh Gede Raka berikut.
pendidik muncul suatu kesadaran yang Media massa sekarang memakai
kuat untuk berkembang menjadi pri- teknologi yang makin lama makin
badi yang berkarakter kuat yang sangat canggih. Namun tanpa kecerdasan dan
dibutuhkan oleh bangsa ini dalam kearifan, media massa yang didukung
menghasilkan generasi yang bermarta- teknologi canggih tersebut justru akan
bat dan berkarakter. melemahkan atau merusak karakter
bangsa. Saya tidak ragu mengatakan,
PERAN MASYARAKAT DAN ME- media elektronik di Indonesia, khusus-
DIA MASSA DALAM PENDIDIKAN nya televisi, sekarang ini kontribusinya
KARAKTER ‘nihil’ dalam pembangunan karakter
Dalam era kemajuan teknologi in- karakter bangsa. Saya tidak bermaksud
formasi dan telekomunikasi sekarang untuk mengatakan bahwa tidak ada
ini, salah satu faktor yang berpengaruh program televisi yang baik. Namun se-
sangat besar dalam pembangunan atau bagian besar program televisi justru le-
sebaliknya juga perusak karakter ma- bih menonjolkan karakter buruk dari-
syarakat atau bangsa adalah media pada karakter baik. Seringkali penga-
massa, khususnya media eletronik, de- ruh lingkungan keluarga yang baik jus-
ngan pelaku utamanya adalah televisi. tru dirusak oleh siaran media televisi.
Sebenarnya, besarnya peran media, khu- Di keluarga, anak-anak dididik untuk
susnya media cetak dan radio, dalam menghindari kekerasan, namun acara
pembangunan karakter bangsa telah di- TV justru penuh dengan adegan keke-
buktikan secara nyata oleh para pe- rasan. Di rumah, anak dididik untuk hi-
juang kemerdekaan. Bung Karno, Bung dup sederhana, namun acara sinetron
Hatta, Ki Hajar Dewantoro, melakukan di televisi Indonesia justru memamer-
pendidikan bangsa untuk menguatkan kan kemewahan. Di rumah anak-anak
karakter bangsa melalui tulisan-tulisan dididik untuk hidup jujur, namun ta-
di surat kabar waktu itu. Bung Karno yangan di televisi Indonesia justru se-
dan Bung Tomo mengobarkan sema- cara tidak langsung menunjukkan ‘ke-
ngat perjuangan, keberanian dan persa- pahlawanan’ tokoh-tokoh yang justru
Cakrawala Pendidikan, Mei 2010, Th. XXIX, Edisi Khusus Dies Natalis UNY
55
di mata publik dianggap ‘kasar’ atau daripada itu, sangat dibutuhkan (ke-
‘pangeran-pangeran’ koruptor. Para gu- kuatan) peran serta masyarakat dalam
ru agama mengajarkan bahwa membi- mengontrol media massatersebut (Raka,
carakan keburukan orang lain dan ber- 2007).
gosip itu tidak baik, namun acara tele- Dari pengaruh media massa terse-
visi, khususnya infotainment, penuh de- but, maka ke depan perlu dipikirkan
ngan gosip. Bapak dan ibu guru di se- kembali fungsi media massa sebagai
kolah mendidik para murid untuk ber- media edukasi yang memiliki cultural of
perilaku santun, namun suasana seko- power dalam membangun masyarakat
lah di sinetron Indonesia banyak me- yang berkarakter karena efek media
nonjolkan perilaku yang justru tidak massa sangat kuat dalam membentuk
santun dan melecehkan guru. Secara pola pikir dan pola perilaku masya-
umum, banyak tanyangan di televisi In- rakat. Prinsip-prinsip dalam pendidik-
donesia, justru ‘membongkar’ anjuran an karakter perlu diinternalisasikan da-
berperilaku baik yang ditanamkan di lam program-program yang ditanyakan
rumah oleh orang tua dan oleh para oleh media massa, sebagai bentuk tang-
guru di sekolah (Raka, 2007:4). gung jawab bersama dalam mengatasi
Media massa berperan ganda. Di krisis karakter bangsa. Pengelola media
satu sisi memutarkan iklan-iklan layan- massa perlu untuk mengembangkan
an masyarakat atau iklan yang menyen- dirinya sebagai “agen perubahan” yang
tuh hati, di sisi lain menyiarkan acara/ mimiliki jiwa yang berkarakter, sehing-
sinetron yang justru malah menampil- ga seni dan karya yang dihasilkan dan
kan hal-hal negatif, yang akhirnya bu- ditayangkan akan sarat dengan nilai-
kannya dijauhi, malah ditiru oleh para nilai kebajikan, nilai-nilai kemanusiaan,
penontonnya. Media media harus di- nilai-nilai humanis-religius dan dijauh-
kontrol oleh negara. Negara memiliki kan dari tayangan yang merusak moral
kewajiban untuk mengontrol segala ak- bangsa, dan “virus-virus” yang mele-
tivitas media, agar sesuai dengan tuju- mahkan etos dan budaya kerja .
an negara itu sendiri. Perangkat hukum-
nya harus jelas dan adil. Indonesia sen- PERAN NEGARA DALAM PENDI-
diri mempunyai Depkominfo, tapi ha- DIKAN KARAKTER
nya sekedar mengatur kebijakan fre- Pembangunan karakter tidak hanya
kuensi, hak siar, dsb. Lebih khusus lagi, untuk sebuah idealisme namun hal ini
ada KPI (Komisi Penyiaran Indonesia), juga hendaknya memiliki makna nyata
yang dibentuk lebih independen, na- dalam membangun kesejahteraan hi-
mun diakui pemerintah. KPI diharap- dup bangsa Indonesia. Pembangunan
kan dapat memfilter aktivitas media karakter pada tataran individu dan ta-
(terutama televisi) agar sesuai dengan taran masyarakat luas perlu dikuatkan
tujuan negara, norma, kebudayaan, agar bangsa Indonesia lebih mampu
adat, dan tentunya agama. Namun sam- cepat meningkatkan kesejahteraan ma-
pai saat ini, KPI dirasa masih cukup le- syarakat Indonesia (Raka, 2007:1).
mah dalam bertindak (memfilter), maka
Karakter yang perlu diperbaiki ada- diknas Nomor 20 Tahun 2003. Kuri-
lah kedisiplinan. Bangsa Indonesia te- kulum disusun sesuai dengan jenjang
lah dikenal dengan bangsa dengan jam pendidikan dalam kerangka Negara
karetnya, jika tidak terlambat maka di- Kesatuan Republik Indonesia dengan
anggap bukan orang Indonesia. Disip- memperhatikan:,peningkatan iman dan
lin nasional perlu digalakkan dengan takwa; peningkatan akhlak mulia; pe-
sungguh-sungguh dalam upaya mewu- ningkatan potensi daerah dan lingkung-
judkan masyarakat, bangsa, negara an; tuntutan pembangunan daerah dan
yang bercita-cita luhur. Disiplin bertu- nasional; tuntutan dunia kerja; perkem-
juan memperbaiki tingkah laku dan bangan ilmu pengetahuan, teknologi,
moral bagi seluruh manusia yang ting- dan seni; agama; dinamika perkem-
gal di Indonesia, baik bagi kalangan bangan global; dan persatuan nasional
akademisi dan juga para pelaku bisnis dan nilai-nilai kebangsaan.
di Indonesia. Pengertian disiplin adalah Kekuatan untuk menjalankan ama-
disiplin kerja, disiplin cara hidup sehat, nah UU sangat ditentukan oleh kekuat-
disiplin berlalu-lintas, sanitasi, pelesta- an hukum. Hal ini membawa konse-
rian lingkungan. kuensi bahwa pembangunan karakter
Disiplin nasional berhasil jika indi- bangsa ini sangat ditentukan oleh peri-
vidu melaksanakan disiplin tersebut de- laku penegak hukum sebagai penjaga
ngan kesungguhan hati dan memahami ketertiban dan ketentraman dalam ke-
bahwa disiplin diri merupakan cikal hidupan berbangsa dan bernegara un-
bakal untuk disiplin nasional. Dengan tuk tujuan kesejahteraan, keadilan ma-
demikian, dengan adanya pendidikan syarakat, ketentraman masyarakat.
karakter, budaya dan moral bukan ha- Oleh karena itu, para penegak hukum
nya generasi yang telah menjadi guru, haruslah dipegang oleh orang-orang
tetapi juga setiap anak, pemuda, dan yang berkarakter kuat, demikian juga
orang dewasa yang ada di Indonesia para elite politik, birokrat, teknokrat
dapat melaksanakannya dengan sebaik- yang menjadi menjalankan semua ama-
baiknya. Melalui pendidikan karakter, nah UUD 45 pun haruslah orang-orang
pendidikan budaya, dan pendidikan terplih karena memiliki karakter yang
moral akan menghasilkan watak dan kuat dan tangguh sebagai pemimpin
manusia Indonesia yang seutuhnya. Di rakyat. Dengan demikian, kedudukan
satu sisi, pihak pemerintah berusaha mereka benar-benar kuat sebagai “pe-
dengan gigih untuk memberikan tela- juang bangsa” yang selalu ingin mem-
dan bagi warga masyarakat (Raka, 2007: bawa bangsa ini pada kemajuan dan
3). kesejahteraan.
Negara memiliki tanggung jawab Negara Indonesia sudah saatnya di-
moral untuk melakukan pendidikan ka- pimimpin oleh pemerintahan yang baik
rakter, budaya, dan moral bangsa Indo- yang mampu mengembangkan Good
nesia. Hal ini seuai dengan prinsip su- Corporate Governance yang harus me-
dah ditetapkan baik dalam UUD 1945 numbuhkan nilai-nilai dengan komit-
maupun dalam Undang-Undang Sis- men yang tinggi seperti halnya: trans-
Cakrawala Pendidikan, Mei 2010, Th. XXIX, Edisi Khusus Dies Natalis UNY
57
Raksa, Teguh Yoga. 2009. Arti Kejujur- ______. 2009. Pendidikan Karakter. Yog-
an, Wisdom from Expert. Rabu, 1 yakarta: UNY Press.
Juli 2009.
Cakrawala Pendidikan, Mei 2010, Th. XXIX, Edisi Khusus Dies Natalis UNY