Professional Documents
Culture Documents
S1 STAR-BPKP BATCH 2
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-
Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan modul akuntansi forensik ini. Terima kasih
sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada Bapak Dosen Dr. H. Arifuddin, S.E., M.Si., Ak.
CA yang telah memberikan bimbingan dan pembelajaran komprehensif kepada penulis.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat menambah wawasan dan memperluas ilmu
tentang akuntansi sektor publik yang penulis sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai
sumber, khususnya akuntansi pemerintahan. Kami berharap makalah ini dapat membantu
mahasiswa dalam mempelajari dan memahami konsep dan implementasi dari akuntansi
sektor publik secara lebih mendalam sehingga memberikan manfaat dan kontribusi bagi
perkembangan ilmu akuntansi sektor publik.
Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan
jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada
sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
4. Penyajian dan Pengungkapan .............................................................................. 16
F. PENYISIHAN DAN PENGHENTIAN PENGAKUAN PIUTANG ................................. 18
1. Penyisihan Piutang Tidak Tertagih........................................................................ 18
2. Penghentian Pengakuan Piutang.......................................................................... 20
BAB III PENUTUP.............................................................................................................. 22
A. KESIMPULAN .......................................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................ 23
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Peraturan Pemerintah No. 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan,
yang berbasis akrual, mengatur bahwa pendapatan diakui pada saat timbulnya hak atas
pendapatan tersebut atau ada aliran masuk sumber daya ekonomi dan beban diakui pada
saat timbulnya kewajiban, terjadinya konsumsi aset atau terjadinya penurunan manfaat
ekonomi atau potensi jasa sedangkan belanja diakui berdasarkan terjadinya pengeluaran dari
rekening Kas Umum Negara/Daerah atau entitas pelaporan.
Salah satu pos yang penting di Neraca adalah piutang, dimana pada tanggal laporan
keuangan, apabila terdapat hak pemerintah untuk menagih, harus dicatat sebagai
penambahan aset pemerintah berupa piutang.
Definisi aset menurut PSAP 01 tentang Penyajian Laporan Keuangan, adalah sumber
daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh pemerintah sebagai akibat dari peristiwa
masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat
diperoleh, baik oleh pemerintah maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang,
termasuk sumber daya nonkeuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa bagi
masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang dipelihara karena alasan sejarah dan
budaya. Selanjutnya khusus mengenai piutang, pada paragraf 49 PSAP 01, dinyatakan
bahwa Neraca mencantumkan sekurang-kurangnya piutang pajak dan bukan pajak.
Dalam praktik banyak peristiwa yang menyebabkan timbulnya piutang, yang merupakan
salah satu aset penambah kekayaan bersih pemerintah. Hak pemerintah ini tidak hanya
terbatas pada piutang pajak dan bukan pajak, tetapi juga sumber daya ekonomi lain akibat
peristiwa-peristiwa masa lalu yang menimbulkan hak pemerintah, yang akan dijabarkan lebih
lanjut dalam Bultek ini.
IPSAS menyatakan bahwa secara substansi suatu transaksi pendapatan terbagi
menjadi dua golongan besar, yaitu pendapatan dari pertukaran (Revenue from Exchange
Transaction-IPSAS 9) dan pendapatan dari transaksi non pertukaran (Revenue from Non-
Exchange Transaction-IPSAS 23). Transaksi pertukaran menyebabkan entitas menerima
barang dan jasa, atau pengurangan utang dengan memberi nilai setara atau hampir setara
barang, jasa atau penggunaan aset entitas, misalnya transaksi pembelian-penjualan barang
atau jasa, dan sewa fasilitas bangunan atau sarana. Penyediaan jasa terkait kinerja yang
disepakati untuk suatu periode waktu tertentu, suatu peristiwa, periode, lintas periode,
misalnya jasa layanan yang menghasilkan pendapatan fasilitas air dan jalan tol. Transaksi
non pertukaran (non exchange transaction) terjadi karena suatu entitas menerima suatu
1
barang/jasa atau nilai tertentu tanpa langsung memberikan suatu nilai yang setara. Termasuk
dalam transaksi non pertukaran ini misalnya: pendapatan akibat penggunaan kekuasaan,
misalnya pajak langsung atau tak langsung, bea meterai, denda, sumbangan, dan donasi.
Peristiwa atau transaksi lain yang menimbulkan hak pemerintah untuk menagih, antara
lain timbul dari perikatan misalnya transaksi pemberian pinjaman oleh pemerintah, jual beli
atau pertukaran, kemitraan, dan pemberian jasa-jasa yang telah dilakukan pemerintah.
Peristiwa lainnya adalah berkaitan dengan timbulnya hak tagih dalam hal terjadi kerugian
negara maupun putusan pengadilan.
Selanjutnya juga perlu diberikan pedoman terhadap pengakuan timbulnya hak tagih
atas pungutan pendapatan negara/daerah, perikatan, tuntutan ganti rugi serta akibat
keputusan pengadilan. Selama ini dikenal pengakuan dan pencatatan piutang berdasarkan
nilai nominal saja, tanpa memperhitungkan kolektibilitas sesuai dengan sifat dan karakteristik
debitur. Hal tersebut akan menimbulkan kerugian moril bagi bangsa dan negara (moral
hazard) yang tinggi atas akuntansi piutang, karena dapat menimbulkan adanya hak
pemerintah untuk menagih, yang tidak dilaporkan atau yang disalahgunakan
Dengan memperhatikan latar belakang di atas, maka dirasakan perlunya makalah
tentang Piutang dan Penyisihan Piutang, untuk memberikan panduan agar terdapat
kesamaan pemahaman tentang cara mengindentifikasi, mengukur, dan menyajikan pos
piutang, baik oleh penyusun laporan, pengguna laporan, dan institusi yang melakukan audit
atas Laporan Keuangan pemerintah.
B. RUANG LINGKUP
Makalah Akuntansi Piutang ini secara khusus mempelajari akuntansi piutang dalam
penerapan akuntansi berbasis akrual, serta peristiwa yang menimbulkan piutang. Piutang
diklasifikasikan berdasarkan pungutan, perikatan, tuntutan ganti rugi, dan penghentian
pengakuan piutang.
C. TUJUAN
Makalah ini bertujuan untuk membantu mahasiswa dalam proses pembelajaran
mengenai akuntansi piutang pada umumnya, khususnya dalam proses mengakui, mengukur,
menyajikan, dan mengungkapkan piutang dan peristiwa/kejadian/transaksi yang
mempengaruhi piutang dalam laporan keuangan pemerintah.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. GAMBARAN UMUM
1. Definisi Piutang
Piutang salah satu aset yang cukup penting bagi pemerintah daerah, baik dari sudut
pandang potensi kemanfaatannya maupun dari sudutpandang akuntabilitasnya. Semua
standar akuntansi menempatkan piutang sebagai aset yang penting dan memiliki karakteristik
tersendiri baik dalam pengakuan, pengukuran maupun pengungkapannya.
Buletin Teknis SAP Nomor 02 tahun 2005 menyatakan piutang adalah hak pemerintah
untuk menerima pembayaran dari entitas lain termasuk wajib pajak/bayar atas kegiatan yang
dilaksanakan oleh pemerintah. Hal ini senada dengan berbagai teori yang mengungkapkan
bahwa piutang adalah manfaat masa depan yang diakui pada saat ini.
Penyisihan piutang tak tertagih adalah taksiran nilai piutang yang kemungkinan tidak
dapat diterima pembayarannya dimasa akan datang dari seseorang dan/atau korporasi
dan/atau entitas lain. Nilai penyisihan piutang tak tertagih tidak bersifat akumulatif tetapi
diterapkan setiap akhir periode anggaran sesuai perkembangan kualitas piutang.Penilaian
kualitas piutang untuk penyisihan piutang tak tertagih dihitung berdasarkan kualitas umur
piutang, jenis/karakteristik piutang, dan diterapkan dengan melakukan modifikasi tertentu
tergantung kondisi dari debitornya. Mekanisme perhitungan dan penyisihan saldo piutang
yang mungkin tidak dapat ditagih, merupakan upaya untuk menilai kualitas piutang.
2. Pengukuran
Pengukuran piutang pendapatan adalah sebagai berikut:
1) disajikan sebesar nilai yang belum dilunasi sampai dengan tanggal pelaporan dari
setiap tagihan yang ditetapkan berdasarkan surat ketetapan kurang bayar yang
diterbitkan; atau
2) disajikan sebesar nilai yang belum dilunasi sampai dengan tanggal pelaporan dari
setiap tagihan yang telah ditetapkan terutang oleh Pengadilan Pajak untuk Wajib Pajak
(WP) yang mengajukan banding; atau
3) disajikan sebesar nilai yang belum dilunasi sampai dengan tanggal pelaporan dari
setiap tagihan yang masih proses banding atas keberatan dan belum ditetapkan oleh
majelis tuntutan ganti rugi.
Piutang pendapatan diakui setelah diterbitkan surat tagihan dan dicatat sebesar nilai
nominal yang tercantum dalam tagihan. Secara umum unsur utama piutang karena ketentuan
perundang-undangan ini adalah potensi pendapatan. Artinya piutang ini terjadi karena
3
pendapatan yang belum disetor ke kas daerah oleh wajib setor. Oleh karena setiap tagihan
oleh pemerintah wajib ada keputusan, maka jumlah piutang yang menjadi hak pemerintah
daerah sebesar nilai yang tercantum dalam keputusan atas penagihan yang bersangkutan.
3. Pengakuan
Piutang diakui saat timbul klaim/hak untuk menagih uang atau manfaat ekonomi lainnya
kepada entitas lain. Piutang dapat diakui ketika:
diterbitkan surat ketetapan/dokumen yang sah; atau
telah diterbitkan surat penagihan dan telah dilaksanakan penagihan; atau
belum dilunasi sampai dengan akhir periode pelaporan.
Peristiwa-peristiwa yang menimbulkan hak tagih, yaitu peristiwa yang timbul dari
pemberian pinjaman, penjualan, kemitraan, dan pemberian fasilitas/jasa, diakui sebagai
piutang dan dicatat sebagai aset di neraca, apabila memenuhi kriteria:
1) harus didukung dengan naskah perjanjian yang menyatakan hak dan kewajiban
secara jelas;
2) jumlah piutang dapat diukur;
3) telah diterbitkan surat penagihan dan telah dilaksanakan penagihan; dan
4) belum dilunasi sampai dengan akhir periode pelaporan.
4. Penilaian
Piutang disajikan sebesar nilai bersih yang dapat direalisasikan (net realizable value).
Nilai bersih yang dapat direalisasikan adalah selisih antara nilai nominal piutang dengan
penyisihan piutang.
Penggolongan kualitas piutang merupakan salah satu dasar untuk menentukan besaran
tarif penyisihan piutang. Penilaian kualitas piutang dilakukan dengan mempertimbangkan
jatuh tempo/umur piutang dan perkembangan upaya penagihan yang dilakukan oleh
pemerintah daerah. Kualitas piutang didasarkan pada kondisi piutangpada tanggal pelaporan.
Dasar yang digunakan untuk menghitung penyisihan piutang adalah kualitas piutang.
Kualitas piutang dikelompokkan menjadi 4 (empat) dengan klasifikasi sebagai berikut:
1) Kualitas Piutang Lancar;
2) Kualitas Piutang Kurang Lancar;
3) Kualitas Piutang Diragukan;
4) Kualitas Piutang Macet.
4
5. Penyajian
Piutang disajikan sebagai bagian dari Aset Lancar. Berikut adalah contoh penyajian
piutang dalam Neraca Pemerintah Daerah.
6. Pengungkapan
Piutang disajikan dan diungkapkan secara memadai. Informasi mengenai akun piutang
diungkapkan secara cukup dalam Catatan Atas Laporan Keuangan. Informasi dimaksud
dapat berupa:
1) kebijakan akuntansi yang digunakan dalam penilaian, pengakuan dan pengukuran
piutang;
2) rincian jenis-jenis, saldo menurut umur untuk mengetahui tingkat kolektibilitasnya;
3) penjelasan atas penyelesaian piutang;
4) jaminan atau sita jaminan jika ada.
Khusus untuk tuntutan ganti rugi/tuntutan perbendaharaan juga harus diungkapkan
piutang yang masih dalam proses penyelesaian, baik melalui cara damai maupun pengadilan.
Penghapusbukuan piutang harus diungkapkan secara cukup dalam Catatan atas
Laporan Keuangan agar lebih informatif. Informasi yang perlu diungkapkan misalnya jenis
piutang, nama debitur, nilai piutang, nomor dan tanggal keputusan penghapusan piutang,
dasar pertimbangan penghapusbukuan dan penjelasan lainnya yang dianggap perlu.
5
2. Perikatan
a. Pemberian Pinjaman
b. Jual Beli
c. Kemitraan
d. Imbalan Fasilitas/Jasa
3. Kerugian Negara/Daerah
Piutang atas kerugian Negara/Daerah sering disebut sebagai piutang Tuntutan Ganti
Rugi (TGR) dan Tuntutan Perbendaharaan (TP).
6
Piutang atas pajak-pajak tersebut di atas dapat timbul karena tunggakan pajak yang
belum dilunasi oleh WP. Selanjutnya kekurangan bayar itu diwujudkan dengan terbitnya Surat
Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar (SKPDKB).
Surat ketetapan ini merupakan surat ketetapan pajak yang menentukan besarnya
jumlah pokok pajak, jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan pembayaran pokok pajak,
besarnya sanksi administrasi, dan jumlah yang masih harus dibayar
3) Piutang Pajak Daerah Pemerintah Kapubaten/Kota
a) Pajak Hotel;
b) Pajak Restoran;
c) Pajak Hiburan;
d) Pajak Reklame;
e) Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan;
f) Pajak Parkir;
g) Pajak Air Tanah;
h) Pajak Sarang Burung Walet;
i) Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan;
j) Pajak Penerangan Jalan;
k) Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.
b. Piutang PNBP
1) Penerimaan Sumber Daya Alam, antara lain:
a) Pendapatan Minyak bumi
b) Pendapatan Gas Bumi
c) Pendapatan Pertambangan Umum
d) Pendapatan Kehutanan
e) Pendapatan Perikanan
f) Pendapatan Pertambangan Panas Bumi
2) Pendapatan Bagian Laba BUMN:
Pendapatan Bagian Pemerintah atas Laba BUMN
3) Pendapatan PNBP Lainnya, antara lain:
a) Pendapatan dari pengelolaan BMN serta Pendapatan dari Penjualan
b) Pendapatan Jasa
c) Pendapatan Bunga
d) Pendapatan Kejaksaan dan Peradilan
e) Pendapatan Pendidikan
f) Pendapatan Gratifikasi dan Uang Sitaan Hasil Korupsi
g) Pendapatan Iuran dan Denda
7
h) Pendapatan Lain-lain.
4) Pendapatan Badan Layanan Umum (BLU), antara lain:
a) Pendapatan Jasa Layanan Umum
b) Pendapatan Hasil Kerjasama BLU
c) Pendapatan BLU Lainnya
Piutang PNBP timbul atas penetapan PNBP yang belum dilunasi.
c. Piutang Retribusi
1) Jasa Umum;
2) Jasa Usaha;
3) Perizinan Tertentu.
d. Piutang Pendapatan Asli Daerah Lainnya
Piutang karena potensi PAD lainnya dapat terdiri dari hasil pengelolaan kekayaan yang
dipisahkan seperti bagian laba BUMD dan lain-lain PAD seperti bunga, penjualan aset yang
tidak dipisahkan pengelolaannya, tuntutan ganti rugi, denda, penggunaan aset/pemberian
jasa pemda dan sebagainya. PAD lainnya ini pada umumnya berasal dari hasil perikatan.
8
4. Akuntansi Piutang
a. Piutang pajak ditetapkan sebagaimana dituangkan dalam Surat Ketetapan Pajak
Kurang Bayar (SKPKB) atau Surat Pemberitahuan Kekurangan Pembayaran Bea
Masuk (SPKPBM), atau surat ketetapan yang sejenis;
No Kode Akun Uraian Debit Kredit
xxxxx Piutang Pajak xxx
xxxxx Pendapatan Pajak xxx
b. Piutang PNBP ditetapkan berdasarkan surat tagihan terutang yang ditetapkan oleh
kementerian/lembaga yang bersangkutan;
No Kode Akun Uraian Debit Kredit
xxxxx Piutang PNBP xxx
xxxxx Pendapatan PNBP xxx
c. Piutang Retribusi ditetapkan berdasarkan surat tagihan terutang yang ditetapkan oleh
Pemerintah Daerah yang bersangkutan:
No Kode Akun Uraian Debit Kredit
xxxxx Piutang Retribusi xxx
xxxxx Pendapatan xxx
Retribusi
d. Piutang PAD Lainnya ditetapkan berdasarkan surat tagihan terutang yang
ditetapkan oleh Pemerintah Daerah yang bersangkutan;
No Kode Akun Uraian Debit Kredit
xxxxx Piutang lain-lain PAD yang sah xxx
xxxxx Lain-lain PAD yang sah xxx
9
Piutang PNBP xxx
PEMERINTAH DAERAH
NERACA
PER 31 DESEMBER 20XX
ASET KEWAJIBAN
ASET LANCAR Kewajiban Jangka Pendek xxx
......... Kewajiban Jangka Panjang xxx
Piutang Pajak xxx
ASET TETAP
ASET LAINNYA
10
1. Jenis Piutang Perikatan
Jenis piutang yang timbul berdasarkan perikatan dapat diklasifikasikan menurut
karakteristik perikatan yang dibuat. Jenis-jenis piutang berdasarkan perikatan disajikan
menurut bentuk perikatan yang mendasarinya, yaitu berdasarkan pemberian pinjaman, jual
beli, pemberian jasa, dan kemitraan.
11
a) Tagihan berdasarkan kontrak pemberian pinjaman jangka panjang yang ditetapkan
yaitu:
Jurnal pada Pemerintah Pusat:
No Kode Akun Uraian Debit Kredit
xxxxx Piutang Pemberian Pinjaman Jangka xxx
Panjang
xxxxx Rekening Kas Umum Negara xxx
Jurnal pada Pemerintah Daerah:
No Kode Akun Uraian Debit Kredit
xxxxx Piutang Pemberian Pinjaman Jangka xxx
Panjang
xxxxx Rekening Kas Umum Daerah xxx
12
d) Apabila terdapat perbedaan antara nilai buku dengan penetapan penjualannya
No Kode Akun Uraian Debit Kredit
xxxxx Aset Lainnya – Tagihan Penjualan xxx
Angsuran
xxxxx Akumulasi Penyusutan-Gedung dan xxx
Bangunan
xxxxx Keuntungan Penjualan Aset xxx
b) Tagihan atas Pemberian Fasilitas/Jasa sewa yang ditetapkan dalam kontrak yaitu:
Jurnal untuk Pemerintah Pusat:
No Kode Akun Uraian Debit Kredit
xxxxx Piutang Sewa xxx
xxxxx Pendapatan Negara Bukan Pajak- xxx
LO
Jurnal untuk Pemerintah Daerah:
No Kode Akun Uraian Debit Kredit
xxxxx Piutang Sewa xxx
xxxxx Lain-lain PAD yang sah-LO xxx
13
b. Penyajian Neraca
PEMERINTAH PUSAT
NERACA
PER 31 DESEMBER 20XX
ASET KEWAJIBAN
ASET LANCAR Kewajiban Jangka Pendek xxx
.................. Kewajiban Jangka Panjang xxx
Piutang Pajak xxx
ASET LAINNYA:
Piutang TPA xxx
Piutang TP/TGR xxx
Piutang Jangka Panjang
xxx
Penerusan Pinjaman
Piutang Jangka Panjang Kredit
xxx
Pemerintah
PEMERINTAH DAERAH
NERACA
PER 31 DESEMBER 20XX
ASET KEWAJIBAN
ASET LANCAR Kewajiban Jangka Pendek xxx
.................. Kewajiban Jangka Panjang xxx
Piutang Pajak xxx
14
Bagian Lancar Pemberian xxx
Pinjaman
Bagian Lancar Penjualan
Angsuran
Bagian Lancar Tagihan xxx
Kemitraan
Bagian Lancar Tagihan Sewa xxx
Penyisihan Piutang Tidak (xxx) EKUITAS DANA
Tertagih
Piutang Netto xxx Ekuitas xxx
ASET LAINNYA:
Piutang TPA xxx
Piutang TP/TGR xxx
Piutang Jangka Panjang
xxx
Penerusan Pinjaman
Piutang Jangka Panjang Kredit
xxx
Pemerintah
c. Pengungkapan CALK
Setelah disajikan di neraca, informasi mengenai akun piutang diungkapkan dalam
Catatan atas Laporan Keuangan. Informasi dimaksud dapat berupa:
1) Kebijakan akuntansi yang digunakan dalam penilaian, pengakuan dan pengukuran
seluruh jenis piutang;
2) Rincian jenis-jenis, saldo menurut umur untuk mengetahui tingkat kolektibilitasnya;
3) Penjelasan atas penyelesaian piutang, masih di kementerian negara/lembaga atau
sudah diserahkan penagihannya kepada PUPN.
15
2. Pengakuan Piutang Tuntutan Ganti Rugi/Tuntutan Perbendaharaan
SKTM merupakan surat keterangan tentang pengakuan bahwa kerugian tersebut
menjadi tanggung jawab seseorang dan bersedia mengganti kerugian tersebut. Pengakuan
piutang ini baru dilakukan setelah terdapat surat ketetapan.
16
xxxxx Kas di Bendahara Pengeluaran 25,000,000
xxxxx Piutang Tuntutan 25,000,000
Perbendaharaan
b. Penyajian Neraca
Penyajian tagihan TGR/TP di neraca adalah sebagai berikut:
PEMERINTAH PUSAT
NERACA
PER 31 DESEMBER 20XX
ASET KEWAJIBAN
ASET LANCAR Kewajiban Jangka Pendek xxx
Piutang xxx Kewajiban Jangka Panjang xxx
.............
Bagian Lancar Penjualan xxx
Angsuran
Bagian Lancar TP/TGR xxx
17
Penyisihan Piutang Tidak (xxx) EKUITAS DANA
Tertagih
Piutang Netto xxx Ekuitas Dana xxx
ASET LAINNYA:
Piutang TPA xxx
Piutang TP/TGR xxx
c. Pengungkapan CALK
Di samping disajikan di neraca, informasi mengenai akun piutang diungkapkan dalam
Catatan Atas Laporan Keuangan. Informasi dimaksud dapat berupa:
1) Kebijakan akuntansi yang digunakan dalam penilaian, pengakuan dan pengukuran
tagihan TGR;
2) Rincian jenis-jenis, saldo menurut umur untuk mengetahui tingkat kolektibilitasnya;
3) Penjelasan atas penyelesaian piutang, masih di kementerian negara/lembaga atau
telah diserahkan penagihannya ke PUPN;
4) Tuntutan ganti rugi/perbendaharaan yang masih dalam proses penyelesaian, baik
melalui cara damai maupun pengadilan.
5) Dalam hal terdapat barang/uang yang disita oleh Negara/daerah sebagai jaminan
maka hal ini wajib diungkapkan.
18
Penyisihan dilakukan setiap bulan tetapi pada akhir tahun baru dibebankan. Pencatatan
transaksi penyisihan Piutang dilakukan pada akhir periode pelaporan, apabila masih terdapat
saldo piutang, maka dihitung nilai penyisihan piutang tidak tertagih sesuai dengan kualitas
piutangnya.
Pada tanggal pelaporan berikutnya pemerintah daerah melakukan evaluasi terhadap
perkembangan kualitas piutang yang dimilikinya.Apabila kualitas piutang masih sama, maka
tidak perlu dilakukan jurnal penyesuaian cukup diungkapkan di dalam CaLK. Apabila kualitas
piutang menurun, maka dilakukan penambahan terhadap nilai penyisihan piutang tidak
tertagih sebesar selisih antara angka yang seharusnya disajikan dalam neraca dengan saldo
awal. Sebaliknya, apabila kualitas piutang meningkat misalnya akibat restrukturisasi, maka
dilakukan pengurangan terhadap nilai penyisihan piutang tidak tertagih sebesar selisih antara
angka yang seharusnya disajikan dalam neraca dengan saldo awal.
Ilustrasi berikut disajikan daftar umur piutang (aging-schedul) berdasarkan piutang yang
masih beredar.
Daftar Umur Piutang dan Penyisihan Piutang Tak Tertagih
Per 31 Desember 20xx
Umur Piutang
No Uraian Jumlah
1 s/d 2 tahun 2 s/d 3 tahun > 3 tahun
1 Piutang 5,000,000 2,000,000 1,000,000 8,000,000
% Penyisihan 5% 10 % 20 %
Penyisihan Piutang
250,000 200,000 200,000 650,000
Tak Tertagih
19
Setelah disajikan di neraca, informasi mengenai akun piutang harus diungkapkan dalam
Catatan atas Laporan Keuangan. Informasi dimaksud dapat berupa:
1) Kebijakan akuntansi yang digunakan dalam penilaian, pengakuan, dan pengukuran
piutang;
2) Rincian per jenis saldo menurut umur untuk mengetahui tingkat kolektibilitasnya;
3) Penjelasan atas penyelesaian piutang, masih ada di kementerian negara/lembaga
atau sudah diserahkan pengurusannya kepada PUPN.
NERACA
Tahun 20X1
20
penghapusan piutang tahun 20x2 yang telah disisihkan dan diakui sebagai beban penyisihan
di LO, sebesar Rp 2.000 maka jurnalnya adalah:
1) Jurnal untuk menghapuskan piutang:
No Kode Akun Uraian Debit Kredit
xxxxx Penyisihan Piutang 4,000
xxxxx Piutang 4,000
21
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Piutang adalah hak tagih pemerintah kepada pihak lain yang belum diterima
pembayarannya. Hak tagih tersebut bisa berasal dari kewenangan pemda misalnya untuk
memungut pajak daerah, retribusi daerah, atau hak tagih karena memberikan pinjaman
kepada pihak lain. Jenis Piutang adalah:
1) Piutang Pendapatan adalah piutang atas pendapatan pemerintah yang berupa:
Piutang Pajak;
Piutang restribusi;
Piutang hasil kekayaan daerah yang dipisahkan;
Piutang lain-lain PAD yang sah;
Piutang transfer pemerintah pusat;
Piutang bantuan kekayaan;
Piutang hibah;
Piutang pendapatan lainnya.
2) Piutang Lainnya, yang termasuk piutang lain-lain adalah bagian lancar tagihan jangka
panjang.
3) Pengakuan
Telah diterbitkan surat ketetapan; dan/atau
Telah diterbitkan surat penagihan dan telah dilaksanakan penagihan.
4) Penyajian
Disajikan sebagai aset lancar di Neraca sebesar nilai yang jatuh tempo dalam tahun
berjalan dan yang akan ditagih dalam 12 bulan ke depan berdasarkan surat ketentuan
penyelesaian yang telah ditetapkan;
Disajikan sebagai aset lainnya terhadap nilai yang akan dilunasi di atas 12 bulan
berikutnya;
Aset Lancar diungkapkan pula dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
22
DAFTAR PUSTAKA
Bulektin Teknis Standar Akuntansi Pemerintahan Nomor 16. Akuntansi Piutang. 2014. Komite
Standar Akuntansi Pemerintahan.
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah dan SKPD. 2014. Direktorat Jenderal
Perimbangan Keuangan. Kementerian Keuangan.
Modul 1 Konsep Dan Siklus Akuntansi Pemerintah Daerah. 2014. Kementerian Dalam Negeri.
Modul 3 Pengantar Modul Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah. 2014. Kementerian Dalam
Negeri.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2010 Tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan.
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 238 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum Sistem
Akuntansi Pemerintahan.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 2013 tentang Penerapan Standar
Akuntansi Pemerintah Berbasis Akrual di Pemerintah Daerah.
23