You are on page 1of 27

MAKALAH SEMINAR

AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

PIUTANG DAN PENYISIHAN


PIUTANG

MADE GDE SATRIA BELA


A31115753

S1 STAR-BPKP BATCH 2
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-
Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan modul akuntansi forensik ini. Terima kasih
sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada Bapak Dosen Dr. H. Arifuddin, S.E., M.Si., Ak.
CA yang telah memberikan bimbingan dan pembelajaran komprehensif kepada penulis.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat menambah wawasan dan memperluas ilmu
tentang akuntansi sektor publik yang penulis sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai
sumber, khususnya akuntansi pemerintahan. Kami berharap makalah ini dapat membantu
mahasiswa dalam mempelajari dan memahami konsep dan implementasi dari akuntansi
sektor publik secara lebih mendalam sehingga memberikan manfaat dan kontribusi bagi
perkembangan ilmu akuntansi sektor publik.
Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan
jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada
sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Makassar, September 2016

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................................. i


DAFTAR ISI ...........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................ 1
A. LATAR BELAKANG.................................................................................................... 1
B. RUANG LINGKUP...................................................................................................... 2
C. TUJUAN ..................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................................... 3
A. GAMBARAN UMUM................................................................................................... 3
1. Definisi Piutang....................................................................................................... 3
2. Pengukuran ............................................................................................................ 3
3. Pengakuan ............................................................................................................. 4
4. Penilaian................................................................................................................. 4
5. Penyajian................................................................................................................ 5
6. Pengungkapan........................................................................................................ 5
B. PERISTIWA YANG MENIMBULKAN PIUTANG ......................................................... 5
1. Pungutan Pendapatan Negara/Daerah ................................................................... 5
2. Perikatan ................................................................................................................ 6
3. Kerugian Negara/Daerah ........................................................................................ 6
C. PIUTANG BERDASARKAN PUNGUTAN................................................................... 6
1. Jenis Piutang Berdasarkan Pungutan ..................................................................... 6
2. Pengakuan Piutang Berdasarkan Pungutan............................................................ 8
3. Pengukuran Piutang Berdasarkan Pungutan .......................................................... 8
4. Akuntansi Piutang ................................................................................................... 9
5. Penyajian Piutang di Neraca................................................................................... 9
6. Pengungkapan pada Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK)............................. 10
D. PIUTANG BERDASARKAN PERIKATAN................................................................. 10
1. Jenis Piutang Perikatan ........................................................................................ 11
2. Pengakuan Piutang Perikatan............................................................................... 11
3. Pengukuran Piutang Perikatan.............................................................................. 11
4. Penyajian dan Pengungkapan .............................................................................. 11
E. PIUTANG TUNTUTAN GANTI RUGI/TUNTUTAN PERBENDAHARAAN................. 15
1. Jenis Piutang Tuntutan Ganti Rugi/Tuntutan Perbendaharaan ............................. 15
2. Pengakuan Piutang Tuntutan Ganti Rugi/Tuntutan Perbendaharaan.................... 16
3. Pengukuran Piutang Tuntutan Ganti Rugi/Tuntutan Perbendaharaan................... 16

ii
4. Penyajian dan Pengungkapan .............................................................................. 16
F. PENYISIHAN DAN PENGHENTIAN PENGAKUAN PIUTANG ................................. 18
1. Penyisihan Piutang Tidak Tertagih........................................................................ 18
2. Penghentian Pengakuan Piutang.......................................................................... 20
BAB III PENUTUP.............................................................................................................. 22
A. KESIMPULAN .......................................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................ 23

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Peraturan Pemerintah No. 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan,
yang berbasis akrual, mengatur bahwa pendapatan diakui pada saat timbulnya hak atas
pendapatan tersebut atau ada aliran masuk sumber daya ekonomi dan beban diakui pada
saat timbulnya kewajiban, terjadinya konsumsi aset atau terjadinya penurunan manfaat
ekonomi atau potensi jasa sedangkan belanja diakui berdasarkan terjadinya pengeluaran dari
rekening Kas Umum Negara/Daerah atau entitas pelaporan.
Salah satu pos yang penting di Neraca adalah piutang, dimana pada tanggal laporan
keuangan, apabila terdapat hak pemerintah untuk menagih, harus dicatat sebagai
penambahan aset pemerintah berupa piutang.
Definisi aset menurut PSAP 01 tentang Penyajian Laporan Keuangan, adalah sumber
daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh pemerintah sebagai akibat dari peristiwa
masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat
diperoleh, baik oleh pemerintah maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang,
termasuk sumber daya nonkeuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa bagi
masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang dipelihara karena alasan sejarah dan
budaya. Selanjutnya khusus mengenai piutang, pada paragraf 49 PSAP 01, dinyatakan
bahwa Neraca mencantumkan sekurang-kurangnya piutang pajak dan bukan pajak.
Dalam praktik banyak peristiwa yang menyebabkan timbulnya piutang, yang merupakan
salah satu aset penambah kekayaan bersih pemerintah. Hak pemerintah ini tidak hanya
terbatas pada piutang pajak dan bukan pajak, tetapi juga sumber daya ekonomi lain akibat
peristiwa-peristiwa masa lalu yang menimbulkan hak pemerintah, yang akan dijabarkan lebih
lanjut dalam Bultek ini.
IPSAS menyatakan bahwa secara substansi suatu transaksi pendapatan terbagi
menjadi dua golongan besar, yaitu pendapatan dari pertukaran (Revenue from Exchange
Transaction-IPSAS 9) dan pendapatan dari transaksi non pertukaran (Revenue from Non-
Exchange Transaction-IPSAS 23). Transaksi pertukaran menyebabkan entitas menerima
barang dan jasa, atau pengurangan utang dengan memberi nilai setara atau hampir setara
barang, jasa atau penggunaan aset entitas, misalnya transaksi pembelian-penjualan barang
atau jasa, dan sewa fasilitas bangunan atau sarana. Penyediaan jasa terkait kinerja yang
disepakati untuk suatu periode waktu tertentu, suatu peristiwa, periode, lintas periode,
misalnya jasa layanan yang menghasilkan pendapatan fasilitas air dan jalan tol. Transaksi
non pertukaran (non exchange transaction) terjadi karena suatu entitas menerima suatu

1
barang/jasa atau nilai tertentu tanpa langsung memberikan suatu nilai yang setara. Termasuk
dalam transaksi non pertukaran ini misalnya: pendapatan akibat penggunaan kekuasaan,
misalnya pajak langsung atau tak langsung, bea meterai, denda, sumbangan, dan donasi.
Peristiwa atau transaksi lain yang menimbulkan hak pemerintah untuk menagih, antara
lain timbul dari perikatan misalnya transaksi pemberian pinjaman oleh pemerintah, jual beli
atau pertukaran, kemitraan, dan pemberian jasa-jasa yang telah dilakukan pemerintah.
Peristiwa lainnya adalah berkaitan dengan timbulnya hak tagih dalam hal terjadi kerugian
negara maupun putusan pengadilan.
Selanjutnya juga perlu diberikan pedoman terhadap pengakuan timbulnya hak tagih
atas pungutan pendapatan negara/daerah, perikatan, tuntutan ganti rugi serta akibat
keputusan pengadilan. Selama ini dikenal pengakuan dan pencatatan piutang berdasarkan
nilai nominal saja, tanpa memperhitungkan kolektibilitas sesuai dengan sifat dan karakteristik
debitur. Hal tersebut akan menimbulkan kerugian moril bagi bangsa dan negara (moral
hazard) yang tinggi atas akuntansi piutang, karena dapat menimbulkan adanya hak
pemerintah untuk menagih, yang tidak dilaporkan atau yang disalahgunakan
Dengan memperhatikan latar belakang di atas, maka dirasakan perlunya makalah
tentang Piutang dan Penyisihan Piutang, untuk memberikan panduan agar terdapat
kesamaan pemahaman tentang cara mengindentifikasi, mengukur, dan menyajikan pos
piutang, baik oleh penyusun laporan, pengguna laporan, dan institusi yang melakukan audit
atas Laporan Keuangan pemerintah.

B. RUANG LINGKUP
Makalah Akuntansi Piutang ini secara khusus mempelajari akuntansi piutang dalam
penerapan akuntansi berbasis akrual, serta peristiwa yang menimbulkan piutang. Piutang
diklasifikasikan berdasarkan pungutan, perikatan, tuntutan ganti rugi, dan penghentian
pengakuan piutang.

C. TUJUAN
Makalah ini bertujuan untuk membantu mahasiswa dalam proses pembelajaran
mengenai akuntansi piutang pada umumnya, khususnya dalam proses mengakui, mengukur,
menyajikan, dan mengungkapkan piutang dan peristiwa/kejadian/transaksi yang
mempengaruhi piutang dalam laporan keuangan pemerintah.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. GAMBARAN UMUM
1. Definisi Piutang
Piutang salah satu aset yang cukup penting bagi pemerintah daerah, baik dari sudut
pandang potensi kemanfaatannya maupun dari sudutpandang akuntabilitasnya. Semua
standar akuntansi menempatkan piutang sebagai aset yang penting dan memiliki karakteristik
tersendiri baik dalam pengakuan, pengukuran maupun pengungkapannya.
Buletin Teknis SAP Nomor 02 tahun 2005 menyatakan piutang adalah hak pemerintah
untuk menerima pembayaran dari entitas lain termasuk wajib pajak/bayar atas kegiatan yang
dilaksanakan oleh pemerintah. Hal ini senada dengan berbagai teori yang mengungkapkan
bahwa piutang adalah manfaat masa depan yang diakui pada saat ini.
Penyisihan piutang tak tertagih adalah taksiran nilai piutang yang kemungkinan tidak
dapat diterima pembayarannya dimasa akan datang dari seseorang dan/atau korporasi
dan/atau entitas lain. Nilai penyisihan piutang tak tertagih tidak bersifat akumulatif tetapi
diterapkan setiap akhir periode anggaran sesuai perkembangan kualitas piutang.Penilaian
kualitas piutang untuk penyisihan piutang tak tertagih dihitung berdasarkan kualitas umur
piutang, jenis/karakteristik piutang, dan diterapkan dengan melakukan modifikasi tertentu
tergantung kondisi dari debitornya. Mekanisme perhitungan dan penyisihan saldo piutang
yang mungkin tidak dapat ditagih, merupakan upaya untuk menilai kualitas piutang.

2. Pengukuran
Pengukuran piutang pendapatan adalah sebagai berikut:
1) disajikan sebesar nilai yang belum dilunasi sampai dengan tanggal pelaporan dari
setiap tagihan yang ditetapkan berdasarkan surat ketetapan kurang bayar yang
diterbitkan; atau
2) disajikan sebesar nilai yang belum dilunasi sampai dengan tanggal pelaporan dari
setiap tagihan yang telah ditetapkan terutang oleh Pengadilan Pajak untuk Wajib Pajak
(WP) yang mengajukan banding; atau
3) disajikan sebesar nilai yang belum dilunasi sampai dengan tanggal pelaporan dari
setiap tagihan yang masih proses banding atas keberatan dan belum ditetapkan oleh
majelis tuntutan ganti rugi.
Piutang pendapatan diakui setelah diterbitkan surat tagihan dan dicatat sebesar nilai
nominal yang tercantum dalam tagihan. Secara umum unsur utama piutang karena ketentuan
perundang-undangan ini adalah potensi pendapatan. Artinya piutang ini terjadi karena

3
pendapatan yang belum disetor ke kas daerah oleh wajib setor. Oleh karena setiap tagihan
oleh pemerintah wajib ada keputusan, maka jumlah piutang yang menjadi hak pemerintah
daerah sebesar nilai yang tercantum dalam keputusan atas penagihan yang bersangkutan.

3. Pengakuan
Piutang diakui saat timbul klaim/hak untuk menagih uang atau manfaat ekonomi lainnya
kepada entitas lain. Piutang dapat diakui ketika:
 diterbitkan surat ketetapan/dokumen yang sah; atau
 telah diterbitkan surat penagihan dan telah dilaksanakan penagihan; atau
 belum dilunasi sampai dengan akhir periode pelaporan.
Peristiwa-peristiwa yang menimbulkan hak tagih, yaitu peristiwa yang timbul dari
pemberian pinjaman, penjualan, kemitraan, dan pemberian fasilitas/jasa, diakui sebagai
piutang dan dicatat sebagai aset di neraca, apabila memenuhi kriteria:
1) harus didukung dengan naskah perjanjian yang menyatakan hak dan kewajiban
secara jelas;
2) jumlah piutang dapat diukur;
3) telah diterbitkan surat penagihan dan telah dilaksanakan penagihan; dan
4) belum dilunasi sampai dengan akhir periode pelaporan.

4. Penilaian
Piutang disajikan sebesar nilai bersih yang dapat direalisasikan (net realizable value).
Nilai bersih yang dapat direalisasikan adalah selisih antara nilai nominal piutang dengan
penyisihan piutang.
Penggolongan kualitas piutang merupakan salah satu dasar untuk menentukan besaran
tarif penyisihan piutang. Penilaian kualitas piutang dilakukan dengan mempertimbangkan
jatuh tempo/umur piutang dan perkembangan upaya penagihan yang dilakukan oleh
pemerintah daerah. Kualitas piutang didasarkan pada kondisi piutangpada tanggal pelaporan.
Dasar yang digunakan untuk menghitung penyisihan piutang adalah kualitas piutang.
Kualitas piutang dikelompokkan menjadi 4 (empat) dengan klasifikasi sebagai berikut:
1) Kualitas Piutang Lancar;
2) Kualitas Piutang Kurang Lancar;
3) Kualitas Piutang Diragukan;
4) Kualitas Piutang Macet.

4
5. Penyajian
Piutang disajikan sebagai bagian dari Aset Lancar. Berikut adalah contoh penyajian
piutang dalam Neraca Pemerintah Daerah.

6. Pengungkapan
Piutang disajikan dan diungkapkan secara memadai. Informasi mengenai akun piutang
diungkapkan secara cukup dalam Catatan Atas Laporan Keuangan. Informasi dimaksud
dapat berupa:
1) kebijakan akuntansi yang digunakan dalam penilaian, pengakuan dan pengukuran
piutang;
2) rincian jenis-jenis, saldo menurut umur untuk mengetahui tingkat kolektibilitasnya;
3) penjelasan atas penyelesaian piutang;
4) jaminan atau sita jaminan jika ada.
Khusus untuk tuntutan ganti rugi/tuntutan perbendaharaan juga harus diungkapkan
piutang yang masih dalam proses penyelesaian, baik melalui cara damai maupun pengadilan.
Penghapusbukuan piutang harus diungkapkan secara cukup dalam Catatan atas
Laporan Keuangan agar lebih informatif. Informasi yang perlu diungkapkan misalnya jenis
piutang, nama debitur, nilai piutang, nomor dan tanggal keputusan penghapusan piutang,
dasar pertimbangan penghapusbukuan dan penjelasan lainnya yang dianggap perlu.

B. PERISTIWA YANG MENIMBULKAN PIUTANG


1. Pungutan Pendapatan Negara/Daerah
a. Piutang Pajak
Sesuai Standar Akuntansi Pemerintahan, piutang pajak terjadi pada saat hak
negara/daerah untuk menagih timbul. Selama belum ada Surat Ketetapan Pajak yang
memperhitungkan kelebihan/kekurangan pajak yang harus dibayar dari kantor pajak, maka
pencatatan kekurangan pembayaran pajak tetap dicatat sebagai piutang.
b. Piutang Selain Pajak
Piutang yang timbul dari pungutan pendapatan negara/daerah selain pajak banyak sekali
jenisnya. Di lingkungan Pemerintah Pusat antara lain pendapatan minyak bumi, gas alam,
pertambangan umum, kehutanan, dan bagian laba BUMN. Di lingkup pemerintah daerah
antara lain terdapat piutang retribusi.
c. Piutang Valuta Asing
Piutang dalam valas dapat timbul dalam hal terdapat hak pemerintah atas pajak/PNBP
dalam bentuk valas, piutang tersebut dicacat/disajikan menggunakan kurs tengah Bank
Indonesia pada tanggal pelaporan.

5
2. Perikatan
a. Pemberian Pinjaman
b. Jual Beli
c. Kemitraan
d. Imbalan Fasilitas/Jasa

3. Kerugian Negara/Daerah
Piutang atas kerugian Negara/Daerah sering disebut sebagai piutang Tuntutan Ganti
Rugi (TGR) dan Tuntutan Perbendaharaan (TP).

C. PIUTANG BERDASARKAN PUNGUTAN


1. Jenis Piutang Berdasarkan Pungutan
a. Piutang Pajak
Piutang Pajak adalah piutang yang timbul atas pendapatan pajak sebagaimana diatur
dalam undang-undang perpajakan atau peraturan daerah tentang perpajakan, yang belum
dilunasi sampai dengan akhir periode laporan keuangan.
1) Piutang Pajak Pemerintah Pusat
a) Pajak Dalam Negeri, antara lain:
 Pajak Penghasilan
 Pajak Pertambahan Nilai
 Pajak Penjualan Barang Mewah
 Cukai
 Pajak Lainnya
b) Pajak Perdagangan Internasional, antara lain:
 Bea masuk
 Pajak/pungutan ekspor
Timbulnya piutang perpajakan, dapat diketahui berdasarkan Surat Ketetapan Pajak
yang belum dilakukan pembayarannya atau baru dilakukan pembayaran sebagian oleh wajib
pajak pada saat laporan keuangan disusun.
2) Piutang Pajak Daerah Pemerintah Provinsi
a) Pajak Kendaraan Bermotor;
b) Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor;
c) Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor;
d) Pajak Air Permukaan; dan

6
Piutang atas pajak-pajak tersebut di atas dapat timbul karena tunggakan pajak yang
belum dilunasi oleh WP. Selanjutnya kekurangan bayar itu diwujudkan dengan terbitnya Surat
Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar (SKPDKB).
Surat ketetapan ini merupakan surat ketetapan pajak yang menentukan besarnya
jumlah pokok pajak, jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan pembayaran pokok pajak,
besarnya sanksi administrasi, dan jumlah yang masih harus dibayar
3) Piutang Pajak Daerah Pemerintah Kapubaten/Kota
a) Pajak Hotel;
b) Pajak Restoran;
c) Pajak Hiburan;
d) Pajak Reklame;
e) Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan;
f) Pajak Parkir;
g) Pajak Air Tanah;
h) Pajak Sarang Burung Walet;
i) Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan;
j) Pajak Penerangan Jalan;
k) Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.
b. Piutang PNBP
1) Penerimaan Sumber Daya Alam, antara lain:
a) Pendapatan Minyak bumi
b) Pendapatan Gas Bumi
c) Pendapatan Pertambangan Umum
d) Pendapatan Kehutanan
e) Pendapatan Perikanan
f) Pendapatan Pertambangan Panas Bumi
2) Pendapatan Bagian Laba BUMN:
Pendapatan Bagian Pemerintah atas Laba BUMN
3) Pendapatan PNBP Lainnya, antara lain:
a) Pendapatan dari pengelolaan BMN serta Pendapatan dari Penjualan
b) Pendapatan Jasa
c) Pendapatan Bunga
d) Pendapatan Kejaksaan dan Peradilan
e) Pendapatan Pendidikan
f) Pendapatan Gratifikasi dan Uang Sitaan Hasil Korupsi
g) Pendapatan Iuran dan Denda

7
h) Pendapatan Lain-lain.
4) Pendapatan Badan Layanan Umum (BLU), antara lain:
a) Pendapatan Jasa Layanan Umum
b) Pendapatan Hasil Kerjasama BLU
c) Pendapatan BLU Lainnya
Piutang PNBP timbul atas penetapan PNBP yang belum dilunasi.
c. Piutang Retribusi
1) Jasa Umum;
2) Jasa Usaha;
3) Perizinan Tertentu.
d. Piutang Pendapatan Asli Daerah Lainnya
Piutang karena potensi PAD lainnya dapat terdiri dari hasil pengelolaan kekayaan yang
dipisahkan seperti bagian laba BUMD dan lain-lain PAD seperti bunga, penjualan aset yang
tidak dipisahkan pengelolaannya, tuntutan ganti rugi, denda, penggunaan aset/pemberian
jasa pemda dan sebagainya. PAD lainnya ini pada umumnya berasal dari hasil perikatan.

2. Pengakuan Piutang Berdasarkan Pungutan


Pengakuan piutang yang berasal dari pendapatan negara, didahului dengan pengakuan
terhadap pendapatan yang mempengaruhi piutang tersebut. Untuk dapat diakui sebagai
piutang, harus dipenuhi kriteria:
a) Telah diterbitkan surat ketetapan dan/atau
b) Telah diterbitkan surat penagihan dan telah dilaksanakan penagihan

3. Pengukuran Piutang Berdasarkan Pungutan


Pengukuran piutang pendapatan yang berasal dari peraturan perundang-undangan
adalah sebagai berikut:
a) Disajikan sebesar nilai yang belum dilunasi dari setiap tagihan yang ditetapkan
berdasarkan surat ketetapan kurang bayar yang diterbitkan.
b) Disajikan sebesar nilai yang belum dilunasi dari setiap tagihan yang telah ditetapkan
terutang oleh Pengadilan Pajak untuk WP yang mengajukan banding.
c) Disajikan sebesar nilai yang belum dilunasi dari setiap tagihan yang masih proses
banding atas keberatan dan belum ditetapkan oleh majelis hakim Pengadilan Pajak.
d) Disajikan sebesar nilai bersih yang dapat direalisasikan (net realizable value) untuk
piutang yang tidak diatur dalam undang-undang tersendiri dan kebijakan penyisihan
piutang tidak tertagih telah diatur oleh Pemerintah.

8
4. Akuntansi Piutang
a. Piutang pajak ditetapkan sebagaimana dituangkan dalam Surat Ketetapan Pajak
Kurang Bayar (SKPKB) atau Surat Pemberitahuan Kekurangan Pembayaran Bea
Masuk (SPKPBM), atau surat ketetapan yang sejenis;
No Kode Akun Uraian Debit Kredit
xxxxx Piutang Pajak xxx
xxxxx Pendapatan Pajak xxx

b. Piutang PNBP ditetapkan berdasarkan surat tagihan terutang yang ditetapkan oleh
kementerian/lembaga yang bersangkutan;
No Kode Akun Uraian Debit Kredit
xxxxx Piutang PNBP xxx
xxxxx Pendapatan PNBP xxx

c. Piutang Retribusi ditetapkan berdasarkan surat tagihan terutang yang ditetapkan oleh
Pemerintah Daerah yang bersangkutan:
No Kode Akun Uraian Debit Kredit
xxxxx Piutang Retribusi xxx
xxxxx Pendapatan xxx
Retribusi
d. Piutang PAD Lainnya ditetapkan berdasarkan surat tagihan terutang yang
ditetapkan oleh Pemerintah Daerah yang bersangkutan;
No Kode Akun Uraian Debit Kredit
xxxxx Piutang lain-lain PAD yang sah xxx
xxxxx Lain-lain PAD yang sah xxx

5. Penyajian Piutang di Neraca


Piutang yang berasal dari peraturan perundang-undangan disajikan di neraca sebagai
Aset Lancar apabila jatuh tempo kurang dari satu tahun buku dan disertai dengan
penyisihannya.Ilustrasi penyajian piutang di neraca adalah sebagai berikut:
PEMERINTAH PUSAT
NERACA
PER 31 DESEMBER 20XX
ASET KEWAJIBAN
ASET LANCAR Kewajiban Jangka Pendek xxx
......... Kewajiban Jangka Panjang xxx
Piutang Pajak xxx

9
Piutang PNBP xxx

Bagian Lancar Tagihan ........ xxx EKUITAS DANA


Penyisihan Piutang Tidak Tertagih (xxx) Ekuitas xxx
ASET TETAP
...........
ASET LAINNYA

PEMERINTAH DAERAH
NERACA
PER 31 DESEMBER 20XX
ASET KEWAJIBAN
ASET LANCAR Kewajiban Jangka Pendek xxx
......... Kewajiban Jangka Panjang xxx
Piutang Pajak xxx

Piutang Retribusi xxx EKUITAS DANA


Piutang Lain-lain PAD yang xxx Ekuitas xxx
sah
Bagian Lancar Tagihan ......... xxx

Penyisihan Piutang Tidak Tertagih (xxx)

ASET TETAP
ASET LAINNYA

6. Pengungkapan pada Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK)


Piutang disajikan dan diungkapkan secara memadai. Informasi mengenai akun piutang
diungkapkan secara cukup dalam Catatan Atas Laporan Keuangan. Informasi dimaksud
dapat berupa:
1) Kebijakan akuntansi yang digunakan dalam pengakuan, penilaian dan pengukuran
piutang;
2) Rincian jenis-jenis, saldo menurut umur untuk mengetahui tingkat kolektibilitasnya;
3) Penjelasan atas penyelesaian piutang, masih di Kementerian
Negara/Lembaga/Pemda atau sudah diserahkan penagihannya kepada PUPN;
4) Jaminan atau sita jaminan jika ada.

D. PIUTANG BERDASARKAN PERIKATAN

10
1. Jenis Piutang Perikatan
Jenis piutang yang timbul berdasarkan perikatan dapat diklasifikasikan menurut
karakteristik perikatan yang dibuat. Jenis-jenis piutang berdasarkan perikatan disajikan
menurut bentuk perikatan yang mendasarinya, yaitu berdasarkan pemberian pinjaman, jual
beli, pemberian jasa, dan kemitraan.

2. Pengakuan Piutang Perikatan


Peristiwa-peristiwa yang menimbulkan hak tagih, yaitu peristiwa yang timbul dari
pemberian pinjaman, penjualan kredit dan kemitraan, dapat diakui sebagai piutang dan dicatat
sebagai aset di neraca, apabila memenuhi kriteria:
1) Didukung dengan naskah perjanjian yang menyatakan hak dan kewajiban secara
jelas;
2) Jumlah piutang dapat diukur dengan andal.

3. Pengukuran Piutang Perikatan


Pengukuran atas peristiwa-peristiwa yang menimbulkan piutang yang berasal dari
perikatan, adalah sebagai berikut :
a. Piutang Pemberian Pinjaman
Piutang akibat pemberian pinjaman dinilai dengan jumlah yang dikeluarkan dari kas
negara/daerah dan/atau apabila berupa barang/jasa harus dinilai dengan nilai wajar pada
tanggal pelaporan atas barang/jasa tersebut.
b. Piutang Penjualan Kredit
Piutang dari penjualan diakui sebesar nilai sesuai naskah perjanjian penjualan yang
terutang (belum dibayar) pada akhir periode pelaporan. Apabila dalam perjanjian
dipersyaratkan adanya potongan pembayaran, maka nilai piutang harus dicatat sebesar nilai
bersihnya.
c. Piutang Kemitraan
Piutang yang timbul diakui berdasarkan ketentuan-ketentuan yang dipersyaratkan
dalam naskah perjanjian kemitraan.

4. Penyajian dan Pengungkapan


a. Akuntansi Piutang Perikatan
Setelah dilakukan identifikasi atas peristiwa-peristiwa yang menimbulkan hak tagih
mengenai jenis, pengakuan, dan pengukurannya, tahapan selanjutnya dilakukan pencatatan.
1) Akuntansi Piutang Pemberian Pinjaman Jangka Panjang

11
a) Tagihan berdasarkan kontrak pemberian pinjaman jangka panjang yang ditetapkan
yaitu:
Jurnal pada Pemerintah Pusat:
No Kode Akun Uraian Debit Kredit
xxxxx Piutang Pemberian Pinjaman Jangka xxx
Panjang
xxxxx Rekening Kas Umum Negara xxx
Jurnal pada Pemerintah Daerah:
No Kode Akun Uraian Debit Kredit
xxxxx Piutang Pemberian Pinjaman Jangka xxx
Panjang
xxxxx Rekening Kas Umum Daerah xxx

b) Reklasifikasi atas bagian lancar piutang pemberian pinjaman jangka panjang


No Kode Akun Uraian Debit Kredit
xxxxx Bagian Lancar Piutang Pemberian xxx
Pinjaman Jangka Panjang
Piutang Pemberian Pinjaman
xxxxx xxx
Jangka Panjang

2) Akuntansi Piutang Penjualan Kredit


a) Penetapan pemerintah atas penjualan kredit (misalnya penetapan rumah negara
golongan tiga)
No Kode Akun Uraian Debit Kredit
xxxxx Aset Lainnya – Tagihan Penjualan xxx
Angsuran
Aset Tetap – Gedung dan
xxxxx xxx
Bangunan

b) Reklasifikasi Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran


No Kode Akun Uraian Debit Kredit
xxxxx Bagian Lancar Tagihan Penjualan xxx
Angsuran
Aset Lainnya - Tagihan
xxxxx Penjualan xxx
Angsuran

c) Penerimaan atas Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran


No Kode Akun Uraian Debit Kredit
xxxxx Kas Negara/Daerah xxx
Bagian Lancar Tagihan
xxxxx Penjualan xxx
Angsuran

12
d) Apabila terdapat perbedaan antara nilai buku dengan penetapan penjualannya
No Kode Akun Uraian Debit Kredit
xxxxx Aset Lainnya – Tagihan Penjualan xxx
Angsuran
xxxxx Akumulasi Penyusutan-Gedung dan xxx
Bangunan
xxxxx Keuntungan Penjualan Aset xxx

xxxxx Aset Tetap – Gedung dan xxx


Bangunan

3) Akuntansi Piutang Kemitraan


a) Tagihan yang timbul atas kemitraan yang ditetapkan dalam kontrak.
Jurnal untuk Pemerintah Pusat:
No Kode Akun Uraian Debit Kredit
xxxxx Tagihan Bagi Hasil Kemitraan xxx
xxxxx Pendapatan Negara Bukan Pajak- xxx
LO
Jurnal untuk Pemerintah Daerah:
No Kode Akun Uraian Debit Kredit
xxxxx Tagihan Bagi Hasil Kemitraan xxx
xxxxx Lain-lain PAD yang sah-LO xxx

b) Tagihan atas Pemberian Fasilitas/Jasa sewa yang ditetapkan dalam kontrak yaitu:
Jurnal untuk Pemerintah Pusat:
No Kode Akun Uraian Debit Kredit
xxxxx Piutang Sewa xxx
xxxxx Pendapatan Negara Bukan Pajak- xxx
LO
Jurnal untuk Pemerintah Daerah:
No Kode Akun Uraian Debit Kredit
xxxxx Piutang Sewa xxx
xxxxx Lain-lain PAD yang sah-LO xxx

13
b. Penyajian Neraca

PEMERINTAH PUSAT
NERACA
PER 31 DESEMBER 20XX

ASET KEWAJIBAN
ASET LANCAR Kewajiban Jangka Pendek xxx
.................. Kewajiban Jangka Panjang xxx
Piutang Pajak xxx

Piutang PNBP xxx


Bagian Lancar Pemberian xxx
Pinjaman
Bagian Lancar Penjualan xxx
Angsuran
Bagian Lancar Tagihan xxx
Kemitraan
Bagian Lancar Tagihan Sewa xxx

Piutang Transfer ke Daerah xxx EKUITAS DANA


Penyisihan Piutang Tidak (xxx) Ekuitas xxx
Tertagih
Piutang Netto xxx

ASET LAINNYA:
Piutang TPA xxx
Piutang TP/TGR xxx
Piutang Jangka Panjang
xxx
Penerusan Pinjaman
Piutang Jangka Panjang Kredit
xxx
Pemerintah

PEMERINTAH DAERAH
NERACA
PER 31 DESEMBER 20XX

ASET KEWAJIBAN
ASET LANCAR Kewajiban Jangka Pendek xxx
.................. Kewajiban Jangka Panjang xxx
Piutang Pajak xxx

Piutang Retribusi xxx


Piutang Lain-lain PAD yang xxx
sah

14
Bagian Lancar Pemberian xxx
Pinjaman
Bagian Lancar Penjualan
Angsuran
Bagian Lancar Tagihan xxx
Kemitraan
Bagian Lancar Tagihan Sewa xxx
Penyisihan Piutang Tidak (xxx) EKUITAS DANA
Tertagih
Piutang Netto xxx Ekuitas xxx
ASET LAINNYA:
Piutang TPA xxx
Piutang TP/TGR xxx
Piutang Jangka Panjang
xxx
Penerusan Pinjaman
Piutang Jangka Panjang Kredit
xxx
Pemerintah

c. Pengungkapan CALK
Setelah disajikan di neraca, informasi mengenai akun piutang diungkapkan dalam
Catatan atas Laporan Keuangan. Informasi dimaksud dapat berupa:
1) Kebijakan akuntansi yang digunakan dalam penilaian, pengakuan dan pengukuran
seluruh jenis piutang;
2) Rincian jenis-jenis, saldo menurut umur untuk mengetahui tingkat kolektibilitasnya;
3) Penjelasan atas penyelesaian piutang, masih di kementerian negara/lembaga atau
sudah diserahkan penagihannya kepada PUPN.

E. PIUTANG TUNTUTAN GANTI RUGI/TUNTUTAN PERBENDAHARAAN


1. Jenis Piutang Tuntutan Ganti Rugi/Tuntutan Perbendaharaan
a. Piutang yang berasal dari akibat Tuntutan Ganti Rugi (TGR)
Tagihan Ganti Rugi merupakan piutang yang timbul karena pengenaan ganti kerugian
negara/daerah kepada pegawai negeri bukan bendahara, sebagai akibat langsung ataupun
tidak lagsung dari suatu perbuatan melanggar hukum yang dilakukan oleh pegawai tersebut
atau kelalaian dalam pelaksanaan tugas yang menjadi kewajibannya.
b. Piutang yang timbul dari akibat Tuntutan Perbendaharaan (TP)
Tuntutan Perbendaharaan dikenakan kepada bendahara yang karena lalai atau
perbuatan melawan hukum mengakibatkan kerugian Negara/daerah.

15
2. Pengakuan Piutang Tuntutan Ganti Rugi/Tuntutan Perbendaharaan
SKTM merupakan surat keterangan tentang pengakuan bahwa kerugian tersebut
menjadi tanggung jawab seseorang dan bersedia mengganti kerugian tersebut. Pengakuan
piutang ini baru dilakukan setelah terdapat surat ketetapan.

3. Pengukuran Piutang Tuntutan Ganti Rugi/Tuntutan Perbendaharaan


Pengukuran piutang ganti rugi berdasarkan pengakuan, dilakukan sebagai berikut:
1) Disajikan sebagai aset lancar sebesar nilai yang jatuh tempo dalam tahun berjalan
dan yang akan ditagih dalam 12 (dua belas) bulan ke depan berdasarkan surat
ketentuan penyelesaian yang telah ditetapkan;
2) Disajikan sebagai aset lainnya terhadap nilai yang akan dilunasi di atas 12 (dua
belas) bulan berikutnya.

4. Penyajian dan Pengungkapan


a. Akuntansi Piutang Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi
1) Ilustrasi Akuntansi Tuntutan Perbendaharaan
Berdasarkan Pemeriksaan Kas atas Bendaharawan Pengeluaran Satker ABC di
Kementerian XYZ oleh Atasan Langsung, ditemukan adanya selisih Kas dengan
Catatan di Buku Kas Umum (ketekoran kas) sebesar Rp 25 juta.
No Kode Akun Uraian Debit Kredit
xxxxx Aset Lainnya 25,000,000
xxxxx Kas pada Bendahara 25,000,000
Pengeluaran
Laporan hasil pemeriksaan tim ad-hoc selanjutnya disampaikan kepada Pejabat
Penyelesaian Kerugian Negara/Daerah untuk mendapatkan persetujuan dan diterbitkan
SKP2K (Surat Keputusan Pembebanan Penggantian Kerugian). Bendahara
menandatangani SKTJM, maka yang bersangkutan wajib menyerahkan jaminan
kepada TPKN.
No Kode Akun Uraian Debit Kredit
xxxxx Piutang Tuntutan Perbendaharaan 25,000,000
xxxxx Aset Lainnya 25,000,000
Berdasarkan surat keputusan pembebanan dari Badan Pemeriksa Keuangan,
Bendahara wajib mengganti kerugian negara dengan cara menyetorkan secara tunai ke
kas negara/daerah dalam jangka waktu selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari
setelahmenerima surat keputusan pembebanan.
No Kode Akun Uraian Debit Kredit

16
xxxxx Kas di Bendahara Pengeluaran 25,000,000
xxxxx Piutang Tuntutan 25,000,000
Perbendaharaan

2) Ilustrasi Akuntansi Tuntutan Ganti Rugi


Karyawan Satker DEF pada Kementerian WWF menghilangkan kendaraan dinas
dengan nilai buku Rp 48 juta.
No Kode Akun Uraian Debit Kredit
xxxxx Aset Lainnya 48,000,000
xxxxx Aset Tetap-Peralatan dan 48,000,000
Mesin
Karyawan tersebut bersedia menandatangani SKTJM, dan bersedia mencicil kerugian
negara selama 2 tahun, sebesar Rp 2 juta sebulan.
No Kode Akun Uraian Debit Kredit
xxxxx Piutang Tuntutan Ganti Rugi 48,000,000
xxxxx Aset Lainnya 48,000,000
Reklasifikasi Bagian Lancar Tuntutan Ganti Rugi.
No Kode Akun Uraian Debit Kredit
xxxxx Bagian Lancar TGR 24,000,000
xxxxx Aset Lainnya - TGR 24,000,000
Untuk mengganti kerugian negara, Karyawan tersebut membayar cicilan sebesar
Rp.2.000.000 per bulan selama 1 tahun.
No Kode Akun Uraian Debit Kredit
xxxxx Bagian Lancar TGR 2,000,000
xxxxx Aset Lainnya - TGR 2,000,000

b. Penyajian Neraca
Penyajian tagihan TGR/TP di neraca adalah sebagai berikut:
PEMERINTAH PUSAT
NERACA
PER 31 DESEMBER 20XX

ASET KEWAJIBAN
ASET LANCAR Kewajiban Jangka Pendek xxx
Piutang xxx Kewajiban Jangka Panjang xxx
.............
Bagian Lancar Penjualan xxx
Angsuran
Bagian Lancar TP/TGR xxx

17
Penyisihan Piutang Tidak (xxx) EKUITAS DANA
Tertagih
Piutang Netto xxx Ekuitas Dana xxx
ASET LAINNYA:
Piutang TPA xxx
Piutang TP/TGR xxx

c. Pengungkapan CALK
Di samping disajikan di neraca, informasi mengenai akun piutang diungkapkan dalam
Catatan Atas Laporan Keuangan. Informasi dimaksud dapat berupa:
1) Kebijakan akuntansi yang digunakan dalam penilaian, pengakuan dan pengukuran
tagihan TGR;
2) Rincian jenis-jenis, saldo menurut umur untuk mengetahui tingkat kolektibilitasnya;
3) Penjelasan atas penyelesaian piutang, masih di kementerian negara/lembaga atau
telah diserahkan penagihannya ke PUPN;
4) Tuntutan ganti rugi/perbendaharaan yang masih dalam proses penyelesaian, baik
melalui cara damai maupun pengadilan.
5) Dalam hal terdapat barang/uang yang disita oleh Negara/daerah sebagai jaminan
maka hal ini wajib diungkapkan.

F. PENYISIHAN DAN PENGHENTIAN PENGAKUAN PIUTANG


1. Penyisihan Piutang Tidak Tertagih
Penyisihan piutang tidak tertagih dapat dilakukan berdasarkan umur piutang atau dari
jumlah yang ditetapkan. Pemilihan dasar penyisihan ini hendaknya didasarkan pada hasil
analisis atas data, pengalaman historis, maupun kebijakan dan upaya yang ditempuh
pemerintah dalam menetapkan dan menagih piutang.
a. Perhitungan Penyisihan Piutang
Penentuan besarnya persentase penyisihan piutang tidak tertagih harus berdasarkan
suatu kebijakan akuntansi yang ditetapkan dalam surat keputusan, baik untuk Pemerintah
Pusat maupun pemerintah daerah.
Besarnya penyisihan piutang tidak tertagih pada setiap akhir tahun ditentukan sebagai
berikut:

18
Penyisihan dilakukan setiap bulan tetapi pada akhir tahun baru dibebankan. Pencatatan
transaksi penyisihan Piutang dilakukan pada akhir periode pelaporan, apabila masih terdapat
saldo piutang, maka dihitung nilai penyisihan piutang tidak tertagih sesuai dengan kualitas
piutangnya.
Pada tanggal pelaporan berikutnya pemerintah daerah melakukan evaluasi terhadap
perkembangan kualitas piutang yang dimilikinya.Apabila kualitas piutang masih sama, maka
tidak perlu dilakukan jurnal penyesuaian cukup diungkapkan di dalam CaLK. Apabila kualitas
piutang menurun, maka dilakukan penambahan terhadap nilai penyisihan piutang tidak
tertagih sebesar selisih antara angka yang seharusnya disajikan dalam neraca dengan saldo
awal. Sebaliknya, apabila kualitas piutang meningkat misalnya akibat restrukturisasi, maka
dilakukan pengurangan terhadap nilai penyisihan piutang tidak tertagih sebesar selisih antara
angka yang seharusnya disajikan dalam neraca dengan saldo awal.
Ilustrasi berikut disajikan daftar umur piutang (aging-schedul) berdasarkan piutang yang
masih beredar.
Daftar Umur Piutang dan Penyisihan Piutang Tak Tertagih
Per 31 Desember 20xx
Umur Piutang
No Uraian Jumlah
1 s/d 2 tahun 2 s/d 3 tahun > 3 tahun
1 Piutang 5,000,000 2,000,000 1,000,000 8,000,000
% Penyisihan 5% 10 % 20 %
Penyisihan Piutang
250,000 200,000 200,000 650,000
Tak Tertagih

b. Pencatatan Penyisihan Piutang


Penyisihan piutang diakui sebagai beban, merupakan koreksi agar nilai piutang dapat
disajikan di neraca sesuai dengan nilai yang diharapkan dapat ditagih (net realizable value)
ilustrasi jurnalnya adalah sebagai berikut:
No Kode Akun Uraian Debit Kredit
xxxxx Beban Penyisihan Piutang Tak xxx
Tertagih
xxxxx Penyisihan Piutang Tak Tertagih xxx
Pada waktu timbulnya piutang, dijurnal debet piutang dengan lawan akun Pendapatan
menurut jenisnya. Jumlah penyisihan piutang disajikan sebagai pengurang dari akun piutang
(contra account).
c. Penyajian Penyisihan Piutang dan Pengungkapan CALK
Penyajian penyisihan piutang di Neraca merupakan unsur pengurang dari piutang yang
bersangkutan.

19
Setelah disajikan di neraca, informasi mengenai akun piutang harus diungkapkan dalam
Catatan atas Laporan Keuangan. Informasi dimaksud dapat berupa:
1) Kebijakan akuntansi yang digunakan dalam penilaian, pengakuan, dan pengukuran
piutang;
2) Rincian per jenis saldo menurut umur untuk mengetahui tingkat kolektibilitasnya;
3) Penjelasan atas penyelesaian piutang, masih ada di kementerian negara/lembaga
atau sudah diserahkan pengurusannya kepada PUPN.

2. Penghentian Pengakuan Piutang


a. Penghapusbukuan Piutang (write-off)
Akuntansi Penghapusbukuan Piutang
No Kode Akun Uraian Debit Kredit
xxxxx Penyisihan Piutang Tak Tertagih xxx
xxxxx Piutang xxx

b. Penerimaan Kembali atas Piutang yang Telah Dihapusbukukan

NERACA
Tahun 20X1

Uraian Jumlah Uraian Jumlah


Aset Lancar
Piutang 10,000
Akumulasi Penyisihan
(6,000)
Piutang
Piutang Netto 4,000
Terdapat penambahan piutang sebesar Rp 8.000 dan beban penyisihan tahun berjalan
sebesar Rp 2.000, sehingga neraca pada akhir 20x2 menjadi:
Uraian Jumlah Uraian Jumlah
Aset Lancar
Piutang 18,000
Akumulasi Penyisihan
(8,000)
Piutang
Piutang Netto 10,000
Pada tahun 20x2, dilakukan penghapusbukuan piutang sebesar Rp 4.000 yang berasal
dari penghapusan piutang tahun 20x1 yang telah disisihkan sebesar Rp 2.000 dan

20
penghapusan piutang tahun 20x2 yang telah disisihkan dan diakui sebagai beban penyisihan
di LO, sebesar Rp 2.000 maka jurnalnya adalah:
1) Jurnal untuk menghapuskan piutang:
No Kode Akun Uraian Debit Kredit
xxxxx Penyisihan Piutang 4,000
xxxxx Piutang 4,000

2) Jurnal untuk memunculkan kembali piutang:


No Kode Akun Uraian Debit Kredit
xxxxx Piutang 4,000
xxxxx Penyisihan Piutang 4,000

3) Jurnal untuk mengakui penerimaan kas:


No Kode Akun Uraian Debit Kredit
xxxxx Kas 4,000
xxxxx Beban Penyisihan 2,000
xxxxx Pendapatan PNBP/Lain-lain PAD 2,000
yang Sah

4) Jurnal untuk menghapus piutang yang telah dilunasi


No Kode Akun Uraian Debit Kredit
xxxxx Penyisihan Piutang 4,000
xxxxx Piutang 4,000

c. Penerimaan Kembali Piutang yang Telah Dihapustagihkan


Maka atas penerimaan piutang yang telah dihapustagihkan sebesar Rp 4.000, jurnalnya
adalah:
Jurnal untuk mengakui penerimaan kas:
No Kode Akun Uraian Debit Kredit
xxxxx Kas 4,000
xxxxx Pendapatan PNBP/Lain-lain 4,000
PAD yang Sah

21
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Piutang adalah hak tagih pemerintah kepada pihak lain yang belum diterima
pembayarannya. Hak tagih tersebut bisa berasal dari kewenangan pemda misalnya untuk
memungut pajak daerah, retribusi daerah, atau hak tagih karena memberikan pinjaman
kepada pihak lain. Jenis Piutang adalah:
1) Piutang Pendapatan adalah piutang atas pendapatan pemerintah yang berupa:
 Piutang Pajak;
 Piutang restribusi;
 Piutang hasil kekayaan daerah yang dipisahkan;
 Piutang lain-lain PAD yang sah;
 Piutang transfer pemerintah pusat;
 Piutang bantuan kekayaan;
 Piutang hibah;
 Piutang pendapatan lainnya.
2) Piutang Lainnya, yang termasuk piutang lain-lain adalah bagian lancar tagihan jangka
panjang.
3) Pengakuan
 Telah diterbitkan surat ketetapan; dan/atau
 Telah diterbitkan surat penagihan dan telah dilaksanakan penagihan.
4) Penyajian
 Disajikan sebagai aset lancar di Neraca sebesar nilai yang jatuh tempo dalam tahun
berjalan dan yang akan ditagih dalam 12 bulan ke depan berdasarkan surat ketentuan
penyelesaian yang telah ditetapkan;
 Disajikan sebagai aset lainnya terhadap nilai yang akan dilunasi di atas 12 bulan
berikutnya;
 Aset Lancar diungkapkan pula dalam Catatan atas Laporan Keuangan.

22
DAFTAR PUSTAKA

Bulektin Teknis Standar Akuntansi Pemerintahan Nomor 16. Akuntansi Piutang. 2014. Komite
Standar Akuntansi Pemerintahan.

Lampiran I Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual. Peraturan Pemerintah Republik


Indonesia Nomor 71 Tahun 2010 Tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah dan SKPD. 2014. Direktorat Jenderal
Perimbangan Keuangan. Kementerian Keuangan.

Modul 1 Konsep Dan Siklus Akuntansi Pemerintah Daerah. 2014. Kementerian Dalam Negeri.

Modul 2 pengantar Ilustrasi Kebijakan Akuntansi Pemerintah Daerah. 2014. Kementerian


Dalam Negeri.

Modul 3 Pengantar Modul Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah. 2014. Kementerian Dalam
Negeri.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2010 Tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan.

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 238 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum Sistem
Akuntansi Pemerintahan.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 2013 tentang Penerapan Standar
Akuntansi Pemerintah Berbasis Akrual di Pemerintah Daerah.

23

You might also like