You are on page 1of 32

ASUHAN KEBIDANAN PADA MASA

KEHAMILAN

“Faktor-faktor yang mempengaruhi kehamilan”

Kelompok 6

1. Aprilia Fahulisa
2. Fitri Fatmawati
3. Nakhwatul Jamilah
4. Selvi Yunita
5. Welvi Ana Sofa

Kelas : Non Reguler 1A

Pembimbing : Theresia, SKM,M.Kes

POLTEKKES KEMENKES JAKARTA III

JURUSAN KEBIDANAN PRODI DIII KEBIDANAN NON REGULER TAHUN


AKADEMIK 2014/2015
KATA PENGANTAR

Segala puji Kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Asuhan
Kebidanan ini dengan baik sesuai dengan waktu yang telah kita tentukan.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan dengan adanya
penyusunan makalah seperti ini, makalah yang kami buat dapat tercatat dengan rapi dan dapat
kita pelajari kembali pada kesempatan yang lain untuk kepentingan proses belajar kita
terutama dalam mata kuliah Asuhan Kebidanan.

Bersama dengan ini kami juga menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu hingga terselesaikannya tugas ini. Dalam penyusunan tugas ini tentu jauh
dari kata sempurna. Oleh karena itu, segala kritik dan saran sangat kami harapkan demi
perbaikan dan penyempurnaan tugas ini dan untuk pelajaran bagi kita semua dalam
pembuatan tugas-tugas yang lain dimasa mendatang. Semoga dengan adanya tugas ini, kita
dapat belajar bersama demi kemajuan kita dan kemajuan imu pengetahuan.

Bekasi, 23 April 2015

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Status kesehatan ibu hamil sangat berpengaruh terhadap masa depan kesejahteraan janin
dan merupakan suatu cerminan dari keadaan janin yang aktual. Status kesehatan dipengaruhi
oleh berbagai faktor yang tidak semua ibu mengetahuinya. Bukan hanya faktor fisik ibu yang
dapat dinilai dengan status kesehatan, melainkan juga sehat dalam arti ibu tidak merasa
terpaksa mempersiapkan segala sesuatu untuk kehamilannya (faktor sosial budaya dan
ekonomi) dan juga faktor psikologis. Selama hamil wanita kebanyakan mengalami perubahan
psikologis dan emosional. Sering kali kita mendengar seorang wanita mengatakan sangat
bahagia karena dia akan menjadi ibu namun tidak jarang ada seorang wanita merasa khawatir
akan terjadi masalah pada kehamilannya. Dengan begitu sangat perlu bagi para tenaga
kesehatan untuk memahami seluruh kebutuhan ibu dalam masa antenatal, intranatal dan
postnatal yang akan sangat menunjang proses persalinan nanti.

1.2.Tujuan
a. Mahasiswa mampu menjelaskan faktor fisik yang mempengaruhi ibu hamil
b. Mahasiswa mampu menjelaskan faktor psikologis ysng mempengaruhi ibu hamil
c. Mahasiswa mampu menjelaskan faktor lingkungan, sosial, budaya, dan ekonomi yang
mempengaruhi ibu hamil
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Faktor Fisik

Faktor fisik seorang ibu hamil dipengaruhi oleh status kesehatan dan status gizi ibu
tersebut. Status kesehatan dapat diketahui dengan memeriksakan diri dan kehamilannya ke
pelayanan kesehatan terdekat, puskesmas, rumah bersalin, atau poliklinik kebidanan.
a. Status kesehatan
a) Kehamilan Pada Usia Tua
Sisi negatif kehamilan di usia tua adalah :
 Kondisi fisik ibu hamil dengan usia lebih dari 35 tahun akan sangat menentukan proses
kelahirannya. Hal ini pun turut memengaruhi kondisi janin.
 Pada proses pembuahan, kualitas sel telur wanita usia ini sudah menurun jika
dibandingkan dengan sel telur pada wanita dengan usia reproduksi sehat (25-30 tahun).
Jika pada proses pembuahan, ibu mengalami gangguan sehingga menyebabkan
terjadinya gangguan pertumbuhan dan perkembangan buah kehamilan, maka
kemungkinan akan menyebabkan terjadinya Intra-Uterine Growth Retardation (IUGR)
yang berakibat Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR).
 Kontraksi uterus juga sangat dipengaruhi oleh kondisi fisik ibu. Jika ibu mengalami
penurunan kondisi, terlebih pada primitua (hamil pertama dengan usia lebih dari 40
tahun) maka keadaan ini harus benar-benar diwaspadai.
Segi positif hamil di usia tua :
 Kepuasan peran sebagai ibu
 Merasa lebih siap
 Pengetahuan mengenai perawatan kehamilan dan bayi lebih baik
 Rutin melakukan pemeriksaan kehamilan
 Mampu mengambil keputusan
 Karir baik, status ekonomi lebih baik
 Perkembangan intelektual anak lebih tinggi
 Periode menyusui lebih lama
 Toleransi pada kelahiran lebih besar
a) Kehamilan Multiple
Pada kasus kehamilan multiple (kehamilan lebih dari satu janin) biasanya kondisi ibu
lemah. Ini disebabkan oleh adanya beban ganda yang harus ditanggung. Baik dari pemenuhan
nutrisi, oksigen, dll. Biasanya kehamilan multiple mengindikasikan adanya beberapa penyulit
pada proses persalinannya. Dengan demikian jika dilihat dari segi biaya, proses persalinan
dari kehamilan multiple akan lebih tinggi jika dibandingkan dengan kehamilan tunggal,
mengingat adanya kemungkinan terjadinya persalinan secara SC. Selain itu resiko adanya
kematian dan cacat harus juga dipertimbangkan.
Ketika bayi sudah lahir kemungkinan ketegangan dalam merawat bayi akan terjadi,
karena ibu harus berkonsentrasi dua kali lipat daripada bayi tunggal namun adanya keunikan-
keunikan akan membawa kebahagian tersendiri bagi keluarga.
b) Kehamilan dengan HIV
Pada kehamilan dengan ibu yang mengidap HIV, janin akan menjadi sangat rentan
terhadap penularan selama proses kehamilannya. Virus HIV kemungkinan besar akan
ditransfer melalui plasenta ke dalam tubuh bayi.
Para penderita HIV dalam proses perjalanan penyakitnya akan mengalami penurunan
kondisi tubuh jika tidak mendapatkan penanganan dan pemantauan yang adekuat dari tenaga
kesehatan. Terlebih pada penderita HIV yang sedang menjalani proses kehamilan, karena
pada kondisi tersebut banyak terjadi perubahan pada sistem tubuhnya.
Selain adanya pengaruh fisik terhadap ibu dan bayi, hal lain yang tidak kalah
pentingnya dan harus dipertimbangkan oleh tenaga kesehatan ketika memberikan asuhan
adalah kondisi psikologis ibu. Pada ibu hamil dengan HIV akan mengalami kehilangan,
cemas dan depresi, dilema, serta khawatir dengan kesehatan bayinya.
c) Riwayat Kesehatan
Penyakit yang pernah diderita ibu dapat memengaruhi kehamilannya. Sebagai contoh
penyakit yang akan memengaruhi dan dapat dipicu dengan adanya kehamilan adalah :
 Hipertensi
 Penyakit Jantung
 Diabetes Mellitus
 Anemia
 Penyakit Menular Seksual
Kondisi kesehatan sangat penting dalam kehamilan, baik kondisi kesehatan sebelum atau
selama kehamilan. Kehamilan dapat lebih berbahaya lagi jika wanita tersebut sedang sakit.
Jika seorang wanita hamil memiliki status kesehatan yang tidak baik atau sedang menderita
suatu penyakit maka ia perlu mendapatkan pertolongan medis untuk merencanakan apa saja
yang diperlukan dan memutuskan tempat yang aman untuk proses persalinan.
Dan jika seorang wanita yang sedang hamil pernah sebelumnya menderita suatu penyakit
seperti Hepatitis, Infeksi kandung kemih, penyakit ginjal, TBC dan lain-lain, maka bidan
perlu mengkaji kembali kondisi wanita tersebut untuk mengetahui apakah ia masih
menghadapi masalah yang berhubungan dengan penyakit tersebut. Hal ini sangat penting
karena beberapa penyakit yang dibawa ibu dapat berdampak pada bayi yang dikandungnya
seperti sifilis atau toksoplasmosis yang dapat menyebabkan cacat bawaan.

b. Status gizi
Status gizi ibu hamil adalah masa dimana seseorang wanita memerlukan berbagai unsur
gizi yang jauh lebih banyak daripada yang diperlukan dalam keadaan tidak hamil. Diketahui
bahwa janin membutuhkan zat-zat gizi dan hanya ibu yang dapat memberikannya. Dengan
demikian makanan ibu hamil harus cukup bergizi agar janin yang dikandungnya memperoleh
makanan bergizi cukup. Selain itu status gizi ibu hamil juga merupakan hal yang sangat
berpengaruh selama masa kehamilan. Kekurangan gizi tentu saja akan menyebabkan akibat
yang buruk bagi si ibu dan janinnya. Ibu dapat menderita anemia, sehingga suplai darah yang
mengantarkan oksigen dan makanan pada janinnya akan terhambat, sehingga janin akan
mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan. Di lain pihak kelebihan gizi pun
ternyata dapat berdampak yang tidak baik juga terhadap ibu dan janin. Janin akan tumbuh
besar melebihi berat normal, sehingga ibu akan kesulitan saat proses persalinan.
Yang harus diperhatikan adalah ibu hamil harus banyak mengonsumsi makanan kaya
serat, protein (tidak harus selalu protein hewani seperti daging atau ikan, protein nabati
seperti tahu, tempe sangat baik untuk dikonsumsi) banyak minum air putih dan mengurangi
garam atau makanan yang terlalu asin.
Kebutuhan zat gizi pada ibu hamil secara garis besar adalah sebagai berikut:
a. Asam folat
Asam folat adalah bagian dari vitamin B kompleks yang dapat diisolasi dari daun
hijau (seperti bayam), buah segar, kulit, hati, ginjal, dan jamur. Asam folat disebut
juga dengan folacin/liver lactobacillus cosil faktor/faktor U dan faktor R atau
vitamin B11. Kebutuhan akan folic acid sampai 50-100 mg/hari pada wanita
normal dan 300-400 mg/hari pada wanita hamil sedangkan hamil kembar lebih
besar lagi. Kekurangan asam folat menyebabkan gangguan plasenta, abortus
habitualis, solusio plasenta, dan kelainan kongenital pada janin.
Pemberian asam folat diberikan pada masa perikontrasepsi, satu bulan sebelum
konsepsi dan 1 bulan post konsepsi, karena neural tube manusia menutup pada
minggu ketiga post konsepsi. Minimal pemberian suplemen asam folat yang
dimulai 2 bulan sebelum konsepsi dan belanjut hingga 3 bulan pertama kehamilan.
Dosis pemberian asam folat untuk preventif adalah 500 mikrogram, sedangkan
untuk kelompok dengan faktor resiko adalah 4 mg/hari.
b. Energi
Diet pada ibu hamil tidak hanya difokuskan pada tinggi protein saja tetapi pada
susunan gizi seimbang energi dan juga protein.Hal ini juga efektif unutk
menurunkan kejadian BBLR dan kematian perinatal. Kebutuhan energi ibu hamil
adalah 285 kalori untuk proses tumbuh kembang janin dan perubahan pada tubuh
ibu.
c. Pembentukan jaringan dari janin dan tubuh ibu dibutuhkan protein sebesar 910
gran dalam 6 bulan terakhir kehamilan dibutuhkan tambahan 12 gram protein
sehari untuk ibu hamil.
d. Zat besi (FE)
Pemberian suplemen tablet tambah darah atau zat besi secara rutin adalah untuk
membangun cadangan besi, sintesa sel darah merah, dan sintesa darah otot. Setiap
tablet besi mengandung FeSO4 320 mg ( zat besi 30 mg ), minimal 90 tablet
perhari.
e. Kalsium
Untuk pembentukan dan tulang gigi bayi, kebutuhan kalsium ibu hamil adalah
sebesar 500 mg perhari.
f. Pemberian suplemen vitamin D terutama pada kelompok berisiko penyakit
menular seksual dan di negara dengan musim dingin yang panjang.
g. Pemberian yodium pada daerah yang endemik kretinisme.
h. Tidak ada rekomendasi rutin untuk pemberian Zinc, Magnesium, dan minyak ikan
selama hamil.
Pemenuhan kebutuhan nutrisi yang adekuat sangat mutlak dibutuhkan oleh ibu
hamil agar dapat memenuhi kebutuhan nutrisi bagi pertumbuhan dan
perkembangan bayi yang dikandungnya dan persiapan fisik ibu untuk menghadapi
persalinan dengan aman.
Selama proses kehamilan, bayi sangat membutuhkan zat-zat penting yang hanya
dapat dipenuhi dari ibu. Penting bagi bidan untuk memberikan informasi ini
kepada ibu karena terkadang pasien kurang memerhatikan kualitas makanan yang
dikonsumsinya. Biasanya masyarakat di era sekarang ini lebih mementingkan
selera dengan mengabaikan kualitas makanan yang dikonsumsi.
Pemenuhan gizi seimbang selama hamil akan meningkatkan kondisi kesehatan
bayi dan ibu, terutama dalam menghadapi masa nifas sebagai modal awal untuk
menyusui.

Kegunaan makanan bagi wanita hamil adalah:


a) Untuk pertumbuhan janin yang ada dalam kandungan
b) Untuk mempertahankan kesehatan dan kekuatan badan ibu sendiri
c) Agar luka persalinan lekas sembuh dalam nifas
d) Sebagai cadangan untuk masa laktasi

Kebutuhan makanan ibu hamil setiap trimester:


a. Trimester I
Pada Usia kehamilan 1-3 bulan, kemungkinan terjadi penurunan berat badan. Hal
ini disebabkan oleh adanya gangguan pusing, mual dan muntah, maka dari itu
dianjurkan porsi makanan kecil tetapi sering.
b. Trimester II
Nafsu makan ibu membaik, makan-makanan yang diberikan 3 kali sehari
ditambah satu kali makanan selingan. Hidangan lauk-pauk hewani, seperti: telur,
ikan, daging, teri, dan hati yang sangat baik dan bermanfaat untuk menghindari
kurang darah.
c. Trimester III
Makanan harus disesuaikan dengan keadaan badan ibu. Bila ibu hamil memiliki
berat badan berlebih, maka makanan pokok dan tepung-tepungan dikurangi.
Perbanyak mengonsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan untuk menghindari
sembelit.
Perbandingan kebutuhan gizi wanita normal dan hamil
Makanan Ibu Normal Ibu Hamil
Kalori (kal) 2.500 2.780
Protein (gram) 60 72
Kalsium (gram) 0,8 1,5
Feerum (Fe) (mg) 12 15
Vitamin A (IU) 5.000 5.200
Vitamin B (mg) 1,5 1,7
Vitamin C (mg) 70 80
Vitamin D (SI) 2,2 2,5
Riboflavin 15 18
Asam Nikotin 600

Kenaikan berat badan selama hamil adalah 10-20 kg atau 20% dari berat badan ideal
sebelum hamil. Proporsi kenaikan berat badan selama hamil adalah sebagai berikut:
Usia Kehamilan Kenaikan Berat Badan Faktor Kenaikan Berat Badan
Trimester I ± 1 kg Hampir seluruhnya merupakan
kenaikan berat badan ibu.
Trimester II ± 3 kg atau 0.3 kg/ 60% dikarenaka pertumbuhan
minggu jaringan pada ibu.
Trimester III ± 6 kg atau 0,3-0,5 kg/ 60% dikarenakan pertumbuhan
minggu jaringan janin. Timbunan lemak
pada ibu ± 3 kg.

Kurang gizi pada ibu hamil


Bila ibu mengetahui kurang gizi pada kehamilannya maka akan menimbulkan masalah baik
pada ibu hamil atau pada janin:
1. Terhadap ibu
Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan resiko dan komplikasi antara
lain: perdarahan, anemia dan lain-lain
2. Terhadap persalinan
Pengaruh kekurangan gizi terhadap proses persalinan dapat mengakibatkan persalinan
sulit dan lama, persalinan sebelum waktunya ( premature), perdarahan setelah
persalinan serta persalinan dengan operasi cenderung meningkat.

3. Terhadap janin
Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat mempengaruhi proses pertumbuhan janin dan
dapt menimbulkan keguguran, abortus, bayi lahir mati, kematian neonatal.

Life style (alkohol, merokok, obat terlarang, dan zat kimia)

Selain pola makan yang dihubungkan dengan gaya hidup masyarakat sekarang ternyata
ada beberapa gaya hidup lain yang cukup merugikan kesehatan seorang wanita hamil,
misalnya kebiasaan begadang, bepergian jauh dengan berkendara motor dan lain-lain. Gaya
hidup ini akan mengganggu kesejahteraan bayi yang dikandungnya karena kebutuhan
istirahat mutlak harus dipenuhi.
a) Alkohol dan kafein

Alkohol yang dikonsurnsi ibu hamil dapat membahayakan jantung hamil dan merusak
janin, termasuk menimbulkan kecacatan dan kelainan pada janin dan menyebabkan kelahiran
prematur. Tidak hanya pada peminum atau pemakai alkohol rutin, tetapi juga pada pemakai
alkohol yang tidak rutin atau insidental. Efek pemakaian alkohol dalam kehamilan adalah
pertumbuhan janin terhambat, retardasi mental, kecacatan, kelainan jantung dan kelainan
neonatal. Munculnya efek ketidaknormalan pada ibu hamil dengan konsumsi alkohol minimal
28.5 ml perhari dan terutama konsumsi alkohol pada trimester pertama. Konsumsi kafein yang
berlebihan mengakibatkan bayi lahir mati, abortus dan persalinan prematur.

b) Merokok

Ibu hamil yang merokok akan sangat merugikan diri sendiri dan bayinya. Bayi akan
kekurangan oksigen dan racun yang dihisap melalui rokok bisa ditransfer melalui plasenta ke
dalam tubuh bayi. Berdasarkan konsep evidence menunjukkan bahwa merokok menimbulkan
efek yang sangat membahayakan bagi janin. Ibu hamil perokok akan beresiko menurunkan berat
bayi lahir. Efek merokok terhadap kejadian pre eklampsia, kelainan perinatal tidak cukup
terbukti. Hasil riset menunjukkan satu atau lima diantara wanita hamil dilaporkan merokok.
Hingga seperempat wanita hamil yang merokok, berhenti pada pemeriksaan kunjungan
antenatal yang pertama. Kebiasaan merokok sering terjadi pada kelompok sosial ekonomi
rendah, paritas tinggi, status un marital, penghasilan rendah, atau ibu dengan problem
psikologis seperti depresi, stress, pekerja berat, dan lain-lain. Merokok merupakan salah satu
isu penting yang sangat bagus dicermati saat kehamilan karena efek yang muncul diakibatkan
merokok adalah kelahiran BBLR, persalinan preterm, kematian perinatal. Merokok juga
sering dihubungkan dengan kejadian keberhasilan masa menyusui atau laktasi dan
memperpendek masa menyusui, meskipun dalam hubungan ini penyebabnya belum diketahui
dengna pasti. Faktor lingkungan yang baik dan strategis merupakan salah satu upaya penting
untuk menghentikan kebiasaan merokok bagi ibu daripada pemberian konseling tentang
bahaya merokok. Pengaruh nikotin terhadap janin menimbulkan efek kenaikan tekanan pada
otak janin peningkatan denyut jantung janin. Merokok selain mempunyai efek
membahayakan janin juga membahayakan ibu berkaitan dengan penyakit- penyakit yang
muncul sebagal akibat merokok, misalnya penyakit paru, jantung, hipertensi,
arteriosklerosis, kanker paru dsb. Para bidan, dokter spesialis kebidanan harus mendukung
upaya untuk menghentikan merokok melalui kegiatan antenatal care, kelas antenatal bagi
perokok mengurangi periklanan tentang rokok, area bebas merokok, dan mengembangkan
serta mendukung kebijaksanaan tentang upaya mengurangi merokok di institusi atau tempat
kerja masing-masing.

c) Penggunaan obat-obat selama hamil

Pengaruh obat terhadap janin selama hamil tidak hanya tergantung dari macam obat,
akan tetapi juga tergantung dari saat obat diberikan. Obat-obat yang diberikan kepada ibu
hamil dapat menimbulkan efek pada janin seperti:

1) Kelainan bentuk anatomik atau kecacatan pada janin, penggunaan obat pada
trimester pertama.
2) Kelainan faal alat tubuh
3) Gangguan pertukaran zat dalam tubuh.

Kadang-kadang pengaruh obat yang diberikan pada waktu hamil baru akan terlihat pada
bayi yang dilahirkan ketika sudah menginjak usia remaja atau dewasa. Sebagai contoh
pemberian estrogen pada ibu hamil dapat menyebabkan tumor alat kandungan bila bayi
telah berusia remaja atau dewasa. Hampir semua obat yang diberikan pada wanita hamil
melalui plasenta dan mencapai janin dan beberapa diantaranya dapat mengganggu
perkembangan janin. Maka sebaiknya berhati-hati memberikan obat sewaktu hamil.
Tabel Daftar Obat yang berpotensi membahayakan atau menimbulkan kelainan pada
Janin

Nama Obat Kemungkinan Kelainan Pada


Bayi

Kloramfenikol Gangguan pernafasan, grey sindrom


(sindrom abu-abu)

Tetrasiklin Gangguan pertumbuhan tulang,


perubahan warna gigi, gigi rapu

Dihidrosetreptomisin Tuli

Strepromisin Gangguan keseimbangan

Amitriptin Iritabilitas neonates

Amfetamin Iritabilitas, tidak mau menyusus,


takhikardi. Malformasi kardiovaskuler
dan muskulus keletal

Nitrofurantoin Gangguan dalam darah

Fenasetin Gangguan dalam darah

Anti diabetik per oral Kematian janian dalam kandungan

Anti kanker Trombositopenia, cacat bawaan

Anti malaria Kelainan congenital

Aspirin IUGR

Ibuprofen Kontiksi duktus arteriosus

Parasetamol Diskolasi sendi pahda dan clubfoot

Vitamin dengan dosis Kerusakan ginjal, defek susunan saraf


tinggi pusat dan kranifasila, skorbut,
ketidakmampuan belajar, kerusakan
hati dan tulang
d) Hamil dengan ketergantungan obat/ pengguna NAPZA
Pemakaian obat-obatan pada wanita hamil sangat mempengaruhi ibu maupun
janinnya, terutama pada masa konsepsi dan trimester I kehamilan karena tahap ini merupakan
tahap organogenesisi atau pembentukan organ. Contoh obat-obatan tersebut adalah ganja,
morfin, heroin, pethidin, jenis barbiturate, alkohol, dan lain-lain akan menimbulkan gangguan
pada ibu dan janinnya. Janin akan mengalami cacat fisik, kelahiran premaatur dan BBLR, serta
cacat mental dan sosial. Ibu hamil dengan ketergantungan obat umumnya takut melahirkan bayi
cacat, merasa gehsah, bingung dan takut terhadap akibat yang akan dialami oleh bayinya dengan
minum obat-obatan tersebut.

c. Kebiasaan adat istiadat

Ada beberapa kebiasaan adat istiadat yang merugikan kesehatan ibu hamil. Tenaga
kesehatan harus dapat menyikapi hal ini dengan bijaksana jangan sampai menyinggung
“kearifan local” yang sudah berlaku di daerah tersebut.Penyampaian mengenai pengaruh adat
dapat melalui berbagai teknik, misalnya melalui media masa, pendekatan tokoh masyarakat
dan penyuluhan yang menggunakan media yang efektif. Namun, tenaga kesehatan juga tidak
boleh mengesampingkan adanya kebiasaan yang sebenarnya menguntungkan bagi kesehatan.
Jika kita menemukan adanya adat yang sama sekali tidak berpengaruh buruk terhadap
kesehatan, tidak ada salahnya jika memberikan respon yang positif dalam rangka menjalin
hubungan yang sinergis dengan masyarakat. Terbentuknya janin dan kelahiran bayi
merupakan suatu fenomena yang wajar dalam kelangsungan kehidupan manusia, namun
berbagai kelompok masyarakat denagn kebudayaannya diseluruh dunia memiliki aneka
persepsi, interpretasi, dan respon dalam mengahadapinya. Proses pembentukan janin hingga
kelahiran bayi serta pengaruhnya terhadap kondisi kesehatan ibunya perlu dilihat dalam
aspek biopsikokulturalnya sebagai suatu kesatuan bukan hanya dilihat semata dari aspek
biologis dan fisiologisnya.
Tiap perpindahan dari satu tahapan kehidupan kepada tahapan kehidupan yang lainnya
merupakan suatu masa krisis yang gawat atau membahayakan baik bersifat nyata ataupun
tidak nyata sehingga diadakan serangkaian upacara bagi wanita hamil untuk mencari
keselamatan bagi diri wanita serta bayinya. Contoh di Banjarmasin ada mandi –mandi 7
bulanan.
Berbagai kebudayaan percaya akan hubungan asosiatif antara suatu bahan makanan
menurut bentuk atas sifatnya dengan akibat buruk yang ditimbulkannya sehingga
menimbulkan kepercayaan untuk memantang jenis makanan yang dianggap dapat
membahayakan kondisi ibu atau janin yang dikandungnya. Faktor yang ikut dalam tingginya
AKI di Indonesia adalah faktor sosial budaya. Ada nilai-nilai tentang gender dan kodrat yang
berkembang dalam masyarakat Indonesia yang perlu dirubah agar nilai-nilai yang ada dapat
memberikan peran yang positif terhadap upaya penurunan AKI. Nilai-nilai dimaksud yang
dapat dihimpun adalah:
Kehamilan merupakan peristiwa alami terjadi pada kaum permpuan sehingga sudah
seharusnya resiko ditanggung oleh perempuan. Kehamilan adalah kodrat perempuan, akan
tetapi resikonya haru ditanggung bersama oleh suami, keluarga, dan perempuan itu sendiri.
Sampai saat ini banyak perempaun yang tidak mempunyai hak terhadap kesehatan
reproduksinya. Berapa kali perempuan ingin hamil selama masa suburnya, kepingin hamil,
dengan cara bagaimana mengatur kehamilannya.
Dalam konteks sosial dan keluarga, kekuasaan dan pengambilan keputusan dalam
menunggu keluarga. Bahkan setelah terjadi komplikasi pesalinan pun mereka masih
berembuk untuk menentukan sikap sehingga terjadi keterlambatan pertolongan, karena
kurangnya pengetahuan dan kesadaran tentang berbagai opsion yang tersedia.
Kebiasaan di daerah tertentu yang membahayakan kondisi ibu dan bayinya seperti pada saat
hamil dan melahirkan ibu disuruh tinggal di hutan dalam sebuah gubuk kecil sampai ia
melahirkan bayinya.
Mitos yang merugikan perempuan seperti dilarang makan-makanan tertentu.
Norma yang berlaku dimasyarakat bahwa perempuan seharusnya makan bagian yang terakhir
dari suaminya, hal ini dapat menyebabkan banyak perempuan yang mengalami anemia dan
kekurangan gizi kronis.
Sikap individualistik masyarakat yang mengganggap kelahiran merupakan tangguang jawab
keluarga saja sehingga bantuan /gotong royong membantu ibu hamil, melahirkan tidak ada
dalam masyarakat.
d. Fasilitas kesehatan
Survey yang pernah dilakukan tentang pemanfaatan fasilitas oleh ibu hamil menunjukkan
bahwa alasan kurang memadainya asuhan kehamilan berbeda-beda berdasarkan kelompok
etnek, usia, dan metode pembayaran. Alasan yang paling sering adalah karena tidak
menyadari bahwa dirinya telah hamil. Alasan lainnya adalah karena tidak mempunyai cukup
biaya untuk memeriksakan diri. Fasilitas kesehatan mempunyai peran yang penting bagi
suatu kehamilan. Wanita hamil yang secara rutin memeriksakan kehamilan ke fasilitas
kesehatan akan mendapatkan perawatan kehamilan yang lebih baik. Dengan memeriksakan,
deteksi dini terhadap komplikasi yang sedang dihadapi dapat dilakukan dengan cepat. Hal ini
teentu mempengaruhi keadaan kehamilan, dimana kehamilan akan dapat terus dipantau agar
selalu berda dalam keadaan kehamilan yang sehat. Namun hal ini juga tergantung dari tenag
kesehatan yang ada.
Indonesia merupakan suatu Negara yang laus. Sayangnya luas wilayah ini belum dapat di
imbangi dengan cakupnya ketersediaan sarana-saran layanan publik termasuk dalam bidang
kesehatan. Beberapa desa, masih kesulitan untuk mendapatkan akses layanan kesehatan.
Tidak semua desa memiliki puskesmas dan tenaga medis seperti dokter, bidan,
perawat/mantri. Dan masyarakat yang jauh dari sarana kesehatan akan semakin diburuk lagi
manakala fasilitas tranportasi seperti angkutan umum yang terbatas atau bias juga fasilitas
jalan yang tidak memungkinkan angkutan umum memasuki di daerah yang jauh dari fasilitas
dan apalagi bila malam hari banyak desa seperti mati lampu yang tidak nampak aktifitas
masyarakat. Tak dapat dielakkan bahwa masih banyak jalan-jalan yang belum diaspal dan
jalan yang diaspalpun banyak yang rusak.
Bila keadaan tersebut masih banyak di jumpai maka ibu hamil yang akan melahirkan
(pada malam hari) akan sangat kesulitan mendapatkan layanan kesehatan dari tenaga
kesehatan dengan tepat. Akhirnya bila faktor-faktor yang ada ini saling ketemu maka
kematian ibu dan bayi akan sulit dielakkan.
2.2. Faktor Psikologis

a. Stressor internal dan eksternal


Kehamilan adalah suatu krisis maturnitas yang dapat menimbulkan stress, tetapi
berharga karena wanita tersebut menyiapkan diri untuk memberi perawatan dan mengemban
peran baru, wanita tersebut mengubah konsep dirinya supaya dia siap menjadi seorang yang
bebas dan berfokus pada diri sendiri menjadi seorang yang seumur hidup berkomitmen untuk
merawat seorang individu lain.
Selama hamil kebanyakan wanita mengalami perubahan psikologis dan emosional.
Sering kali kita mendengar seorang wanita mengatakan sangat bahagia karena dia akan
menjadi ibu namun tidak jarang ada seorang wanita merasa khawatir akan terjadi masalah
pada kehamilannya. Perubahan psikologis pada ibu hamil TM I umumnya terjadi penolakan,
kecemasan, dan kesedihan, kemudian TM II ibu sudah merasa lebih nyaman dan pada TM III
rasa tidak nyaman dapat timbul kembali karena ibu merasa dirinya aneh dan jelek di samping
perasaan sedih akan berpisah dengan bayi dalam kandungannya.
Konflik dan masalah yang di hadapi seorang wanita yang hamil dapat memberikan
pengaruh terhadap kehamilannya. Dengan suasana hati yang tenang, seorang wanita hamil
dapat melalui dan menjalani kehamilan dengan sehat.
Faktor psikologis yang berpengaruh dalam kehamilan dapat berasal dari dalam diri ibu
hamil (internal) dan dapat juga berasal dari luar diri ibu hamil (eksternal).

a) Stresor internal
Faktor psikologis yang berasal dari dalam diri ibu dapat berupa latar belakang
kepribadian ibu dan pengaruh perubahan dan pengaruh hormonal yang terjadi selama
kehamilan.
Ibu hamil yang kepribadiannya immature (kurang matang) biasanya di jumpai pada calon ibu
yang biasanya masih sangat muda,introvert (tidak mau berbagi dengan orang lain) atau tidak
seimbang antara perilaku dan perasaannya,cenderung menunjukkan emosi yang tidak stabil
dalam menghadapi kehamilannya di bandingkan dengan ibu hamil yang memiliki kepribadian
yang mantap dan dewasa.Ibu hamil dengan kepribadian yang seperti ini biasanya
menunujukkan ketakutan dan kecemasan terhadap dirinya dan bayi yang di kandungnya
selama kehamilan merupakan beban yang sanagat berat dan tidak menyenangkan selama
kehamilan.Sehingga ibu tersebut lebih mudah mengalami depresi selama kehamilannya.Ia
merasa kehamilannya merupakan beban yang sangat berat dan tidak menyenangkan.
Demikian pula dengan pengaruh perubahan hormon yang berlangsung selama
kehamilan juga berperan dalam perubahan emosi,membuat perasaan jadi tidak menentu
,konsentrasi berkurang dan sering pusing.Hal ini menyebabkan ibu merasa tidak nyaman
selama kehamilan tibulnya stres yang menyebabkan ibu sering murung.
Faktor-faktor lainnya yaitu pemicu stres ibu hamil yang berasal dari diri ibu
sendiri.Adanya beban fisikologis yang di tanggung oleh ibu dapat menyebabkan gangguan
perkembangan bayi yang nantinya akan terlihat ketika bayi lahir.Anak akan tumbuh menjadi
seseorang dengan kepribadian yang tidak baik,bargantung pada kondisi stres yang di alami
oleh ibunya,seperti anak yang menjadi seseorang dengan kepribadian tempramental,autis
atau orang yang terlalu rendah diri (minder).Inu tentu saja tidak kita harapkan .oleh karena itu
,pemantauan kesehatan fsikologis pasien sangat perlu di lakukan.

b) Stresor eksternal
Faktor psikologis yang berasal dari luar diri ibu dapat berupa pengalaman ibu misalnya
ibu mengalami masa anak-anak yang bahagia dan mendapatkan cukup cinta kasih,berasal
dari keluarga yang bahagia sehingga mempunyai anak di anggap sesuatu yang diinginkan dan
menyenangkan maka ia akan terdorong secara psikologis untuk mampu memberikan kasih
sayang kepada anaknya.Selain itu pengalaman ibu yang buruk tentang proses kehamilan atau
persalinan yang meninggalkan trauma berat bagi ibu dapat juga menimbulkan gangguan
emosi yang mempengaruhi kehamilanya.
Gangguan emosi baik berupa stress atau depresi yang dialami pada trimester pertama
kehamilan akan berpengaruh pada janin karena pada saat itu janin sedang dalam masa
pembentukan. Akan mengakibatkan pertumbuhan bayi terhambat atau BBLR.
Bukan hanya itu, pada pertumbuhan anaknya nanti anak akan mengalami kesulitan
belajar,sering ketakutan bahkan tidak jarang hiperaktif karna dalam kehamilan ibu sering
merasa gelisah maka terjadi perubahan neorotransmiter di otaknya dan mempengaruhi
neorotransmiter janin melalui plasenta..Selain itu dapat meningkatkan neural
adrenalin,serotonin dan gotamin yang bias masik ke predaran darah janin sehingga
mempengaruhi system sarafnya.
Oleh karena itu dalam memberikan asuhan antenatal ,bidan harus
mampu memberikan pendidikan parent education sejak kehamilan trimester I sehingga orang
tua mendapat banyak pengetahuan terutama tentang perubahan yang terjadi selama kehamilan
dan di harapkan bias beradaptasi pd perubahan –perubahan psikologis tersebut.
Pemicu stres yang berasal dari luar juga bentuknya sangat bervariasi.Misalnya masalah
ekonomi,konflik keluarga ,pertengkaran dengan suami,tekanan dari lingkungan (respos
negatif dari lingkungan pada kehamilan lebih dari 5 kali),dan masih banyak kasus yang
lainnya.

b. Support keluarga
Ibu merupakan salah satu anggota keluarga yang sangat berpengaruh sehingga perubahan
apapun yang terjadi pada ibu akan mempengaruhi keadaan keluarga. (Rukiyah, Ai yeyeh,
dkk. 2009)
Bagi pasangan baru, kehamilan merupakan kondisi dari masa anak menjadi orang tua
sehingga kehamilan dianggap suatu krisis bagi kehidupan berkeluarga yang dapat diikuti oleh
stress dan kecemasan. Jika krisis tersebut tidak dapat dipecahkan maka mengakibatkan
timbulnya tingkah laku maladatif dalam anggota keluarga dan kemungkinan terjadi
perpecahan antara anggota keluarga. Kemampuan untuk memecahkan krisis dengan sukses
adalah kekuatan bagi keluarga untuk menciptakan hubungan yang baik. (Rukiyah, Ai yeyeh,
dkk. 2009)
Tugas keluarga yang saling melengkapi sehingga dapat menghindari konflik yang
diakibatkan oleh kehamilan dapat ditempuh dengan jalan : merencanakan dan
mempersiapkan kehadiran anak, mengumpulkan dan memberikan informasi bagaimana
merawat dan menjadi ibu atau ayah bagi bayi. (Rukiyah, Ai yeyeh, dkk. 2009)
Sedangkan dukungan keluarga yang dapat diberikan agar kehamilan dapat berjalan lancar
antara lain: memberikan dukungan pada ibu untuk menerima kehamilannya; memberi
dukungan pada ibu untuk menerima dan mempersiapkan peran sebagai ibu, memberikan
dukungan pada ibu untuk menghilangkan rasa takut dan cemas terhadap persalinan, memberi
dukungan pada ibu untuk menciptakan ikatan yang kuat antara ibu dan anak yang
dikandungnya melalui perawatan kehamilan dan persalinan yang baik, menyiapkan keluarga
lainnyan untuk menerima kehadiran anggota keluarga baru. (Rukiyah, Ai yeyeh, dkk. 2009)
Dukungan keluarga memegang peranan yang besar dalam menentukan status kesehatan
ibu, karena selama hamil ibu mengalami perubahan fisik atau psikologis yang membuat
emosi ibu labil. Jika seluruh keluarga mengharapkan kehamilan, mendukung bahkan
memperlihatkan dukungannya dalam berbagai hal, maka ibu hamil akan merasa lebih percaya
diri, lebih bahagia dan siap dalam menjalani kehamilan, persalinan dan masa nifas.
Suami sebagai orang yang paling sering mendampingi ibu hamil, tentunya juga memiliki
pengaruh yang cukup dominan terhadap keberhasilan kehamilan menuju persalinan yang
aman. Fakta mengatakan bahwa wanita yang mengikutsertakan pasangan selama kehamilan
sangat kecil gejala emosional dan fisik, sedikit kerja dan komplikasi pada anak dan
memudahkan persalinan (Grossman, dkk, 1980, May, 1982), untuk persiapan kelahiran,
pasangan biasanya mencari informasi pada orang yang mengetahui, memonitor dan merawat,
misalnya bidan dan dokter (Patterson, 1990).
Hal ini diyakini karena ada dua kebutuhan utama yang ditunjukkkan wanita selama hamil
yaitu menerima tanda-tanda bahwa ia dicintai dan dihargai serta kebutuhan akan penerimaan
pasangannya terhadap anaknya. Ada empat jenis dukungan yang dapat diberikan suami
sebagai calon ayah bagi anaknya antara lain: dukungan emosi yaitu suami sepenuhnya
memberi dukungan secara psikologis kepada isterinya dengan menunjukkan kepedulian dan
perhatian kepada kehamilannya serta peka terhadap kebutuhan dan perubahan emosi ibu
hamil,dukungan instrumental yaitu dukungan suami yang diberikan untuk memenuhi
kebutuhan fisik ibu hamil dengan bantuan keluarga lainnya, dukungan informasi yaitu
dukungan suami dalam memberikan informasi yang diperolehnya mengenai kehamilan,
dukungan penilaian yaitu memberikan keputusan yang tepat untuk perawatan kehamilan
isterinya. (Rukiyah, Ai yeyeh, dkk. 2009)
Setiap kehamilan berkaitan dengan hubungan antar seluruh anggota keluarga. Pada
kenyataannya kehamilan pertama merupakan suatu bukti yang tidak dapat disangkal bahwa
seseorang telah cukup tua untuk mempunyai anak yang akan melahirkan seorang cucu.
Hampir semua kakek nenek merasa sangat gembira dengan kehadiran bayi baru dan
melampiaskan kegembiraannya dalam perilakunya sebagai orang tua sewaktu anaknya masih
bayi. Kakek nenek adalah ahli sejarah yang melanjutkan sejarahnya pada keluarga dan
menerapkan pada masa kini.sebagai orang yang memberi pengalaman, sebagai contoh peran
dan orang yang memberi dukungan. Penelitian terbaru membuktikan pentingnya hubungan
antara kakek nenek merupakan sumber kekuatan keluarga. Dukungan mereka dapat
memperkuat sistem keluarga dengan memperluas dukungan dan asuhan.
Ibu multipara dengan anak yang lebih besar harus mencurahkan banyak waktu dan tenaga
untuk membentuk hubungan dengan anak-anak. Ibu perlu mempersiapkan anak yang lebih
tua untuk kelahiran adiknya dan memulai proses perubahan peran dalam keluarga dengan
mengikutsertakan anak dalam kehamilan.
Inti dalam support keluarga, siapapun yang berada didekat ibu hamil terutama
keluarganya, ia dituntut untuk bisa memberikan dukungan penuh dalam mempertahankan
kondisinya agar tetap dalam keadaan sehat, karena perlu diingat bahwa tidak setiap ibu dalam
masa kehamilannya dalam kondisi kehidupan sosial (terutama) yang mendukung kehamilan
itu. Dan disini bidan dituntut untuk dapat memberikan informasi penting terhadap keluarga
ibu hamil mengenai pentingnya dukungan atau support keluarga terhadap kehamilan ibu.

c. Substanse abuse
Wanita yang memakai obat-obatan tetap memprioritaskan agar dunia mereka tetap aman.
Mereka merahasiakannya, mengurangi jumlah pemakaiannya, dan mengambil sikap agresif
terutama bila mereka memandang tenaga kesehatan sebagai penghambat. Jika ibu tetap
menggunakan obat-obatan setelah bayi lahir, risiko pada bayi akan berlanjut.
Bukan saja bayi lahir rentan secara biologis, tetapi mereka juga harus menghadapi ibu
yang memiliki masalah kesehatan dan emosional. Wanita itu dicurigai tidak mampu
memelihara hubungan dan mungkin tidak mampu merespons terhadap kebutuhan bayi,
terutama jika mereka menerima bayi yang secara medis rapuh setelah dirawat dirumah sakit
dalam jangka waktu lama.
Banyak wanita, dimana secara kimiawi kecanduan akan merasa bersalah karena
menggunakan obat-obatan dan takut kalau bayi mereka akan diambil. Dengan persepsi yang
mereka miliki bahwa dengan pemakaian obat dan alcohol pada wanita hamil dapat mengubah
kehidupan mereka.
Pola psikoatif dari penggunaan zat/bahan yang berisiko secara fisik bagi kesehatan wanita
khususnya ibu hamil dan janinnya ( keterlambatan perkembangan, retardasi, atau bahkan
kematian) dapat memberikan pengaruh juga secara psikologis. Pengaruh psikologi tersebut
dalam bentuk :
a. ketergantungan,
b. kecanduan
c. dan penyalahgunaaan.

Gejala-gejala gangguan psikologi akibat substance abuse antara lain :


1. gangguan dalam sosialisasi, biasanya tumbuh dengan kepribadian yang tertutup.
2. gelisah,
3. sifat lekas marah,
4. halusinasi,
5. euphoria (ketagihan dan over dosis ),
6. paranoid stress.
d. Partner abuse
1. Definisi
Merupakan kekerasan/penyiksaan yang dilakukan oleh pasangan ibu hamil dan sangat
berpengaruh terhadap proses kehamilan.
2. Pengaruh
 Kekerasan emosional,
Tindakan pencemoohan, penguncilan, tidak diberi nafkah serta tindakan-tindakan lain yang
bertujuan untuk merendahkan martabat ibu hamil dan melantarkan atau mengabdikan
kepentinganya yang dilakukan pasangan ibu hamil. Contohnya saja ibu hamil diluar nikah
karena suatu sebab maka keberadaanya tidak diinginkan sering di cemooh ataupun dikucilkan
pasangan ibu hamil. Najman et al (1991) menemukan bahwa kecemasan postpartum dan
depresi lebih banyak terjadi pada kehamilan yang tidak di rencanakan atau tidak diharapkan.
 Kekerasan psikologis, seperti seperti tidak diperhatikan, suami selingkuh, dimarahi
tanpa sebab yang pasti membuat ibu hamil selalu bersalah, memojokan posisinya dalam
rumah tangga, ibu hamil menanggung beban keluarga, tingkah laku suami yang buruk
(pemabuk, penjudi, pemarah ).
 Kekerasan Seksual sehingga dapat terjadi rasa nyeri dan trauma atau fisik,
 Kekerasan fisik. Berupa tindakan seperti pemukulan, penyiksaan, dibebani kerja
berat. Kekerasan yang terjadi sekitar 7-11% dari wanita yang hamil.
3. Penyebab Terjadinya Partner Abuse
 Kehamilan yang tidak di inginkan
Dapat berdampak pada kesehatan mental ibu maupun ayah. Kehamilan yang tidak diinginkan
akan meningkatkan kemungkinan ada keinginan untuk menggugurkan kandungannya.
 Seks sebelum nikah
 Terlalu banyak punya anak
 Faktor ekonomi
 Korban perkosaan
Perkosaan merupakan kekerasan seksual baik itu diketahui atau tidak diketahui oleh korban.
Pada korban dapat terjadi resiko kehamilan yang menimbulkan dampak psikologis atau
trauma fisik dan mental yang dapat menyebabkan korban mengakhiri kehamilannya atau
membiarkan kehamilanya. Untuk itu harus diberi perhatian khusus karena wanita yang
diperkosa menganggap kehamilannya salah. Sehingga membutuhkan dukungan khusus serta
bantuan psikologis selama dan setelah hamil.
 Kekerasan terhadap pekerjaan (diskriminasi gender)
 Di dalam rumah tangga masih ada tanggung jawab untuk melakukan pekerjaan yang
berat.

4. Efek dari partner abuse


Kekerasan pada ibu hamil dapat berdampak langsung maupun tidak langsung pada ibu
maupun bayinya.
Bentuk langsung antara lain :
 trauma,
pada kehamilan juga dapat menyebabkan nafsu makan yang menurun, kesulitan untuk
tidur(insomnia) dan peningkatan frekuensi merokok, serta meminum alcohol.
 kerusakan fisik
kerusakan fisik pada ibu serta bayinya misalnya solusio plasenta, fraktur tulang,
rupture uteri dan perdarahan, Kesakitan dan kematian ibu dan janin. Hal tersebut
dapat terjadi jika ibu ibu hamil mendapat perlakuan kekerasan secara fisik ataupun
seksual.
Sedangkan efek yang tidak langsung antaralain :
 Reaksi emosional, perasaan tertekan.
 Peningkatan kecemasan, muncul gangguan rasa tidak aman dan nyaman pada ibu
hamil
 Depresi,
 Berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan janinnya dan rentan terhadap
penyakit.
Partner abuse juga berpengaruh terhadap janin yang sedang di kandungnya. Janin dapat lahir
secara prematur dan mengalami gizi buruk.Kekerasan pada kehamilan juga dapat
menyebabkan wanita mengonsumsi alkohol, rokok, dan obat-obatan untuk melupakan
traumanya. Hal itu dapat berdampak pada perkembangan janin dan dirinya (Harlap & shiono,
1980). Korban kekerasan beresiko mengalami isolasi sosial, tidak memperoleh dukungan
sosial, merasa malu, bersalah dan menderita harga diri rendah.
Bullock dan Mc. Failane (1989) menemukan prevalensi yang meningkatkan untuk
bayi dengan BBLR pada ibu yang mengalami kekerasaan adalah karena pendidikan yang
rendah umur yang terhitung masih muda, hamil di luar nikah.
Kekerasan terhadap wanita dapat terjadi pada semua kebudayaan, pendidikan, ras, agama,
dan latar belakang social ekonomi. Kekerasaan terhadap wanita merupakan suatu bentuk “
kejantanan laki-laki” terhadap wanita. Seorang wanita bagaiakan sebuah benda, harta yang
harus tunduk pada pekerjaan rumah tangga dan patut mendapatkan kekerasan.
Wanita yang mendapatkan kekerasan dalam rumah tangganya akan merasa harga
dirinya rendah, kurang percaya diri,terlihat cemas dan depresi, ketakutan terjadi kekerasan
berulang,ketakutan adanya ancaman pembalasan apabila dia meninggalkan pasangan
sehingga wanita harus terus tinggal di dalam rumah dan terus berharap keadaan ideal akan
terjadi pada keluarganya. Kejadian ini akan terus berlangsung bahkan akan meningkat selama
kehamilan.
Pasangan melakukan kekerasan biasanya biasanya pada bagian abdomen, dada dan
genitalia, sehingga ini akan mengakibatkan abortus, abruption plasenta, premature dan still
birth. Pelaku melakukan kekerasan tersebut dengan sadar atau di bawah sadar berusaha
mengakhiri kehamilan karena merasa cemburu melihat istrinya hamil dan akan mempunyai
anak.
Kiat untuk Menyeimbangkan Kondisi Psikologis Ibu Hamil
Ibu yang sedang hamil, pasti akan mengalami berbagai macam perubahan bukan hanya
perubahan secara fisik namun juga secara psikologis.
Untuk itu ibu-ibu yang kini sedang mengandung buah hati, harus selalu menjaga kondisi
psikologisnya agar tetap baik dan seimbang. Jika kondisi psikologis sang ibu baik pastinya
sang ibu akan lebih tenang atau rileks saat menjalani masa-masa kehamilannya.

Berikut beberapa kiat yang dapat menyeimbangkan kondisi psikologis saat ibu sedang
mengandung:
 Informasi
Carilah informasi seputar kehamilan terutama mengenai perubahan yang terjadi dalam diri
ibu termasuk hal-hal yang perlu dihindari saat sedang mengandung agar janin tumbuh sehat.
Pengetahuan atau informasi yang tepat akan membuat ibu merasa lebih yakin sekaligus bisa
mengurangi rasa cemas yang sering muncul karena ketidaktahuan mengenai perubahan yang
terjadi. Komunikasi dengan suami,bicarakanlah perubahan yang terjadi pada diri Anda
selama hamil dengan sang suami, sehingga ia juga tahu dan dapat memaklumi perubahan
yang terjadi pada diri Anda. Tidak jarang jika Anda mengkomunikasikan hal ini, sang suami
akan memberikan dukungan psikologis yang dibutuhkan.
 Rajin chek up
Periksakan kehamilan secara teratur. Cari informasi dari dokter atau bidan terpercaya
mengenai kehamilan yang sekarang Anda jalani. Jangan lupa, ajaklah suami saat
berkonsultasi ke dokter atau bidan.
 Makan Sehat
Pahami benar pengetahuan mengenai asupan makanan yang sehat bagi perkembangan janin.
Hindarilah mengonsumsi bahan yang dapat membahayakan janin, seperti makanan yang
mengandung zat-zat aditif, alkohol, rokok, atau obat-obatan yang tidak dianjurkan bagi ibu
hamil. Jauhkan juga zat berbahaya seperti gas buang kendaraan yang mengandung timah
hitam yang berbahaya bagi perkembangan kecerdasan otak janin.
 Jaga Penampilan
Perhatikanlah penampilan fisik dengan menjaga kebersihan dan berpakaian yang sesuai
dengan kondisi badan Anda yang sedang berbadan dua. Jangan lupa untuk melakukan latihan
fisik ringan, seperti berenang atau jalan kaki ringan untuk memperlancar persalinan.
 Kurangi Kegiatan
Lakukanlah penyesuaian kegiatan dengan kondisi fisik saat hamil. Memasuki masa
persalinan, Anda dan suami harus sudah siap dengan berbagai perubahan yang akan terjadi
setelah kelahiran sang bayi.
 Dengarkan Musik
Upayakan berbagai cara agar terhindar dari stres. Atasilah kecemasan maupun emosi negatif
lainnya dengan mendengarkan musik lembut, belajar memusatkan perhatian, berzikir, yoga
atau relaksasi lainnya.
 Senam Hamil
Bergabunglah dengan kelompok senam hamil sejak usia kandungan menginjak usia 5-6
bulan. Jangan lupa untuk berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter kandungan. Senam
hamil tidak hanya bermanfaat melatih otot-otot yang diperlukan dalam proses persalinan,
melainkan juga memberi manfaat psikologis. Pertemuan sesama calon ibu biasanya diisi
dengan acara berbagi pengalaman yang dapat dijadikan pelajaran positif. Melalui kegiatan itu
pula secara perlahan kesiapan psikologis calon ibu dalam menghadapi persalinan menjadi
semakin mantap.
 Latihan Pernafasan
Lakukanlah latihan relaksasi dan latihan pernapasan secara teratur. Latihan ini bermanfaat
untuk ketenangan dan kenyamanan sehingga kondisi psikologis bisa lebih stabil.

2.3. Faktor Lingkungan, sosial budaya, dan ekonomi

Pada masyarakat yang selalu bepergian dan berpindah-pindah (travelers) masalah


yang sering terjadi adalah kurangnya informasi mengenai kesehatan karena diakibatkan
sulitnya akses kesehatan yang mereka dapatkan karena kebiasaan mereka hidup berpindah-
pindah sehinhgga pelayanan kesehatan yang berkesinambungan tidak dapat mereka peroleh.
Biasanya mereka tinggal di taman yang dekat dengan jalan raya atau rel kereta api dimana air
dan udara yang mereka dapatkan kurang terjamin kebersihannya bahkan tidak sedikit dari
mereka tinggal di tempat pembuangan sampah atau di dekat pabrik. Para traveler ini biasanya
tidak mementingkan kesehatan dirinya walaupun pada saat hamil, 6 minggu postpartum,
pelayanan KB, bahkan anak-anak mereka tidak mendapatkan pemeriksaan rutin tumbuh
kembangnya dan imunisasi. (Indrayani. 2011)
Petugas kesehatan harus memperhatikan dan mengidentifikasi faktor lingkungan yang
dapat berisiko bagi wanita hamil, baik lingkungan tempat tinggal maupun lingkungan kerja
yang dapat berisiko pada kehamilan. (Indrayani. 2011). Banyak alasan mengapa ibu
mengalami kesulitan untuk menjadi sehat terutama ibu hamil, beberapa alasan antara lain
karena kemiskinan, kurangnya pelayanan medis, kurang pendidikan dan pengetahuan,
termasuk pengaruh sosial budaya berupa kepercayaan yang merugikan atau membahayakan.
Seorang bidan akan memberikan asuhan kepada ibu hamil secara pribadi untuk
menyelesaikan masalah-masalahnya. Namun sering kali masalah-masalah tersebut
merupakan masalah yang terdapat pada masyarakat yang tidak mudah dipecahkan. Sehingga
bidan perlu melibatka.n keluarga dan masyarakat agar memperhatikan kebutuhan dan
keselamatan ibu hamil

a. Kebiasaan adat istiadat


Ada beberapa kebiasaan adat istiadat yang merugikan kesehatan ibu hamil. Tenaga
kesehatan harus dapat menyikapi hal ini dengan bijaksana jangan sampai menyinggung
“kearifan local” yang sudah berlaku di daerah tersebut.Penyampaian mengenai pengaruh adat
dapat melalui berbagai teknik, misalnya melalui media masa, pendekatan tokoh masyarakat
dan penyuluhan yang menggunakan media yang efektif. Namun, tenaga kesehatan juga tidak
boleh mengesampingkan adanya kebiasaan yang sebenarnya menguntungkan bagi kesehatan.
Jika kita menemukan adanya adat yang sama sekali tidak berpengaruh buruk terhadap
kesehatan, tidak ada salahnya jika memberikan respon yang positif dalam rangka menjalin
hubungan yang sinergis dengan masyarakat. Terbentuknya janin dan kelahiran bayi
merupakan suatu fenomena yang wajar dalam kelangsungan kehidupan manusia, namun
berbagai kelompok masyarakat denagn kebudayaannya diseluruh dunia memiliki aneka
persepsi, interpretasi, dan respon dalam mengahadapinya. Proses pembentukan janin hingga
kelahiran bayi serta pengaruhnya terhadap kondisi kesehatan ibunya perlu dilihat dalam
aspek biopsikokulturalnya sebagai suatu kesatuan bukan hanya dilihat semata dari aspek
biologis dan fisiologisnya.
Tiap perpindahan dari satu tahapan kehidupan kepada tahapan kehidupan yang lainnya
merupakan suatu masa krisis yang gawat atau membahayakan baik bersifat nyata ataupun
tidak nyata sehingga diadakan serangkaian upacara bagi wanita hamil untuk mencari
keselamatan bagi diri wanita serta bayinya. Contoh di Banjarmasin ada mandi –mandi 7
bulanan.
Berbagai kebudayaan percaya akan hubungan asosiatif antara suatu bahan makanan
menurut bentuk atas sifatnya dengan akibat buruk yang ditimbulkannya sehingga
menimbulkan kepercayaan untuk memantang jenis makanan yang dianggap dapat
membahayakan kondisi ibu atau janin yang dikandungnya. Faktor yang ikut dalam tingginya
AKI di Indonesia adalah faktor sosial budaya. Ada nilai-nilai tentang gender dan kodrat yang
berkembang dalam masyarakat Indonesia yang perlu dirubah agar nilai-nilai yang ada dapat
memberikan peran yang positif terhadap upaya penurunan AKI. Nilai-nilai dimaksud yang
dapat dihimpun adalah:
Kehamilan merupakan peristiwa alami terjadi pada kaum permpuan sehingga sudah
seharusnya resiko ditanggung oleh perempuan. Kehamilan adalah kodrat perempuan, akan
tetapi resikonya haru ditanggung bersama oleh suami, keluarga, dan perempuan itu sendiri.
Sampai saat ini banyak perempaun yang tidak mempunyai hak terhadap kesehatan
reproduksinya. Berapa kali perempuan ingin hamil selama masa suburnya, kepingin hamil,
dengan cara bagaimana mengatur kehamilannya.
Dalam konteks sosial dan keluarga, kekuasaan dan pengambilan keputusan dalam
menunggu keluarga. Bahkan setelah terjadi komplikasi pesalinan pun mereka masih
berembuk untuk menentukan sikap sehingga terjadi keterlambatan pertolongan, karena
kurangnya pengetahuan dan kesadaran tentang berbagai opsion yang tersedia.
Kebiasaan di daerah tertentu yang membahayakan kondisi ibu dan bayinya seperti pada saat
hamil dan melahirkan ibu disuruh tinggal di hutan dalam sebuah gubuk kecil sampai ia
melahirkan bayinya.
Mitos yang merugikan perempuan seperti dilarang makan-makanan tertentu.
Norma yang berlaku dimasyarakat bahwa perempuan seharusnya makan bagian yang terakhir
dari suaminya, hal ini dapat menyebabkan banyak perempuan yang mengalami anemia dan
kekurangan gizi kronis.
Sikap individualistik masyarakat yang mengganggap kelahiran merupakan tangguang jawab
keluarga saja sehingga bantuan /gotong royong membantu ibu hamil, melahirkan tidak ada
dalam masyarakat.

b. Fasilitas kesehatan
Adanya fasilitas kesehatan yang memadai akan sangat menguntungkan kualitas pelayanan
kepada ibu hamil. Deteksi dini terhadap kemungkinan adanya penyulit akan lebih tepat,
sehingga langkah antisipatif akan lebih cepat diambil. Fasilitas kesehatan ini sangat
menentukan atau berpengaruh terhadap upaya penurunan angka kesehatan ibu (AKI).
Pemanfaatan pelayanan antenatal care dan sejumlah ibu hamil di Indonesia belum
sepenuhnya sesuai dengan pedoman yang di tetapkan. Hal ini cenderung menyulitkan tenaga
kesehatan dalam melekukan pembinaan pemeliharaan kesehatan ibu hamil secara teratur dan
menyeluruh, termasuk deteksi dini terhadap faktor resiko kehamilan yang penting segera di
tangani. Fasilitas kesehatan
Kurangnya pemanfaatan antenatal care oleh ibu hamil ini berhubungan dengan faktor-faktor:
A. Predis posisi (predis porsing factors)
Terwujud dalam pendidikan umlah anak, pendidikan suami, sikap, umur, pekerjaan,
pendataan, pengetahuan ibu hamil dan sebagaimnya.
B. Pemungkin atau pendukung (enabling factors)
Terwujud dalam jarak fisik lokasi, biaya antenatal care, fasilitas pelayanan antenatal care,
waktu tunggu dan sebagainya.
C. Penguat (reinforcing factors )
terwujud dalam perilaku petugas pelayanan antenatal care, sikap petugas pelayanan antenatal
care, sikap tokoh masyarakat.
Dampak dari kurangnya pembinaan pemeliharaan kesehatan ibu hamil akan menimbulkan
kerugian tidak saja pada ibu hamil itu sendiri tetapi juga pengaruh buruk bagi anak yang akan
dilahirkan
Penyebab kematian ibu di Indonesia antara lain :
1. Perdarahan
2. Infeksi dan eklamsia
3. Anemia
4. Terlalu muda atau tua,sering dan banyak

Macam-macam fasilitas kesehatan :


A. PUSKESMAS
Puskesmas adalah pusat kesehatan masyarakat yang bertempat di kecamatan dimaksudkan
sebagai pengganti keberadaan rumah sakit dan klinik2 kesehatan yang bertanggung jawab
atas kesehatan rakyat.
Sasaran pelayanan di klinik keperawatan adalah kasus-kasus yang memerlukan asuhan
keperawatan yang terdiri dari :
1. Sasaran prioritas
Sasaran prioritas individu adalah usia lanjut, penderita penyakit menular (a.l TB
Paru, Kusta, Malaria, Demam Berdarah, Diare, Ispa,/Penumonia), penderita
penyakit degeneratif. Sasaran prioritas ini kemudian akan dilakukan tindak lanjut
dengan kunjungan rumah untuk mengurangi potensi penyebaran penyakit,
ketidak teraturan minum obat, dan meminimalkan bertambah buruknya kondisi
pasien karena faktor lain di lingkungan tempat tinggal.
2. Sasaran non prioritas
Adalah sasaran yang perlu mendapatkan asuhan keperawatan sebagai bagian
yang tidak terpisahkan dari pelayanan pengobatan ataupun pelayanan kesehatan
lainnya. Antara lain : jahit luka, perawatan luka, ganti balutan, kontrol pasca
operasi, perawatan luka bakar, pembersihan kotoran ditelinga, circumcisi/kithan,
pemasangan kateter, pemeriksaan rekam jantung, oksigenasi, dan tindakan lain
sesuai dengan ketersediaan sarana di masing-masing Puskesmas.
Masyarakat golongan ekonomi lemah selalu diidentikkan dengan kelompok orang miskin.
Pengidentifikasian ini didasarkan pada rendahnya tingkat pendidikan dan ketrampilan,
rendahnya tingkat kesehatan, rendahnya tingkat produktivitas dan minimnya permodalan
menjadi faktor yang mempengaruhi rendahnya tingkat pendapatan, rendahnya daya tabung
dan juga rendahnya posisi tawar dengan pihak luar. Masing-masing seperti mata rantai yang
membentuk lingkaran kemiskinan yang tidak berujung pangkal, yang pada akhirnya
berdampak pada penurunan pendapatan per kapita.
Tipe rumah sakit di Indonesia terdiri dari :
1. Rumah sakit umum
2. Rumah sakit terspesialisasi
3. Rumah sakit penelitian atau pendidikan
4. Rumah sakit lembaga atau perusahaan
5. Klinik

Perubahan kelas rumah sakit dapat saja terjadi sehubungan dengan turunnya kinerja rumah
sakit yang ditetapkan oleh menteri kesehatan Indonesia, melalui keputusan Dirjen Pelayanan
Medik.

Sasaran pelayanan / macam-macam pelayanan yang diberikan :


1. Melaksanakan pelayanan medis, pelayanan penunjang medis
2. Pelaksanaan pelayanan medis tambahan, pelayanan penunjang medis
3. Melaksanakan pelayanan kedokteran kehakiman
4. Melaksanakan pelayanan medis khusus
5. Melaksanakan pelayanan rujukan kesehatan
6. Melaksanakan pelayanan kedokteran gigi
7. Melaksanakan pelayanan kedokteran social
8. Melaksanakan pelayanan penyuluhan kesehatan
9. Melaksanakan pelayanan penyuluhan rawat jalan
10. Atau rawat darurat dan rawat tinggal.

c. Ekonomi
Tingkat sosial ekonomi terbukti sangat berpengaruh terhadap kondisi kesehatan fisik dan
psikologis ibu hamil. Pada ibu hamil dengan tingkat sosial ibu hamil yang baik otomatis akan
mendapatkan kesejahteraan fisik dan psikologis yang baik pula. Status gizi pun akan
meningkat karena nutrisi yang didapatkan berkualitas, selain itu ibu tidak akan terbebani
secara psikologis mengenai biaya persalinan dan pemenuhan kebutuhan sehari-hari setelah
bayinya lahir. Ibu akan lebih fokus untuk mempersiapkan fisik dan mentalnya sebagai
seorang ibu.
Sementara pada ibu hamil dengan kondisi ibu hamil yang lemah akan mendapatkan banyak
kesulitan terutama masalah pemenuhan kebutuhan primer. Disisi lain kesadaran masyarakat
akan pentingnya memeriksakan kehamilan masih kurang. Dengan situasi ekonomi yang
sangat sulit dan pandangan yang belum menjadikan kesehatan ibu hamil dan melahirkan
sebagai kebutuhan pokok yang diprioritaskan masyarakat semakin akan berkuarang untuk
berkunjung ke bidan atau tenag kesehatan lainnya untuk memeriksakan kehamilannya.
Disamping itu kemiskinan yang melilit keluarga ibu hamil seringkali memaksa ibu yang
sedang hamil untuk tetap bekerja seperti sebelum hamil. Pada hal masa kehamilan akan
sangat rawan bila ibu harus banyak bekerja dan mengeluarkan energy yang besar. Rasa lelah
akibat kerja besar yang akan dilakukan dapat menganggu kehamilan dan janinnya, yang dapat
membawa resiko keguguran dan bahkan kematian bagi ibu.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Faktor-faktor seperti faktor fisik, psikologis, dan lingkungan ini memengaruhi kehamilan
dari segi status kesehatan, status gizi,gaya hidup, adat istiadat, fasilitas kesehatan dan tentu
saja ekonomi, dan lain-lainnya yang akan memengaruhi keadaan wanita hamil, jadi ibu yang
sedang hamil sebaiknya mempersiapkan diri sebaik mungkin agar persalinan dapat berjalan
dengan baik dan harus diperhatikan faktor lingkungan yang mendukung dan baik , adat yang
merugihkan bagi ibu hamil yang dapat membuat kondisi ibu tersebut menjadi kurang baik
seperti tidak boleh makan ikan karena menurut mitos ikan dapat membuat gatal pada ibu dan
fasilitas yang mendukung karena bila fasilitas tidak mendukung seperti jauhnya puskesmas
atau tidak adanya bidan maka akan berakibat fatal karena pertolongan yang akan dilakukan
akan lama karena jauhnya fasilitas kesehatan.
DAFTAR PUSAKA

 Asrinah, dkk.2010. Asuhan Kebidanan Masa Kehamilan. Yogyakarta: Graha Ilmu MIMS
Bidan. Edisi pertama. 2010
 Saifudin, Abdul Bari, dkk.(2002), Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal
 Elizabeth, Fenwick. 1999. 101 Tips Terpenting Kehamilan . PT D&R
 Kusmiyati, Yuni, dkk. 2008. Perawatan Ibu Hamil (Asuhan Ibu Hamil). Yogyakarta :
Penerbit Fitramaya.
 Mansur, Herawati. 2009. Psikologi Ibu dan Anak untuk Kebidanan. Jakarta: Salemba
Medika.
 Susanti, Ni Nengah. 2008. Psikologi Kehamilan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

You might also like